Anda di halaman 1dari 5

ANALISA KASUS

Vertigo adalah sensasi perasaan berputar yang dirasakan oleh pasien. Vertigo
melibatkan gerakan yang dirasakan baik dari tubuh sendiri, seperti bergoyang atau berputar
terhadap lingkungan, atau keduanya. Vertigo tidak selalu sama dengan dizziness. Dizziness
adalah sebuah istilah non spesifik yang dapat dikategorikan ke dalan 4 subtipe tergantung
gejala yang digambarkan oleh pasien. Dizziness dapat berupa vertigo, presinkop (perasaan
lemas disebabkan oleh berkurangnya perfusi cerebral), light-headness, disequilibrium
(perasaan goyang atau tidak seimbang ketika berdiri).

Vertigo mengacu pada ilusi gerakan lingkungan, yang secara klasik digambarkan
sebagai "berputar" atau "berputar". Perasaan bergerak biasanya berputar— "seperti naik
komidi putar"— "tanah miring ke atas dan ke bawah, seperti berada di atas kapal di laut."
Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar merujuk pada sensasi
berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya disebabkan oleh
gangguan pada sistim keseimbangan.

Pada pasien perlu dibedakan apakah pusing yang dirasakan berupa light-headness
ataukah suatu pusing berputar seperti vertigo. Pada pasien ini keluhan yang dinyatakan adalah
pusing berputar sehingga lebih mengarah ke vertigo. Berdasarkan onset waktu

Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Sentral diakibatkan oleh kelainan pada batang batang otak atau cerebellum
b. Perifer disebabkan oleh kelainan pada telinga dalam atau nervus cranialis
vestibulocochlear (N. VIII)
Gejala yang dirasakan pada saat vertigo dapat menentukan arah lesi.
1. Lesi Perifer Gajala pada pasien adalah:

- Onset tiba-tiba. - Pusing berputar perlahan – lahan


sudah 2 minggu SMRS memberat 7
hari SMRS

- Pusing berputar berat. - Pusing berputar perlahan - lahan

- Mual dan muntah . ✔ - Mual (+), muntah (+).

- Pusing tergantung pada perubahan - Perubahan posisi mencetuskan

posisi dan pergerakan kepala. ✔ pusing terutama saat duduk ke


berdiri.
- Pada manuver Dix-Hallpike
nystagmus (+) dengan arah horizontal, - Tidak terdapat nystagmus
latensi (+), fatigabel (+), habituasi (+).
- Tidak terdapat hearing loss, tinnitus,
- Terdapat hearing loss, tinnitus
maupun riwayat infeksi telinga
Pada pasien gejala yang sesuai dengan lesi perifer antara lain pusing berputar yang
dipengaruhi oleh posisi dan terdapat mual serta muntah. Oleh karena itu lesi perifer
belum dapat disingkirkan dan diagnosis lebih mengarah ke Benign Paroxysimal
Positional Vertigo karena pusing berputar dipengaruhi oleh perubahan posisi serta
tidak adanya riwayat infeksi telinga, keluar cairan dari telinga, hearing loss, maupun
tinnitus sehingga diagnosis vertigo perifer lain seperti Meniere disease dan
Labyrinthis dapat disingkirkan.
Sedangkan gejala yang lebih mengarah pada lesi sentral antara lain :

2. Lesi Sentral Gajala pada pasien adalah:


- Pusing berputar, biasanya terjadi - Pusing berputar perlahan – lahan
perlahan-lahan, dan bertambah berat.✔ sudah 2 minggu SMRS memberat 7

- Pusing mentap dalam beberapa hari hari SMRS

hingga beberapa minggu (permanen).✔


- Pusing tidak bergantung pada perubahan - Pusing bergantung pada perubahan
posisi dan gerakan kepala. posisi dan gerakan kepala.
- Nystagmus (+) dengan arah vertikal
- Tidak terdapat nystagmus
atau rotatoar, fatigabel (-), latensi (-),
habituasi (-).
- Disertai dengan kelainan batang otak: - Tidak terdapat gejala kelainan
diplopia, disartria, disfagia, difonia. pada batang otak
- Disertai dengan kelaianan serebellum:
- Terdapat kesan tremor intensi
kelaianan koordinasi, kesulitan dan
kanan
gemetaran saat melakukan aktivitas. ✔
- Disdiadokokinesis

Pada pasien gejala yang sesuai dengan lesi sentral antara lain pusing berputar
perlahan – lahan yang bertambah berat serta menetap dalam beberapa minggu kemudian
disertai dengan kesan tremor intensi sebelah kanan dan disdiadokokinesis positif . Kelainan
batang otak seperti dipoplia, disartria, disfagia, serta disfonia (-) sehingga lesi lebih mengarah
pada cerebellum. Oleh karena itu vertigo sentral pada pasien ini juga belum dapat
disingkirkan sehingga diperlukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang
disarankan adalah CT scan non contrast. Setelah dilakukan CT scan pada 23/04/19
didapatkan hasil sebagai berikut :

