10e00444 PDF
10e00444 PDF
SKRIPSI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMA PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica
fragrans Houtt), 2010.
ISOLASI SENYAWA ALKALOIDA
DARI BIJI BUAH PALA
(Myristica fragrans Houtt)
SKRIPSI
Diajukan unuk melengkapi skripsi dan memenuhi syarat mencapai gelar sarjana
070822005
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMA PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 2
PERSETUJUAN
Diluluskan di
Medan, Juni 2009
Komisi Pembimbing
Pembimbing 2 Pembimbing 1
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 3
PERNYATAAN
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 4
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kertas kajian ini berhasil diselesaikan
dalam waktu yang telah ditetapkan.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Ds. Phillipus H Siregar,
MSi dan Ibu Sovia Lenny, SSi, MSi selaku dosen pembimbing pada penyelesaian
skripsi ini yang telah memberikan panduan dan penuh kepercayaan kepada saya
untuk menyempurnakan kajian ini. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada
Ketua dan Sekretaris Departemen Kimia Dr. Rumondang Bulan Nst, MS dan Drs.
Firman Sebayang, MS. Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, para dosen pada departemen Kimia
FMIPA USU khususnya pada dosen Kimia Bahan Alam, pegawai di FMIPA USU,
serta kepada teman-teman stambuk 2007 Kimia Ekstensi, Rianto sebagai teman yang
terus mendukung saya, Asisten Laboratorium Kimia Bahan Alam. Akhirnya ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada orang tua saya
Bapak Johan Pelawi, Sp.d dan Ibu Serta Ulina br Sitepu serta adik-adik saya yang
selama ini telah memberikan dukungan baik secara material dan moral serta doa
kepada saya. Tuhan memberkati.
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 5
ISOLASI SENYAWA ALKALOID DARI BIJI BUAH PALA
( Myristica fragrans Houtt)
INTI SARI
Isolasi senyawa alkaloida yang terkandung pada biji buah pala ( Myristica fragrans
Houtt) dilakukan dengan tehnik maserasi dengan pelarut etanol. Ekstrak etanol yang
dihasilkan dipekatkan dengan rotary evaporator lalu diekstraksi partisi dengan n-
heksana kemudian diasamkan dengan asam asetat glasial sampai pH 2. Dibasakan
dengan amoniak pekat sampai pH 10-12. kemudian diekstraksi partisi dengan
kloroform. Lapisan kloroform dipekatkan dengan rotary evaporator.Ekstrak
kloroform pekat mengandung alkaloida yang dihasilkan dianalisa dengan
kromatografi lapis tipis kemudian dipisahkan dengan kromatografi kolom dengan
silika gel 60 G. dielusi dengan kloroform : Ethyl asetat (70:30 v/v) yang
menghasilkan kristal berwarna kuning sebanyak 73 mg, titik lebur 80-82 oC. Kristal
tersebut dianalisis degan menggunakan spektroskopi Infra Merah (FT-IR) dan
spektroskopi resonansi magnetik inti proton (1H-NMR).
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 6
THE ISOLATION OF ALKALOIDA COMPOUNDS WHICH CONTAINED
NUTMEG SEED
( Myristica fragrans Houtt )
ABSTRACT
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 7
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan 2
Pernyataan 3
Penghargaan 4
Inti Sari 5
Abstrak 6
Daftar Isi 7
Daftar Lampiran 9
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang 10
1.2. Permasalahan 10
1.3. Tujuan Penelitian 11
1.4. Manfaat Penelitian 11
1.5. Lokasi Penelitian 11
1.6. Metode Penelitian 11
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 8
2.6.1.1. Vibrasi Regang N-H 26
2.6.1.2. Kegunaan Spektroskopi Infra Merah (FT-IR) 27
2.6.2. Spektrofotometer Resonansi Inti Proton (1H-NMR) 27
2.6.2.1. Efek Perisai 28
2.6.2.2. Pergeseran Kimia 28
DAFTAR PUSTAKA
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 9
DAFTAR LAMPIRAN
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Permasalahan
Bagaimana cara mengisolasi senyawa Alkaloida yang terkandung pada buah
pala (Myristica fragrans Houtt).
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 11
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengisolasi senyawa Alkaloida yang terdapat pada buah pala
( Myrystica fragrans Houtt )
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 12
- Analisis kristal hasil isolasi dianalisis dengan kromatografi lapis tipis,
pengukuran titik lebur dan identifiksi dengan menggunakan Spektrofotometer
Infra Merah, Spektrofotometer Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR ).
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 13
BAB II
I.TINJAUAN PUSTAKA
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 14
atau kaleng. Minyak fuli juga dapat dipakai sebagai obat rubefacien dan minyak
gosok dan balsem untuk penghangat kulit. Dikalangan pemakai jamu tradisional, fuli
yang tidak memenuhi standart kualitas karena tidak utuh dan cacat, dikeringkan
untuk dibuat teh.
