Anda di halaman 1dari 334

You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for

this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
TINDAi( PIDANA PERBANKAN
OALAM PROSES PERAOILAH 01 INDONESfA

Edir.i Ptrtama
Cop:,oght ® 2018

1$13N 978 6C'2•'-22•2i6· l


t5x23cm
xx, 352 him
Cerexan ke-,1, Jd1 2018

xeneene. 2018.0936

P,mulii.
Or Kn:Sli(ln, SH . M,Mii;n.
Ut Y<>;,i (;:m;,11v:rn, $.H., M.H,, MM,

Dcs.iin St1mp11I
lrfan r'ahm1

senata tetak
indangVlahyudin

Pe1terb1t
PRENAOAMEOIA GROUP
(Divis, Keocana)
JI. Tambra Ra.ya No. 23
Rawamarigun • kk,arta Timur 13220
Tefp (021.)47864657 faks:(02l)475·iil34
e-mail: PfnG@ptenadamedia.com
wv,m prcnadamedia.corn
INDONES•t..

Dil<Ha·,g 1ne11g11lli; seuag.an ~1tt10 seluruh 1~, buku uh l.ltug~:m cara ;,1p~1 p1111. tennasuk dengao cara pen

Bahan dengan hak cipta


BAB 1
Perkembangan Kejahatan
dan Hubungannya dengan Sistem Perbankan

P
erkcmlnmgan zaman,.perkembanga.n ilmu pengctahuan .dan
per• kernbangan teknologi yang sudah tidak terbendung lag,
dewasa ini ridak dapat disangkal telah membawa dampak yang
sangat

dan bcrncgara di berbagai ncgara di sc1uruh dunia.


Guru besar ilmu hukum pidana pada Sekolah Tinggi Hukurn 8;111-
dung sekaligus rektor pada Universitas Suryakancana Cianjur, Dwidja
Priyatno menyatakan bahwa kcmajuan pcradaban dan hudaya manusia,
di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi terutama kecanggihun infor•
masi, komunikasi, dan transportasi sudah rnendunia dan menjadikan
planet Bumi menjadi sernakin kccil dan scolah-olah tidak tcrbatas se•
hingga kcjadian di salah satu tcmpat di Bumi ini dengan cepat dan dalam
waktu yang singkat bahkan bersamaan dapat diketahui di belahan
Bumi
lainnya.: Globalisasi dun liberalisasi di segala bidang berialan ekstra cepat
sehingga tidak mungkin saru negara mengisolasi diri secara politik, sosial
budaya, ckonomi dan hukum dalam keterkaitannya dengan negara lain.'
Mark 1\,1. Lanier & Stuart Henry sebugaimuna dikutip oleb
menyatakan bahwa proses globa•
lisasi di aharl ke-ai (dna puluh satu) ini, dunia telah mengalami per•
ubahan-peruhahan pokok yang menyebahkan tcrjadinya peningkatan
interkoneksi dan sating ketergantuogan. > Perubahan-perubahan pokok

• Dwldja Prtyatno. Ktbljflhin Lcf{isfosi TenUM!; stsie»: Pi'r1tmg.~w:g)aux~ba11 Pidana


Korporas!(Ii Indonesia, Disenast, Universiw..s Katolik Parahyaoga,,. Bandung, 2003. him. J.
> Ibid.
"Rutious Hotmaulnna Hutauruk, Penm1gguia11ganKejalumm Korporasi Mela.Lui Pen·
dekatan RestoraufSuatu'f{!ro()()Stm Hukum. Slnar Graflke, 201.3., him.
1.
mmAK PIDANf, PERBAflK.'\I: OALAM PROSES PEHM!
t.AN ...

yang dimaksud di antaranya adalah mcngenai beberapa ha! herikut ini;'


1. Globalisasi;
2. Revolusi komunikasi (terutama mengcnai internet);
3. Privatisasi atau individuulisnsi;
4. Penyebaran pcnyakit global;
5. Pcruhahan persepsi-perscpsi mengcnai konflik dan keamanan na•
sional; serta
6. Terorisme International.
Globalisasi dan liberalisasi serta perkembangan ilmu pengetahnan
dan teknologi selain dapat menghasilkun darnpak positif yang akan
membantu umat rnanusia misalnya dalam hal transaksi ..transaksi perda ..
gangan, transaksi ekonomi, transaksi perbankan, transfer lintas negara,
tansaksi yang dilakukan lintas batas negara, perdagangan internasional
(open market), dan lain sebagainya perlu diwaspadai dampak negatif•
nya yang sangat merugikan umat rnanusia yakni adanya "globalisasi
kejahatan" dan meningkatnya kuanritas (jumlah) serta kualitas (modus
operandi) tindak pidana di berbagai negara dan antamegara.s
Globalisasi dan Iibcralisasi pada praktiknya juga tclah mcndorong
tumbuhnya berbagai kejahatan-kejahatan barn di bidang ekonomi, bisnis
clan Iinansial (keuangan), termasuk kejahatan perbankan di mana dam•
pak dan korhan yang dihasilknn dari kejahatan ini jauh lebih berbahaya
dibandingkan dcngan tindak pidana atau kcjahatan konvcnsional scperti
perampokan, pcmerasan, penipuan atau pcncurian biasa, Dikatakan
dernikian, karena kejahatan-kejahatan baru di bidang ekonomi, bisnis
clan finansial (keuangan) salah sarunya kejahatan perbankan merniliki
karaktcristik tcrscndiri scpcrti: kcjahatan kcrah putih (white collar
crimes) dan sebagai kejahatan dengan dimcnsi-dimensi yang baru
(new dimention of crimes). Oleh karena itu, kejahatan-kejahatan bentuk
baru di bidang ekonomi, bisnis dan finansial (keuangan) berpotensi
dapat mcruntuhkan sistem keuangan dan perekonomian dalarn suatu
ncgara atau bahkan sistcm perkonomian dunia.?
Dalam laporan Kongres Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-5

IIbid.
$ Nyoman Sertkat Purrn Iaya. Globalis(uiHA,Wdan />eneg(lkrmN11kum, makalnh
di.s~m paikan pada mau lkulasl mahaslswa program Maglsrcr llmu I rukum UNOIP
4

Tahun 20to, la11ggal J8 September 20.10.


~ Ruftnus Hotmaul:ma l-1 utauruk, OtJ. cir.. him. 2.
2 •
Bahan denga n hak cipta
B/18 1 • PERKEf,IP.Al;flAfl KEJ/1.HATAN DA)I HUBUUi/+.NNYA ...

clan ke-6 terungkap bahwa Crime As llu.~iness merupakan bentuk keja•


hatan atau tin<lak pidana dalam bidang hisnis atau indnstri yang pada
umurnnya dilukukan secant terorgnnisasi (terorganisir) dan dilakukan
oleh mereka yang mempunyai kedudukan yang terpandang dalarn
masyarakat a tan dapat dikatakan sehagai kejahatan kerah putih (white
collar crimes). Dalam Kongres ke-e Perscrikatan Bangsa-Bangsa (PllB)
lebih lanjut dikatakan bahwa tindak pidana atau kejahatan bisnis atau
tindak pidana yang berkaitan dengan ekonorni rneliputi berbagai bidang
yang tidak dapat dipisah-pisahkan melainkan kesemuanya memiliki
hubungan crat satu dcngan yang Jain.
Dcmikian pula dalarn kongres Pcrserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
Ketujuh (Tire Preventionof Crime and tire 'Jh?OImen! ofQ[fenders)y,
ang diselenggarakan pada rahun 1985 di Jenewa, telah mengulas
mengenai "dimensi barn kcjahatan <lalam konteks pcmbangunan".
Atau tindak pidana yang terjadi dalam kongrcs tersebut digarubarkan
dcngan jelas bahwa tinduk pidana urau keiahuran dipandang dengan
pendekatan hubungan posit if (direct relations/rip)' yakni sebuah
pendekatan yai,g mclihat bahwa gcjala kriminalitas atan tindak pidana
yang terjadi me• rupakan suatu kelanjutan dari kcgiatan dan
pcrtumbuhan ckonomi dan pembangunan. Dalam kongres Perserikatan
Bangsa-Bangsa (.PBB) Ketu• juh (The Prevention Q( Crime and the
Treatment· Q( (![fenders) ini juga digambarkan dcngan sangatjelas
hahwa tindak pidana a tan kcjahatan di bidang ckonomi scbagai tindak
pidana dengan dimensi kejahatan yang ban, (new dirnention of crime).
Dalam kongres tersebut disebutkan "a new dimention of criminality
is tire very subsmnl'ial increase in the financial volume of certain
conventional econonnccrime.s."•
Dal,1111 kongres tersebut juga discbutkan bahwa pcningkatan volume
transaksi di bi dang ekonomi rnerupakan faktorpendorong yang sangat
besar terhadap timbulnya beberapa kejahatan bentuk baru seperti pe•
langgaran hukum pajak, transfer modal yang melanggar hukum, penipn•
an asuransi, pcmalsuan invoice, penyelundupan, kejahatan perbankan

· Sd1~gai lawan dari pendekatan ini adalah pcndapat lama (pcndckamn dcngan hu•
bungannegatlf) yang melihm undak pldana atau kcjahatan selxtgaisalah saru .i.kil>,H
dari buruknya keadnan ekonoml (yang berani pula bahwa bllamana kcadaan ekoncml
mem•
balk, muka kcjahatuu akan rnenurun). 1.ihal scluo~kapuy-.i dalam: Dwld]u Prlvutno. Or,.


en.. him. 26.
'ltuftnu$ Hotmaul:ma l-1 utauruk, OtJ. cir.. him. 2.
3
Bahan dengan hak cipta
mmAK PIDANf, PERBAflK.'\I: OALAM PROSES PEHM!t.AN ...

clan lain sehagainya.s


Dikaitkan dengan sistem perbankan nasional, dalam sistem hukum
nasional dikenal adanya lembaga keuangan ataufinancial institution
.sebagai lembaga yang kegiatan utamanya meagumpulkan dan
menyalur•
kan dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana (unit surplus)
kepada pihak yang membutuhkan dana (nnit defisit).v Salah satu
karakteristik dari lembaga keuangan ini datum melaksanakan
kegiatannya, sangat mengandalkan kepercayaan(tn1st)." Dalam ha! ini,
bank hanya mungkin menghimpnn dana simpanan dari masyarakat
apabila masyarakat me• miliki kcpcrcayaan kcpada banknya.
Kcpcrcayaan di sini hams dimaknai bahwa dana yang disimpan akan
dapat dikembalikan oleh bank apabila ditagih dan bank wajib
merahnsiakan, baik simpanan rnaupun identitas nasabah penyimpan
dana.v
Sckalipun bcrlandaskan kepcrcayaan, pcrlu disadari bahwa industri
kcuangan adalah industri yang beroperasi di dalam pasar yang sangat
penuh regula::;i.1•1 Terkait dengan hal ini, maka benarlah apa yang di·
kemukakan oleh Suran Remy Sjahdeini bahwa sebagai bagian dari
sistcm monetcr, bank sangat highly requiated» Mengapa demikian?
Ila! ini mcnurut hcmat pcnulis karcna hukum berpcran dalam mcngatur
sektor keuangan untuk rnencegah dau rnenanggulangi rindakan-tindak•
an pelanggaran hukum (termasuk tindak pidana) yang dilakukan oleh
oknum-oknum tcrtcntu dalam pclaksanaan scgala aktivitas lcmbaga
kcuangan tersebut sehingga merugikan masyarakat luas.

'J}jfrl.
io M:mdala M:murung dan Pratama Rnhardj:1, ( kmg, Perlumhmdan W.:mwmi Moneter.
Jakarta: Pakuha.s. BkcnomiUnlvcrshas lndcncsla. 200·1, bin). I
J.'.?.
II
Bank merupakan ..bisnis kepercayaan .. (lemb.:iga yang mengandalkan kepercayaa»
dart ma.syMek:u; dalam artian bahwa sebunh hank harus flan d..tp{1t mengajak rnusyarekat
unmk rurut scna bcspartisipasl secara uktif dalam menlngkatkan perrumbuhan ekonomi
Indonesia pada urnunmya dan pertumbuban ekonoml mosyarakm ttu sendiri pada khu•
suenj-a. Di sampmg iH1, masyarakat lnas harus pnla berperan ak1if dulam nwngawasi hank
y.:ing melnkukan suaiu tiudak pidana atou menggunakan b.:i,,k sebagat tujuan dari 1iodak
pidana. Oteh sebab Im. tidaklah berlebihan epabile diketakan hahwa hubungau antara
bank dc11g:H1 nasabahnya scpcrti dua sisl koiu r~111g, tldak dapar dlpisahkan. J.ihat sc!c11g 4

kapnya dakun: Muhamad Djumfo:Ula, Hukum Petbankandi lndu11esia,Ba1\duog: Chc,1


:\di1ya Bakli. 1~)9:~. him. u.;:t
!;t h up:/ h\'WW.pkh4k-Ofll islyu tlisi aJ.g-0• id I i<li files/ M <HCl'i/TTNGGIU I /Tl NGGIO I

_SUTAN_ TI)P, pdJ diakses lerakhir pad a hori KalJljs, ianggaJ 08 Desember 2016.
11 Mandala Manurung d~10 Pra(~uua Rahrm.tja. Op. clt.. hho. l 14.

