Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalammeningkatkan
derajat kesehatan komunitas. Keluarga sebagai sistem yangberinteraksi dan merupakan unit
utama yang menyangkut kehidupanmasyarakat. Keluarga menempati posisi antara individu
dan masyarakat.Apabila setiap keluarga sehat, akan tercipta komunitas yang sehat.
Masalahyang dialami anggota keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yanglain,
karena keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untukberbagai usaha-usaha
kesehatan masyarakat. Sehingga dengan memberikanpelayanan kesehatan kepada keluarga,
perawat mendapat dua keuntungan.Perawat dapat memenuhi kebutuhan individu dan
memenuhi kebutuhanmasyarakat. Jadi untuk membangun keluarga yang sehat dibutuhkan
peranperawat dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga.Asuhan keperawatan
keluarga merupakan rangkaian kegiatan yangdiberikan melalui praktik keperawatan keluarga.
Adapun kriteria keluargayang harus mendapatkan asuhan keperawatan keluarga
adalah keluarga yangdalam tahap perkembangan keluarga, misalnya keluarga dengan
pasanganbaru (Berganning family) / keluarga pemula.Berganning family atau yang biasa kita
sebut keluarga denganpasangan baru merupakan tahap pembentukan keluarga melalui ikatan
pernikahan. Pada keluarga tahap ini perlu diberikan asuhan keperawatankeluarga karena pada
tahap ini rentan terhadap masalah kesehatan.
Di Indonesia angka pernikahan usia muda sangat tinggi dan mendapatperhatian dari
pemerintah. Kondisi yang seperti ini sangat memperihatinkan,karena memicu terjadinya
angka perceraian. Perkawinan dini di Indonesiatercatat sangat banyak, yakni 34,5% dari total
perkawinan di seluruhIndonesia yang berjumlah antara 2-2.5 juta pasangan setiap
tahunnya,(www.Kpai.go.id di unduh pada 6 Juli 2012). Pada tahun 2009
presentasepernikahan usia muda mencapai 41,33 % dan mengalami kenaikan sebesar50%
pada tahun 2010 (Riskesdas 2010).Presentase pernikahan tinggi tidak terjadi pada area
perkotaan saja. DiJawa tengah tahun 2008 mencatat 37,11 % presentase pernikahan
mudadikalangan masyarakat desa. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan angkakejadian
pernikahan usia muda mencapai 50,08% (BKKBN. 2009).
Makadari hal tersebut diatas penulis mengambil asuhan keperawatan keluargadengan
kasus berganning family/ keluarga dengan pasangan baru.Keluarga dengan pasangan baru/
Berganning family adalah ketikamasing-masing individu laki-laki dan perempuan
membentuk keluargamelalui perkawinan yang sah, dan meninggalkan keluarganya masing-

1
masing serta mempersiapkan keluarga yang baru. Pasangan baru menikahadalah tahap awal
pembentukan keluarga, jadi dibutuhkan adaptasi yang baik.Butuh penyesuaian peran dan
fungsi sehari-hari, belajar hidup bersama,beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan
pasangannya. Mereka merupakan anggota dari 3 keluarga yaitu keluarga suami, istri dan
membentuk keluargasendiri. Masing-masing mengahadapi perpisahan dengan keluarga
orangtuanya. Mereka mulai membina hubungan baru dengan keluarga dankelompok sosial
pasangan.Pada tahap keluarga dengan pasangan baru mempunyai tugasperkembangan
keluarga yang harus dipenuhi.
Tugas perkembangan tersebut adalah membina hubungan intim yang saling
memuaskan, menetapkan tujuanbersama, membina hubungan dengan orang lain dengan
menghubungkanjaringan persaudaraan secara harmonis dan keluarga berencana.
Selainmempunyai tugas, keluarga juga mempunyai fungsi supaya keluarga menjadisejahtera.
Fungsi keluarga yang harus dipenuhi meliputi fungsi afektif,sosialisasi, perawatan kesehatan,
ekonomi, biologis, psikologis dan fungsipendidikan. Maka dari hal tersebut peran perawat
sangat berarti untukmeningkatkan derajat kesehatan keluarga melalui asuhan
keperawatankeluarga pasangan baru menikah.Sebagai tenaga kesehatan kita harus dapat
mengaplikasikan asuhankeperawatan pada keluarga baru menikah dengan menggunakan
pendekatanproses keperawatan untuk membantu mereka mengenali tugas danperkembangan
pada keluarga tahap tersebut.
Asuhan keperawatan jugamembantu memandirikan pasangan baru menikah dalam
pengambilankeputusan terkait masalah kesehatan yang mereka alami.Sehingga pada tumbuh
kembang pada keluarga pasangan barumenikah pengkajian asuhan keperawatan
keluargadilakukan untukmengetahui sejauh mana keluarga memenuhi tugas
perkembangannya