Teh dari fuli ini merupakan jamu mujarab bagi penderita sesak didaerah
lambung dan rasa kembung dalam perut.Rumphius mengatakan bahwa pala itu
sesungguhnya dapat meringankan semua rasa sakit dan rasa nyeri yang disebabkan
oleh kedinginan dan masuk angin dalam lambung dan usus. Disamping itu, biji pala
sangat baik untuk obat pencernaan yang terganggu, obat muntah-muntah. Dikalangan
peracik jamu tradisional, biji pala digunakan dengan bijaksana sebagai analgesik
pencegah nyeri perut mulas yang bisa timbul karena masuk angin
(Setiawan,D.1999).
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 15
banyaknya senyawa alkaloida serta keterkaitannya dengan bidang lain seperti
Farmasi, sebenarnya dunia alkaloida memerlukan satu bidang tersendiri.
Hampir semua alkaloida mengandung paling sedikit sebuah atom nitrogen
yang merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Hampir semua alkaloida yang
ditemukan dialam mempunyai keaktifan fisiologis tertentu.
Ada yang sangat beracun dan ada pula yang berguna dalam pengobatan,
misalnya kuinin, morfin dan striknin adalah alkaloida yang terkenal dan mempunyai
efek fisiologis dan psikologis (Rangke,L.Tobing,1989).
Alkaloida dapat dibedakan dari beberapa sebagian besar komponen tumbuhan
lain berdasarkan sifat basanya dan biasanya terdapat dalam tumbuhan sebagai garam
dengan berbagai asam organik. Garam ini merupakan senyawa padat berbentuk
kristal tanpa warna, meskipun ada juga yang berwarna, contohnya berberina dan
serpentina berwarna kuning (Trevor,1995).
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 16
2. Alkaloida Pirolidin, misalnya higrin dan koka
3. Alkaloida Piridin, misalnya nikotinat
4. Alkaloida perpaduan Pirolidin dan Piridin, misalnya nikotin
5. Alkaloida Kuinolin, misalnya kuinin
6. Alkaloida Isokuinolin, misalnya papaverin
7. Alkaloida Fenantren, misalnya emerin
8. Alkaloida Indole yang dapat digolongkan menjadi :
a. Alkaloida sederhana, misalnya Triptamin
b. Alkaloida Ergot, misalnya Serotonin
c. Alkaloida Harmala, misalnya β-karbolin
d. Alkaloida Yohimbe, misalnya reserpin
e. Alkaloida Strichnos, misalnya brusin dan strknin
(Rangke,L.Tobing,1989).
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 17
- Strychinine (James.B.H.1965).
Dari klasifikasi diatas dapat disimpulkan bahwa belum ada keseragaman dalam
pengklasifikasian senyawa alkaloida.
Sistem klasifikasi alkaloida dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Banyak usaha untuk mengklasifikasi alkaloida. Sistem klasifikasi yang paling
banyak diterima, menurut Hegnauer, alkaloida dikelompokkan sebagai :
1. Alkaloida sesungguhnya merupakan kelompok alkaloida yang bersifat racun,
memiliki aktivitas psikologis yang luas, bersifat basa; mengandung atom nitrogen
pada cincin heterosikliknya dan diturunkan dari prekursor asam amino. Contohnya ;
kolkhisin, asam aristolokhat.
2. Protoalkaloida merupakan amina yang relatif sederhana dimana pada cincin
heterosikliknya tidak mengandung atom nitrogen. Contoh; meskalin, ephedrin.
3. Pseudoalkaloida merupakan alkaloida yang tidak diturunkan dari prekursor asam
amino, bersifat basa. Ada dua seri alkaloida yang penting dalam kelas ini, yaitu
alkaloida steroidal (contoh konessin) dan alkaloida purin (contoh kaffein)
(Sastrohamidjoo.1996).
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 18
2.3. Identifiksi, Isolasi dan Pemurnian Senyawa Alkaloida
2.3.1. Identifikasi Senyawa Alkaloida
Metode yang banyak digunakan untuk mendeteksi tanaman yang
mengandung alkaloida yaitu prosedur Wall, yang meliputi ekstraksi sekitar 20 gram
bahan kering yang direfluks dengan etanol 80 %. Kumpulan filtrat diuapkan,
residunya dilarutkan dengan air, disaring kemudian diasamkan dengan HCl 1 %.Lalu
diuji dengan pereaksi Meyer atau dengan silikotungstat. Bila hasil positif, larutan
tersebut dibasakan dan diekstraski dengan pelarut organik dan diekstraksi kembali
kedalam larutan asam. Jika larutan asam ini menghasilkan endapan dengan pereaksi
alkaloida berarti tanaman ini mengandung alkaloida. Fasa berair juga halus diteliti
untuk menentukan adanya alkaloida kuartener.