1~h
lll):/ /w1,~·w.pkh.komisiy\ldisi al .go.id/ id I ti I es/ Materi /TJ N GG IO l /TINGGI O l_SUTAN _
Tl•P.pdf diakses ternkhir pada h:ui K;:imis. t{mggal01:1 Desember
2016.
4 •
Bahan denga n hak cipta
B/18 1 • PERKEf,IP.Al;flAfl KEJ/1.HATAN DA)I HUBUUi/+.NNYA ...

Lembaga keuangan sendiri pada dasarnya dapat dikategorikan ke


dalam lcmbaga keuangan bank dan lcrubaga keuangan non bank.
Conteh lcrnbaga keuangan nonbank di antaranya lembaga
pembiayaan, lem• baga investasi, dan lembaga keuangan kontraktual.
Dalam hal ini bank termasnk dalam kategori lembaga keuangan
(lernbaga keuangan bank) karena kegiatan utamanya adalah
menghimpun dan menyalurkan dana, dcngan motif mendapatkan
keuntungan. ••
Penclirian bank di Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk
menun• jang pelaksanaan pemhangunan nasional dalam rangka
mcningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas
nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. '6
Berhagai ha] di atas pada dasarnya selaras dengan apa yang
dikernukakan dalam pertimbangan Undang-Undang Rcpublik
lndonesia Nornor 10 Tahun 1998 tentang Perubnhan Atas Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
1992 tcntang Perbankan yang mcnyatakan bahwa:
"Pembangunan
nasional men,pakan upuya pembanqunun ycmg
berkesinambungan dalam ranqka meunijudkan masuarakat
Indonesia ya119 adil don mak• mur berdosurkun Pancasilo don
Undang-Undanr1 nasar 1945; dalom menqhadapi perkembonqan
pereko11omia11 11asional ya11g se11a11tiasa berqerak cepat, kompetitif
don terintegrasi denqan Umtangcm yang semakin kompleks serta
sistem keucmga11 ya119 semakin mqju, diperlu• kun penyesuaian
kebijakon cli bidanq ekonomi, termasuk Pcrbankan;
dalam memasuki era qiobalisasi dan de11ga11 telah
diratifikasibeberai»: perjanjion internosionat di bitkmq
perdQ(J(lllfJDrt boronq don jasa, diperlukan penuesuaian tertuuiap
perat1/l'a11 perundanq-undanqon di biclcmg perekonomian khususnyu
sektor Perbankan."Selain itu, hal ini scnada pula dengan pcngcrtian
bank scbagaimana diatur dalam Pasal r angka 2 Undang-Undang
Republik Indonesia Nornor 10 Tahon ·1998
ten tang Pcruhahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7
Tahon 1992 tentang Perbankan yang menyatakan bahwa Hank adalah
badan usaha ya11g me11ghimpun da11a da1'i masyarakatdalam bentuk
simpanan da11 menya/urkannya kepada masuarakot dalam bantuk
kredit da11/acau />e11t11k-be11t11k lai1111ya dalam ranqka meninqkatkan
turuf hie/up rukuat bcmyak.

1~
MandalaMunurung dan Praiumu Rahurdju. Tt'Ur{ Ek<)m),nl Mdknl. Jakarta: Pakultas
Ekonomi Univershas f udoncsia, 2004, him.
109.
11•
i\f:.tlayu S.P. Hasfbuan, Dasar-Dasar l'erlumAwt, Iakane: Komi Aksara. 200 I.. him.


,1.

5
Bahan dengan hak cipta
mmAK PIDANf, PERBAflK.'\I: OALAM PROSES PEHM!t.AN ...

Oleh sebab itu, tidaklah berlebihan apabila sampai dengan titik ini
dinyatakan hahwa bank mcrupakan pilar pcnopangsuatu perckonomi•
an suatu bangsa yang tujuan utamanya rneningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Dalam perkataan lain, dapat pula dikatakan bahwa bank
adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu negara
dengan tujuan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyara•
kat luas dalarn rangka rnenciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Bahkan pada era globalisasi seperti sekarang ini, bank
tidak hanya bagian dari sistem kenangan dan sistem pembayaran suatu
negara mclainkan telah menjadi bagian dari sistem kcuangan dan
sistcm pcm• bayaran dunia (intcrnasional). Mengingat ha] yang
demikian itu, maka pada saat sun tu bank telah rnemperoleh izin berdiri
dan beroperasi dari ororitas moneter dari negara yang bersangkutan,
bank tersebur menjadi "milik masyarakat". Olch karcna itu,
cksistcnsinya bukan saja harus di• jaga olch pcmerintah, olch para
pemilik bank itn sendiri dan pengurus, tetupi juga harm; dijaga oleh
masyarakat nasional dan global.
Kepentingan masyarakat uutuk menjaga eksisteusi suatu bank
mcnjadi sangat pcnting, tcrlcbih apabila diingat bahwa ambruknya suatu
bank atau apabila suatu bank mcngalami l'IISh, maka 1'11S'1 terscbut akan
mempunyai akibat rantai atau domino effecty, uitu dampak yang
ukan menular kepada bank-bank lainnya. Terjadinya efek domino
tersebut tcntunya bcrpotensi mcruntuhkan sistcm monetcr. Dengan
perkataan lain, dapat dikatakan hahwa dampak yang akan dirasakan
tidak hanya terbatas pada bank yang bersaugkutan melainkan akan
berdampak pada bank-bank lain atuu bahkan akan berdampak puda
sistern perekonorni• an suatu negara yang tidak mustahil akan sangat
mengganggu fungsi sistcm keuangan (sistem moncter) dan sistem
pcmbayaran dari negara yang bersangkutan. Penulis mengatakan
demikian karena hal ini sudah pernah terjadi di sekitar tabun 1929-
i933 tepatnya ketiku kurung lebih
9.000 bank di Amerika Serikat arau kn rang lebih setengah dari jumlah
bank yang ada pada waktn in, gulung tikar.
Bank sendiri dibedakan menjadi Bank Uruum dan Bank Perkreditan
Rakyat. Bank Umum dalarn kegiataunya mernberikan jasa dalam lalu
lintas pcmbayaran. Kegiatan yang dilaknkan oleh llank Umum antara
Jain mencaln,p beherapa ha) berikut ini:
1. )lcnghimpun dana dari nrnsyarakat dalam bcntuk tabungan dan
deposito.
6 •
Bahan denga n hak cipta
B/18 1 • PERKEf,IP.Al;flAfl KEJ/1.HATAN DA)I HUBUUi/+.NNYA ...

Secara umum, kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat ini


dapat dihagi kc dalam :1 {tiga) jenis, yaitn:
a. Simpanan Giro (Demand Deposit).
Menurut Pasal t butir 6 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang•
Undang Repuhlik Indonesia Nornor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan, Giro adalah sirupanan yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan mengunakan eek, sarana perintah
pembayaran lainnya arau dengan cara pemindahbukuan.
b. Simpanan Tabungan (Saving Deposit).
Menurut pasal 1 butir 9 Undang-Undang Rcpublik Indonesia
Nornor 10 Tahun l998 tentang Perubahan Alas Undang•
Undang Republik Indonesia Nornor 7 Tahun 1992 tenrang
Pcrbankan, Tabungan adalah simpanan yang pcnarikannya
hanya dapat dilakukan mcnurut syarat-syarat tertcntu yang
disepakati, retapi tidak dapat ditarik dengan eek, bilyet giro
dan/arau alat yang dapat dipersamakan dengnn itu.
c. Simpanan Deposito {11me Deposit).
Menurut Pasal butir 7 Undang-Undang Rcpublik Indonesia
1
Nomor ro Tahun 1998 tentang Perubahun Atas Undang•
Undang Republik Indonesia Nornorz Tahun 1992 tentang Per•
bankan, Dcposito adalah simpanan yang penarikannya hanya
dapat dilakukan pada waktu tcrtentu berdasarkan pcrjanjian
antara nasabah penyirnpan dengan bank.
2. Menyalurkan duna kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
pem hiayaan.
Menurut Undang-Undang Rcpublik Indonesia Nomor 10 Tahun
1998 tentang Perubaban Atas Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor r Tahun 1992 tentang Perbankan, tepatnyu pada Pasal 1 butir
11, menyatakan bahwa Kredit adalah penyediaan uang atan tagihan
yang dapat dipersamakan dcngan itu, herdasarkan persctujuan atau
kesepakatan pinjam-mcminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak perninjam untuk rnelunasi utangnya setelah
jangka waktn terrentu dengnn pemberian bnnga.
Adapun pengertian pembiayaan terdapat dalam Pasal 1 hutir
12
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tabun 1998 tentang


Perubahan Alas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor z Ta-

7
Bahan dengan hak cipta
mmAK PIDANf, PERBAflK.'\I: OALAM PROSES PEHM!t.AN
...

hun 19921.entang Perbankan yang menyatakan bahwa pembiayaan


adalah pcnycdiaan uang atau tagihan yang dapat dipcrsamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kescpakatan antarn bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengernbalikan uang atau tagihan rersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imhalan atau hagi hasil.
3, Menyediakanjasa perbankan lainnyayang meliputi bcberapa
bentuk
sebagai berikut:"
a. Pengiriman uang atan transfer.
b. Kliring (Clearing).
c. Inkaso,
d. Save Deposit Bt»; (SDB).
e. Bank Card.
f. Bank Notes.
g. Traveler's Cheque.
h. Letter of Credit.
1. Bank Garansi.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 se•
bagaimana Lelah diubah oleh Undang-Undang Republik Indonesia No.
10 Tahun 1998 ten tang Perbankan sendiri dnlarn ketentuan Pas,ll 6 dan
Pasal 7 dikcmukakan dcngan tcgas bahwa Usaha Bank Umum mcliputi
bcbcrapa hal berikut ini:
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk sirnpanan berupa
giro, deposuo berjangka, sertifikat deposiio, tabungan dau/atau
bentuk lainnya yang dipersarnakan dengan itu;
2. Membcrikau kredit;
3. Menerbitkan Surat pengakuan
utang:
4. Membeli, menjual atau menjarnin atas risiko sendiri maupun untuk
kcpentingan dan atas perintah nasabahnya:
a. Surat-surat wesel termasuk wescl yang diakscptasi olch
bank yang masu berlakunya tidak. lebih lama daripada
kebiasaan dalarn perdagangan surat-surut dimaksud;
b. Surat pcngakuan utang dan kcrtas dagang lainnya yang masa
herlakunya tidak lebih lama dari kcbiasaan dalam pcrdagangan

u· Johannes Ibrahjm, Bank Scb<1gaj LembtJg1,tntcrmediasiOaiam Hnkum Positij: Ban·


dong: Utomo, 2004. him.
12:~.
8 •
Bahan denga n hak cipta
B/18 1 • PERKEf,IP.Al;flAfl KEJ/1.HATAN DA)I HUBUUi/+.NNYA ...

surat-surat dimaksud;
c. Kertas pcrhcndaharaan ncgara dan snratjaminan pcmcrintah;
d, Sertifikat Bank Indonesia (SB!);
e. Obligasi;
f. Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun,
g. tnstrumen surat berharga lain yang herjangka waktu sampai
dengau 1 (satu) tahun;
5. .Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepenringan nasabah;
6. Mencmpatkan dana pada, meminjam dana dari atau meminjamkan
daua kcpada bank lain, baik dcngan mcnggunakan surat, saran ate·
lekornunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya;
7. Menerima pernbayaran dari ragihan aias surar berharga dan mela•
kukan pcrhitungan dcngan atau antar pihak kctiga;
8. Mcnycdiakan tcmpat untuk mcnyimpan baraug dan surat
bcrharga;
9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain ber•
dasarkan suatu kon t rak;
10. Mclakukan pencmpatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya
dalam bcntuk surat berharga yang tidak tcrcatat di bursa cfck;
n. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha karru kredit dan kegiatan
wali amanat;
12. Mcnycdiakan pcmbiayaan dan/atau mclakukan kcgiatan lain her•
dasarkan Prinsip Syariah, scsuai dcngan kctcntuan yang ditctapkan
oleh Rank Indonesia,
13. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleb bank sepanjang
tidak bcrtentangan dengan undang-undang tentang perhankan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
14. Melakukan kegiatan dalarn valuta asing dengan memenuhi keten•
tuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;
15. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada hank a tan
perusahaan lain di bidang kcuangan, scpcrti sewa guna usaha,
modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta Jcrnbaga kliring
penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan
yang ditetapkan oleh Hank Indonesia;
16. Melakukan kegiatan penycrtaan modal sementara untnk mcngatasi
akibat kcgagalan krcdit atau kegagalan pembiayaan bcrdasarkan