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana peran perawat keluarga /
2. Bagaimana tingkat pencegahan keluarga
C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana peran perawat keluarga
2. Mengetahui bagaimana tingkat pencegahan keluarga

2
BAB II
(PEMBAHASAN)

A. Konsep Keluaraga
1. Definisi keluarga
Definisi keluarga yang berorientasi tradisional, yaitu sebagi berikut: keluarga
terdiri atas individu yang bergabung bersama oleh ikatan pernikahan, darah, atau
adopsi dan tinggal di dalam satu rumah yang sama. Saat ini, definisi keluarga
tradisional terbatas, baik dalam hal penerapannya maupun inkluvitasnya ( U. S.
Bureau of the Census dalam Friedman, 2010).
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyrakat yang terdiri dari suami-istri atau
suami-istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. (BKKBN,
1992 dalam murwani, 2007)
Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga
mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam interelasi sosial, peran
dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)
Jadi dari beberapa pendapat diatas dapatvdisimpulkan bahwa keluarga
merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari satu atau lebih individu
yang tinggal dalam satu rumah

2. Fungsi keluarga

Menurut Setyowati & Murwani (2007) fungsi keluarga yang berhubungan dengan
struktur, yaitu:

a. Struktur legalisasi :Masing – masing keluarga mempunyai hak yang sama dalam
menyampaikan pendapat (demokrasi)

b. Struktur yang hangat, menerima, dan toleransi

c. Struktur yang terbuka dan anggota keluarga yang terbuka : mendorong kejujuran
dan kebenaran (honesty dan authenicity)

d. Struktur : suka melawan dan tergantung pada peraturan

e. Struktur yang bebas : tidak ada peraturan yang memaksa (permissiveness)

f. Struktur yang kasar : abuse (menyiksa, sukar berteman)

g. Suasana emosi yang dingin (isolasi, sukar berteman)

h. disorganisasi keluarga (disfungsi individu, stress emosional)

Sedangkan menurut Friedman (2010) mengidentifikasikan lima fungsi dasar


3
keluarga, sebagai berikut:

1. Fungsi afektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang


merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi keluarga berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi
afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota
keluarga

Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan


fungsi afektif adalah :

1. Saling mengasuh , cinta kasih , kehangatan ,saling menerima , saling


mendukung antara anggota keluarga , mendapat kasih sayang dan
dukungan dari anggota keluarga lain.

2. Saling menghargai : bila anggota kluarga saling menghargai dan


mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim yang positif ,maka fungsi afektif akan tercapai.

3. Ikatan dan identifikasi , ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat


memulai pasangan hidup.
2. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan sosial.
3. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk memeruskan keturunan dan menambah sumber
daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain
untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk
membentuk keluarga adalah mempertahankan keturunan.
4. Fungsi ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat
tin Fungsi perawatan kesehatan Keluarga juga berperan atau berfungsi
untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah
terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang
sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan
mempengaruhi status kesehatan keluarga. Adapun tugas kesehatn keluarga
4
adalah sebagi berikut. (Friedmann. 2010)
ggal.
1. Mengenal masalah kesehatan
2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
4. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
Mempertahankan
5. hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan masyarakat

3. Tipe dan bentuk keluarga

Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola
kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembang
mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam
meningkatkan derajat kesehtan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe
keluarga

Berikut merupakan tipe keluarga menurut Setyowati & Murwani (2007) :

a. Tipe keluarga tradisional


1. Keluarga inti, yaitu satu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri, dan anak
(kandung atau angkat)

2. Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempuyai
hubungan darah, misal : kakek, nenek, keponakan, paman, bibi.

3. Keluarga “Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri tanpa
anak

4. “Single Parent”, yaitu suatu rumah tanggayang terdiri dari satu orang tua
(ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapt disebabkan oleh
perceraian atau kematian.

5. “Single Adult”, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa. Misal:
seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah.

b. Tipe keluarga non tadisional

1. The unmarried teenege mather


Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan
tanpa nikah.

