Ekologi MKLH Biogeokim
Ekologi MKLH Biogeokim
PENDAHULUAN
Lingkungan secara umum terdiri dari komponen hidup (biotik) dan komponen
tak hidup (abiotik) yang berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur.
Untuk mencapainya, dibutuhkan arus materi dan energi yang dikendalikan oleh
komponen-komponen tersebut.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui siklus dasar biogeokimia.
2. Untuk mengetahui siklus hidrologi, siklus atmosfer, dan siklus
sedimen.
3. Untuk mengetahui hubungan antara komponen hidup (biotik) dan
komponen tak hidup (abiotik).
1
BAB II
PEMBAHASAN
Siklus biogeokimia terdapat dua katagori umum dari siklus biogeokimia yaitu
global dan lokal. Unsur hara yang bersifat global yaitu bentuk gas dari karbon,
oksigen, sulfur, dan nitrogen terdapat di atmosfer. Sedangkan unsure hara yang
bersifat local yaitu fosfor, kalium, dan kalsium yang berada dalam bentuk gas
dipermukaan bumi. Hubungan material organic berpindah menjadi material
anorganik dalam dasar sebuah siklus biogeokimia seperti berikut :
2
1. Fosilisasi merupakan proses dari sisa organisme yang telah mati jasad dari
material organic menjadi material anorganik yang tidak tersedia
nutriennya. Seperti tumbuhan, hewan, dan manusia yang telah mati akan
mengalami pembusukan, sebagian sisa fosilnya dapat menjadi batu
bara,minyak, dan gambut (materi organic).
2. Pembakaran bahan bakar fosil dengan mengubah material organic yang
tidak memiliki nutrient berpindah menjadi material anorganik yang
tersedia sebagai nutrient dengan melalui pembakaran.
Seperti batu bara, minyak dan gambut (sedimen) yang mengendap di
dalam tanah, Sedimen yang mengandung fosfat bisa naik ke atas
permukaan disebabkan terjadinya geseran gerak dasar bumi. Sebagian batu
bara mengalami pembakaran. Pembakar tersebut menghasilkan CO2 baik
di atmosfer.CO2 dapat digunakan kembali oleh organisme yang hidup
dengan cara asimilasi atau fotosintesis.
3. Material organic yang tersedia nutrient berpindah menjadi materi
anorganik tersedia sebagai nutrient dengan cara respirasi, dekomposisi,
dan ekskresi dengan begitu organisme menghasilkan CO2 di udara, tanah,
dan di air. CO2 tersebut dapat digunakan kembali untuk organisme hidup
dengan asimilasi dan fotosintesis.
4. Dengan formasi batuan sedimen akan berpindah material anorganik
tersedia nutrient menjadi material anorganik tidak tersedia sebagai nutrient
menjadi mineral di dalam bebatuan. Mineral itu dapat berubah menjadi
CO2 dengan bantuan perubahan cuaca dan erosi.
2.3 Macam-Macam Daur Biogeokimia
A. Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfer ke
bumi dan kembali ke atmosfer melalui kondesasi, presipitasi, evaporasi dan
transpirasi.
3
a. Siklus Air
Siklus ini merupakan siklus air di bumi yang dipengaruhi oleh peran energi
matahari dan gaya gravitasi bumi. Proses-proses penting yang terjadi adalah
proses penguapan, transpirasi, kondensasi, dan presipitasi. Penguapan (evaporasi)
merupakan perubahan fase air dari bentuk cairan menjadi bentuk gas akibat panas
matahari di permukaan bumi. Pada proses ini, dikhususkan air yang bukan berasal
dari tanaman, contohnya air danau, sungai, lautan dan bagian hidrosfer lainnya.
Penguapan ini terjadi sekitar 84% di lautan dan 16% di daratan.
4
sehingga terjadi kondensasi dan membentuk awan. Awan akan terbawa oleh angin
ke bagian lain dari bumi. Molekul-molekul air akan terdispersi (terurai) secara
menempel pada partikel-partikel debu yang ada di atmosfer lalu bergabung
membentuk buatiran-butiran air. Butiran-butiran air yang sudah mencapai berat
tertentu akan jatuh ke permukaan bumi. Peristiwa ini disebut dengan presipitasi.