Prinsip Syariah, dengan syarat harus rnenarik kembali penyerta-

9
Bahan dengan hak cipta
mmAK PIDANf, PERBAflK.'\I: OALAM PROSES PEHM!t.AN
...

annya, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank


J ndonesia; dan
17. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana
pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-
undangun dana pensiun yang berlaku.
Selunjutnya, Dalarn Undang-Undang Republik Indonesia No. 7
Tahun J992 sebagairnana telah diubah oleh Undang-Undang Republik
Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankanjuga disebutkan hahwa
yang dimaksud dcngan Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang
111e!C1kscmC1k<111 kegiC1tcm usohu secC1l'<1 konvensional C1tm1 berdC1SC1l'kcm
Prinsip Suariul: yw1y <IC1l<lm keyiatannyC1 tidok. memberikan jasa
dulam
iat« lintas pembouaron (Pasa! 1 angka 4).
Adapun usaha bank Perkreditan Rakyat mcnurut Undang-Undang
Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 sebagairnana telah diubah oleh
Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang Per•
bankan meliputi: (Pasal 1:~ Undang-Undang Republik Indonesia No. 7
Tahun 1992 sebagaimana t.elah diuhah oleh Undang-Undang Repnblik
Indonesia No. 10 Tnhun 1998 tentang Pcrbankan):
J. Menghirnpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan beru 1x1
deposiio berjangka, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang diper•
samakan dcngan itu;
2. Mcmberikan krcdit;
3. Menyediakan pembiayaan dan penernpatan dana berdasarkan
Prinsip Syariah.sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Hank
Indonesia.
4. Mcncmpatkan dananya dalam bcntuk Scrtifikat Bank
Indonesia
(SBl), deposito beriangka, sertifikat deposito dan/atau tabungnn
pada bank lain.
Banyaknya usaha danjcnis kegiatan yang dilakukau oleh bank)
akan semakin mernbuka kesempatan bagi pihak yang tidak
bertanggungjawab unruk rnernetik keuntungan pribadi. Pihak yang
rnemiliki kesempatan untuk memctik keuntungan terschut adalah pihak
yang clalam pckcrjaan schari-harinya bcrhubungan dcngan sistcm
perbankan ruisalnya pcgawai bank, anggora direksi bank, nasabah
bank, anggota dewan komisaris bank, pernegang saham bank rnaupun
pejabat negara yang berwenang
dalam mcngawasi
hank.

10 •
Bahan denga n hak cipta
B/18 1 • PERKEf,IP.Al;flAfl KEJ/1.HATAN DA)I HUBUUi/+.NNYA ...

Oleh sebab itu, mengingat hahwa Negara Indonesia adalah negara


hukum hcrdasarkan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, hukurn rnemiliki penman yang arnat
penting untuk menciptakan keterarurun, perlindungan dan kesejahteru•
an bagi masyarakatnya. Dalam hal ini, tentnnya hnknm hams kembali
mengambil peranannya sehagai instrumen dalam rangka memberikan
perlindungan, menciptakan ketertiban, kesejahteraan dan keadilan
serta menciptakan suatu aturan dun sistern yang dapat mencegah
dan memherantas tindak pidana termasuk tindak pidana perbankan.
Hal ini mcnjadi pcnting karcna sangat terkait dcngan tujuan
disclengga• rakanuya Negara Rcpublik Indonesia sebagaimana
dirumuskan dalam Pernbukaan Undang-Undung Das,11· l945 ulinea ke-
4 y,u,g rnenegaskan bahwa tujuan nasional bangsa Indonesia adalah
"melindungi segenap bangsa Indonesia dan untuk mcmajukan
kcsejahteran umum." Dcngan adanya kalimat "mclindungi segenap
bangsa Indonesia" bcrarti ncgara dan hukum (negara hukum)
sebagaimana diatur dalam Pusal 1 angka
3 UUD l945 harus memberikan perlindungan dalam segalu aspek yai,g
salah satunya adalah tindak pidana pcrbankan ini dalam rangka mema•
jukan kcsejahteraan masyarakat dan mcnciptakan kcadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia .
• Bahan
11
dengan hak cipta
Bahan dengan hak cipta
BAB 2
Tindak Pidana Perbankan sebagai
Tindak Pidana Kerah Putih (White
Collar Crimes)

jahatan kerah putih atau yang dikenal dengan sebutan "white


ollor crimes" (1-VCC) berasal dan berkembang di negara barat
hususnya Amerika Serikat yang mengacu pada sosiokultur atan
budaya masyarakat barat, Kejahatan ini muncul pada tahun 1939 pada
kalangan pengusaha dan politisi. GcjaJa di atas ditanggapi olcb
Edwin padapidaronya di hadapan asosiasi masyarakat
Sosiologi Amerika Serikat pada rahun 1939 dan menegnskan bahwa:
"The conventional explanations are invalid pl'incipally becat1se they
are derivedfrom biased samples. They sample are biased in that they
lwu<i not included uasi <lreos of criminul behavior of persons not in the
loruer class. One of theses neglected orea is the criminal behavior of
bt1siness and professinat men."••
Dilihat dari scjarahnya, sclama bcrtahun-tahun, kejahatan kcrah
putih telah diabaikan clan tidak mendapat perhatiun, baik dari ilmu
kriminologi dan pembuat undang-undang man pun peuegak hokum itu
scndiri. Hingga pada tahun 1949, menarnbahkan
dimensi baru untuk kriminologi. la mempclajari tindak pidana-tindak
pidana atau kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh 70 korporasi atau

111
lntps://books.google~c<i.idibooks?idzjLOOhps0fl!IC&pg-PA4 1 &Jpg-PA4
l&dq='flwt
conventional-te>:.pl~1nnrions+{1re+invl'llid+princip~lly+bec:,1use+lh1;:y+11.re+dt?
rive<1+from+
I ,iast:d-+ san 1p Its. &S() urc c=b I &u Is= •• NZ Vg·1).! I{ l 1 &$ig= lf u 85 N sd <Id 11 l C:Ccf'N ·1d'f
IJG rEw• zlJ,1khl=en&sa=X 811ed ir_escev Nv==onep age.siq=The%20co,1 vention al%20
explaua Ii<., ,,s%.20 arn%20i11v;ilid%20J>ri11cipall~r%20l1<::1.:au~m%20thcy%20arc%20dcri\'Cd
%20fn1m%2011i·
ased%20sa,nplcs.&f=falsc diakses tcrakhlr pada hru i ~,flugg:u, ranggal 12 JunJ 20lti
pad~,
pukul o~. I
·1.

Bahan dengan hak cipta


mmAK PIDANf, PERBAflK.'\I: OALAM PROSES PEHM!t.AN ...

perusahaan terbesar di Amerika Serikat.'?


Kejahatan kcrah putih (white collar crime) pertama kali dikcmuka•
kan oleh E.H. Sutherland dalam bukunya yang berjudul wtute-
Collur Criminality. Dalam bukunya tersebut, E.H. Sutherland
menyatakan dengan tegas bahwa white collar crime merupa kan suaru
tindak pidana yang dilakukan olch mercka yang berasal dari kalangan atas
serta herke• dudukan sosial tinggi clan terhorrnat dan dilakukan dalarn
pekerjaannya (crime committee/ by person of respectability and high
social status in the course of their occupacion), berupa penipuan
canggih oleh para eksckutif senior (the sophisticated Frauds of senior
executives)."'
E.H. Sutherland ingin mcnyatakan dan mcyakinkan bahwa iohi•
te collar crimi11a/ity adalah kejahatan yang benar-benar terjadi atau
kejahatan yang nyata, ia ingin mengingatkan bahwa yang rnelanggar
nukum, rnclakukan kcjahatan, bukan saja mcrcka yang bcrasal dari go•
longan kecil dan tidak mampu, mclainkan juga dilakukan oleh mcrcka
dari kalangan atas yang terhormat dun berkedudukan sosial tinggj dan
yang terakh i r ia in gin rnemberi dasar yang lebih kukuh beri alian dengan
teori yang telah dikembangkannya, yaitu: tcori asosiasi difcrcnsial (dij'.
ferential association)."
Terkait dengan kejahatan kerah putih ini, secara sederhana, Su•
darto dalam bukunya yang berjudul Hukutu don Hukum Pidana me•
nyatakan bahwa yang dinamakan dcngan white collar crime (l·VCC),
yaitu kejahatan atau tindak pidana yang dilakukan olch orang-orang
yang berkelebihan kekayaan dan dipandang "terhormat", karena mem•
punyai kedudukan penting baik dalam pemerintahan atau di dunia
perckonomian.v
E.H. Sutherland dalam tulisannya mengcmukakan unsur-unsur
pokok atau unsur-unsur utarna yang terdapat dalam white collar
crimes, yaitu sebagai berikut:"
a. ft wa~
crime;

hup:/ fr;•,\",\'.cri1crir11.ori;ln!i.lfocuh<:/rcrime/005corpcJrntl:.hlml diakses terakbir


1"

pada hart Selasa. l<mggal 14 Iuni 2016 pada puku)Otl.58.


Ni YusufShofic. f'elaku Usaius, Kmmuueu !Jan Tindak i'isktna .'<orpomsi. Cha1ia lndonc-

sia. Jakarta. 2002. hlm. 44.


t, J.13. Sahetapy, Kejohr.umKorporast.Eresco. B~lnduog. 1994, hlm. 19·2.0.
~ Sudarto, I tukum dan tlukum Pidana. Bandung, PT Alumni. l977.. hlrn. I 02.
zs E.H. Bdwtu Surhertand, 1.Vhi;e CoUar C.'rim;na.li,:y, dalam buku susunan J. E.Sahetap)',
Pusat Srudi Kriminologi. UNAIR Surabaya, him. {117.
14 •
Bahan denga n hak cipta
BAB 2 • mmAKPIDANA. PERBAl{Ki\USEBAGAITINOAK PiDAl1'.'\KEAAH PlJTtH ...

b. Commite by a person of respectability;


c. Of high social status;
d, In the course of this accupation.
,J. Kelly Strader mengemukakan bahwa terrlapat 3 (tiga) paramc•
tor untuk mcncntukan apakah kejahatan tcrtentu dikatcgorikan scbagai
kejuhatan kerah putih atau tidak, yaitu pertama, status sosial pelaku, di
man a pelaku kejahatan kerah putih bu kanlah orang-orang dengan status
ekonomi sosial rendah. Contohnya seperti manajer suatn pcrusahaan, di
mana orang tersebut memiliki status sosial yang tinggi sorta kemampuan
ekonomi yang tinggi pula. Kediui, sifat dari perbuatan. Sifat yang dimak•
sudkun di sini adalah sifat sang pelaku kejahatan kerah putih haruslah
memiliki kemampuan teknis dan pengetahuan yang profesional. Ketiqa,
pertimbangan praktis di mana kejahatan kerah purih ini tidak terkait
dengao pcnggunaan kekcrasan, bukanlah kejahatan langsung yang ditu•
jukan kepada pemilik barang, berbeda dengan kejahatan terorganisasi,
serta tidak terkair dengan wilayah kebijakan terteutu seperti imigrasi,
hak-hak sipil warga negara serta keamanan nasional.«
Pada bagian ini, pcnulis mcnggolongkan tindak pidana atau kcja•
hatan perbankan sebagai kejahatan kerah putih (white collar crimes)
karena tidak dupat dipungkiri bahwa tindak pidana atnu kejahatan
perbankan senantiasa dilakukan dengan mengalami dinamisasi modus
opcrandinya dari segala sisi schingga dapat dikatakan scbagai
invisible crime. Di samping itu, pcnulis mcnilai bahwa organ-
organ lembaga perbankan (sebagui suatu korporasi) korporasi yang
melakukan tindak pidana atau kejahatan perbankan ten tu bukanlah
orang sembarangan karcna mcrcka mcmpunyai akscs untuk mclakukan
tindak pidana atau kejahatan tcrsebut dcngan mcuyalahgunakan
kewenangan, kescmpatan• kesempatan atau saruna-sarana yang ada
padanyu.
Kejahatan perbankan dapat dikntegorikan sebagai salah satu bentuk
kejahatan kcrah putih (white cottarcrimesi karena kcjahatan perbank•
an merupakan scbuah kejahatan yang dilakukan olch orang kaya atau
orang yang berkuasa dl masa kepernirnpinan mereka. Kejahatan per·
bankan merupakan tindakan mclawan hukum (ilegal) yang dilakukan

u Ellen S. Podger, Tiu:Omlleng,·ofltfltiicCollar Se,1re,.icitrg,Jou1'11t1J of Criminal