Sebagai basa, alkaloida biasanya diekstraksi dari tumbuhan dengan pelarut
alkaloida yang bersifat asam encer (HCL 1M atau asam asetat 10 % yang kemudian
diendapkan dalam amonium pekat). Pemisahan pendahuluan demikian dari bahan
tumbuhan lainnya dapat diulangi atau pemurnian selanjutnya dilaksanakan dengan
ekstraksi pelarut. Adanya alkaloida pada ekstrak nisbi kasar yang kemudian dapat
diuji dengan menggunakan berbagai pereaksi alkalida (Harbone,1987).
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 19
- Kristalisasi langsung
Meskipun cara ini cukup sederhana, tetapi jarang memberikan hasil yang
memuaskan untuk pemisahan alkaloida murni, kecuali bila suatu alkaloida yang
terdapat dalam bahan tidak larut. Beberapa kombinasi pelarut yang sering digunakan
untuk kristalisasi alkaloida meliputi metanol, etanol berair, metanol- kloroform,
metanol- eter, metanol- aseton dan etanol- aseton.
- Metode gradien pH
Metode ini ditemukan oleh Svodoba untuk mengisolasi alkaloida anti
leukimia Catharantus roseus. Cara ini didasarkan pada kenyataan bahwa alkaloida
indol dengan struktur yang bervariasi yang terdapat pada tanaman mempunyai sifat
basa yang berbeda. Campuran alkaloida kotor dilarutkan dalam larutan asam tartarat
2% dan diekstraksi dengan benzena atau etil asetat. Fraksi I akan mengandung
alkaloida netral atau bersifat basa lemah. Kemudian pH larutan dinaikkan dengan
bilangan 0,5 lalu pH dinaikkan hingga 9,0 dan diekstraksi dengan pelarut organik.
Perbedaan pH memungkinkan pemisahan secara bertahap antara alkaloida basa
lemah dan alkaloida basa kuat dari media basa. Alkaloida yang bersifat basa kuat
diekstraksi terakhir kali.
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 20
3. Destilasi Uap
Proses destilasi lebih banyak digunakan untuk senyawa organik yang tahan
pada suhu yang cukup tinggi, yang lebih tinggi dari titik didih pelarut yang
digunakan. Pada umumnya lebih banyak digunakan untuk minyak atsiri.
4. Ekstraksi Kontinue
Menggunakan soklet dengan pemanasan dan pelarut akan dapat dihemat
karena terjadinya sirkulasi yang selalu membasahi sampel. Proses ini sangat baik
untuk senyawa-senyawa yang tidak terpengaruh oleh panas.
5. Maserasi
Perendaman sampel dengan pelarut organik yang digunakan pada temperatur
kamar. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam, karena
dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran
sel akibat perbedaan tekanan antara didalam dan diluar sel dan ekstraksi senyawa
akan sempurna karena dapat diatur lama perendaman yang dilakukan. Pemilihan
pelarut yang digunakan untuk proses maserasi akan memberikan efektivitas yang
tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam dalam pelarut tersebut.
Secara umum pelarut metanol merupakan pelarut yang paling banyak digunakan
dalam proses isolasi senyawa bahan alam.
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 21
Setelah pemekatan akan dipisahkan berdasarkan kepolaran komponen dengan
menggunakan corong pisah, yang ekstrak dengan menambahkan pelarut non polar,
semipolar atau menambahkan kepolaran dengan aquadest, dan perlu diperhatikan
ekstraksi banyak kali (n kali) dengan jumlah pelarut sedikit akan lebih baik
dibandingkan dengan ekstraksi 1 kali dengan penambahan pelarut dengan jumlah
yang besar (jumlah pelarut = n kali ekstraksi yang dilakukan).
2.4.5. Fraksi-Fraksi
Penampungan pelarut dengan jumlah volume tertentu akan menghasilkan
fraksi-fraksi yang hanya terdiri dari satu komponen senyawa kimia dan dapat
dideteksi dengan KLT.
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 22
2.4.6. Penguapan Pelarut
Penguapan pelarut dari masing-masing fraksi akan diperoleh komponen yang
murni baik dalam bentuk padatan ataupun tidak dalam bentuk padatan yang
kemurniannya dapat diuji kembali dengan menggunakan KLT dengan bermacam-
macam eluen. Terdeteksi satu noda pada KLT menandakan komponen yang telah
diisolasi mempunyai kemurnian yang tinggi.
