Anda di halaman 1dari 7

NAMA : PUTRI KRISDAYANI

KELAS : XI AKUNTANSI 3

PRINSIP DAN PRAKTIK EKONOMI DALAM ISLAM

Pengertian Ekonomi Islam

Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang
perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana
dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam.

Tujuan Ekonomi Islam

Segala aturan yang diturunkan Allah swt dalam sistem Islam mengarah pada tercapainya
kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, serta menghapuskan kejahatan, kesengsaraan, dan
kerugian p[ada seluruh ciptaan-Nya. Demikian pula dalam hal ekonomi, tujuannya adalah
membantu manusia mencapai ketenangan di dunia dan di akhirat.

Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam


a. Harta Kepunyaan Allah dan Manusia Merupakan Khalifah Atas Harta
b. Ekonomi Terikat dengan Akidah, Syariah (hukum), dan Moral
c. c.Keseimbangan antara Kerohanian dan Kebendaan
d. Ekonomi Islam Menciptakan Keseimbangan antara Kepentingan Individu dengan
Kepentingan umum
e. Kebebasan Individu Dijamin dalam Islam
f. Negara Diberi Wewenang Turut Campur dalam Perekonomian
g. Bimbingan Konsumsi
h. Petunjuk Investasi
i. Zakat
j. j.Larangan Riba
Secara garis besar ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar :
1. Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau anugerah dari Allah swt
kepada manusia.
2. Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.
3. Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerjasama.
4. Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh segelintir
orang saja.
5. Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan
untuk kepentingan banyak orang.
6. Seorang muslim harus takut kepada Allah swt dan hari penentuan di akhirat nanti.
7. Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab).
8. Islam menolak riba dalam bentuk apapun.
Praktik Ekonomi jual beli Dalam Islam
Jual beli secara etimologi adalah pertukaran sesuatu dengan lainnya. Sedangkan secara
terminologi adalah pertukaran harta dengan harta dengan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan syara' (aman dari permasalahan yang akan timbul di kemudian hari).

Rukun Jual Beli


Rukun Jual beli ada 6 :
1. penjual
2. pembeli
3. barang yang diperjualbelikan
4. alat pembayaran
5. ijab ( pernyataan ridha si penjual)
6. qabul ( pernyataan ridha si pembeli)
Syarat ( ketentuan) Jual Beli
1) syarat si penjual dan pembeli
2) syarat objek jual beli dan alat pembayaran
3) Syarat pada sighat ( Ijab dan Qabul)

Pembagian jual beli dan hukumnya


Jenis jual beli terbagi kepada 4 macam, yaitu:

a) jual beli yang objek barang yang diperjual belikan,dilihat oleh kedua belah pihak,
maka hukumnya boleh, karena tidak ada tipuan padanya.
b) jual beli yang objeknya dipesan ( salam, dengan segala ketentuannya) oleh si pembeli
kepada penjual, apabila sesuai dengan pesanan, maka hukumnya juga boleh.
c) jual beli objek yang tidak ada pada majelis (tempat melakukan akad jual beli) dan
belum pernah dilihat oleh kedua belah pihak, maka tidak boleh. Sebaliknya, kalau
barang tersebut tidak ada dalam majelis akad, tetapi sudah pernah dilihat oleh kedua
belah pihak, dan pada kebiasaan, barang tesebut dari saat dilihat sampai akad, tidak
akan berubah, maka hukumnya boleh.
d) Jual beli manfaat yaitu sewa menyewa, maka hukumnya boleh, sesuai ketentuan yang
ada pada masalah sewa menyewa.

Praktik Ekonomi Pesanan Dalam Islam (Salam)

Salam adalah akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan pengiriman di
kemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli (al
muslam) pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
Sumber Hukum Akad Pesanan (salam)
1. Al-Qur’an
 “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaknya kamu menuliskannya dengan benar….” (Q.S 2:282)
 “Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu….(Q.S 5:1)
2. Al hadits
 “Barang siapa melakukan salam, hendaknay ia melakukannya dengan takaran yang
jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.” (HR.
Bukhari Muslim).
 “Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh
muqaradhah(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan
rumah, bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah).
Rukun dan Ketentuan Akad Pesanan (salam)
Rukun pesanan (salam) ada tiga, yaitu :
1) Pelaku, terdiri atas penjual(muslim illaihi) dan pembeli(al muslam) : harus cakap
hukum dan baligh
2) Objek akad berupa barang yang akan diserahkan (muslam fiih) dan modal salam
(ra’su maalis salam).
3) Ijab Kabul/serah terima adalah pernyataan dan ekspresi saling ridho diantara pelaku-
pelaku akad baik secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan
cara-cara kmunikasi modern.
Berakhirnya Akad Pesanan (Salam)
hal-hal yang dpat membatalkan kontrak yaitu :
a) Barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan.
b) Barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati dalam akad.
c) Barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah, dan pembeli memilih untuk menolak
atau membatalkan akad.
Praktik Ekonomi Investasi Dalam Islam