Law and Criminology. Vol. 9. 2007. Page 735, dikurip dari M.ahrus A.U,
Asas·AS(lSH11k11m Pidana Korpom.ti, 11r RajnGrnfindo Pi~rk:,sa, Iekene. 201 '.3. him. 2•1
·25 .
• Bahan
15
dengan hak cipta
mmAK PIDANf, PERBAflK.'\I: OALAM PROSES PEHM!
t.AN ...

oleh seorang individu dengan status sosial yang ringgi selarna aktivitas
kerja yang sah untuk keuntungan prihadi atau sanak saudaranya dan
dilakukan sccara terorganisasi dan menggunakan kepercayaan dalam
bisnis (menyalahgunakan kepercayaan). Pola tindak pidana di bidaag
perbankan sering kali mmit, karena pelakunya adalah rata-rata orang
yang ahli di bidangnya, juga sering kali dilakukan dengan sangat rapi,
dan terselubung (disguise ofpurpose01·intent atau terdapat penyamaran
tujuan kejahatan),
Menurut ,J.R. Sahetapy, banyak penjahat dewasa ini yang berka•
liber bcrat, bcrdasi, berjas dan berpakaian yang mahal sesuai dengan
tuntunan mode, tampaknya patuh pada undang-undang dan kalau perlu
menjadi anggota suatu panitia sosial yang terkenal, rneluncur dalarn
Mercedes dan Volvo, akan rerapi melakukan praktik-prakrik kejahatan
tcrsembunyi di balik tutur kata dan sopan santun yang" qearticuieerd",''
Mcrcka tidak bcrasal dari lapisan masyarakat yang miskin dan kasar,
mereka tidak berotot kekar seperti bajingan urn um menurut gambaran
Lombrosso, istri-istri mereka adalah: "the robbers baron", samaja•
hatnya dcngan seorang pcrampok dan pcmhunuh tetapi dengan mcng•
gunakan cara dan metodc yang lain. Gambaran tcrscbut sampai saat
ini masih dapat kita lihat dan rasakan dalam kehidupan rnasyarakat
dewasa ini."' Bahkan ada kecenderungan perilaku tersebut menjadi
ombioalen, di satu sisi bcrwajah "baik" dan di sisi lain berwajah "buruk".
Olch schah itu, tidak dapat dihcrankan jika seseorang memiliki karaktcr
ambivaiensi dalam bertindak."
Terkait dengan while collar crime, Hazel Croal sebagnimana di•
kutip olch Yusuf Shotic memberikan definisi mengenai white
collar crime sehagai bcrikut: '·white collar crime sering diasosiasikan
dengan berbagai skandal dunia keuangan dan dunia bisnis (finuncial
and bus•
~ine.., world) <Ian penipuan canggih yan)\ dilakukan oleh para
eksekutif senior (the sophisticated Frauds ofsenior e.>.:ecutive..s). Di
dalamnya ter• masuk apa yang sccara popnlerdikenal sebagai tindak
pidana korporasi (corporate crime) .
.Menurut hernat penulis, yang dirnaksud dengan white collar crime

ts J.C. Sahctapy, KaphaSelektaKnmJnoi<JgiA. lumnl: Bandung. 1979, hlm. IU.


?I, lbid.
n tbtd.
16 •
Bahan denga n hak cipta
BAB 2 • mmAK PIDANA. PERBAl{Ki\USEBAGAI TINOAK PiDAl1'.'\KEAAH PlJTtH ...

yang dilakukan adalah kejahatan atau tindak pidana yang dilakukan


olch orang a tan sckclompok orang yang mcmilikijabatan tertcntu, yang
mcmiliki kedudukan sosial ekonomi tinggi di maria tindak pidana atau
kejahatan tersebut menyangknt sebuah sistem, yang dilakukan bersa•
maan dengan aktivitas pekerjaan atau jabatannya, baik yang dilakukan
dengan cara fisik (nyata) maupun dengan cam nonfisik (tidak nyata)
ataupun dengau cara penyembunyian atau tipu muslihat untuk mcm•
peroleh uang atau keuntungan yang relatif besar.
Rornli Atmasasmita menyatakan bahwa terdapat 6 (enam)
ka•
rakteristik pelaku kcjahatan yang berada dalam bidang ckonomi yang
dipandang sebagai karakteristik pelaku white collar crimes menurut
Schneider. Karakterislik yang dimaksud yaitu sebagai berikul:'"
1. He is
"Stiqmatiuu!";
2. He commits his offencesin conecnon with his occupation;
3. J-Ie does not develop a "c,·iminal self-imaqe", he does not perceive
/rim sell as a crimi11<1/;
4. Hejustifies their crimes with the open or silent support. ofthe
public
Op!ll!0/1;
5. He is motivated by rational thinking, not emotion; and
6. He yenaerally well adjusted, social conforminq lifi: and he is
well
respected by the people in his social comnwn.ity.
Lcbih Janjut, karaktcristik dari tindak pidana kcrah putih atau white
collar cl'imes ini dapat dijabarkan scbagai berikut:'?
a. tow Visibility.
Kejahatan kerah putih merupakan kejahatan yang sulit dilihat ka•
rcna biasanya tcrtutup olch kcgiatan pckerjaan yang normal dau
pckcrjaan yang rutin dan melibatkan kcahliannya serta bersifat
sangat kompleks.
b.
Comptexcitu.
Kejahatan kcrah putih bukanlah kejahatan yang sederhana me•
lainkan kcjahatan yang sangat komplcks karcna sangat bcrkaitan

1* ltomli :\tmasasmita. K11pf!u SelektaI tukum Hdana dan K"rlmilw!<Jgi. Maudar


Maju.
i955, Bandung.• him. l52.
::, 1-lanaO. rtw:ggungjau:alumVitlmw rlrm H,:lrwmuinyafJt~gi
/'erkemfJ(mgw:K,m:;e1h:
UsahaPerubaharuan llukum Pklana Nasional,'Tests, Program PascaSarjuna
Univcrsitas rudmlesia (UI). Jakarta, 1997.. hlm. 143· )44, Llhat juga dalaru: Mahros AU,
ASt'ls·A:.as Hu· kum okiana Korp<mt.>i,1rr H.1jls\Gr.;1find,, Persade. Jakarta. him. 13· 1 <I •

• Bahan
17
dengan hak cipta
mmAK PIDANf, PERBAflK.'\I: OALAM PROSES PEHM!t.AN ...

rlengan kebohongau. penipnan, pengingkaran, serta berkaitan


dcngan sesuatu yang ihniah, tcknologi, tcrorganisasi, melihatkan
banyak orang dun sudah berjalan bertahun-tabun.
c. Defussion of Responsibility.
Dalam tindak pidana atau kejahatan kerah putih ini biasanya terjadi
penyebaran tanggung jawah yang semakin meluas.
d. Defusion of\1ictimizatio11.
Di dalam tindak pidana atau kejahatan kerah putih biasanya terjadi
penyebaran korban yang melnas.
c. Detection And P1·occ11tion.
Hambatan dalam penuntutan dan pembcrantasan white col/al'
crime ini sering kali terjadi akibat prolesi dualisme yang tidak se•
imbang antara penegak hukum dan pelaku. Dalam hal ini, pelaku
mcnggunakan teknologi yang sangat canggih, pclaku adalah orang
yang bcrpcndidikan tinggi dan mcmpunyai kcahlian khusus di
bidang itu, sedangkan penegak hukum masih "terbatas" kernam•
puannya.

Pcrlu disadari bahwa kejahatan kerah putih (termasuk di dalamnya


kejahatan perbankan) menimbulkan kerugian yangjauh Iebih bcsar jika
dibandingkan dengan kejahatan konvensional biasa.
Pelanggaran rerhadap kode etik perbankan juga dapat dikategori•
kan dalam pengcrtian criminal behavior dalam konsepsi white
collar crime. Penyimpangan yang sering terjadi dalam dunia
perbankan dapat ditemukan dalam pendapat Riyanto yang menyatakan
bahwa penyim• pangan-penyimpangan yang sering terjadi dalarn dunia
perbankan dapat dikatcgorikan dalam pcngcrtian criminal behaviour
dalam konscp white collar crime yang mclipnti 2 (dua) hal, yaitu:>
a. l>l'indow Dressin9.
Yang dimaksud dengan window dressinq adalah penyampaian
laporan kepada Bank Indonesia sccara periodik dcngan data yang
tidak bcnar. Hal ini dilakukan olch bank pclapor dalarn rangka
untuk mernanipulasi data sehingga seolah-olah kondisi keuang-

Laporan Oiskusi Pukar. ft.mggungjrw.:ab llank $elxtgui l'elaku Usaba 'J'er!uuJap


Jti
Tin• dakan Kar)'«WtW YangMerugikauNasalx~I:PmyiJtrfllill Dana, Univershas Islam
Bandung (UNISBA). Grn.nd Pranger Hotel. Seminar dilaksanakan pod a hari Senin
tanggaJ 21 Iauuari
2013.
18 •
Bahan denga n hak cipta
BAB 2 • mmAKPIDANA. PERBAl{Ki\USEBAGAITINOAK PiDAl1'.'\KEAAH PlJTtH ...

an atau asset bank pelapor terlihat dalam keadaan baik. Hal ini
merupakan usaha bank agar menjelang periodc laporan, jnmlah
assetnya meningkat dengan maksud agar penampilan bank men•
jad i lebih baik dan lebib dapat dipercaya oleh masyarakat. Setelah
bank mendapatkan kepercayaan di mata masyarakat, bank akan
menerapkan tingkat bunga yang berlehihan yang herrujuan menarik
daua rnasyarakat sehanyak mungkin, memberikan kredit yang tidak
wajar, pernbiaran tindak pidana yang dilakukan oleh organ-organ
bank dan lain sebagainya. Hal ini adalah penyimpangan yang sndah
tcntu akan mcrugikan masyarakat dan akan mcngurangi tingkat
ke• percayaan rnasyarakat kepada lcmbaga pcrbankan pada
umurnnya.
b. Mernberikan kemudahan dalam pernberian kredit namun tidak
disertai pertirnbangan atau penilaian yang wajar dalam dunia
bisnis pcrbankan, Pcrbuatan tcrsebut di atas pada dasarnya dapat
dikategorikan scbagai perbuatan pcnyimpangan kepercayaan
yang diberikan masyarakat kepada bank yang bersangkutan
ataupun terhadap dunia perbankan padu umurnnya.
Lcbih spesifik, menurut hemat penulis, tindak pidana atau kejahatan
perbankan dapat dikatakan sebagai kcjahatan kerah putih (white
collar crime) karena beberapa hal berikut ini:3•
a. Tinda k pidana ini dila kn kan dengan ~ua111 proses, prosednr clan cara
yang sangat rumit;
b. Dilakukan dengan mcnggunakansarana-sarana tertentu (teknologi•
teknologi tertentu):
c. nilakukan oleh kalangan prolesi tertentu yang ahli di bidangnya
atau dalam mclakukan pckcrjaannya;
d. Dilakukan tidak olch satu orang mclainkan olch bcbcrapa orang
yang terstruktur dan tersisternatisasi;
e. Dilakukun dengan penyalahgunaan kekuasaan danjabatan di rnana
hal terschut mcrupakan pelanggaran tcrhadap hak warga ncgara:
f. Mcrupakan atau dapat dikatcgorikan scbagai tindak pidana kor•
porasi.