2.4.7. Rekristalisasi
Prinsip kemurnian dari senyawa, dimana komponen pengganggu tidak larut
dalam pelarut organik yang digunakan sedangkan komponen kimia utama akan
terlarut dalam keadaan panas. Dengan penyaringan maka komponen utama akan
terpisah dari komponen pengganggu yang tidak larut dan tertinggal diatas kertas
saring.Dan dalam masa pendinginan larutan akan muncul kembali kristal yang jauh
lebih murni.
2.5. Kromatografi
Kromatografi adalah suatu tehnik pemisahan tertentu dengan menggunakan
dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Pemisahan tergantung pada gerakan relatif
dari dua fasa ini. Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat
dari fasa gerak, yang dapat berupa zat padat atau zat cair.Jika fasa tetap berupa zat
padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan dan jika zat cair maka
kromatografi tersebut dikenal dengan kromatografi partisi.
Kromatografi mencakup berbagai jenis proses berdasarkan distribusi dari
penyusunan cuplikan antara dua fasa. Satu fasa tetap tinggal pada system (fasa
diam), fasa lainnya dinamakan fasa gerak, memperkolasi melalui celah-celah fasa
diam. Gerakan fasa menyebabkan perbedaan migrasi dari penyusunan cuplikan.
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 23
Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fasa yaitu satu fasa tetap
(Stationary) dan yang lain fasa bergerak ( Mobile ), pemisahan-pemisahan tergantung
pada gerakan relatif dari dua fasa ini ( sastrohamidjojo, 1985 ).
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 24
- Alumina - alkaloida, zat warna, fenol,steroid,
vitaminn-vitamin, karoten, asam-asam
amino
kieselguhr - gula, asam-asam dan basa-basa, asam-
asam lemak, steroid, asam-asam amino
- bubuk selulosa - asam-asam amino, alkaloida,
nukleotida
- pati - asam-asam amino
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 25
2.6. Teknik Spektroskopi
Teknik spektroskopi adalah salah satu teknik analisa kimia-fisika yang
mengamati tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik.
Ada dua macam instrumen pada tehnik spektroskopi yaitu spektrometer dan
spektrofotometer. Instrumen yang memakai monokromator celah tetap pada bidang
fokus disebut sebagai spektrometer. Apabila spektrometer tersebut dilengkapi dengan
detektor yang bersifat fotoelektrik maka disebut spektrofotometer (Muldja,1995).
Informasi Spektroskopi Inframerah menunjukkan tipe-tipe dari adanya gugus
fungsi dalam satu molekul. Resonansi Magnet Inti yang memberikan informasi
tentang bilangan dari setiap tipe dari atom hidrogen. Ini juga memberikan informasi
yang menyatakan tentang alam serta lingkungan dari setiap tipe dari atom hidrogen.
Kombinasinya dan data yang kadang-kadang menentukan struktur yang lengkap dari
molekul yang tidak diketahui (Pavia,1979).
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 26
tunggal selalu disertai dengan sejumlah perubahan energi putaran. Pita energi putaran
yang penting terletak antara 4000-600 cm-1.
Untuk menganalisa suatu senyawa yang belum diketahui, perhatian harus
dipusatkan pada penentuan ada atau tidaknya beberapa gugus fungsional utama
seperti C=O, C-H, C-O, C=C dan NO2.
Beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam menafsirkan sebuah spektrum infra
merah :
a. Spektrum haruslah cukup terpisah dan mempunyai kuat puncak yang
memadai
b. Spektrum harus dibuat dari senyawa yang cukup rumit
c. Spektrofotometer harus dikalibrasi sebagai pita akan teramati pada kerapatan
atau panjang gelombang yang semestinya. Kalibrasi yang benar dapat
dilakukan dengan baku-baku yang dapat dipercaya, misalnya polistiren.
d. Metode penanganan cuplikan (Silverstein,1984).
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 27
2.6.1.2. Kegunaan Spektroskopi Infra Merah ( FT-IR)
Ada dua kegunaan dari spektroskopi infra merah sebagai peralatan analitik, yaitu :
a. Pengenalan gugus fungsi secara umum
Identifikasi senyawa melalui perbandingan spektrum dengan spektrum
sampel asli.
Banyak senyawa yang bentuk spektrum infra merahnya unik, khususnya pada
daerah 1350 – 750 cm-1, yang kadang-kadang disebut “daerah sidik jari (fingerprint
region)” dan banyak laboratorium organik mempunyai katalog-katalog spektrum
referensi.
Kesamaannya, gugus fungsi dalam isolasi atau dalam kombinasi memberikan
serapan karakteristik dalam spektrum dari senyawa yang tidak diketahui dan
sebagainya sehingga dapat dikenali, walaupun mungkin membedakannya, seperti
aldehid dan keton atau antara amin atau amida, yang data referensinya diperoleh dari
senyawa contoh. Bagaimanapun spektrum infra merah dari senyawa yang paling
sederhana pun sangat kompleks.
