Anda di halaman 1dari 3

Nikah Tanpa Berpacaran, Bisakah?

Berpacaran sebelum menikah menjadi fenomena yang tampak lumrah dalam kehidupan
sehari-hari. Meski dalam islam berpacaran merupakan aktivitas yang tidak disukai Allah
karena membuat kita mendekati larangan-Nya, Banyak pemuda-pemudi yang berpacaran
dengan alas an ingin mengenal pasangannya lebih dalam sebelum memutuskan untuk
benar-benar menikahinya. Ada yang pada akhirnya menikah, tapi tidak sedikit pula yang
batal menikah setelah berlama-lama pacarana. Kita, apakah akan menjadi bagian dari orang-
orang tersebut atau memilih jalan taat?

Jika kita mengingat kembali tujuan penciptaan manusia, bahwa sejatinya kita diciptakan
untuk beribadah pada-Nya, maka menikah merupakan salah satu sarana kita untuk
melakukan ibadah. Karena untuk ibadah dan InshaAllah akan kita jalani sepanjang hayat,
setiap orang pun pasti berusaha mencari jodoh terbaik, bukan? Tapi bagaimana dengan cara
kita menjemput jodoh, apakah dengan cara yang Allah suka dan ridai ataukah tidak? Tentu
kita ingin menjemputnya dengan cara yang Allah suka dan rida, kan? Supaya rumah tangga
kita kelak mendapatkan keberkahan dari Allah yang taka da putus-putusnya. Nah, cara
seperti apakah itu? Kalua menurut kami, ada du acara, yaitu dengan taaruf atau langsung
mendatangi orang tua. Mari kita bahas satu per Satu.

1. Taaruf
Pasti kamu suda sering mendengar proses pranikah yang satu ini kan? Sebetulnya
proses ini ada untuk membantu teman-teman yang ingin menikah tanpa harus
pacarana terlebih dahulu. Calonnya siapa? Bukan berarti kita memilihnya secara acak
dari sejumlah orang yang tidak kita kenal. Kalau ada seseorang yang menarik hati
kita, boleh kok mengajaknya taaruf. Dalam taaruf, biasanya aka nada seseorang yang
menjadi perantara untuk menyampaikan pesan atau menemani proses perkenalan,
untuk menghindari berdua-duaan. Perantaranya pun bias siapa saja. Bisa orang tua,
guru mengaji atau orang lain yang dapat dipercaya. Penjelasan lengkapnya kita akan
bahas di kuliah wa selanjutnya “Kenapa Mau Taaruf?”.

Tahapanya, pertama bisa dengan memberikan riwayat hidup atau CV terlebih


dahulu, lalau melakukan pertemuan untuk mengonfirmasi isi CV. Jika merasa cocok,
kedua orang tersebut bisa melanjutkan pada tahap khitbah (lamaran). Secara teknis,
langkahnya bias berbeda-beda. Tetapi, itu tidak masalah, selama tetap berada dalam
koridor yang benar. Ini hanyalah gambaran umum.

2. Langsung mendatangi orang tua


Tidak semua orang tua memahami dan mau menerima proses taaruf. Apabila orang
tua masih merasa asing dengan taaruf, sebenarnya boleh saja seorang laki-laki atau
perempuan langsung menemui orang tua sang calon. Syaratnya, harus pede alias
percaya diri. Biasanya ini dilakukan oleh para laki-laki. Ada baiknya melakukan
istikharah terlebih dahulu agar lebih yakin. Libatkan Allah, gantungkan harapan
pada-Nya, agar lebih ikhlas menerima jawabannya.
Dalam menjemput jodoh, kami tidak menganjurkan teman-teman untuk berpacaran karena
selain dilarang, berpacaran dapat mengurangi keberkahan dalam pernikahan. Meski tidak
berpacaran, kita tetap bias meraih keutamaan. Apa sajakah itu?

 Lebih Bahagia menikmati Berpacaran setelah menikah


Pasangan yang menikah tanpa berpacaran pasti akan merasa lebih menikmati masa-
masa awal setelah pernikahan. Karena pada masa inilah mereka untuk pertama
kalinya bias jalan-jalan berduaan, berpegangan tangan, dan bercanda Bersama.
Pokoknya, karena ini adalah kali pertama, rasanya akan sangat indah hingga rasa
bosan tidak akan mudah menghampiri. Dalam pernikahan yang didahului dengan
berpacaran, tentu hal-hal di atas tidak lagi jadi pengalaman pertama, kan?

 Merasa lebih puas


Menurut penelitian, pasangan yang menikah tanpa berpacaran akan mengalami
kepuasan pernikahan lebih tinggi. Anggaplah perasaan cinta bias diukur dengan skor
1-10. Orang yang sudah berpacaran lama, katakanlah dia sudah cinta pada
pacaranya. Sebelum menikah, perasaan cintanya kepada pacaranya ada di angka
tujuh. Setelah menikah, dia semakin cinta sehingga angka cintanya bertambah
menjadi 10. Dengan begitu, berarti ia mengalami kenaikan nilai jatuh cinta sebesar
tiga poin.

Adapun yang menikah tanpa pacarana, perubahannya berbeda. Sebelum menikah,


belum ada rasa cinta yang menggebu-gebu. Misalkan perasaan cinta kepada si calon
ada di angka satu saja. Setelah menikah, level cintanya naik drastic sampai angka 10.
Tentu kenaikannya jauh lebih banyak, yakni 10 poin. Hal inilah yang menyebabkan
orang-orang yang menikah tanpa berpacaran dapat mencapai kepuasan pernikahan
yang lebih tinggi.

 Lebih mendatangkan keberkahan


Karena sebelum menikah kita terhindar dari hal-hal yang tidak disukai Allah,
InshaAllah keberkahan akan kita dapatkan lebih banyak. Menikah adalah ibadah
yang menggetarkan arasy Allah, maka janganlah memulai prosesnya dengan sesuatu
tidak disukai Allah, ya!

 Lebih mudah menerima pasangan


Dalam pernikahan yang diawalai dengan berpacaran, bias jadi aka nada rasa kaget
dan sulit untuk menerima perbedaan sikap pasangan yang tampak manis saat
berpacaran, namun berubah setelah menikah. Tetapi, dalam pernikahan yang tidak
diawali dengan hubungan pacaran, tentu sebelumnya kita tak banyak tahu
bagaimana sikap pasangan, sehingga kita akan lebih menerima apapun sikap
pasangan, termasuk menerima keburukan dari pasangan.

Bagaimana jika kita sudah terlanjut berpacaran? Mari intropeksi diri dan memohon ampun
pada-Nya atas dosa-dosa terdahulu. Luruskan kembali niat menikah untuk beribadah agar
Allah memberikan keberkahan berlapis bagi rumah tangga kita kelak. Dan carilah lingkungan
yang akan mendukung niat baik kita. Barakallah
Quotes

Menikah adalah sarana ibadah kepada Allah. Persiapan adalah ikhtiar terbaik seorang
hamba Allah. Kesiapan timbul karena keyakinan atas ketetapan Allah.

Anda mungkin juga menyukai