" Kristian dan Yopl Gunawan, Tindal: Pidana:Peroankun.CV Nuansa Aulia


Bandung,
2013 .. him. 18 .
• Bahan
19
dengan hak cipta
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
BAB 5 • StAlll TEWtHSlfi(il<AT MEmiEl11.'\I BElmJK·BEf,JTIJK ...

a. memherikan dan mencabnt izin usaha hank;


b. mcmbcrikan izin pcmbukaan, pcnutupan dan pemindahan
kantor bank;
c. memberikan persetujuan atas kepemilikan dan kepengu rusan
bank;
d. memherikan izin kepada hank untuk menjalankan kegiatan-
kegiatan usaha tertentu.
Pasal 27:
Pengawasan hank oleh Bank Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 adalah pengawasan langsung dan tidak langsung.
Pasal 28:
(1) Jlank Indonesia mewajibkan Bank unruk menyampaikan la•
poran, keterangan dan penjelasan sesuai dengan tata cara
yang ditetapkan olch Bank Indonesia.
(2) Apabila diperlukan, kewajiban sebagaimana dimaksud pada
aya; ( 1) dikena kan pula rerhadap perusahaan induk, perusahaan
anak, pihak terkait clan pihak terafiliasi dari bank.
Pasal 29:
(1) Bank Indonesia melakukan perneriksaan terhadap Bank, baik
secara berkala maupun setiap wakru apabila diperlukan.
(2) Apabila dipcriukan, pcmcriksaan scbagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dilakukan tcrhadap perusahaan induk, pcrusa•
hann anak, pihak terkait, pihak terafiliasi clan debitur bank.
(:3) flank dan pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
wajib mcmhcrikan kcpada pcmcriksa:
a. kctcrangan dan data yang diminta;
b. kesempatan untuk melihat sernua pembukuan, dokumen
dun sarana fisik yang berkaitan deugan kegiaran usahanya,
c. hal-hal lain yang diperlukan.
Pasal30:
(1) flank Indonesia dapat menugasi pihak lain untuk dan alas
narna Bank Indonesia melaksanakan pemeriksaan sebagai rnana
dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dan ayat (2).
(2) Pihak lain yang mclaksanakan pemcriksaan scbagaimana di•
maksud pada ayat (1), wajib merahasiakan keterangan dan data
yang diperoleh dalam pemeriksaan .

• Bahan
45
dengan hak cipta
mmAK PIDANf, PERBAflK.'\I: OALAM PROSES PEHM!t.AN ...

(:3) Syarat-syarat hagi pihak lain yang ditugasi oleh Bank Indonesia
sebagaimana dimaksnd pada ayat (1) ditetapkan dengan Pera•
turan Bank Indonesia.
Pasal 31:
(1) Bank Indonesia dapat memerintahkan hank untuk menghen•
tikan seruentara sebagian atau seluruh kegiatan transaksi
tertentu apabila rnenurut peniluian Bank Indonesia terhadap
suatu rransaksi parut diduga merupakan tindak pidana di bi•
dang perbankan.>
(2) Berdasarkan penilaian scbagaimana dimaksud pada ayat (1),
Bank Indonesia wajib mengirim tim perneriksa untuk meneliti
kebenaran atas dugaan tersebut,
(3) Apabila dari hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) tidak dipcrolch bukti yang cukup, Bank
Indonesia pada hari itu juga mencabut pcrintah penghentian
transaksi sebagaimana dirnaksud pada ayat (1).
l'asal :{2:
(1) Bank Indonesia mcngatur dan mengcmbangkan sistcm infor•
masi antarbank.
(2) Sistern informasi sebagaimana dirnaksud pada ayat (1), dapat
diperluas dengan menyerrakan lembaga lain di
bidangkeuangan.
(3) Pcnyelenggaraan sistcm informasi scbagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2), dapat dilakukan sendiri oleh Bank
Indonesia dan/atau oleh pihak lain dengan persetujuan Bank
I ndonesia,
Pasal 33:
Dalam ha! keadaan suatu bank menurut penilaian Bank Indone•
sia membahayakan kelangsungan usaha bank yang bersangkutan

to Dnlam hal ini dileJqankai\ bahwa Bank Indonesia dapat merneruuahkan bank
unruk ruenghenrikau sememara sebagian arau selurub kegiatan u:ms;ck:,i tertenm
ap::1bil..t me• nurut pcnllatan Bank Indonesia terhadap suatu uansaksl panu dlduga
mcrupakan tin• dRk pMmui di btdeng perbankan. Hal ini mennnjnkkan babwa terdapat
perbednen anrara uudak phlnna perbankan dl:11gan tlndak pldana Ji bidaug pcrbankan.
Na1nu11 dcmikian. ketennmn ini menggambnrkan pula bahwa antara nudak pidana
perbankan dengan tin·
~1:-ik pidana <Ii hida111; perbankan dapat dibcdakan. namun tidak dapat dlpisabkenkarcna
mc,niliki hubungan saru dcngan ;·~mg lulnnya. Oleh scbah i1U, dulam rangka penccgahan
<km pemberautasan kedua tindak pidona ini hams di.laku.kao secara sinergi dan berkesi•
nambungau.
46 •
Bahan denga n hak cipta
BAB 5 • StAlll TEWtH Slfi(il<AT MEmiEl11.1\llmmJK·BEf,JTIJK ...

dan/atau membahayakan sistem perhankan atau terjadi kesulitan


perbankan yang membahayakan pcrekonomian nasional, Bank
Indonesia dapat melakukan tindakan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ten tang Perbankan yang berlaku.
Pasal '.!4:
(1) Tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga penga•
wasan sektor jasa keuangan yang i ndependen dun
dibentuk dengan undang-undang.
(2) Pembentukan lembaga pcngawasan sebagaimana dimaksnd
pada ayat (1), akan diiaksanakan sclarnbat-lambatnya 31 De•
sernber 2010.
Pasnl 35:
Scpanjang lembaga pcngawasan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal
34 ayat (J) belum dibentuk, tugas pengaturan dan pengawasan
bank dilaksanakan olch Bank Indonesia.
Yang pen ting untuk diperbatikan terkait dengan izin pimpinan bank
Indonesia dalam rangka tugas pengawasan adalah ketentuan Pasal
27 yang menyatakan bahwa pengawasan bank oleh Bank
Indonesia sebagai mana di maksud do lam l'asal 24 adalah
pengnwasan langsnng dan pcngawasan tidak langsung.
Yang dimaksud dengan pengawasun langsung adalah
pengawasan
dalam hentnk pemeriksaan yang disertai dengan tindakan-tindakan
perbaikan. Adapun pengawasan tidak langsung adalah pengawasan
dalam bent u k pengawasan dini melalui penel it inn. anal isis dan
eva• luasi laporan bank. llerkairan dengan pengaturan dan
pengawasan bank, hal-hal yang dapat dilakukan olch otoritas
pengawasan me• liputi hal-hal berikut ini:"
a) Kewenangan memherikan izin (power to
license).
.Mclalui ketentuan ini memungkinkan ditetapknnnya ketentuan
dan persyaratan pendirian sebuah bank oleh otoriras pengawas,
Kcwcnangan pcmbcrian izin ini merupakan scleksi paling awal
terhadap kehadiran bank dengun menetapkau tata cara per•
izinan dan pendirian suatu bank. Pada umumnya pcrsyaratan
pendirian bank menyangkut tiga aspek, yaitu:

n Henuansyab. ()p. cit.. him. l6$· l 67.


• 47
Bahan dengan hak cipta
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
mmAK PIDANf, PERBAflK.'\I: OALAM PROSES PEHM!t.AN ...

ualam hal ini, dapat dilihat hahwa yang diancam dengan pidana
bcrdasarkan kctcntuan ini adalah anggota dcwan kornisaris yang
melakukan pencatatan palsu, direksi yang mclakukan pencatatan
palsu atau pegawai bank yang melakukan pencatatan palsu.
Sela.in itu, dapat pula dipidana berdasarkan ketentuan ini anggora
dewan komisaris yang menyebabkan adanya pencatatan palsn,
direksi yang menyebabkan adanya pencatatau palsu atau pegawai
bank yang menyebabkan adanya pencatatan palsu. Dalam hal
yang kedua ini berarti vang melakukan pencatatan palsu bukan
nnggoia dewan kornisaris, dircksi atau pegawai bank namun
anggota dewan komi• saris, direksi atau pcgawai bank menuliki
andil yang menyebabkan adanya pencatatan palsu tersebut, Dalam
hal seperti ini, maka buik or,1111\ yang rnelakukan pencatatan palsu
ataupun anggota dewan komisaris, dircksi atau pegawai bank
yang mcnycbabkan adanya pcncatatan paJsu dapat dimintakan
pcrtanggungjawaban secara pi• dana dengan menggunakan Pasal55
Kitab Undang-Undang Hukurn l'i.dana (KUHi') (yang rnengatur
mengenai: dader [pernbuat tindak
pidana], doenpleger [yang mcnyuruh lakukan], inedepleqer
[orang•
orang yang turut scrta melakukan dan uitlokker [orang-orang yang
rnenganjurkanj).
d. Dalarn Pembukuan atau dalarn Proses Laporan, rnaupun dalam
Dokumcn atau Laporan Kegiatan Usaha, Laporan Transaksi atau
Rckening Suatu Bank.
Perbuatan mern buat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu di
sini harus dilakukan dalarn proses pembukuan atau dalam proses
laporan, maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha,
laporan transaksi atau rckcning suatu hank. Ocngan perkataan
lain, dapat dikatakan bahwa apabila pencatutan palsu dan mernbuat
adanya pencatatan palsu, narnun bukan dilakukan dalam proses
pembuatan pembukuan atau dalam proses laporan, maupun dalam
dokumcn atau laporan kcgiatan usaha, laporan transaksi atau re•
kening suatu bank, maka tidak dnpat dijerat dengan menggunakan
ketentuan ini.
Hal ini menunjukkan pula bahwa pembuatan pcmbukuan, lapor•
an, dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi dan
rekening suatu bank merupakan unsur yang esensial dalarn sistem
perbankan,
60
Bahan denga •
n hak

cipta
BAB 5 • StAlll TEWtH Slfi(il<AT MEmiEl11.1\l lmmJK·BEf,JTIJK ...

Pada dasarnya, pembuatan pembukuan dan laporan (yang meliputi


laporan keuangan, laporan kcgiatan usaha dan laporan transaksi dan
laporan-laporan lainnya) dan rekening suatu bank bertujuan untuk
mernberikan inforrnusi keuangan perusahaan, baik kepada pemilik,
manajemen, maupun pihak luar yang berkepenringan, mennnjnkkan
kondisi hank secara keselnruhan, mennnjukkan kinerja manajemen
bank selama periode tertentu, sehingga pihak manajemen dapat
memperbaiki kelemahan yang ada sertu mempertahankan kekuatan
yang di miliki, memherikan informasi tentang hasil-hasil nsaha yang
dipcrolch bank dalam suatu pcriode tcrtcntu dan biaya-biaya atau
beban yang dikeluarkan, memuat informasi jumlah kckayaan dan
jenis-jenis kekayaan bank, sertu mernpertanggungjawabkan rugas•
tugas yang dibeban kan kepada manajemen bank yang bersangkutan
dalam rangka mcmpcrtanggungjawabkan bcntuk dan jcnis usaha
yang tclah dilakukannya.
Selain itu, pembuatan pembukuan, laporan, dokumen alau lapcran
kegiatan usaha, laporan transaksi dan rekening snatu bank terkait
pula dengan prinsip kehati-hatian perbankan (prinsip kehati-hatian
dalam hal pcrsyaratan modal awal maupun rasio modal terhadap
kemungkinan risiko yang dihadapinya, butas maksimurn pemberian
kredit, rasio pinjaman terhadap deposito maupun posisi luar negeri,
rasio cadangan minimum, cadangan penghapusan aktiva prorluktif
(krcdit macet) scrta berkaitan pula dcngan transparansi pembuku•
an dan transparansi kondisi keuangan bank dan penilaian tingkat
kesehatan bank."
Bcrdasarkan pcnjclasan unsur-unsur pasal di atas, dapat disim•
pulkau bahwa ketcntuan ini bcrtujuan untuk melindungi kcpcntingan
masyarakat sebagai nasabah bank dari kecurangan-kecurangan yang

"TiJif~k.at kesehatan bank adnlah basll peullainn kuallrarif etas berbagai aspek y,~ng ber•
pcngeruh rerhadap kondrst atau l:inctrja su.:111.1 hank melalui Penilaian Kuemitatif danretau
Penllalan KuaUta1if tcr hadap faktor- fuktcr pcrmodalan, kualhas aset. manajcmcn. rcma•
bilirns. tikulditas dan sensltivuas terhadap risiko pasar. Perbanken herus selalu dinih.ti ke•
schataunya agar tctap prima dalam melayani para nasabahnya schingga dapat mcniug•
katkan kopercayaan masyarakat. Penilalan ini bcr rujuan tmcuk menentukan apakah bank
rcrscbut dalaru kondlsl yang schat, cukup •schat, kurang sehet dau lidak schat, sehingga
Bank Jndoocsk1 d.11\iawu Owl'ita.'> Ja...,a Kcuaogao. s<:bagai peoga.was da.J) pcinbi,rn b::mk·
bankdapat memberikan arnhan. ;.'llau pecunj\1k bagahnana ban.k lersebut harus
dijalankan at:m bahhn dihemikan kegiat;in opemsinya .

• Bahan
61
dengan hak cipta
mmAK PIDANf, PERBAflK.'\I: OALAM PROSES PEHM!
t.AN ...

dilakukan oleh anggota dewan komisaris, direksi a tau pegawai hank.