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 28
2.6.2.1. Efek Perisai (Shielding Effect)
Proton yang akan ditentukan dengan spektrometer RMI berada didalam
lingkungan atom-atom yang lain. Momen magnet setiap inti didalam atom berbeda-
beda besarnya. Sebagai contoh µH > µF > µP. Agar terjadi resonansi pada ketiga atom
tersbut maka atom P memerlukan Ho yang lebih besar. Demikian juga pengaruh
elektron yang mengelilingi inti akan menghasilkan medan magnet sekunder yang
menentang Ho. Seolah-olah elektron yang mengelilingi inti akan bertindak seperti
perisai yang melindungi medan magnet inti terhadap pengaruh Ho. Sebagai contoh
CH4 yang keempat protonnya lebih terlindungi oleh awan elektron, sedangkan H-
tidak mempunyai awan elektron.
Karena setiap proton didalam molekul zat organik beranekaragam, maka
setiap proton didalam molekul zat organik memberikan tetapan perisai (σ) yang
berbeda. Ada dua hal yang sangat berpengaruh terhadap tetapan perisai (σ) yang
menunjukan kerapatan elektron terhadap proton yaitu adanya efek polar dan efek
induksi.
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 29
Tetrametilsilan (TMS) merupakan senyawa yang memenuhi persyaratan yang
dimaksud. Sinyal TMS sengat jelas dan pergeseran kimianya berbeda terhadap
kebanyakan resonansi proton lain. Sehingga sinyal resonansi cuplikan jarang
teramati saling tindih dengan TMS. Senyawa TMS memiliki sifat inert, mudah
menguap, merupakan pelarut yang baik untuk senyawa organik sehingga mudah
dipisahkan setelah cuplikan selesai dibuat spektrum. Jadi skala δ resonansi magnetik
proton didasarkan pada standart ini (TMS).
Resonansi Magnetik Inti memiliki kegunaan yang besar karena tidak setiap
proton dalam molekul beresonansi pada frekuensi yang identik sama. Ini disebabkan
oleh kenyataan bahwa berbagai proton dalam molekul dikelilingi elektron dan
menunjukkan sedikit perbedaan lingkungan elektronik dari satu proton dengan
proton lainnya. Proton-proton ini dilindungi oleh elektron-elektron yang
mengelilinginya.
Didalam medan magnet, perputaran elektron-elektron valensi dari proton
menghasilkan medan magnet yang melawan medan magnet yang digunakan, hingga
setiap proton dalam molekul dilindungi dari medan magnet yang digunakan yang
mengenainya dan besarnya perlindungan ini tergantung pada kerapatan elektron yang
mengelilingi inti, maka makin besar pula medan magnet yang dihasilkan melawan
medan magnet yang digunakan. Akibat secara keseluruhan adalah inti / proton
merasakan adanya pengurangan medan yang mengenainya. Karena inti merasakan
medan magnet yang dirasakan lebih kecil, maka ia akan mengalami presesi pada
frekuensi yang lebih rendah. Setiap proton dalam molekul mempunyai lingkungan
kimia yang sedikit berbeda dan mempunyai perlindungan elektron yang sedikit
berbeda yang akan mengakibatkan dalam frekuensi resonansi sedikit berbeda
(Muldja,1995).
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 30
BAB III
- Neraca analitik
- Rotary evaporator vakum
- Corong
- Beaker glass
- Gelas ukur
- Kromatografi kolom
- Labu Erlenmeyer
- Oven
- Melting Point Apparatus
- Lampu UV
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Plat KLT
- Penangas air
- Indikator universal
- Labu alas
- Tabung maserasi
- Corong pisah
- Spatula
- Spektroskopi Infra Merah
- Spektroskopi 1H-NMR
3.2. Bahan-bahan
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 31
3.3. Prosedur Penelitian
3.3.1. Penyediaan Sampel
Sampel yang diteliti adalah biji buah pala ( Myristica Fragrans Houtt ). Biji buah
pala dibersihkan dari pengotor kemudian dihaluskan sampai diperoleh serbuk biji
buah pala sebanyak 2000 gram.
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 32
Kloroform : Etil Asetat dengan perbandingan ( 9:1 v/v, 8:2 v/v, 7:3 v/v, 6:4v/v ),
Kemudian diamati dibawah lampu UV.
Prosedur :
Kedalam bejana kromatografi dimasukkan 10 ml larutan fasa gerak Kloroform
100%. Ekstrak pekat etanol biji buah pala ditotolkan pada plat KLT. Plat dimasukkan
kedalam bejana yang berisi pelarut-pelarut yang telah dijenuhkan, kemudian ditutup
rapat dan dielusi. Plat yang telah dielusi dikeluarkan dari bejana dan dikeringkan.
