Anda di halaman 1dari 2

Komnas Perempuan melakukan sejumlah kegiatan Beberapa di antaranya adalah kampanye

#GerakBersama yang dijalankan di media sosial dan Komnas Perempuan juga untuk membuat petisi
khusus bertajuk #GerakBersama di situs change.org. Kedua kampanye tersebut bertujuan untuk
mengajak para perempuan dan masyarakat agar lebih peka terhadap kasus-kasus kekerasan seksual
termasuk perkosaan yang masih banyak terjadi pada perempuan.

Kampanye dari Komnas Perempuan tersebut mengajak generasi masa kini menjadi lebih peduli terhadap
sesama, serta yang paling penting adalah mendorong perempuan korban perkosaan lebih berani untuk
melaporkan tindakan pemerkosaan yang terjadi pada dirinya sendiri maupun orang lain. Mereka juga
diharapkan lebih berani bercerita agar tidak memendam luka batin sendiri, serta mengedukasi
perempuan lain agar tidak mengalami hal serupa.

Dengan adanya gerakan-gerakan seperti ini, diharapkan Indonesia memiliki program atau sistem sendiri
yang bisa membantu korban kekerasan seksual. Sebab hingga saat ini, penanganan kasus perkosaan di
Indonesia masih dianggap kurang berpihak kepada perempuan. Sudah menanggung malu karena
menjadi korban perkosaan, perempuan juga masih harus dihadapkan dengan proses pemeriksaan yang
tidak memiliki unsur empati terhadap korban.

Kasus kekerasan seksual ataupun pemerkosaan sedang marak terjadi. Dari penelusuran terhadap
peristiwa perkosaan yang terjadi, bisa dikatakan bahwa pemicu perkosaan bisa muncul dari dua belah
pihak, baik dari sisi korban maupun datang dari diri pelaku. Pemicu yang muncul dari korban bisa
berupa:

1. Penampilan korban, seperti cara berpakaian yang merangsang syahwat; mengenakan perhiasan
berlebih.

2. Perilaku korban yang mudah dekat, akrab, bahkan cenderung gampang diajak pergi bersama dengan
laki-laki sekalipun baru dikenalnya. Seperti terjadi pada beberapa kasus perkosaan, ada korban yang
baru mengenal pelaku dari face book atau telpon salah sambung, kemudian dia merespon dan mau
diajak bertemu di suatu tempat dan terjadilah peristiwa perkosaan tersebut. Demikian juga kasus
perkosaan dalam angkot yang menghebohkan di awal September tahun ini, ternyata salah satu pelaku
dikenal korban, ketika pelaku menawarkan kepada korban untuk diantar ke tempat tujuan korban
langsung mengikuti padahal dia sendirian. Modus perkosaan yang banyak terjadi yakni pelaku
membujuk korban untuk jalan-jalan terlebih dahulu, kemudian diajak menenggak miras, dan setelah
perempuannya mabuk baru diperkosa.

3. Kondisi korban relatif sepi. Kebanyakan kasus perkosaan terjadi di malam hari, seperti menimpa para
wanita yang pulang malam baik pulang kuliah maupun pulang kerja. Atau bisa juga terjadi di siang hari
tapi korban berada di tempat yang sepi atau sendirian di rumah, seperti yang seringkali terjadi pada
kasus perkosaan anak yang berlangsung ketika orang tuanya tidak ada di rumah atau anak sedang
bermain sendirian.

4. Terjadi pergaulan yang tidak mengindahkan aturan antara korban dengan pelaku di tempat khusus,
seperti tidur satu kamar antara korban dengan pelaku( bisa saudara laki-laki, ayah tiri, bahkan ayah
kandung); majikan laki-laki bebas keluar masuk kamar pembantu perempuan atau sebaliknya; berdua-
duaan (khalwat) antara korban dengan pelaku

Anda mungkin juga menyukai