Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PROMOSI KESEHATAN

AREA TINDAKAN PROMOSI KESEHATAN

Di susun oleh kelompok 2:

1. Ananda Syafiqotul Istiqomah


2. Devta Mawarni
3. Afif Syahputra
4. Yuliana

KEMENTERIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah tugas
mata kuliah Promosi Kesehatan yang berjudul “Area Tindakan Promosi
Kesehatan” tepat waktu. Makalah ini tidak akan selesai tepat waktu tanpa bantuan
dari berbagai pihak.
Kami menyadari dalam pembuatan tugas ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan. Sehingga tugas yang sederhana ini dapat menjadi bahan bacaan
yang bermanfaat demi peningkatan mutu pendidikan. Dan tak lupa kami ucapkan
terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada kami. Akhir kata semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan semua
pihak yang membacanya.

Samarinda, 16 Juli 2019

Penyusun

2ii
DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................

A. Latar Belakang ...............................................................................................................

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................

C. Tujuan ................................................................................................................................

BAB II TINJAU PUSTAKA .............................................................................................

A. Meningkatkan Tanggung Jawab Sosial terhadap Kesehatan.........................

B. Meningkatkan Investasi Kesehatan dan Ketidakadilan sosial ......................

C. Meningkatkan Konsulidasi dan Memperluas Kerjasama Bidang

Kesehatan ...............................................................................................................................

D. Membangun Infrastruktur yang Kuat ....................................................................

BAB III PENUTUP ...........................................................................................................

A. Kesimpulan ......................................................................................................................

B. Saran ..................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................

iii3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Promosi kesehatan sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat di
Indonesia harus mengambil bagian dalam mewujudkan visi pembangunan
kesehatan di Indonesia. Dalam Undang-Undang Kesehatan RI no 36 tahun 2009,
disebutkan bahwa visi pembangunan kesehatan adalah “Meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya, sebagai investasi
sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi”. Promosi
kesehatan sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat di Indonesia harus
mengambil bagian dalam mewujudkan visi pembangunan kesehatan di Indonesia
tersebut. Sehingga promosi kesehatan dapat dirumuskan: “Masyarakat mau dan
mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya” (Soekidjo Notoatmodjo,
2010).
Latar belakang dari lahirnya konsep baru promosi kesehatan adalah
kenyataan bahwa upaya-upaya “health education” atau pendidikan (penyuluhan)
kesehatan tidak dengan serta merta atau tidak dengan mudah membuat individu
ataupun masyarakat berperilaku yang menguntungkan kesehatan, karena
pendidikan kesehatan bertujuan untuk menghasilkan perilaku yang
menguntungkan kesehatan, dan perilaku itu bersifat sukarela (Green, 1996,
Green, 2000; Naidoo and Wills, 2000: 84), tidak memaksa (French di dalam
Naidoo and Wills, 2000:84)

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana area tindakan promosi kesehatan sebagai upaya meningkatkan
status kesehatan masyarakat?
2. Bagaimana meningkatkan tanggung jawab sosial terhadap kesehatan?
3. Bagaimana meningkatkan investasi kesehatan dan ketidakadilan sosial?
4. Bagaimana meningkatkan konsulidasi dan memperluas kerjasama bidang
kesehatan?
5. Bagaimana membangun infrastruktur yang kuat?

C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Promosi Kesehatan.
2. Agar dapat mengetahui dan memahami mengenai tindakan promosi
kesehatan sebagai upaya meningkatkan status kesehatan masyarakat secara
umum.
3. Agar dapat mengetahui dan memahami bagaimana meningkatkan tanggung
jawab sosial terhadap kesehatan.
4. Agar dapat mengetahui dan memahami bagaimana meningkatkan investasi
kesehatan dan ketidakadilan sosial.
5. Agar dapat mengetahui dan memahami bagaimana meningkatkan
konsulidasi dan memperluas kerjasama bidang kesehatan.
6. Agar dapat mengetahui dan memahami bagaimana membangun infrastruktur
yang kuat.