Modal adalah sejumlah uang pemilik dana diberikan kepada mudharib untuk
diinvestasikan dikelola) dalam kegiatan usaha mudharabah.
Syarat yang tercakup dalam modal adalah sebagai berikut:

1. Jumlah modal harus diketahui secara pasti termasuk jenis mata uangnya.
2. Modal harus dalam bentuk tunai, seandainya berbentuk aset menurut Jumhur Ulama
Fiqh diperbolehkan, asalkan berbentuk barang niaga dan mempunyai nilai atau
historinya pada saat mengadakan kontrak.
3. Modal harus tersedia dalam bentuk tunai tidak dalam bentuk piutang.
4. Modal mudharabah langsung dibayar kepada mudharib. Beberapa Fuqaha berbeda
pendapat mengenai cara realisasi pencarian dana, yaitu dibayar langsung dengan cara
lain dilaksanakan dengan memungkinkan mudharib untuk memperoleh manfaat dari
modal tersebut bagaimanapun cara akuisisinya.
Jenis Investasi Dalam Islam
a) Tabungan Bagi Hasil (Mudharabah)
b) Deposito Bagi Hasil (Mudharabah)
c) Investasi Khusus (Mudharabah Muqayyadah)

Praktik Ekonomi muzara’ah Dalam Islam

muzara’ah berarti kerjasama antara pemilik lahan dengan petani penggarap dimana
pemilik lahan memberikan tanah kepada petani untuk digarap agar dia mendapatkan bagian
dari hasil tanamannya. Misalnya seperdua, sepertiga, lebih banyak atau lebiih sedikit daripada
itu.
Dasar hukum muzara’ah
Rasulullah s.a.w. bersabda sebagai berikut:
‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه و‬:‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه قال‬
) ‫سلم (من كانت له أرض فليزرعها أو ليمنحها أخاه فإن أبى فليمسك أرضه‬
 Artinya: “Dari Abu Hurairah ra. Berkata: Bersabda Rasulullah Saw (barangsiapa
yang memiliki tanah maka hendaklah ditanami atau diberikan faedahnya kepada
saudaranya jika ia tidak mau maka boleh ditahan saja tanah itu.” (Hadits Riwayat
Muslim)[5]
ُ ‫ع َها فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ْز َر ْع َها فَ ْليَ ْز َر ْع َها أَخَاه‬
ُ ‫ض فَ ْليَ ْز َر‬
ٌ ‫َت لَهُ أ َ ْر‬
ْ ‫َم ْن كَان‬
 Artinya:“Barang siapa yang mempunyai tanah, hendaklah ia menanaminya atau
hendaklah ia menyuruh saudaranya untuk menanaminya.” (Hadits Riwayat
Bukhari)[6]
Dari beberapa hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim di atas, bahwa bagi
hasil dengan sistem muzara’ah itu dibolehkan.

Rukun muzara’ah
 Pemilik tanah
 Petani penggarap
 Objek al-muzaraah
 Ijab dan qabul secara lisan maupun tulisan

syarat-syarat muzara’ah
 Syarat bertalian dengan ‘aqidain, yaitu harus berakal.
 Syarat yang berkaitan dengan tanaman, yaitu disyaratkan adanya penentuan macam
apa saja yang ditanam.
 Hal yang berkaitan dengan perolehan hasil tanaman, yaitu bagian masing-masing
harus disebutkan jumlahnya (persentasenya), hasil adalah milik bersama.
 Hal yang berhubungan dengan tanah yang akan ditanami seperti lokasi tanah dan
batas tanah.
 Hal yang berkaitan dengan waktu dan syarat-syaratnya.
 Hal yang berkaitan dengan alat-alat yang digunakan dalam bercocok tanam
muzara’ah.

Pinjam Meminjam (QIRADH)


Qiradh adalah bentuk pinjaman yang diberikan oleh orang yang mampu kepada orang
yang akan mengambil manfa'atnya dalam rangka meringankan beban orang tersebut untuk
kemudian akan dikembalikan oleh sipeminjam setelah ia mempunyai kesanggupan untuk
membayar.
Dasar Hukum Pinjam Meminjam (Qiradh)
Pihak yang meminjami mempunyai pahala Sunat, sedangkan dilihat dari pihak yang
peminjam maka hukumnya, boleh (mubah).
a. Firman Allah SWT dalam Alqur,an:
Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Maka Allah
akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan Dia akan memperoleh pahala
yang banyak. (AL-Hadid:11)
a. Nabi saw. Bersabda:
‫ومن نفس عن اخيه كربة من كرب الدنيانفس هللا عنه كربة من كرب يوم القيمة‬
“Barang siapa yang memudahkan kesulitan dunia saudaranya, maka Allah akan
memudahkan kesulitan yang dihadapinya pada hari kiamat. (HR. Muslim)”.