Warna bercak yang timbul diamati dibawah lampu UV dan harga Rf-nya dihitung.
Perlakuan yang sama dilakukan terhadap ampuran Kloroform-Etil Asetat dengan
perbandingan ( 9:1 v/v, 8:2 v/v, 7:3 v/v, 6:4v/v ). Kemudian diamati dibawah lampu
UV dan hasil yang lebih baik diberikan pada fase gerak Kloroform:Etil Asetat (7:3
v/v).
3.3.3. Prosedur Untuk Memperoleh Senyawa Kimia Ekstrak Biji Buah Pala
Isolasi senyawa alkaloida yang terkandung pada biji buah pala ( Myristica
fragrans Houtt) dilakukan dengan tehnik maserasi dengan pelarut etanol. Ekstrak
etanol yang dihasilkan dipekatkan dengan rotary evaporator lalu diekstraksi partisi
dengan n-heksana kemudian diasamkan dengan asam asetat glasial sampai pH 4.
Dibasakan dengan amoniak pekat sampai pH 10-12. kemudian diekstraksi partisi
dengan kloroform. Lapisan kloroform dipekatkan dengan rotary evaporator.
Ekstrak kloroform pekat mengandung alkaloida yang dihasilkan dianalisa
dengan kromatografi lapis tipis kemudian dipisahkan dengan kromatografi kolom
dengan silika gel 60 G. dielusi dengan Kloroform : Etil Asetat (70:30 v/v) yang
menghasilkan kristal berwarna kuning sebanyak 73 mg.
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 33
dan dimasukkan kedalam kromatografi kolom, lalu dielusi dengan Kloroform 100%
hingga bubur silika gel padat dan homogen. Ekstrak alkaloid kasar biji buah pala
sebanyak 73 mg dibuburkan dengan silika gel sebanyak 10 gram dan dimasukkan
kedalam kromatografi kolom yang telah berisi silika gel. Sampel dibiarkan turun dan
terserap dengan baik pada silika gel dipuncak kolom. Kemudian fasa gerak
Kloroform 100% ditambahkan secara berlahan-lahan. Eluan ditampung dengan botol
vial lalu diuapkan. Selanjutnya fasa gerak dinaikkan kepolarannya dengan fasa gerak
Kloroform : Etil Asetat (70:30 v/v). Hasil yang diperoleh, pelarutnya diuapkan
sampai terbentuk Kristal alkaloida.
3.3.6.2. Uji Reaksi Warna Terhadap Kristal Hasil Isolasi Pereaksi Alkaloida
Larutan Kristal dari percobaan 3.3.6.1. dibagi dalam 4 tabung reaksi :
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 34
Filtrat I : Ditambahkan 2 tetes pereaksi mayer ternyata terbentuk endapan
warna putih kekuningan, hal ini menunjukkan adanya senyawa
alkaloid.
Filtrat II : Ditambahkan 2 tetes pereaksi dragendorf ternyata terbentuk
endapan warna jingga, hal ini menunjukkan adanya senyawa
alkaloida.
Filtrat III : Ditambahkan 2 tetes pereaksi wagner ternyata terbentuk endapan
warna coklat, hal ini menunjukkan adanya senyawa alkaloida.
Filtrat IV : Ditambahkan 2 tetes pereaksi bouchardat ternyata terbentuk
endapan warna coklat, hal ini menunjukkan adanya senyawa
alkaloida.
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 35
3.4. Bagan Penelitian
2 kg Serbuk kering biji buah pala
diskrining fitokimia
dimaserasi dengan Etanol selama 48 jam
disaring
Hasil Analisis
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil skrining fitokimia terhadap ekstrak etanol dari biji buah pala dengan
menggunakan pereaksi-pereaksi alkaloida, menunjukkan bahwa dalam biji buah pala
mengandung senyawa alkaloida.
Hasil analisa kromatografi Lapis Tipis dengan menggunakan silika gel 60 G sebagai
absorben, dapat diketahui bahwa fasa gerak yang baik untuk mengisolasi senyawa
alkaloida dari biji buah pala adalah pada perbandingan Kloroform : Etil Asetat
( 70:30 v/v).
Hasil isolasi biji buah pala dengan pengasaman untuk menggaramkan senyawa
alkaloid kemudian membasakannya untuk membebaskan kembali senyawa alkaloida
yang kemudian dipisahkan dengan kloroform, diperoleh Kristal kuning berbentuk
jarum sebanyak 73 mg dengan titik lebur 80 – 82 oC.