Se• la in itu, adanya kctcntuan ini bcrtujuan untuk mcncegah anggota
dcwan koruisaris, direksi atau pegawai bank berlaku tidakjujur dan
sebaliknya, dengan adanya ketentuan ini diharapkan kepercayaan
masyarakat ke• pada bank clan bentuk usahanya dapnr meningkat.
Sanksi pidana yang diancamkan kepada anggota dewan komisaris,
direksi atau pegawai bank yang melakukan"mcrnbuat atau menyebabkan
adanya pencatatan palsu" dalam proses pernbukuan atau dalam
proses laporan, maupun dalam dokumen atau laporan keginran usaha,
laporan transaksi atau rckening suatu bank scbagaimana diancam
dcngan pidana berdasarkan ketcntuan Pasal ao ayat (1) huruf a
Undang-Undang Repub•
lik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nornor 10 Tahun 1998 tentang
Pcrbankan adalah pidana pcnjara sckurang-kurangnya 5 (Iima) tahun
dan paling lama 15 (Iima betas) tahun serta dcnda sekurang-kuraugnya
Rf) 10.000.000.000,oo (sepuluh rniliar rupiah) dun paling banyak Rp
200.000.000.000,oo (dua rat us miliar rupiah).

2. Anggota Dewan Komisaris, Direksi atau Pegawai Bank yang dengan


Sengaja Menghilangkan atau Tidak Memasukkan atau Menyebabkan
Tidak Dilakukannya Pencatatan
Selanjutnya, Pasal 49 ayat ( 1) huruf b U ndang-Undang Republik In•
doncsia Nomor 7Tal1un 1992 scbagaimana tclah diubah dengan Undang•
Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tcntang Pcrbankan
menyatakan bahwa: Anyg0/(1 d(WW1 komisoris, direks! Clt(IU pei)mV(li
bank. yung dengan scnqaia rnc11ghifa11!Jk<l11 atau tidak 1ncn1a•
sukkan atau metujebnbkan tidak dilakukanniju 11e11catatan
dalatn pembukuan atau dalam laporan, 11wupw1 dalam dok11111e11 atau
Iaporan keyial'<ln usaha, laponm trunsaksi (1/(111 rekeninq su,itu bank
di,mcam deng,m pidana per!i(lra sekuronq-kurarujmja 5 (limo)
tahun da11 paling lama 15 (li111a be/as) tahun serta denda sekuranq-
kuranqnua
Rp 10.000.000.000.oo (sepuluh miliar rupiah) da11 pali11g banuak Rp
200.000.000.000,oo (dua 11,piah).
r(ltlts mi/i(lr
Perbuatan yaug diancarn dengan pidana berdasarkan ketentuan ini
terdiri dari 3 (tiga) perhuatan yaitu sebagai herikut:
a. Anggota dewan komisaris, direksi atau pegawai hank yang
dengan
senguja mcnghilangkan pembukuan atau laporan, rnaupun dokurnen

62 •
Bahan dengan hak cipta
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
BAB 5 • StAlll TEWtH Slfi(il<AT MEmiEl11.1\llmmJK·BEf,JTIJK ...

No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat, Dalam undang-undang tersebut,


dinyatakan dengan togashahwa "Advokat merupakan profesi yanghchas,
mandiri dan bertanggung jawab, Oleh karenanya, perlu dijamin dan
dilindungi oleh undang-undang dari terselenggaranya penegakan supre•
masi hukum, peradilan yangjujur, adil dan memiliki kepastian hukum,
menegakkan kehcnaran, keadilan clan hak asasi manusia." Berikutnya
dalam ketentuan Pasal 16 undang-undang ini diatur secara tegas dan
jelas bahwa advokat tulu): dapat dituntut, baik secara perdata maupun
pidana dalam menjalankan rngas profesinya rlengan iktikad baik 11n111k
kcpcntingan pcmbclaan klien dalam sidaug pcngadilan. Perrnasalahan
lain adalah berkaitan dcngan sejauh mana atau apa uknrannya pihak
terafiliasi ini telah dengan sengaja memengaruhi pelaksanaan langkah•
langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan bank terhadap
kctcntuan dalam Undang-Undang Perbankan dan pcraturan pcrundang•
undangan lainnya yang berlaku bagi bank? Bagaimana apabila perbuatan
ini dilakukan dengan kelalaian? Ten tu hul-hal sernacam ini akan menjadi
suatu persoalan tersendiri dalam implernentasinya.
Tcrkait dcngan pidana yang diancamkan, baik pihak-pihak yang
menjalankan usaha bank sccara Jangsung maupun tidak langsung
sc• perti dewan kornisaris, pengawas, direksi, pejabat atau karyawan
bank, anggota pengnrus, anggota pengawas, anggota pengelola beserta
kua• sa-kuasanya dan pihak-pihak yang mcmberikan jasanya kcpada
bank namun tidak terbatas pada akuntan publik, pcnilai, konsultan
hukum dun konsultan lainnya ataupun pihak-pihak yang menurut
penilnian Bank Indonesia turut serta memengaruhi pengelolaan bank
seperti namun tidak terbatas pada keluarga dcwan komisaris, kcluarga
peng• awas, keluarga dircksi, keluarga pcngurus yang dengan scngaja
tidak melaksanakan lungkah ..langkah yang rli perlu kan untuk
memastikan ke• taatan bank terhadap ketentuan dalam Undang-Undang
Perbankan dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku
bagi hank dapat pidana penjara sekurang-kurangnya :3 (tiga) tahun nan
paling lama 8 (delapan) tahun serta denda sekurang-kurangnyaRp
5.000.000.000,00 (lirna rniliar rupiah) dan paling banyak Rp
100.000.000.000,oo (seratus miliar rupiah).
Sebagai perbandingan, rerkait dengan hal ini, khusus hagi hank syari•
ah, diatur secara tegas dalam pasal 64 Undang-Undang Republik Indone•
sia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perban.kan Syariah yang menyatakan

• Bahan
77
dengan hak cipta
mmAK PIDANf, PERBAflK.'\I: OALAM PROSES PEHM!t.AN
...

bahwa: "Pihak Terafiliasi yang dengan sengaja tidak melaksanakan lang•


kah-langkah yang diperlukan untuk mcmastikan kctaatan Bank Syariah
atau Bank Urnum Konvensional yang memiliki UUS terbadap ketentuan
dulam Undang-Undang ini dipidana dengan pidana penjara paling sing·
kat :i (tiga) tahun dan paling lama 8 (delapanj tahun dan pidana denda
pa•
ling sedikit Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) clan paling
hanyak
Rp 100.000.000.000,oo (seratus miliar rupiah)."

2. Pemegang Saham yang dengan Sengaja Menyuruh Dewan Komisaris,


Direksi atau Pegawai Bank untuk Melakukan atau Tidak Melakukan
Tindakan yang Mengakibatkan Bank Tidak Melaksanakan Langkah·
langkah yang Diperlukan untuk Memastikan Ketaatan Bank Terhadap
Ketentuan dalam Peraturan Perundang·undangan
Bentuk tindak pidana perbankanjenis kedua yang berkaitan dengan
sikap dan/ atau tindakan yang dilakukan olch pcngurus bank,
pcgawai bank, pihak terafiliasi dan pcmegang saham bank diatur
secant tcgas dalarn pasal 50A Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 7 Tah\111
J992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tcntang Pcrbankan yang mcnyatakan
bahwa: Pemegcmg saham yang dengan sengqja menijuruti dewan
komisaris, direksi atau µegawai bank untuk melakuka11 atau tidak
melakukan tindakan yang mcmyakibatkan bank tidck melaksonoknn
langkah-lnngkah yang dipertukan untuk memastikan ketaatan bank
terhadap ketentuan tialam 1111dcmg-u11dcmg ini da11 kete11htan peratur•
c111 perutuiunq-untkmqan luinnuu yuny berloku ba_qi bunk, diuncam
den_c)an pidono penjaro sekurang-k11rang11yo 7 (tujuh) tahun don
paling lama 15 (lima be/as) ta/tun serta denda sekuranq-kuranqnija
Rp 10.000.000.000,oo (senutut: miliar rupiah) dan paling bamjak Rp
200.000.000.000,oo (chw rah1s mi/iar
rupiah).
Berdasarkan ketentuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang
diancam dengan pidana menurut ketentuan ini hanya terbatas pada
pcmcgang saham. Adapun perbuatan yang dilakukan, adalah dcngan
sengaja menyuruh dewan komisaris, direksi atau pegawai bank
untuk melakukan utau tidak ruelakukan tindakan yang rnengakibatkan
bank tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk
memasti• kan kctaatan bank tcrhadap ketcntuan yang ada dalam
undang-undang
ini dan ketentuan peraturan pcrundang-undangan lainnya yang
berlaku

78
Bahan denga• n hak cipta
BAB 5 • StAlll TEWtH Slfi(il<AT MEmiEl11.1\llmmJK·BEf,JTIJK ...

bagi bank. Perlu pula ditekankan bahwa perhuatan ini hams dilakukan
dcngan diliputi oleh unsur kescngajaan dalam arti pemegang saham
tersebut menghendaki dan mengetahui perbuatun apa yang sedang
dilakukannya.
Apabila dicermari seluruh ketentuan yang ada dalam Undang•
Undang Republik Indonesia Nomor7Tah11n 1992 sebagaimana telah di•
ubah dengan Undang-Uudang Republik Indonesia Nomor to Tahun 1998
tentang Perbankan, tidak ditemukan satu definisi pun yang mengatur
mengenai apayang dimaksud dengan pemegang saham. Dernikian jnga
dcngan ketcntuan-ketentuan yang ada dalam Undang-Uodang Rcpublik
Indonesia Nomor 40 Tahuo 2007 tcntang Pcrscroan Tcrbatas tepatnya
dalarn Pasal I angka 2 hanya dikernukakan bahwa organ
perseroan
adalah Rapat Umum Pemegang Sa ham, Direksi dan Dewan Komisaris.
Adapun yang dimaksud dcngan Rapat Umum Pcmcgang Saham bcrda•
sarkan Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah organ perseroan yang
mernpunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan
komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/
atau anggaran dasar.
Berdasarkan ketentuau yang ada dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 ten tang Perseroan Terbutas tersebut
hanya dapat dilihat bahwa Rapat Umum Pcmegang Saham memiliki
posisi yang istimewa dibandingkan dengan dircksi dan dewan komisaris,
sedangkan mengenai apa yang dirnaksud dengan pernegang saham Sama
sekali tidak ditentukan dengan jelas. Oleh sebab itu, mengenai pemegang
saharn a tan dalam bahasa Inggris disebut dcngan istilah
"shareholder" atau dcngan istilah "stockholder" dapat didefinisikan
schagai sescorang atau badan hukum yang secara sah rnemiliki satu atau
lebih saharn pada perusuhaan (yang dalam bal ini adalah bank).
Dengan demikian, jika dikaitkan dengan ketentuan Pasal 50A Undang-
Un<lang Republik Indo• nesia Nomor 7Tahun 1992 scbagaimana telah
diubah dcngan Undang•
Undang Rcpublik Indonesia Nornor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,
dapat dikatakan bahwa yang diancam dengan pidana (sebagai subjek
hukurn) mcnurut ketentuan ini adalah orang-orang atau badan huknm
yang rnemiliki saham dalam hank yang bersangkutan.
Poin penting berikutnya yang terdapat dalam ketentuan Pasal 50A
Undang-Undang Republik Indonesia Nornor 7 Tahun 1992 sebagaima-
• Bahan
79
dengan hak cipta
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
BAB 5 • StAlll TEWtH Slfi(il<AT MEmiEl11.1\llmmJK·BEf,JTIJK ...