BAB II

5
TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Keleher,et.al, (2007) terdapat 4 (empat) area tindakan promosi


kesehatan, yaitu :

A. Meningkatkan Tanggung Jawab Sosial Terhadap Kesehatan


Dewasa ini, kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan serta akan
lingkungan sekitar apalagi dirinya sendiri masih dibilang cukup minim. Padahal
dengan seiringnya perkembangan zaman yang semakin pesat yang tanpa disadari
banyak hal yang dapat membahayakan diri kita sendiri. Mulai dari virus yang
bermutasi sampai penyakit-penyakit baru yang muncul. (Dinda, 2013). Sekarang
kita akan menilik ke apa saja dan bagaimana sih peran ataupun kontribusi
mahasiswa kesehatan terutama dalam hal promosi kesehatan dan
pencegahannya. (Dinda,2013)
Hal yang paling mendasar dan harus diubah dari masyarakat Indonesia dalam
hal kesehatan yaitu yang paling pertama adalah mindset atau pola pikir
masyarakat itu sendiri yang masih terkesan meremehkan pentingnya kesehatan
tersebut. Misalnya saja kita masih sering melupakan budaya mencuci tangan
sebelum makan, setelah buang air, dan lain-lain. Padahal sebenarnya hal tersebut
sangatlah krusial dan mendasar. Sebab mungkin saja terdapat kuman berbahaya
yang dapat mengancam keselamatan kita. Dalam hal ini, mahasiswa kesehatan
dapat berkontribusi untuk mengubah pola pikir tersebut agar dapat memperbaiki
tingkat kesehatan masyarakat itu sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
penyuluhan langsung ke masyarakat atau dengan pengiklanan dan lain
sebagainya. (Dinda,2013)
Selanjutnya, lingkungan yang kotor dan kumuh merupakan sarang bagi
penyakit untuk tumbuh. Menurut prinsip promosi kesehatan yaitu preventif,
maka dari itu alangkah baiknya jika kita sebagai mahasiswa kesehatan dapat
menyadarkan masyarakat sekitar akan pentingnya kebersihan lingkungan
sekitar. Nampaknya kita pun tahu betul bahwa lingkungan yang bersih sangat

6
baik kesehatan bagi yang tinggal di area tersebut. Bagaimana pun juga sebagai
manusia, pastinya sudah menjadi sangat wajar jika lingkungan yang bersih akan
membuat kita meraasa nyaman dan yang paling utama yaitu demi kesehatan.
(Dinda,2013)
Hal lainnya yaitu dalam bidang sanitasi air yang buruk di beberapa wilayah
khususnya di Indonesia. Ya, air. Air adalah sebuah hal yang besar, sangat penting,
dan juga krusial. Karena air yang bagus dan jernih dapat meningkatkan kesehatan
seseorang. Sebaliknya jika seseorang hanya bisa mengakses air yang kotor, keruh,
dan berbau apalagi dia mengonsumsinya akan sangat berbahaya. Terdapat
banyak sekali penyakit yang dipicu oleh kurangnya air bersih. Contohnya saja
diare dan penyakit kulit. Ini bisa sangat membahayakan. Oleh karena itu, peran
mahasiswa kesehatan dalam perbaikan sanitasi air di lingkungan atau area
tertentu sangatlah dibutuhkan. Kita dapat terjun langsung untuk memperbaiki
kondisi sanitasi tersebut ataupun hanya mengarahkan kepada masyarakat sekitar
tersebut dan sisanya diserahkan kepada masyarakat tersebut. Bisa jadi kita
adalah penyelamat bagi kaum minoritas tertentu yang mungkin tidak terjamah
pemerintah. (Dinda,2013)
Berhubungan dengan hal-hal sebelumnya, masalah sampah dan limbah yang
menumpuk dimana-mana adalah suatu masalah yang cukup besar! Belum lagi
limbah pabrik yang tak jarang berbahaya dan justru mencemari air sungai atau
air konsumsi yang bisa saja digunakan warga untuk menopang kegiatan sehari-
hari. Memang regulasi tentang pengelolaan sampah di Indonesia sudah ada,
namun tak dapat dipungkiri lagi dan bukan rahasia lagi bahwa pelaksanaan dan
penerapan undang-undang tersebut belum dapat dilaksanakan dengan maksimal
sehingga dampak yang diakibatkan oleh limbah tersebut membahayakan
kehidupan masyarakat. Maka dari itu dalam masalah tersebut mahasiswa
kesehatan masyarakat saya rasa dapat menanggulangi hal ini dengan cara dan
metode tertentu yang telah dipelajari mahasiswa tersebut dalam masa
pendidikannya. (Dinda,2013)