Tabel 4.1. Hasil analisa dengan menggunakan spektrofotometer FT-IR pada Kristal
hasil isolasi menghasilkan pita-pita serapan pada daerah bilangan gelombang sebagai
berikut :
Frekwensi pita absorbsi (cm-1) dan intensitas Keterangan dari gugus fungsi
Spektrum infra merah komponen senyawa hasil isolasi dapat dilihat pada lampiran E
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 37
Hasil analisis spektroskopi resonansi magnetic inti proton (1H-NMR) senyawa hasil
isolasi dengan menggunakan pelarut CDCl3 dan TMS sebagai standart memberikan
signal-signal pergeseran kimia sebagai beikut :
Pergeseran kimia (1H-NMR) senyawa hasil isolasi ( ppm ) :
• 0,879 menunjukkan puncak singlet
• 1,264 menunjukkan puncak singlet
• 2,299 menunjukkan puncak singlet
• 3,803 – 3,834 menunjukkan puncak doublet
• 5,853 menunjukkan puncak singlet
• 5,123 – 5,135 menunjukkan puncak doublet
• 6,331 – 6,761 menunjukkan puncak multiplet
Spektrum magnetic inti proton komponen senyawa hasil isolasi dapat dilihat pada
lampiran F.
4.2. Pembahasan
Isolasi pemisahan dan pemurnian kristal untuk senyawa-senyawa alkaloida sudah
banyak dilakukan terhadap ekstrak tumbuh-tumbuhan. Dari hasil penelitian yang
kami lakukan terhadap isolasi senyawa alkaloida dari biji buah pala dengan
menggunakan metode J.B Harbone dengan menggunakan absorben silika gel 60 G
dan dielusi dengan Kloroform : Etil Asetat (70:30 v/v ). Kemudian dipekatkan dan
residu yang diperoleh direkristalisasi dengan kloroform murni sehingga kristal
berbentuk jarum, mempunyai titik lebur 80-82oC.
Elusidasi struktur dengan data spektrofotometer infra merah pada daerah bilangan
tertentu dan spesifik serta data spektrum magnetik inti proton (1H-NMR) dengan
menggunakan pelarut CDCl3 dan standart TMS bahwa pergeseran-pergeseran kimia
dari kristal yang spesifik adalah sebagai berikut :
1. Pada pergeseran kimia 0,879 ppm terdapat puncak singlet yang menunjukkan
adanya gugus -CH dari gugus -CH-CH-. Ini didukung oleh data spektrum FT-
IR pada bilangan gelombang 1463,61 cm-1 dan 1429,02 cm-1 yang
menunjukkan karakteristik molekul CH.
2. Pada pergeseran kimia 1,264 ppm terdapat puncak singlet yang menunjukkan
adanya gugs -CH3 dari gugus -C-CH3. Ini didukung oleh data spektrum FT-
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 38
IR pada bilangan gelombanog 2853,86 cm-1 dan 2925,09 cm-1 yang
menunjukkan karakteristik molekul CH3.
3. Pada pergeseran kimia 2,299 ppm terdapat puncak multiplet yang
menunjukkan adanya gugus -CH dari gugus H-(C-COO-). Ini didukung oleh
data spektrum FT-IR pada bilangan gelombang 1633,44 cm-1 yang
menunjukkan karakteristik molekul CH.
4. Pada pergeseran kimia 3,803 – 3,834 ppm terdapat puncak doublet yang
menunjukkan adanya gugus -CH yang terikat pada gugus H-(C-N+). Ini
didukung oleh data spektrum FT-IR pada bilangan gelombang 1590,77 cm-1
dan 3077,30 cm-1 yang menunjukkan karakteristik molekul N+H.
5. Pada pergeseran kimia 5,853 ppm terdapat puncak singlet yang menunjukkan
adanya gugus –OH dari gugus C-OH. Ini didukung oleh data spektrum FT-IR
pada bilangan gelombang 1376,28 cm-1 yang menunjukkan karakteristik
molekul OH.
6. Pada pergeseran kimia 5,123 – 5,135 ppm terdapat puncak doublet yang
menunjukkan adanya gugus =CH dari gugus CH=CH. Ini didukung oleh data
FT-IR pada bilangan gelombang 720,86 cm-1 dan 823,99 cm-1 yang
menunjukkan karakteristik molekul CH
7. Pada pergeseran kimia 6,331 – 6,761 ppm terdapat puncak multiplet yang
menunjukkan adanya gugus -CH yang terikat pada -NH-CH. Ini didukung
oleh data spektrum FT-IR pada bilangan gelombang 3479,55 cm-1 yang
menunjukkan karakteristik molekul NH.
Berdasarkan analisa data spektrofotometer infra merah (FT-IR) dan data spektrum
magnetik inti proton (1H-NMR) bahwa kristal yang diisolasi adalah senyawa
alkaloida
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 39
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Hasil isolasi yang diperoleh dari 2000 gram biji buah pala (Myristica fragrans
Houtt) adalah kristal berwarna kuning berbentuk jarum dengan titik lebur 80-82 oC
sebanyak 73 mg yang merupakan senyawa alkaloida.