Dengan perkataan lain, dapat dikatakan hahwa apahila terdapat sese•


orang yang mcmhawa pcrintah tertulis atau izin dari Pimpinan Bank
Indonesia dengan cant "mernaksa" bank untuk mernbuka identitas
nasabah dun simpanannya, maka tidak dapat dikatakan telah melang•
gar kctenruan ini. Mengenai hal ini, ditekankan pula dalam Pasal 42 A
Undang-Undang kepublik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
1992 tentang Perbankan yang menyatakan bahwa bank wajib memberi•
kan keterangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41A, dan
Pasal 42. Dcngan adanya pcrumusan "wajib" pada ketentuan ini rnaka
bank mau tidak matt barns membuka rahasia hank apabila memcnuhi
syarat-syarat yang ditentukan yakni harus membawa perintah tertulis
atau izin dari PimJJinan Bank Indonesia. Oleh sebab itu, dapat dilihat
pula bahwa "pcrintah tcrtulis atau izin dari Pimpinan Bank Indonesia"
merupakan syarat mutlakyang harus ada dalam proses
pembukaao rahasia bank.
Perlu pula untuk dijelaskan bahwa pernbukaan rahasia bank seba•
gaimana diatur dalam ketentuan ini adalah pcmhukaan rahasia hank
tcrbatas hanya scbagaimana diatur dalam Pasal 41, Pasal 41A, Pasal 42
Undang-Undang Republik Indonesia Nornor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
1992 tentang Pcrhankan. Dcngan kata lain, apahila pemhukaan rahasia
bank dilakukan di luar konteks yang dimaksud dalarn Pasal 41, Pasal
4lA, Pasal 42 maka dapat dikatakan telah melanggar ketentuan yang
mengatur rahasia bank ini.
Arlapnn ketentuan Pasal 41, Pasal 41A dan Pasal 42 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tcntang Pcrubahan Atas
Undang-Undang Republik Indonesia Nornor 7 Tahu.n 1992 tentang
Perbankan tersebut menyatakan sebagai berikut:
Pasal 41:
(1) Untnk kcpcntingau perpajakan, Pimpinan Bank Indonesia atas
perrnintaan Menteri Keuangan berwenang mengeluarkan perintah
tertulis kepada bank agar mernberikan keterangan dan mernper•
lihatkan bukti-bukti tertulis serta surat-surat mengenai keadaan
keuangan Nasabah Penyimpan tertcntu kepada pejabat pajak.
(2) Perintah tertulis sebagaimana dirnaksud dalam ayat (1), harus me•
nyebutkan narna pejabat pajak dan narna nasabah wajib pajak yang

• Bahan
111
dengan
hak cipta
mmAK PIDANf, PERBAflK.'\I: OALAM PROSES PEHM!t.AN ...

dikehendaki keterangannya.
Pasal 41A:
(1) Untuk penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada
sadan Urnsan Piutang dan Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang
Negara, Pimpinan llank Indonesia mcmberikan izin kepada pejabat
Badnn Urusan Piutang dun Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang
Negara untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai sirnpan•
an Nasabah Debitur.
(2) lzin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan secara tertnlis
atas pcnnintuan tertulis dari Kepala Badan Urusan Piutang dan
Lelang Ncgara/Ketua Panitia Urusan Piutang Negara.
(3) Permintaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus menye•
burkan nama danjabatan pejabar Badan Urusan Piutang dan t.elang
Ncgara/Panitia Urusan Piutang Negara, nama Nasabab
Debitur yang bersangkutan dan alasan diperlukannya kcterangan.
Pasal 42:
( 1) unrnk kepentingan peradilan dalam perkara pidana, Pimpinan Bank
Indonesia dapat mcmbcrikan izin kepada Polisi, Jaksa atau Hakim
untuk memperoleh kcterangan dari bank mengcnai simpanan ter•
sangka arau terdakwa pada bank.
(2) lzin sehagaimana dimaksud dalam ayar (1) diherikan secara terrnlis
atas pcrmintaan tcrtulis dari Kcpala Kepolisian Rcpublik Indonesia,
.Jaksa Agung atau Ketua Mahkamah Agung.
(3) Permintaan sebagaimana dimaksnd dalam ayat (2) hams menyebut•
kan narna danjabatan Polisi.Jaksantau Hakim, nama tersangka atau
tcrdakwa, alasan dipcrlukannya kctcrangan dan hubungan pcrkara
pidana yang bcrsangkutan dengan kcterangan yang diperlukan.
Berdasarkan kerentuan-ketenruan di atas, dapar pula disimpulkan
bahwa konsep rahasia bank tidak bcrlaku mutlak atau dapat diterobos
sclama memcnuhi syarat-syarat yang ditentukan olch undang-undang.
Jadi, terhadap tindak pidana yang berkaitan dengan rahasia bank ini
terdapat beberapa pengecualian sehingga rahasia bank tersebut dapat
ditcrobos dan bagi pihak yang mclakukan ha] ini tidak dapat dipidana
sclama ia mclakukannya mcmcnuhi pengccualian yang ditcntukan olch
undang-undang. Perlu pula dikemukakan bahwa berdasarkan ketentuau
tersebut, dapar dilihat mengenai teknis perm in raan pembu kaan rahasia

112
Bah

an

deng


n

hak

cipt

a
BAB 5 • StAlll TEWtH Slfi(il<AT MEmiEl11.1\llmmJK·BEf,JTIJK ...

bank dan dapat dilihat pula siapa-siapa saja pihak yang berhak untuk
mcngetahni informasi-informasi mcngcnai nasabah dan simpanannya.
Berdasarkan ketentuan Pasal 41, Pasal 41A dan Pasal 42 Undang•
Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 ten tang Perubahan
Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomory Tahnn 1992 tentang
Perhankan di atas, penulis berkesimpulan hahwa pengecualian-penge•
cualian tcrhadap ketentuan rahasia bank terdapat dalam 7 (tujuh) hal,
yaitu sebagai berikut.'??
1) Unt.uk kepentingan perpajakan dapar diberikan pengecualian kepa•
da pejabat pajak bcrdasarkan pcrintah Pimpinan Bank Indonesia
atas permiutaan Menteri Kcuangan.
Pasal 41 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
10
Tahun 1998 tentang Perbankan menyatakan:
"Untuk kepentingan perpajakan, Pimpinan Bank Indonesia atas
pe,-,nintaan ,,fenteriKeuangcm benuencmg mengeluarkcmperintan
tertuliskeptulo bank ayar memberikan keteronqan dun
memper• lihctko» bukti-bukti tertulis serta surat-surar menqenai
keadaan keuanqan Nasabah Penqimpan tertenni kepada pejabat
pajak:"
2) Untuk penyclesaian piutang hank yang sudah discrahkan kcpada
Budan Urusan Piutang clan Lelang Negara/Panitiu Urusan Piut.u,g
Negara dapat diberikan pengecualian kepada pejabat Badan Urusan
Piutang Dan Letang Ncgara/Panitia Urusan Piutang Negara atas izin
Pimpinan Bank Indonesia.
Pasal 41,\ ayat (1) Undung-Undang Republik Indonesia Nornor to
Tahun L998 tentang Perbankan dengun tegas mengatur sebagai
berikut:
"Untuk penyelesaicm piutanq bank yang sudan diserahkan
kepada
Budun Urusan Piutanq dun Lelaru) Neyuru/Pcmitia U1'11San
Piu• t<Jny Neqara, Pimpinan Bunk lndonesiu memberik<Jn izin
kepadu pejabattsadan Ur11sa11 Piutanq clan Lela119
,Vegara/Panitia Urusan. Piutang Negara untuk: memperoiel:
keteranqan dari hank me119e-
1wi simp<Jmm Nasabon
Debitur"
3) Untuk kepentingan peradilandalarn perkura pidana dapat diberikan

iw t.ihar :-dc;11gkt1pnya delam; Kristian dan Yopi Gunawan, li'mfak />idmu, />erfxmkw:.
01). cit.. him. tSl·
162. Llhat jug~, pc, ruasalahau-permasalahanyang bcehubungan
dcngan pcmbukaan mhaslabank, lihal selengkap•lY'J. dafom: Krlsttan dan Yopi
Gunawan. 1Yndak Putana Pemankan.CV Nuansa Autia Bandung. 2013, him. 162· l 8.11.

• Bahan
113
dengan hak cipta
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
mmAK PIDANf, PERBAflK.'\I: OALAM PROSES PEHM!t.AN ...

sedikit Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) dan paling banyak


Rp :1.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

138
Bah

an

deng


n

hak

cipt

a
BAB]
Penerapan Prinsip Kehati-hatian
& Good Corporate Governance sebagai Strategi
Penanggulangan Tindak Pidana Perbankan
(Suatu Telaah Singkat)

A. SEKELUMIT MENGENAI PRINSIP KEHATI-HATIAN


Sehagai pihak yang sangat mcmerlukan kcpercayaan dalam mcnja•
lankan sctiap usahanya tepatnya pihak yang mcngelola langsuug dana
yang diperoleh dari masyarakat, sudah seharusnya bank dan para
pihuk
yang terkait dengan bank misalnya pengurus bank, pegawai bank,
pihak

mcnjalankan sctiap tugas dan kcwajihannya dcngan pcnuh tanggung


jawab dan semua tindakannya harus didasarkan pada prinsip kehati•
hatian. Prinsip tangguogiawub dan prinsip kehati-hatian ini pada da·
sarnyn penting untuk dilaksanakan dalam rangka menjaga kepercayaan
yang sudah dipercayakan masyarakat dan mencegah dilakukannya suatn
tindak pidana atau penyelewengan dana,
Prinsip kehati-hatian a tau yang di kenal pula dengan istilah pru·
dential banking principles merupakan ha! panting guna mewujudkan
sistem perbankan yang sehat, kukuh dan knat sehingga perhankan dapat
meningkatkan perckonomian dan kesejahtcraan masyarakat.
Istilah "prudent" yang dikaitkan dengan fungsi pengawasan bank
dan manajemen bank mulai dikenal pada belahan kedua tahun 1980-an.
Kara "prudent"
"bijaksana". Namun dalam dunia pcrbankan istilah itu digunakan untuk
"asas kehati-hatian" atau "prinsip kchati-hatian", Olch karena itu, di In•
donesia rnuncul istilah "pengawasan bank berdasarkan asas atau prinsip
Bahan dengan hak cipta
mmAK PIDANf, PERBAflK.'\I: OALAM PROSES PEHM!t.AN ...

kehati-hatian" atau "manajemen bank berdasarkan asas atau prinsip


kchati-hatian." Selanjntnya, istilah "prudent"atau asas kchati-hatian tor•
sebut digunakan sccara mcluas dan dalarn konteks yang berbeda-beda.v-
Dalarn sejarah perbankan Indonesia, ketentuan mengenai prinsip
kehari-hatian pernah diatur secara khusus dalam beberapa Paket dere•
gulasi, misalnya Paket deregulasi 25 Maret 1989 clan Paket deregulasi
Februnri 1991. Kebijakan Maret 1989 mencakup pengaturan mengenai
masalah-masalah merger, permodalan, batas pinjaman, penyertaan oleh
bank dan pemberian kredit invesrasi, kredit ekspor, pernilikan bank
campuran dan kctcntuan mcngenai Bank Pcrkrcditan Rakyat. Paket ini
antara lain mengatur/rnenycmpurnakan ketentuan-ketentuan tcntangt'<
l. Peleburan dan penggabungan usaha bank;
2. Penyempunrnan ketenruan tentang pendanaan dan usaha I\PR;
3. Pcmilikan modal bank campuran:
4. Pcngcrtian kredit ekspor;
5. Pengertian modal sendiri;
6. Batas maksimurn pernberian kredit kepada dehitur, debitur grup,
pcngurus, scrta pemcgang saham dan keluarganya;
7. Pcnggunaan tenaga kcrja asing;
8. Perneliharuan likuiditas wajib minimum dalam rupiah dun valuta
using;
9. Posisi devisa neto (PDN);
10. Pengawasan dan pembukuan LKBB;
n. Pernberian kredit investasi dan penyertaan oleh bank dan LKBB;
12. Pajak atas bunga deposito herjangka, sertifikat deposito milik bank
dan LKBll;
13. Lemhaga pcnunjang pasar modal.
Prinsip "prudence" sendiri sesungguhnya pernah dibahas di dalam
Teori Keutamaan Moral sebagaimana dikernuknkan oleh Adan, Smith
yang menyatakan bahwa prudence merupakan keadaan ha tin yang was•
pada, jcli dan sangat hati-hati, sclalu pcnuh perhatian tcrhadap konsc•
kuensi-konsekuensi yang pulingjaub dari setiap tindakan, untuk mem-

1'"'
Permadl G::mdap ..adjn. Dasardan PrinsipPengawasanBank. Iakarta: Gramedia Pus•
raka Utama. 2004. Jilin. 21.
11:.
wldjanarto. Hukum dan Ketemuan Perbankan. (Ii Indonesia. 2007. Jal<ana: Pustaka
Utama c.:mfiti, him. 3!i.

140
Bah

an

deng

a •
n

hak

cipta
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
BAS 11 • Sll!llf KA<;IJ$ TUIOA.'< PIOANA PERBA!IK.+\f~ OM.AM KP.SUS ...

