PROPOSAL
Oleh :
BELIA BIMA NAFISA
NIM. 16670067
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
adanya kejadian penyakit menular serta penyakit tidak menular secara bersamaan
yaitu penurunan angka kejadian penyakit menular tertentu dan peningkatan angka
kejadian berbagai jenis penyakit tidak menular. Salah satu jenis penyakit tidak
adalah kanker (Dewi dan Hendrati, 2015). Kanker adalah suatu penyakit yang
tidak menular dengan ditandai adanya pertumbuhan sel yang tidak normal atau
terus menerus dan tidak terkendali yang juga dapat merusak jaringan sekitarnya
serta dapat menjalar ke tempat yang jauh dari asalnya (Arafah dan Notobroto,
2017).
Terdapat hampir sepuluh juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya yang
meninggal karena kanker. Pada tahun 2005 sampai tahun 2015 angka kematian
karena kanker di seluruh dunia telah meningkat sekitar 17% (Yang dkk., 2019).
kanker di Indonesia mencapai 1,79 per 1000 penduduk. Artinya yaitu ada 1-2
orang dari 1000 orang yang sakit kanker. Prevalensi kanker tertinggi yaitu di
Daerah Istimewa Yoyakarta dengan 4,86 per 1000 penduduk, setelah itu Sumatera
Barat 2,47 per 1000 penduduk, Gorontalo 2,44 per 1000 penduduk dan Daerah
Khusus Ibukota Jakarta dengan 2,33 per 1000 penduduk (Kemenkes RI, 2018).
Dalam data Indonesian Cancer Profil (Inacare), penderita kanker selama tahun
2009 sampai tahun 2019 mencapai 126.614 orang. Penderita kanker di Jawa
Salah satu jenis kanker yang paling banyak diderita dan menyebabkan
kematian pada wanita di dunia adalah kanker payudara. Kanker payudara ini
perut, kanker hati dan kanker usus (Putri dan Haryoto, 2018). Kanker payudara
dapat diartikan sebagai keganasan pada payudara yang berasal dari sel kelenjar,
saluran kelenjar, serta jaringan penunjang payudara, namun tidak termasuk kulit
payudara (Dewi dan Hendrati, 2015). Kanker ini termasuk jenis kanker di
kalangan wanita yang paling umum kedua di dunia dengan perkiraan 1,67 juta
kasus baru yang didiagnosis pada tahun 2012. Kanker payudara memiliki
kontribusi 25% dari semua kanker yang terdiagnosis pada tahun 2012 di seluruh
dunia (Soon dkk., 2019). Data RISKESDES (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018
World Health Organization atau WHO pada tahun 2018, kasus kanker yang
paling banyak terjadi di Indonesia yaitu kanker payudara dengan jumlah 58.256
kasus atau 16,7% dari total 348.809 kasus kanker (WHO, 2019). Di Provinsi Jawa
Timur pada tahun 2016, jumlah wanita yang diindikasikan kanker payudara yaitu
juga didukung dengan adanya faktor resiko lain seperti faktor genetik, diet atau
gaya hidup buruk, faktor reproduksi lainnya dan adanya faktor lingkungan sekitar
(Rasjidi, 2009). Selain itu, faktor resiko lain yang menunjang terjadinya kanker
payudara antara lain usia menarche yang kurang dari 12 tahun, wanita yang
menopause pada usia lebih dari 50 tahun, wanita yang belum pernah menikah,
wanita yang tidak mempunyai keturunan dan wanita yang melahirkan anak
pertama pada usia diatas 30 tahun (Ardiana dkk, 2013). Penderita kanker
finansial (Rahayuwati dkk, 2017). Jika kanker payudara telah didiagnosis sebagai
tumor primer atau tahap awal metastasis, maka dapat diangkat dengan cara medis
kanker dengan menggunakan obat (Manik, 2016). Obat dapat dimasukkan melalui
infus vena, suntikan, dalam bentuk pil atau cairan. Meskipun obat ini membunuh
sel-sel kanker, obat ini juga dapat merusak beberapa sel normal, yang dapat
penanganan secara medis, terdapat pula pengobatan herbal yang juga mampu
radioterapi dan kemoterapi diduga akan memberikan efek samping yang negatif
pengobatan herbal karena agen kemoterapi besifat tidak selektif. Agen kemoterapi
dapat merusak sel normal pada berbagai jaringan tubuh. Sehingga pemilihan
pengobatan herbal lebih efektif dengan efek samping lebih rendah dan sesuai
Alasan lain pemilihan pengobatan herbal yaitu karena mudah didapat dan
biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan
yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka
hidup dari biji dan benih, yang merupakan benda mati untuk dimakan manusia
dan memiliki banyak manfaat, sehingga manusia sebagai makhluk yang berilmu
Allah SWT dapat bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Salah satu
berikut:
baik?”
dayak. Bagian umbi dari bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) yang
dapat berkhasiat sebagai obat. Umbi bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.)