5.2. Saran
Perlu dilakukan isolasi biji buah pala dengan menggunakan metode lain dan terhadap
hasil isolasi dilakukan dengan analisis spektroskopi yang lain seperti spektroskopi
MS sehingga diperoleh data-data yang lebih mendukung untuk kebenaran struktur
senyawa alkaloida hasil isolasi.
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 40
DAFTAR PUSTAKA
Alan, S. W., (1981), Organic Chemistry, New York : Harper & Row Publisher.
Cresswell, C. J. dan Runguist dan Campbell., (1982), Analisis Spektrum Senyawa
Organik, Edisi kedua, Bandung, Penerbit ITB.Hal. 100-101
Dalimunthe Setiawan., (1999), Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid I, Trubus
Agriwidya, Jakarta.
Djauhariyah E., (2004), Tumbuhan Sebagai Obat, Seri Agrisehat, Penebar
Swadaya, Jakarta.Hal 7-8
Gritter,, R. J., (1992), Pengantar Kromatografi, Terjemahan Kosasih Padmawinata,
Edisi kedua, Itb, Bandung.Hal.110
Harbone, J. B., (1987), Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan, Terbitan kedua, Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang
Soediro, Bandung: penerbit ITB.Hal.238-240
Hendrikson, J. N., (1965), The Molecular of Nature, W. A. Benjamin, Inc. New
York.Hal.143-177
Ir. Hatta Sunanta, BSC. MS., Budidaya Pala, Cetakan Pertama, Penerbit Konisius,
Yogyakarta.
James B. Hendrikson., (1965), The Molecules Of Nature, W. A. Benjamin Inc. New
York. Hal. 37-129
Manito, P., (1992), Biosintesis Produk Alami, Semarang ; Cetakan Pertama-IKIP.
Muldja, M. H., (1955), Analisis Instrumental, Surabaya : Airlangga Universitas
Press.Hal.223-228
Noerdin., (1999), Elusidasi Struktur Senyawa Organik, Bandung : Penerbit
Angkasa.Hal.111-112
Pavia, L. D., (1979), Introduction to Spektroscopy A Guide for Students of
Organic Chemistry, Philladelphia, Sounder College.
Sanusi Ibrahim., (2000), Workshop Pengembangan SDM Kimia Organik Bahan
Alam Hayati, Padang.
Sastrohamidjojo, H., (1996), Sintesis bahan Alam, Cetakan Pertama, yogyakarta:
Penerbit UGM.Hal.131-133
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 41
Sastrohamidjojo, H., (1985), Kromatografi, Yogyakarta : Penerbit Liberty.
Hal.15-30
Silverstein, R. M., (1984), Penyidikan Spektrometri Senyawa Organik,
Terjemahan A. J. Hartomo dan Amny Victor Purba, Edisi keempat, Penerbit
Erlangga, Jakarta.Hal.94-96
Tobing, L. Rangke. MSc., (1989), Kimia Bahan Alam, Departemen Pendidikan dan
kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Proyek Pembangunan
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta.
Trevor, R., (1995), Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Penerjemah Kosasih
Padmawinata, Bandung :Penerbit ITB.
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 42
LAMPIRAN A. Determinasi Tanaman Pala
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 43
LAMPIRAN B. Hasil Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Etanol Biji Buah Pala
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 44
LAMPIRAN C. Hasil Kromatografi Lapis Tipis Hasil Isolasi
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 45
LAMPIRAN D. Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Etanol dan Hasil Isolasi Biji
Buah Pala
1 2 3 4 5 6
E E E E E H
Keterangan :
E : Ekstrak Etanol Biji Buah Pala dengan fasa diam silika gel 60 G
H : Hasil Isolasi Ekstrak Etanol dengan fasa diam silika gel 60 G
1 : Hasil KLT Ektsrak Etanol dengan fasa gerak Kloroform 100%
2 : Hasil KLT Ektsrak Etanol dengan fasa gerak Kloroform : Etil Asetat (90:10 v/v)
3 : Hasil KLT Ektsrak Etanol dengan fasa gerak Kloroform : Etil Asetat (80:20 v/v)
4 : Hasil KLT Ektsrak Etanol dengan fasa gerak Kloroform : Etil Asetat (70:30 v/v)
5 : Hasil KLT Ektsrak Etanol dengan fasa gerak Kloroform : Etil Asetat (60:40 v/v)
6 : Hasil Isolasi Ekstrak Etanol dengan fasa gerak Kloroform : Etil Asetat (70:30 v/v)
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 46
LAMPIRAN E
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 47
LAMPIRAN F
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 48
LAMPIRAN G
Jhon Franta Pelawi : Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Buah Pala (Myristica fragrans Houtt), 2010. 49