7
Point terakhir yang menurut saya adalah hal yang sangat penting di bursa
perusahaan yaitu adalah di bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
Sekarang ini hampir semua perusahaan diharuskan memiliki pegawai yang
khusus menangani segala urusan K3 tersebut. Biasanya bagian ini disebut dengan
HSE (Health, Safety, and Environment) Officer. Tugas seorang HSE Officer ini
sangatlah penting di perusahaan karena merekalah yang mengawasi segala
aspek-aspek keselamatan yang mungkin mengancam atau tidak sesuai dengan
kriteria yang sudah diterapkan. Mereka juga bertugas untuk mengembalikan
ketidak-benaran dalam pekerjaan untuk kembali ke jalan yang benar.
(Dinda,2013)

B. Meningkatkan Investasi Kesehatan dan Ketidakadilan


Sosial

Tulisan ini dimaksudkan untuk menyamakan pemahaman kita bersama


tentang pentingnya peranan investasi kesehatan dalam pembangunan ekonomi.
Sumber utama dari tulisan ini berasal dari “Konferensi Regional Anggota
Parlemen Tentang Laporan Komisi Makroekonomi dan Kesehatan” yang
diselenggarakan oleh World Health Organization (WHO) di Bangkok, Thailand
pada tanggal 15 – 17 Desember 2002. Konferensi ini diikuti oleh para anggota
parlemen yang berasal 9 negara, yaitu Bangladesh, Bhutan, India, Indonesia,
Maldives, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, dan Thailand. (Atmawikarta, 2010)

Pada pertemuan mereka pada tahun 1997, para Menteri Kesehatan


mengadopsi Deklarasi Tentang Pembangunan Kesehatan di Regional Asia
Tenggara untuk Abad ke-21. Pada pertemuan tersebut, mereka menyatakan
pendiriannya bahwa kesehatan adalah merupakan inti atau pusat untuk
pembangunan dan kesejahteraan. Mereka menyadari bahwa terdapat hubungan
yang sangat erat antara kemiskinan dengan kesakitan, dan membuat komitmen

8
diantara mereka untuk memenuhi kebutuhan kesehatan bagi penduduk miskin
sebagai prioritas yang paling tinggi. (Atmawikarta, 2010)

Penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik merupakan masukan (input)


penting untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan
pembangunan ekonomi jangka panjang. Beberapa pengalaman sejarah besar
membuktikan berhasilnya tinggal landas ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi
yang cepat didukung oleh terobosan penting di bidang kesehatan masyarakat,
pemberantasan penyakit dan peningkatan gizi. Hal ini antara lain terjadi di Inggris
selama revolusi industri, Jepang dan Amerika Selatan pada awal abad ke-20, dan
pembangunan di Eropa Selatan dan Asia Timur pada permulaan tahun 1950-an
dan tahun 1960-an. (Atmawikarta, 2010)

Informasi yang paling mengagumkan adalah penelusuran sejarah yang


dilakukan oleh Prof. Robert Fogel, yang menyatakan bahwa peningkatan
ketersediaan jumlah kalori untuk bekerja, selama 200 tahun yang lalu
mempunyai kontribusi terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita seperti
terjadi di Perancis dan Inggris. Melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja
dan pemberian kalori yang cukup, Fogel memperkirakan bahwa perbaikan gizi
memberikan kontribusi sebanyak 30% terhadap pertumbuhan pendapatan per
kapita di Inggris. (Atmawikarta, 2010)

Selanjutnya, dalam Deklarasi tentang Kesehatan Masyarakat di Calcutta, pada


bulan November 1999 antara lain meneguhkan komitmen bahwa penangulangan
kemiskinan, dan keadilan sosial, yang merupakan elemen utama untuk
mewujudkan kesehatan bagi semua. Dengan demikian, keterkaitan antara
kesehatan dan pembangunan telah disadari oleh para pemimpin kesehatan dan
pembuat kebijakan di regional Asia Tenggara. (Atmawikarta, 2010)

Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi tingkat penggunaan


(utilisasi) pelayanan kesehatan secara optimal dan mempengaruhi status

9
kesehatan yaitu hambatan geografik, pembiayaan, dan sosio-antropologis.
Dengan melaksanakan sistem DDK diharapkan akan menghilangkan hambatan
geografis. Untuk mengatasi hambatan keuangan dianjurkan untuk melaksanakan
sistem asuransi kesehatan untuk menggantikan sistem pembayaran pelayanan
kesehatan langsung. Asuransi kesehatan, diluar asuransi swasta komersial akan
mencegah keluarga jatuh kedalam keadaan melarat. Komisi juga menganjurkan
diterapkannya skema skala kecil pembiayaan kesehatan yang berasal dari
masyarakat (Di Indonesia dikenal dengan Dana Sehat), sebagai manifestasi
partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Hambatan sosio-
antropologi berkaitan dengan bagaimana tanggapan dari sistem kesehatan
terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat, dan seberapa besar jarak
ekonomi dan budaya antara pengguna dan penyedia pelayanan kesehatan.
(Atmawikarta, 2010)

C. Meningkatkan Konsolidasi dan Memperluas Kerjasama


Bidang Kesehatan

Berlin, 19 Mei 2017 Di sela-sela G-20 Health Ministers Meeting di Berlin


tanggal 19-20 Mei 2017, Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. Nila F. Moeloek,
mengadakan pertemuan bilateral dengan Menteri Kesehatan Singapura, H.E. Mr.
Gan Kim Yong. Dalam pertemuan tersebut kedua Menteri Kesehatan membahas
pentingnya peningkatan kerja sama bidang kesehatan antar kedua negara yang
memiliki hubungan bilateral sangat erat, sebagai negara tetangga dan sesama
negara anggota ASEAN. 'Banyak sekali bidang kerja sama antar kedua negera yang
bisa dikembangkan dengan Singapura, diantaranya tukar menukar tenaga ahli
dalam pelayanan kesehatan, peningkatan kapasitas sumber daya manusia serta
pengendalian penyakit', tegas Menteri Kesehatan RI Nila F. Moeloek. Saat ini
Indonesia telah memperkuat sistem kesehatan nasional menuju Indonesia Sehat
melalui 3 pilar yaitu Paradigma Sehat, Pelayanan Kesehatan dan Jaminan
Kesehatan Nasional serta dicapai melalui program Standar Pelayanan Minimum,

10
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) dan Pendekatan Keluarga.
'Pembangunan kesehatan Indonesia menjadi perhatian global terutama dengan
dilaksanakannya Jaminan Kesehatan Nasional. Singapura mendukung upaya
peningkatan kesehatan pelayanan system kesehatan dasar serta sistem
pelayanan kesehatan rujukan; termasuk peningkatan kapasitas sumber daya
manusia yang telah tersedia di Indonesia', ungkap Menteri Kesehatan Singapura.
Ditegaskan juga bahwa Singapura bersedia untuk berbagi pengalaman dalam
pengelolaan manajemen rumah sakit ('Esther system') dan pengelolaan
kesehatan masyarakat melalui 'community nursing' serta keseimbangan
pelayanan kesehatan dan sosial'.