Merr) ini merupakan tanaman khas Kalimantan Tengah yang berasal dari Amerika
tropis yang secara empiris umbinya berkhasiat untuk mengobati berbagai penyakit
seperti luka, sakit kuning, batuk, sakit perut, disentri, diare berdarah, radang poros
usus, kanker payudara, kanker colon, obat bisul dan perangsang muntah
kanker (Mardiyaningsih dan Ismiyati, 2014). Selain itu, umbi bawang dayak
dkk., 2014). Jadi, dengan alasan inilah flavonoid dibuat menjadi sediaan obat baru
yang lebih selektif terhadap sel kanker dengan memiliki efek sitotoksik yang kuat.
Umbi bawang dayak memiliki efek sitotoksik pada sel T47D (Fitri dkk.,
2014). Sel T47D adalah salah satu model sel kanker payudara yang mengalami
membuang sel-sel yang rusak yang dapat berbahaya bagi tubuh (Sudarmawan,
2009). Fraksi dari ekstrak umbi bawang dayak yang memiliki aktivitas sitotoksik
paling tinggi terhadap sel T47D adalah fraksi semipolar dengan nilai IC50 147,124
μ g/mL (Fitri dkk., 2014). Penelitian lain juga membuktikan bahwa umbi bawang
dayak memiliki aktivitas anti kanker terhadap sel T47D dengan nilai IC 50 untuk
bioavailabilitas dalam tubuh, umbi bawang dayak yang memiliki aktivitas anti
kanker terhadap sel T47D didesain dalam bentuk sistem penghantaran obat baru .
Saat ini telah banyak dikembangkan sistem penghantaran obat dalam bentuk
menghantarkan obat sampai ke target dan juga mampu mengontrol rilis obat,
dengan ukuran partikel nano menyebabkan komponen bioaktif dapat lebih akurat
langsung mencapai sel target atau reseptor dalam tubuh (Rohmah dkk., 2019).
NLC merupakan sistem penghantaran obat yang terdiri dari campuran lipid padat
dan lipid cair, membentuk matrik inti lipid yang distabilkan oleh surfaktan.
Ukuran partikel NLC pada rentang 10-1000 (Annisa dkk., 2016). NLC
mampu meningkatkan target dan uptake intraseluler terhadap jaringan sel T47D
(Suri dkk, 2007). Obat tersebut bisa sebagai matrik maupun menempel pada
nanopartikel. Nanopartikel melepaskan zat aktif secara tertarget pada sel T47D
Selain itu, NLC memiliki jumlah muatan obat yang lebih tinggi untuk sejumlah
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr) memiliki aktivitas terhadap sel kanker T47D
menghantarkan obat sampai ke target dan juga untuk mengontrol rilis obat, maka
Lipid Carriers pada ekstrak umbi bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.)
Merr) sebagai agen kemopreventif kanker. Menurut Sutedjo dkk (2016), agen
NLC atau Nanostructured Lipid Carriers dan ekstrak etanol murni umbi bawang
dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr). terhadap pertumbuhan sel kanker T47D.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah ekstrak etanol murni umbi bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.)
2. Apakah sistem NLC atau Nanostructured Lipid Carriers dari ekstrak etanol
murni umbi bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) lebih efektif
T47D ?
1.3 Tujuan
adalah:
melalui sistem NLC atau Nanostructured Lipid Carriers dan ekstrak etanol
penghantaran obat NLC atau Nanostructured Lipid Carriers sebagai agen terapi
2. Bagi Peneliti
penjelasan secara ilmiah mengenai efek umbi bawang dayak dengan sistem
penghantaran obat NLC atau Nanostructured Lipid Carriers sebagai agen terapi
kanker payudara
1. Bagi Masyarakat
pemanfaatan umbi bawang dayak dengan sistem penghantaran obat NLC atau
palmifolia (L.) Merr) dengan cara membentuk matrik inti lipid yang
4. Uji antikanker secara in vitro terhadap sel kanker payudara T47D dengan