2. The stepparent family


Keluarga dengan orang tua tiri.

5
3. Commune family

Beberapa pasangan keluaga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan


saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok atau membesarkan anak bersama.

4. The non marital heterosexual cohibiting family

Keluarga yang hidup bersama dan berganti – ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.

5. Gay and lesbian family

Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagai suami


istri (marital partners)

6. Cohibiting couple

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena


beberapa alasan tertentu

7. Group-marriage family

Beberapa orang dewasamenggunakan alat – alat rumah tangga bersama


saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk sexual dan
membesarkan anaknya.

8. Group network family

Keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai – nilai, hidup bersama atau
berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang – barang rumah
tangga bersama, pelayanan, dan tanggung jawab membesarkan anaknya

9. Foster family

Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara di
dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan
bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang lainnya.

10. Homeless family


Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen
karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau
problem kesehatan mental.

11. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang – orang muda yang mencari

6
ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang
dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya

4. Tahap dan perkembangan keluarga

Tahap keluarga adalah suatu interval waktu dengan struktur dan interaksi
hubungan peran dalam keluarga yang berbeda secara kualitatif dan kuantitatif dari
periode lain. Tahap keluarga memiliki rentan waktu yang cukup besar dan,
meskipun transisi menghubungkan satu tahap ke tahap lain, terdapat pemutusan
hubungan sehingga setiap tahap memiliki ciri berbeda. Adapun tahap tahap
perkembangan keluarga berdasarkan konsep Duval and Miller dalam Friedman
(2010) adalah :

a. Tahap I : Pembentukan pasangan Baru

Pembentukan pasangan menandakan permulaan suatu keluarga baru dengan


pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan intim yang baru.
Tahap ini juga disebut tahap pernikahan. Tugas perkembangan keluarga yaitu
membentuk pernikahan yang memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan
secara harmonis dengan jaringan kekerabatan, dan pada periode ini,
perencanaan keluarga meliputi tiga tugas kritis.

b. Tahap II : Childbering family

Tahap ini dimulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi
berusia 30 bulan. Setelah hadirnya anak pertama, keluarga memiliki beberapa
tugas perkembangan penting. Suami, istri, dan anak harus mempelajari peran
barunya, sementara unit keluarga inti mengalami perkembangan fungsi dan
tanggung jawab. Tugas perkembangan keluarga yaitu membentuk keluarga
muda sebagai suatu unit yang stabil (menggabungkan bayi yang baru lahir ke
dalam keluarga), memperbaiki hubungan setelah konflik mengenai tugas
perkembangan dan kebutuhan berbagai anggota keluarga, mempertahankan
hubungan pernikahan yang memuaskan, dan memperluas hubungan dengan
keluarga besar

dengan menambahkan peran menjadi orang tua dan menjadi kakek/nenek.

c. Tahap III : Keluarga dengan anak prasekolah

Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2½

7
tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri
dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-
saudara laki – laki, dan putri-saudara perempuan. Keluarga menjadi lebih
kompleks dan berbeda. Tugas perkembangan keluarga yaitu memenuhi
kebutuhan anggota keluarga akan rumah, ruang, privasi, dan keamanan yang
memadai, mensosialisasikan anak, mengintregasikan anak kecil sebagai anggota
keluarga baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak lain, dan
mempertahankan hubungan yang sehat di dalam keluarga.

d. Tahap IV : Keluarga dengan anak sekolah

Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu penuh,
biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai pubertas, sekitas
usia 13 tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota maksimal dan
hubungan pada keluarga pada akhir tahap ini juga maksimal. Tugas
perkembangan keluarga yaitu mensosialisasikan anak – anak mereka pada saat
ini termasuk meningkatkan prestasi sekolah. Tugas keluarga yang penting
lainnya adalah mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan. Tugas
perkembangan keluarga yaitu mensosialisasikan anak – anak, termasuk
meningkatkan prestasi sekolah dan membantu hubungan anak – anak yang sehat
dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan pernikahan yang
memuaskan, dan memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja

Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 13 tahun. Biasanya tahap ini
berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika
anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak tetap tinggal
di rumah pada usia lebih dari 19-20 tahun. Anak lainnya yang tinggal dirumah
biasanya anak usia sekolah. Tujuan utama keluarga pada tahap anak remaja
adalah melonggarkan ikatan keluarga untuk memberikan tanggung jawab dan
kebebasan remaja yang lebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang
dewasa muda. Tugas perkembangan keluarga yaitu menyeimbangkan
kebebasan dengan tanggung jawab pada saat anak remaja telah dewasa dan
semakin otonomi, memfokuskan kembali hubungan pernikahan, dan
berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak.

f. Tahap VI : Keluarga melepaskan anak dewasa muda

Permulaan fase kehidupan keluarga ini ditandai dengan perginya anak pertama
8
dari rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”, ketika anak
terakhir juga telah meninggalkan rumah. Tahap ini dapat cukup singkat atau
cukup lama, bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang
belum menikah tetap tinggal di rumah setelah mereka menyelesaikan SMU
atau kuliahnya. Tugas perkembangan keluarga yaitu memperluas lingkaran
keluarga terhadap anak dewasa muda, termasuk anggota keluarga baru yang
berasal dari perikahan anak – anaknya, melanjutkan untuk memperbarui dan
menyesuaikan kembali hubungan pernikahan, dan membantu orang tua suami
dan istri yang sudah menua dan sakit.
g. Tahap VII : Orang tua paru baya
Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, merupakan tahap masa
pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika orang tua berusia sektar 45 sampai
55 tahun dan berakhir dengan pensiunnya pasangan, biasanya 16 sampai 18
tahun kemudian. Tugas perkembangan keluarga yaitu menyediakan
lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan kepuasan dan
hubungan yang bermakna antara orang tua yang telah menua dan anak mereka,
dan memperkuat hubungan pernikahan.
h. Tahap VIII : Keluarga lansia dan pensiunan
Tahap ini dimulai dengan pensiun salah satu atau kedua pasangan, berlanjut
sampai kehilangan salah satu pasangan, dan berakhir dengan kematian
pasangan yang lain. Tugas
1. perkembangan keluarga yaitu mempertahankan penataan kehidupan
yang memuaskan, menyesuaikan terhadap penghasilan yang
berkurang, mempertahankan hubungan pernikahan, menyesuaikan
terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antar
generasi, dan melanjutkan untuk merasinalisasi kehilangan keberadaan
anggota keluarga (peninjauan dan integrasi kehiduan).

9
5. Struktur keluarga
Menurut Setyowati & Murwani (2007) struktur keluarga terdiri atas :
a. Pola dan proses komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi :
1. bersifat terbuka dan jujur,
2. selalu menyelesaikan konflik keluarga,
3. berpikir positif, dan
4. tidak mengulang-ulang isu dan pendapatan sendiri. Karakteristik
komunikasi keluarga berfungsi untuk :
1. Karakteristik pengirim : yakin dalam mengemukakan suatu pnedapat,
apa yang disampaikan jelas, dan berkualitas, selalu meminta dan
menerima umpan balik.
2. Karakteristik penerima : sikap mendengarkan, memberikan umpan
balik, melakukan validasi
b. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial
yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu
dalam masyarakat misalnya sebagai istri, suami, anak, dan
sebagainya

c. Struktur kekuatan

Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu untuk


mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah
positif. Ada beberapa macam tipe struktur kekuatan, sebagai berikut :

1. Legitimati power

2. Referent power

3. Reward power

4. Corective power

5. Affective power

6. Nilai – nilai keluarga

Nilai merupakan suatu sistem, sikap, dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak,
10
mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga
merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma
adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai
dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari,
dibagi, dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

7. Struktur peran keluarga

Sebuah peran didefinisikan sebagai kumpulan dari perilaku yang secara ralatif
homogen dibatasi secara normatif dan diharapkan dari seseorang yang menempati
posisi sosial yang diberikan. Peran berdasarkan pada pengharapan atau penetapan
peran yang membatasi apa saja yang harus dilakukan oleh individu di dalam situasi
tertentu agar memenuhi harapan diri atau orang lain terhadap mereka. Posisi atau
status didefinisikan sebagi letak seseorang dalam suatu sistem sosial.