D. Membangun Infrastruktur yang Kuat

Menkes Nila F. Moeloek menginisiasi pertemuan dengan Menteri Pekerjaan


Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, di Kantor Kemenkes, hari ini
(8/1). Pertemuan dua Menteri didampingi pejabat Eselon I Kementerian masing-
masing membahas upaya sinergi pembangunan infrastruktur Kementerian PUPR
dengan pembangunan bidang kesehatan. Menteri Kesehatan Prof. dr. Nila F.
Moeloek, Sp.M(K) memaparkan, saat ini penduduk di 30 ribu desa kesulitan
mendapatkan air bersih dan fasilitas sanitasi dasar. Hal ini menjadi kendala dalam
meningkatkan kesehatan dan mengurangi kemiskinan. Beban penyakit yang
diderita terkait belum optimalnya infrastruktur diantaranya adalah 35.5%
penduduk mengidap cacingan, meningkatknya kasus diare dan tifus yang dapat
meningkatkan kematian pada Balita, meningkatkan kasus filariasis, dan
berdampak pula pada peningkatan Angka Kematian Ibu. Dalam pertemuan
tersebut Menkes berharap dukungan Kementerian PUPR khususnya mengenai
penyediaan akses air bersih dan sanitasi dasar serta transportasi menuju fasilitas
layanan kesehatan. Menteri PUPR menyambut baik usul Menkes dan akan
mensinergikan dengan pembagunan infrastruktur hingga tahun 2019.
Kementerian PUPR memiliki program pengentasan rumah kumuh. Tahun 2014

11
Kementerian PUPR memprediksi sebanyak 71% penduduk mendapatkan air
bersih, 10% penduduk tinggal di rumah kumuh dan 62% penduduk hidup dengan
sanitasi layak. MenPUPR berharap tahun 2019 sebanyak 100% penduduk
mendapatkan air bersih, 0% penduduk tinggal di rumah kumuh dan 100%
penduduk hidup dengan sanitasi layak. Selain akses air minum dan sanitasi serta
fasilitas layanan kesehatan yang akan terus ditingkatkan, infrastruktur yang
dibutuhkan oleh para tenaga kesehatan juga menjadi perhatian kedua pihak.
Menteri PUPR mengatakan, daerah-daerah terisolir akan mendapat prioritas
dalam pengadaan tempat tinggal untuk tenaga kesehatan termasuk penyediaan
fasilitas rumah bagi petugas medis di daerah terpencil.

Menurut Menkes, ada lokus-lokus atau tempat di seluruh Indonesia yang


akan menjadi prioritas pembangunan tersebut. Sebagian besar dikategorikan
sebagai daerah terpencil, yang berada di pelosok-pelosok dan perbatasan. Lokus
ini ditentukan berdasarkan Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM)
yang rendah. Sementara itu, di Kementerian PUPR ada 50 daerah kumuh yang
akan diprioritaskan dan akan diintegrasikan dengan program promotif preventif
dari Kemenkes. Di akhir pertemuan, Menkes kembali menyampaikan
permohonan dukungan KemenPUPR dalam pembangunan Kesehatan, yaitu
Pencapaian akses universal air minum dan sanitasi di seluruh Indonesia;
Pembangunan infrastruktur air minum dan sanitasi didahului dengan
pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan perilaku higiene dan sanitasi;
Pengawasan internal oleh penyelenggara air minum seperti PDAM dan
penyelenggara air minum swasta; Pembangunan sarana air minum dan sanitasi
dalam rangka universal akses diprioritaskan di daerah perbatasan, terpencil dan
kepulauan; serta Pembangunan sarana air minum dan sanitasi diutamakan pada
daerah yang memiliki IPKM rendah. Membangun akses jalan menuju fasilitas
pelayanan kesehatan (Fasyankes) primer di daerah terpencil dan perbatasan,
serta membangun perumahan untuk tenaga kesehatan. Kedua Menteri

12
berkomitmen untuk membuat program kerja yang lebih terintegrasi bertahap
sampai dengan 2015.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

14
DAFTAR PUSTAKA

Dinda. (2013). Mahasiswa Kesehatan Meningkatkan Kesadaran Akan Kesehatan. ”


https://www.kompasiana.com/dindaapriliani/552faef06ea8341c178b458c/mahasisw
a-kesehatan-masyarakat-meningkatkan-kesadaran-akan-kesehatan ” diakses pada
Rabu, 17 Juli 2019 pukul 05.47 a.m WITA.

Susilowati, Dwy. (2016). Promosi Kesehatan. Kemenkes RI

Atmawikarta, Arum. (2010). Investasi Kesehatan untuk Membangun Ekonomi.


“bappenas.go.id “ diakses pada Rabu, 17 Juli 2019 pukul 06.07 a.m WITA

Berita Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI yang


ditulis pada Jakarta, 8 Januari 2015 dengan judul Pemenuhan Infrastruktur dalam
Meningkatkan Pembangunan Kesehatan.

15

Anda mungkin juga menyukai