Presipitasi dapat berbentuk hujan, salju, ataupun embun tergantung pada kondisi
lingkungannya.
Presipitasi dapat terjadi secara langsung ke daerah hidrosfer, sekitar 77%, dan
sebanyak 23% jatuh di atas tanah dan batu-batuan. Sebagian dari air yang jatuh di
atas tanah dan batu-batuan akan mengalir melalui permukaan menuju bagian
hidrosfer, sementara yang lainnya akan meresap ke dalam tanah (air tanah). Air
tanah ini mencapai lapisan yang kedap air lalu meresap secara perlahan dan
mengalir hingga bagian hidrosfer. Setelah itu, terjadi siklus ulang .
B. Siklus Atmosfer
Siklus ini merupakan siklus yang terkait dengan kandungan gas yang ada di
bumi, di mana tempat terjadinya adalah di atmosfer. Bagian yang terpenting
adalah siklus oksigen (O2), karbon (C), siklus dan nitrogen (N2).
a. Siklus Oksigen
Siklus oksigen terkait dengan siklus karbon. Dari proses fotosintesis tanaman,
dihasilkan oksigen ke udara. Oksigen ini diperlukan oleh organisme untuk
respirasi, menghancurkan bahan organik menjadi senyawa yang lebih sederhana
(CO2). CO2 ini akan digunakan kembali untuk fotosintesis dengan hasil samping
O2 (siklus berulang). Selain itu, O2 digunakan untuk pelapukan oksidatif dan
pembakaran bahan baku fosil. ( Lihat gambar 1.3 siklus karbon dan oksigen)
b. Siklus Karbon
5
hewan atau bagian bagiannya mati. Bakteri dan fungi mempunyai fungsi yang
benar-benar penting sebagai pembebesan karbon dari bangkai dan serasa yang
tidak lagi berguna sebagai makanan bagi tingkat trofik lainnya. Melalu
metabolismenya, karbon dioksida (CO2) dibebaskan.
6
c. Siklus Nitrogen
Proses daur ulang nitrogen hadir di lingkungan dalam berbagai bentuk kimia
termasuk nitrogen organik, amonium (NH4+), nitrit (NO2-), nitrat (NO3-), dan gas
nitrogen (N2). Proses siklus nitrogen mengubah nitrogen dari satu bentuk kimia
lain. Banyak proses yang dilakukan oleh mikroba baik untuk menghasilkan energi
atau menumpuk nitrogen dalam bentuk yang dibutuhkan dengan cara:
1) Fiksasi Nitrogen
Reaksi untuk fiksasi nitrogen biologis ini dapat ditulis sebagai berikut :
N2 + 8 H+ 8 e− → 2 NH3 + H2
7
Mikro organisme yang melakukan fiksasi nitrogen antara lain Cyanobacteria,
Azotobacteraceae, Rhizobia, Clostridium, dan Frankia. Selain itu ganggang
hijau biru juga dapat memfiksasi nitrogen.
2) Amonifikasi
Jika tumbuhan atau hewan mati, nitrogen organik diubah menjadi amonium
(NH4+) oleh bakteri dan jamur.
3) Nitrifikasi
Konversi amonium menjadi nitrat dilakukan terutama oleh bakteri yang hidup
di dalam tanah dan bakteri nitrifikasi lainnya. Tahap utama nitrifikasi,
bakteri nitrifikasi seperti spesies Nitrosomonas mengoksidasi amonium(NH4
+
) dan mengubah amonia menjadi nitrit (NO2-).
4) Denitrifikasi
Denitrifikasi adalah proses reduksi nitrat untuk kembali menjadi gas nitrogen
(N2), untuk menyelesaikan siklus nitrogen. Proses ini dilakukan oleh spesies
bakteri seperti Pseudomonas dan Clostridium dalam kondisi anaerobik.