• Lesi hipodens dengan batas tidak tegas dengan edema di sekitarnya pada hemisphere
cerebellum kiri ukuran ±4,17 x 3,64 x2,77 cm mengobliterasi ventrikel IV sisi kiri ,
sisterna ambient kiri menyebabkan dilatasi ventrikel lateralis bilateral & III -> suspek
SOL
• Atrofi cerebri senilis
• Deviasi septum nasi ke kiri
Berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang CT scan dan gejala klinis yang dialami
pasien diagnosis kerja pasien lebih mengarah pada vertigo central e.c susp SOL pada
cerebellum. SOL pada cerebellum dapat mengakibatkan herniasi dan hidrosefalus
akibat kompresi pada batang otak serta ventrikel ke IV. Oleh karena itu setiap lesi
yang terdapat di fossa posterior dianggap kritis karena fossa posterior merupakan
ruang yang terbatas dan potensi keterlibatan batang otak. Pada pasien ini ditemukan
adanya lesi dan edema pada hemisphere cerebellum kiri yang mengobliterasi
ventrikel IV sehingga dapat terjadi non communicating hidrosefalus atau hidrosefalus
obstruksi sehingga tampak dilatasi pada ventrikel ke III dan ke IV. Pada pasien ini
tidak tampak tanda – tanda peningkatan TIK ( Tekanan Intra Kranial) yaitu sakit
kepala. Mual dan muntah yang dirasakan hanya ketika pasien makan. Pada pasien
tidak juga didapatkan Cushing’s triad yaitu respons fisiologis dari system saraf
apabila terdapat peningkatan TIK yang terdiri dari naiknya sistolik tekanan darah,
bradikardia, dan bradypnea. Tanda – tanda vital pasien masih dalam batas normal.
Seharusnya dilakukan funduskopi untuk melihat apakah terdapat papilledema akan
tetapi tidak bisa dilakukan karena pasien tidak kooperatif.

Tatalaksana medikamentosa yang diberikan pada pasien ini antara lain :


• Betahistin PO 24 mg BD
• Flunarizin PO 10 mg OD
• Diazepam PO 2mg BD
• Ondansentron IV 8mg TDS
• Omeprazole IV 40 mg OD

Betahistine merupakan analog struktural histamin dengan agonis reseptor histamin


H (1) yang lemah dan sifat antagonis reseptor H (3) yang lebih poten, Betahistine mengurangi
secara p fungsi organ vestibular sensorik (vestibulosupressor) di samping meningkatkan
aliran darahpada vestibulocochlear sebagai antagonisheteroseptor H (3) lokal. Betahistin
bekerja secara terpusat dengan meningkatkan sintesis histamin dalam inti tuberomammillary
dari hipotalamus posterior dan pelepasan histamin dalam inti vestibular melalui antagonisme
autoreceptor H (3). Karena bekerja sebagai vestibulosupressor maka betahistine baik
diberikan pada vertigo dengan lesi perifer yang melibatkan organ vestibular seperti BPPV
maupun meniere disease
Flunarizine (Sibelium) golongan antagonis kalsium sering digunakan. Merupakan
obat supresan vestibular karena sel rambut vestibular mengandung banyak terowongan
kalsium. Namun, antagonis kalsium sering mempunyai khasiat lain seperti anti kholinergik
dan antihistamin. Sampai dimana sifat yang lain ini berperan dalam mengatasi vertigo belum
diketahui.
Diazepam (benzodiazepine) memiliki efek neuroinhibitory melalui asam gamma-
aminobu yricreseptor di tingkat vestibular
Ondansentron merupakan obat untuk mengatasi gejala mual yang diderita pasien.
Ondansetron adalah antagonis reseptor serotonin 5-HT3 selektif yang digunakan untuk sifat
antiemetiknya. Ondansetron dapat bekerja secara sentrall dan periferal untuk mencegah dan
mengobati mual dan muntah. Efek sentral dimediasi oleh antagonisme reseptor serotonin
5HT-3 di area postrema. Area postrema, yang terletak di lantai ventrikel keempat berisi
"chemoreceptor trigger zone." Zona ini berperan dalam memediasi sensasi mual dan muntah
berikutnya. Ondansetron juga memiliki efek perifer dengan bekerja pada reseptor 5-HT3
yang ditemukan pada terminal saraf vagus..

Pada pasien juga dilakukan pemasangan VP shunt pada tanggal 24/04/19 untuk
mengatasi komplikasi hidrosefalus. VPS berfungsi menyediakan jalur permanen untuk aliran
keluar CSF ventrikel dan memungkinkan normalisasi tekanan CSF pada hidrosefalus. Shunt
ventriculoperitoneal (VPS) adalah alat implan pembedahan yang memungkinkan aliran cairan
dari ventrikel otak ke rongga peritoneum. VP shunt terdiri dari 3 komponen utama yaitu
proximal kateter yang terhubung pada ventrikel, valve utuk mengatur tekanan, serta distal
kateter yang terhubung pada rongga peritoneal

Anda mungkin juga menyukai