Menurut Friedman (2010) peran keluarga dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu

a. Peran Formal Keluarga

Peran formal adalah peran eksplisit yang terkandung dalam struktur peran
keluarga (ayah-suami,dll). Yang terkait dengan masing – masing posisi keluarga
formal adalah peran terkait atau sekelompok perilaku yang kurang lebih
homogen. Keluarga membagi peran kepada anggota keluarganya dengan cara
yang serupa dengan cara masyarakat membagi perannya: berdasarkan pada
seberapa pentingnya performa peran terhadap berfungsinya sistem tersebut.
Beberapa peran membutuhkan ketrampilan atau kemempuan khusus: peran
yang lain kurang kompleks dan dapat diberikan kepada mereka yang kuarang
terampil atau jumlah kekuasaanya paling sedikit

b. Peran Informal Keluarga

Peran informal bersifat implisit, sering kali tidak tampak pada permukaannya,
dan diharapkan memenuhi kebutuhan emosional anggota keluarga dan/atau
memelihara keseimbangan keluarga. Keberadaan peran informal diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan integrasi dan adaptasi dari kelompok keluarga.

8. Proses dan strategi koping keluarga

Proses dan strategi koping keluarga berfungsi sebagi proses atau mekanisme vital
yang memfasilitasi fungsi keluarga. Tanpa koping keluarga yang efektif, fungsi
afektif, sosialisasi, ekonomi, dan perawatan kesehatan tidak dapat dicapai secara
adekuat. Oleh karena itu, proses dan strategi koping keluarga mengandung proses

11
yang mendasari yang menungkinkan keluarga mengukuhkan fungsi keluarga yang
diperlukan.

9. Keluarga sebagai klien

Pada penjabar konsep keperawatan keluarga, keseluruhan keuarga dipandang


sebagai klien atau sebagai fokus utama pengkajian dan perawatan. Dalam hal ini,
keluarga merupakan bagian terdepan, sedangkan individu anggota keluarga
berperan sebagai latar belakang atau konteks. Keluarga dipandang sebagi sebuah
sistem yang saling mempengaruhi. Fokusnya adalah pada hubungan dan dinamika
interna keluarga, fungsi, dan struktur keluarga, dan hubungan subsistem dengan
keseluruhan serta hubungan keluarga dengan lingkungan luarnya. Pada tipe penjabaran
keluarga yang terakhir inilah, kontribusi unit keperawatan keluarga terlihat jelas.

Ketika teori sistem dan sibernatik menjadi cara utama memandang dan
menganalisis keluarga, terutama konsep mengenai interaksi, sirkulasi, dan timbal balik.
Pada keperawatan sistem keluarga, hubungan antar penyakit, anggota keluarga, dan
keluarga dikaji dengan menggunakan perspektif interaksi ini dan dimasukan kedalam
rencana terapi. Tipe praktik ini melibatkan penggunaan paradigma dan kerangka
epistomologis yang berbeda untuk pengkajian dan perawatan, yang ditandai dengan
holisme dan hubungan kausal yang sirkular. Keperawatan sistem keluarga menggunakan
pengkajian klinis lanjut dan CX ketrampilan intervensi yang berdasarkan pada
perpaduan keperawatan, terapi, dan teori sistem keluarga. Hal ini menunjukan praktik
keperawatan tingkat lanjut, dan konsentrasinya yang simultan, yang ditunjukan tidak hanya
pada keseluruhan keluarga sebagai unit perawatan, tetapi juga pada berbagai sistem, seperti
individu, keluarga, dan sistem yang lebih besar.

Untungnya masih banyak upaya yang dilakukan pada perawatn primer keluarga
untuk memandang unit keluarga sebagai fokus utama keparawatan, tetapi dengan adanya
uapaya pengetatan biaya dan kurangnya pembayaran untuk perawatan keluarga, upaya yang
dilakukan ini tidak tersebar secara luas.

B. PERAN PERAWAT KELUARGA DALAM ASUHAN KEPERAWATAN


KELUARGA

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh
keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk
dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier
Barbara, 1995:21). Fungsi itu sendiri adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai
dengan perannya. Fungsi dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada.

12
Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang
berarti merawat atau memelihara. Harlley Cit ANA (2000) menjelaskan pengertian
dasar seorang perawat yaitu seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara,
membantu dan melindungi seseorang karena sakit, injury dan proses penuaan dan
perawat Profesional adalah Perawat yang bertanggungjawab dan berwewenang
memberikan pelayanan Keparawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan
tenaga Kesehatan lain sesuai dengan kewenanganya. (Depkes RI, 2002).

Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas


perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui
dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung
keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik professional.