Mereka menggunakan nitrat sebagai akseptor elektron di tempat oksigen
selama respirasi. Fakultatif anaerob bakteri ini juga dapat hidup dalam
kondisi aerobik. Kombinasi dari bentuk peralihan sebagai berikut:
8
5) Asimilasi
C. SIKLUS SEDIMEN
a. Siklus fosfor
9
gas pengandung fosfor yang signifikan, hanya ada sedikit yang bergerak melalui
atmosfer, biasanya dalam bentuk debu dan percikan air laut.
Di alam, fosfor terdapat dalam dua bentuk, yaitu senyawa fosfat organik
(pada tumbuhan dan hewan) dan senyawa fosfat anorganik (pada air dan tanah).
Fosfat organik dari hewan dan tumbuhan yang mati diuraikan oleh decomposer
(pengurai) menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di air tanah
atau air laut akan terkikis dan mengendap di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat
banyak terdapat di batu karang dan fosil. Fosfat dari batu dan fosil terkikis dan
membentuk fosfat anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini
kemudian akan diserap oleh akar tumbuhan lagi. Bakeri yang berperan dalam
siklus fosfor : Bacillus, Pesudomonas, Aerobacter aerogenes, Xanthomonas dapat
melarutkan fosfor menjadi tersedia bagi tanaman.
Daur fosfor terlihat akibat aliran air pada batu-batuan akan melarutkan
bagian permukaan mineral termasuk fosfor akan terbawa sebagai sedimentasi ke
dasar laut dan akan dikembalikan ke daratan.
Siklus sulfur didahului oleh pembentukan sulfur dari kerak bumi dan
atmosfer. Secara alami, sulfur terkandung di dalam tanah dalam bentuk mineral
tanah. Dimana kerak bumi umumnya mengandung sekitar 0,06% belerang.
Sulfida logam terdapat dalam bebatuan plutonik, yaitu batuan yang membeku di
dalam kerak bumi dan tidak mencapai ke permukaan bumi. Bebatuan plutonik ini
apabila hancur dan mengalami pelapukan akan membebaskan sulfida ini melalui
reaksi oksidasi dan menghasilkan sulfat (SO4-2) yang kemudian mengalami
presipitasi (pengendapan) dalam bentuk garam-garam sulfat yang larut atau tidak
larut.
10
lautan. Sedangkan produksi sulfat melalui dekomposisi bahan organik berupa
protein dan senyawa organik lainnya yang akan menghasilkan senyawa-senyawa
sederhana berupa H2S dan sulfida (S2) yang jika teroksidasi akan menjadi sulfat
(SO4-2).
11
Selanjutnya energi tersebut digunakan untuk fiksasi CO2 menjadi gula
(karbonhidrat), reaksinya: CO2 + 2 H2S ==> CH2O + 2S + H2O
1. H2S → S → SO4-2;
bakteri fotoautotrof tak berwarna, hijau dan ungu.
2. SO4-2 →H2S (reduksi sulfat anaerobik)
bakteri Desulfovibrio dan Desulfomaculum.
3. H2S → SO4-2 (Pengoksidasi sulfida aerobik);
bakteri kemolitotrof : bakteri Thiobacilli.
4. Senyawa Organik → SO4-2 + H2S,
masing-masing mikroorganisme heterotrof aerobik dan anaerobik
Proses kimia juga terjadi ketika gas SO2 terbentuk melalui pembakaran
hasil emisi pembakaran gas belerang atau aktivitas gunung berapi. Persamaan
reaksinya:S (s) + O2 (g) → SO2 (g)
Proses kimia juga terjadi ketika gas H2S terbentuk melalui aktivitas
biologis ketika bakteri mengurai bahan organik dalam keadaan tanpa oksigen
(aktivitas anaerobik), seperti di rawa, dan saluran pembuangan kotoran. Gas ini
juga muncul pada gas yang timbul dari aktivitas gunung berapi dan gas alam.
Persamaan reaksinya 1S -2(s) + 2H+ (g) → H2S (g)
12
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan diatas maka dapat diambi kesimpulan bahwa:
1.2 Saran
Demi terwujudnya makalah yang lebih sempurna di pertemuan selanjutnya,
mohon kritik dan saran yang bersifatnya membangun supaya tidak terjadi
kesalahan dan lebih sempurna dari makalah yang sekarang.
13
14