Rukun dan Syarat Pinjam Meminjam (Qiradh)


Rukun dan Syarat-syarat terlaksananya Qiradh, yaitu:
Rukun Syarat
a. meminjami dan peminjam Dewasa, sehat akal dan sama-sama rela.
Pinjaman itu hendaknya dari orang yang
memang sah memberikan pinjaman.
b. obyek pinjaman (barang/uang) Harus diketahui secara jelas (jumlahnya)/kadar
ukuran baik oleh pemilik maupun penerima.
Jika barang pinjaman itu berupa binatang,
maka harus diketahui sifat dan umurnya.
Pemanfaatan/penggunaannya Pemberi pinjaman harus mengetahui
penggunaan pinjaman dari peminjam tersebut,
jika pinjaman tersebut dipergunakan sebagai
modal kerja, maka Pemilik modal perlu
mengetahui jenis pekerjaan tersebut.
d. Keuntungan Besar atau kecilnya bagian keuntungan
hendaknya dibicarakan saat mengadakan
perjanjian. misalnya, pemilik modal
memperoleh 40%, sedangkan penerima modal
60%.
Hikmah Qiradh
1) Membantu kaum yang lemah yang tiada modal namun mampu menggunakan modal
untuk suatu usaha yang hasilnya bisa dipetik oleh kedua belah pihak.
2) menyenangkan kedua belah pihak, pihak pemilik modal bias mendapat keuntungan
dari modalnya, pihak yang menjalankan modal mampu mengembangkan usahanya
lebih maju.
3) Menjunjung nilai tolong-menolong yang sangat dianjurka oleh islam.
4) Mengurangi pengangguran, karena dengan dibukanya usaha secara otomatis
membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak.
Praktik Ekonomi Jaminan dalam Islam
a. Jaminan Kafalah

Secara etimologis, kafalah berarti al-dhamanah, hamalah, dan za’amah, ketiga istilah
tersebut mempunyai makna yang sama, yakni menjamin atau menanggung. Sedangkan
menurut terminologi Kafalah didefinisikan sebagai : “Jaminan yang diberikan oleh kafiil
(penanggung) kepada pihak ketiga atas kewajiban/prestasi yang harus ditunaikan pihak kedua
(tertanggung)”.

rukun dan syarat jaminan kafalah


a. Kafiil (orang yang menjamin);
b. Makful lah (orang yang berpiutang/berhak menerima jaminan);
c. Makful ‘anhu (orang yang berutang/ yang dijamin);
d. Madmun bih atau makful bih (hutang/kewajiban yang dijamin);
e. Lafadz ijab qabul.

Jaminan Rahn
Secara etimologi, kata al-rahn berarti tetap, kekal, dan jaminan. Akad alrahn dalam
istilah hukum positif disebut dengan barang jaminan/agunan. Sedangkan menurut
istilah ar-rahn adalah harta yang dijadikan pemiliknya sebagai jaminan utang yang
bersifat mengikat.
rukun dan syarat jaminan Rahn
 a. Kecakapan bertindak hukum,
 b. shigat (lafal).
 c. al-marhum bihi (utang)
 d. al-marhun (barang yang dijadikan agunan).
Hukum Pengikatan Jaminan
perjanjian jaminan fidusia yang tidak memenuhi syarat formalitas sesuai Undang-Undang
Jaminan Fidusia yang mewajibkan dengan akta notaris dan didaftarkan, tidak berarti bahwa
perjanjian jaminan itu batal, akan tetapi jika konsumen/debitur wanprestasi atau cidera janji,
maka lembaga pembiayaan konsumen harus melakukan gugatan perdata ke pengadilan yang
mana perjanjian itu hanya sebagai perjanjian biasa, yang tidak mempunyai kekuatan bagi
lembaga pembiayaan konsumen itu sebagai kreditur preferensi (yang didahulukan) atas
jaminan kebendaan tersebut atau dengan kata lain bahwa pengikatan jaminan tersebut tidak
mempunyai kekuatan hukum eksekutorial.
Hukum-Hukum Perseroan (Shirkah)
Menurut syariah,syirkah adalah akad(transaksi) antara dua orang atau lebih,yg
bersepakat untuk melakukan kerja yg bersifat financial dengan maksud mendapatkan
keuntungan. Akad syirkah mengharuskan adanya ijab dan qabul sekaligus, sebagaimana
layaknya akad yang lain.

Anda mungkin juga menyukai