Fungsi Perawat dalam melakukan pengkajian pada Individu sehat maupun


sakit dimana segala aktifitas yang di lakukan berguna untuk pemulihan Kesehatan
berdasarkan pengetahuan yang di miliki, aktifitas ini di lakukan dengan berbagai cara
untuk mengembalikan kemandirian Pasien secepat mungkin dalam bentuk Proses
Keperawatan yang terdiri dari tahap Pengkajian, Identifikasi masalah (Diagnosa
Keperawatan), Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi.

Ada banyak peran perawat dalam membantu keluarga dalam menyelesaikan


masalah atau melakukan perawatan kesehatan keluarga, diantaranya sebagai berikut:

a. Pendidik

Tujuan utama dari pembangunan kesehatan adalah membantu individu, keluarga dan
masyarakat untuk berperilaku hidup sehat sehingga dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya secara mandiri. Untuk mencapai tujuan tersebut perawat harus mendidik
keluarga agar berperilaku sehat dan selalu memberikan contoh yang positif tentang
kesehatan. Fokus pengajaran perawat dalam mendidik keluarga adalah sbb :

1. Penanaman perilaku hidup sehat

2. Peningkatan nutrisi dan pengaturan diet

3. Olahraga

4. Pengelolaan atau manajemen stres

5. Pendidikan tentang proses penyakit dan pengobatannya

6. Pendidikan tentang penggunaan obat

7. Pendidikan tentang perawatan mandiri.

13
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga dengan
tujuan sebagi berikut :

1. keluarga dapt melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara


mandiri, dan

2. bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga. Dengan


diberikan pendidikan kesehapatan / penyuluhan diharapkan keluarga
mampu mengatasi dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehtan.

b. Koordinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta


mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga
pemeberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan
kebutuhan klien.

Tujuan Perawat sebagi coordinator adalah :

1. Untuk memenuhi asuhan kesehatan secara efektif, efisien dan


menguntungkan klien.

2. Pengaturan waktu dan seluruh aktifitas atau penanganan pada klien.

3. Menggunakan keterampilan perawat untuk :

a. Merencanakan

b. Mengorganisasikan

c. Mengarahkan

d. Mengontro

Peran perawat koordinator juga di perlukan pada perawatan


berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif dapat
tercapai.koordinasi juga sangat di perlukan untuk mengatur program
kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi
tumpang tindih dan pengulangan

c. Pelaksana

Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga yang baik di rumah, klinik maupun
rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung. Kontak
pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat
mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan
harapan keluarga nanti dan melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga

14
yang sakit.

d. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan perawat harus melakukan home visit atau kunjungan
rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang
kesehatan keluarga. Perawat tidak hanya melakukan kunjungan tetapi diharapkan ada
tindak lanjut dari kunjungan ini.

e. Konsultan
Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar
keluarga mau meminta nasehat pada perawat maka hubungan perawat dan keluarga
harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya. Maka
dengan demikian, harus ada Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP) antara perawat
dan keluarga.

f. Kolaborsi
Sebagai perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayan rumah sakit,
puskesmas, dan anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan
keluarga yang optimal. Kolaborasi tidak hanya dialukakan sebagai perawat di rumah
sakit tetapi juga dikeluarga dan komunitaspun dapat dilakukan.

g. Fasilitator
Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga dalam menghadapi
kendala untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. Kendala yang sering
dialami keluarga adalah keraguan didalam menggunakan pelayanan kesehatan,
masalah ekonomi, dan sosial budaya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator
dengan baik, maka perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan,
misalnya sistem rujukan dan dana sehat.

h. Penemu kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi kesehtan
secara dini (case finding), sehingga tidak terjadi ledakan atau Kejadian Luar Biasa
(KLB) dan mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini sehingga tidak terjadi
ledakan atau wabah.

i. Modifikasi lingkungan

Perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan


rumah, linkungan masyarakat, dan lingkungan sekitarnya agar dapa tercipta
lingkungan yang sehat.

C. TINGKAT PENCEGAHAN KELUARGA

15
Ada 5 tingkat pencegahan dalam keluarga di antaranya adalah :

a. Peningkatan kesehatan (health promotion)

Pada tingkat ini dilakukan tindakan umum untuk menjaga keseimbangan


proses bibit penyakit – penjamu – lingkungan , sehingga dapat menguntungkan
manusia dengan cara menngkatkan daya tahan tubuh dan memperbaiki
lingkungan . tindakan ini di lakukan pada seseorang yang sehat

Contoh :

1. Penyediaan makanan sehat dan cukup (kualitas maupun kuantitas )

2. Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan , misalnya penyediaan air


bersih , pembuangan sampah, pembuangan tinja dan limbah.

3. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat .misalnya untuk kalangan


menengah keatas di negara berkembang terhadap resiko jantung
koroner.

4. Olahraga secara teratur sesuai kemampuan individu

5. Kesempatan memperoleh hiburan demi perkembangan mental dan


sosial.

6. Nasehat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab.

7. Rekreasi atau hiburan untuk perkembangan mental dan sosial.

b. Perindungan umum dan khusus terhadap penyakit penyakit tertentu (


general and spesific protection)

Merupakan tindakan yang masih di maksudkan untuk mencegah penyakit


, menghentikan proses interaksi bibit penyakit – penjamu – lingkungan
dalam tahap prepatogenesis , tetapi sudah terarah pada penyakit tertentu.
Tindakan ini di lakukan pada seseorang yang seht tetapi memiliki resiko
terkena penyakit tertentu.

Contoh :

1. Memberikan imunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah


dengan adanya kegiatan pekan imunisasi nasional (PIN).

2. Isolasi terhadap penderita penyakit menular, misalnya yang terkena flu


burung di tempatkan di ruang isolasi.

3. Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat umum maupun


tempat kerja dengan menggunakan alat pelindung diri.
16
4. Pelindungan terhadap bahan bahan yang bersifat karsinogenik, bahan
bahan racun maupun alergi.

5. Pengendalian sumber sumber pencemaran, misalnya dengan kegiatan


jumsih “jum’at bersih “ untuk membersihkan sungan atau selogan
bersama sama.

6. Penggunaan kondom untuk mencegah penularan HIV/AIDS


c. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat
(early diagnosis and prompt treatment)
Merupakan tindakan menemukan penyakit sedini mungkin dan melakukan
penatalaksanaan segera dengan terapi yang tepat.
Contoh :
1. Pada ibu hamil yang sudah terdapat tanda tanda anemia diberikan tablet
Fe dan dianjurkan untuk makan makanan yang mengandung zat besi
2. Mencari penderita dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan .
Misalnya pemeriksaan darah, rontgent paru.
3. Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita
penyakit menular (contact person) untuk diawasi agar bila penyakitnya
timbul dapat segera diberikan pengobatan.
4. Melaksanakan skrining untuk mendeteksi dini kanker
d. Pembatasan kecacatan (dissability limitation).
Merupakan tindakan penatalaksanaan terapi yang adekuat pada pasien
dengan penyakit yang telah lanjut untuk mencegah penyakit menjadi
lebih berat, menyembuhkan pasien, serta mengurangi kemungkinan
terjadinya kecacatan yang akan timbul.
Contoh :
1. Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh dan
tak terjadi komplikasi, misalnya menggunakan tongkat untuk kaki yang
cacat
2. Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan dengan cara tidak
melakukan gerakan gerakan yang berat atau gerakan yang dipaksakan
pada kaki yang cacat.
3. Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan
pengobatan dan perawatan yang lebih intensif.
e. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
Merupakan tindakan yang dimaksudkan untuk mengembalikan pasien ke
17
masyarakat agar mereka dapat hidup dan bekerja secara wajar, atau agar
tidak menjadi beban orang Iain.
Contoh :
1. Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan
mengikutsertakan masyarakat. Misalnya, lembaga untuk rehabilitasi
mantan PSK, mantan pemakai NAPZA dan lain-lain.
2. Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan
memberikan dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk
bertahan. Misalnya dengan tidak mengucilkan mantan PSK di
lingkungan masyarakat tempat ia tinggal.
3. Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap
penderita yang telah cacat mampu mempertahankan diri.
4. Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan
seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Peran dan fungsi perawat adalah tingkah laku yang di harapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukan dalam sistem , dimana dapat mempengaruhi oleh
keadaan sosial baik dari profesu maupun di luar profesi keperawatan yang bersifat konstan.
Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari peran sebagai
pemberi asuhan keperawatan ,pendidik ,koordinator,konsultan,penemu kasus, fasilitator
,modifikasi lingkungan .

19
DAFTAR PUSTAKA

Pengantar Konsep Dasar Keperawatan /A.Aziz Alimul Hidayat – Jakarta ; Salemba Medika
2009

20

Anda mungkin juga menyukai