Selanjutnya, sekitar pcrtengahan bulan Oktober 2014 Kantor PT [)8$


pindah ke Ruko Kota Blitar: PT l)llS dalam mcnjalankan kegiatan
usa• hanya berdasarkan Izin dari Depkumham Nomor AHU
2u85,40.10.2014 tertanggal 19Agustus 2014, dari KPT Kota Blitar terbit
Izin SIUP Nornor
503/00026/410.207.1/SIVP 2014 tertanggal 9 September 2014 ten•
tang Surat Izin Perdagangan, dari KPT Kota Blitar terbit TOP Nomor
13121660050 tertanggal 9 September 2014 tentang tanda daftar peru•
suhaan DBS, dari KPT Kota Blitar terkait HO dengan nornor
Registrasi
503/00202/4H>.207,1/2014, dari Dirjen Pajak terhit Surat Keterangan
tcrdaftar pajak nomor S/5217/KT/INP.J.12/KP.1203/2014 tcrtanggal 14
Agustus 2014 dan Nomor l'-.TP,\TP Perusahaan dan Nomor 70.768-431.2-
65xxxx Alas Narna JYr DBS;
Saksi \JCD dalarn menjalankan usahanya untuk menarik minat ma•
syarakat, mcmbuat sistcm yang dinamakan sistcm "seven days
deposit", yaitu pcncmpatan deposit jangka pendck dcngan
mcndapatkan pokok deposit 100% + return 35% dalam 7 (tujuh) had
kerja. Terdakwa selaku
Direktur Keuangan PT DBS bersama Saksi ,JCDsektku Komisaris Utama
dan saksi RDR sclaku Dircktur Utama, Direksi income dan Komisaris
Indcpcndcn PT DBS mcnsosialisasikan program "seven days
deposit" dengan can, mendatangi orang per orang, mensosialisasikan
rnelalui media cetak dnn elektronik di antaranya Juiua Pos, Memo,
JTV, Face• book dan website www.12suku.com. Pada website
www.12suku.com
antara Jain dicantumkan "Banking & Finance Consultant" dan
"Seven
Days DepositSustem", Penernpatau depositjangka pendek dengan men•
dapatkan pokokdeposit 100% + return 35% dalam 7 (tujuh) hari kerja.
Pcrsyaratan yang harus dipcnuhi untuk menjadi pcserta program seven
days deposit, yaitu mcnyerahkan KTP dan rekcning hank atas namanya
dan KK, serta mernbayar biaya ad rninistrusi sebesar 15% dari nilai po•
kok deposit, di mana setiap member diperintahkan untuk menyetorkan
pokok depositnya ke rekening yang ditunjuk oleh PT DflS sesuai
dengan SPT (Surat Perintah Transfer) yang ditcrbitkan olch PT DBS.
Sosialisasi yang dilakukan oleh Saksi JCD bersarna Direktur Utama,
Direktur Keuangan, Direktur Income, Kornisaris Independen PT DBS
tersebut menarik perharian masyarakat, sehingga masyarakat tertarik
clan beramai-ramai mendaftar mengikuti sistem seven days
deposit. Dalam kurun waktu antara bulan Agustus 2014 sampai
dengan bulan
Maret 2015, PT DBS dapat menarik member sekitar 29.269 (dua
puluh

• Bahan
261
dengan hak cipta
mmAK PIDANf, PERBAflK.'\I: OALAM PROSES PEHM!
t.AN ...

scmbilan ribu dua ratus enam puluh sembilan) member. Pl' DBS tidak
mcmpunyai pemasukan lain selain dari biaya administrasi yang disc•
torkan oleh setiap member kc Kasir PT DBS. Pencatatan pcruasukan
PI DBS atau biaya adruinistrasi yang telah dihimpun dari para member
dalam kurun waktu tanggal 23 September 2014 sampai dengan tanggal 2
November 2014 dilakukan pencatatan secara manual dengan perincian
pada tabel bcrikut ini.

No. Tanggal
1. 23 - 28 September 2014
,. 29 5fpternbt>t - 06 Oktober w1 &
J. 07 Oktober - tz Okrnbe1 2014

•·5. 13

20
ouober · 19 okrober 20 q

okrober - 26 oktoner 2014


G. 27 Okwber - 02 t~ovember 2014
Jumlah

Dengan dernikiun, biaya administrasi yang dihimpun dari


para member dalam kurun waktu antara tanggal 2:l September 2014
sampai dcngan 2 November 2014, yaitu sekitar Rp 11.26:1.214.000,00
(sebclas miliur dua ratus enarn puluh tigajuta dua ratus empat belas ribu
rupiah) denganjumlah nominal perputuran uang para member yang
rnengikuti seven days deposit sekitar Rp 75.088.09:~.ooo,oo (tujnh
puluh lima miliar delapan puluh delapan juta scmbilan puluh tiga rihu
rupiah).
Pencatatan keuangan PT DBS dalam kurun waktu antara tanggal
3 November 2014 sampai dengan 16 Maret 2015, dilakukan melalui
program kompurer dengan perincian sebngai berikut:
1. Bulan rcovember 2014 jumlah memberyang mengikuti seven days
deposit scbesar 20.581 (dua puluh ribu lima ratus dclapan puluh
satu) narnun yang bisa melakukun transaksi sejumlah 42.356 (empat
puluh dua ribu tiga ratus lirna puluh enam) sehinggajumlah nominal
perpuraran uang member yang mengikuti seven day depositscbesar
Rp 198.301.000.000,oo (seratus sembilan puluh dclapan miliar tiga
ratus satu juta rupiah) clan biaya adrninistrasi yang masuk sebcsar
15% darijumlah nominal transaksi sebesar Rp 29.745.150.000,oo
(dua puluh sembilan miliar rujuh ratus empat pulnh lima juta se•
ratus lima puluh ribu rupiah);

262
Bah

an

deng

a •
n

hak

cipta
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
• LJ\I,! PI RAN

dan mernatuhi kebijakan dan prosedur yang berlaku,


termasuk kcbijakan dalam rangka pengendalian Fraud.
2. Struktur Organisasi dun Pertanggungjawabun
Untuk menduknng efektivitas penerapan strategi anti-Fraud,
Bank wajib memiliki unit atau fungsi yang menangani imple•
mcntasi stratcgi anti-Fr(md. Hal-hal yang pcrlu diperhatikan
dalarn pembentukan unit atau fungsi tersebut paling kurang
sebagai berikut:
a. pembenrukan unit arau rungs: dalam strukrur organtsast
discsuaikan dcngan karakteristik dan kompleksitas kegi•
atan usaha Bank;
b, penetapan uraian tugas dan r;1nggungj,1wab yangjel.as;
c, pertanggungjawaban unit arau fungsi rersebut langsung
kepada Direktur Urama sorta hubungan komunikasi dan
pelaporan secara langsung kcpada Dewan Komisaris: dan
d. pelaksanaan Lugas pada uni! arau fungsi tersebut harus
dilakukan oleh SDM yangmerniliki kompetensi, integritas,
dan indepcndcnsi, serta didukung dengan pcrtanggungja•
waban yang jelas,
3. Pcngendalian dan Pernantauan
Dalarn rnelakukan pengendalian dan pemantauan, Rank wajib
melakukan langkah-langkah yang fokus untuk meningkatkan
efcktivitas pencrapan strategi anti-Fl'a11cl. Langkah-langkah
tersebut paling kurang sebagai berikut:
a. penetapan kebijakan dan prosedur pengendalian yang
khusus ditujukan unruk pengendalian Fraud;
h. pengcndalian melalui kaji ulang baik oleh manajcmen
(lop level review) rnaupun kaji ulang operasional tfunc•
tiouai re11iew) oleh SK.AI etas pelaksanaan strategi
anti· Fraud;
c. pengendalian di bidang SOM yang ditujukan unruk pc•
ningkaian efekrivitas pelaksanaan rugas dan pengenda•
lian Fraud .. rmsalnya kebijakan rotasi, kebijakan murasi,
cun wajib, dan aktivitas sosial a tau gathering.
cl. penerapan pemisahan fungsi dalam pelaksanaan akrivitas
Bank pada seluruh jenjang organisasi, rnisalnya
penerap•
an four eyes principledalmn aktivitas perkreditan
dengan
• Bahan
295
dengan hak cipta
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
• LJ\I,! PI RAN

kan hal-hal sebagai herikut:


a. bahwa Bank Indonesia mcrupakan Bank Scntral Rcpnblik Indonesia
yang bertugas antara lain mengatur dan mengawasi
bank;
b. bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat ne•
gara yang berperan dalarn memelihara keamanan dan kerertiban
masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, dalarn rangka
terpeliharanya keamanan dalaru negeri;
c. bahwa Kejaksaan Repnblik Indonesia mernpakan lernbaga peme•
rintah yang melaksanakan kckuasaan ncgara di bidang
penuntutan serta kcwcnangan lain berdasarkan undang-undang;
d. bahwa Nola Kesepahaman ini dilakukan sesuai dengan tugas
dan wewenang PARA l'IHAK sesuai peraturnn perundang-
undangan yang berlaku dcngan mcmpcrtimbangkan Asas
Kcadilan, Asas Manfaat, dan Asas Kepastian Hukum:
e. bahwa dengan semakin korn pleknya permasalahan dan penanganan
dugaan tindak pidana perbankan, maka untuk memperlancar dan
mcmperccpat penanganan tindak pidana perbankan perlu me•
ningkatkan koordinasi antara Bank Indonesia, Kcpolisian
Negara Republik Jndonesia, dan Kejaksuan Republik Indonesia;
dan
f. bahwa Nota Kesernpaharnan ini merupakan pengganti dari Surat
Kcputusan bcrsama Jaksa Agung Republik Indonesia, Kcpala Kcpo•
lisian Negara Republik Indonesia dan Gubemur Bank Indonesia No•
mor: KEP-902/ A/.J.A/1.2/2004; Nomor: l'OL:SKep/924/XJJ/2004;
Nornor: 6/9l/KERGB!/2004 tanggal 20 Desember 2004 teutang
Kerjasama Penanganan Tindak Pidana di Bidang Pcrbankan.
Dcngan memperhatikan pcraturan perundang-undangan sebagai ber•
ikut:
l. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 ten tang
Hukum Acara Pidana (Lcmbaran Negara Rcpublik Indonesia
Tahun
1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Rcpublik Indonesia
Nomor 3209)
2. undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7'l'ahnn 1992 ten tang
Pcrbankan (Lcmbaran Negara Rcpuhlik Indonesia Tahun 1992 No•
mor 31, Tarubahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3472) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Repub-
• Bahan
307
dengan hak cipta
mmAK PIDANf, PERBAflK.'\I: OALAM PROSES PEHM!t.AN
...

lik tndonesia Nomor H> Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik


Indonesia Tahnn 1998 Nomor 182, Tamhahan t.cmbaran Negara
Repu blik Indonesia Nornor 3790 );
3. Undang-Uudang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 ten•
tang Hank Indonesia (Lembaran Negara Repuhlik Indonesia
Tahnn
1999 Nomor 66, Tamhahan Lemharan Negara kepublik Indonesia,
Nomor 3843) sebagaimana telab diubah terakhir dengan
Undang• Undangan Nomor 6 Tahun 2009 (Lembaran Negara
Republik Indo• nesia. Tahun 2009 Nomor7, Tambahan Lembaran
Negara kepublik Indonesia Nomor 4962);
4. Undang-Undang Rcpublik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tcntang
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Kegara Repub•
lik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan l.embaran Negara
Rcpublik Indonesia Nomor 4168);
5. Un dang- Un dang Rcpublik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004
tcntang Kejaksaan Repu blik I ndonesia (Lembaran Negara Repu blik
J ndone• sia Tahun 2004 Nomor 67, Tarnbahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4401);
6. Undang-Undang Rcpublik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah {Lernbaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nornor 94, Tarnbahan l .ernbaran Negara Repu blik l
ndonesia
Nomor 4867), dan
7, Pcraturan Pernerintah Rcpuhlik Indonesia Nomor 68 Tahun 2008
tentang Tata Cara Pelaksanaan Hubungan dan Kerjasama
Kepolisian Negara Republik Indouesia.
Bcrdasarkan hal-hal terscbut di atas, PAR..\ PIHAK mcnyepakati Nota
Kescpahamau tentang Koordiuasi Pcnanganan Tindak Pidana Perbank•
an, dengan ketentuan sebagai berikut,
BABI
J\,lAKSUD DAN TUJUA.t"I

Pasal I
(1) Maksud Nota Kescpahaman ini adalab sebagai landasan bagi PARA
PIHAK untuk melakukan koordinasi memperkuat penerapan tata
kelola kepemerintahan yang baik clan bersih di lingkungan Bank
Indonesia, Kepolisian Negara Rcpublik Indonesia dan Kejaksaan
308
Bah

an

deng

a •
n

hak

cipta
• LJ\I,! PI RAN

Republik Indonesia.
(2) Tujuan Nota Kescpahaman ini adalah tercapainya koordinasi dalam
rangka memperlancar, rncmpercepat, dan mengoptirnalkan pena•
nganan Tindak Pidana Perbankan.
sxa n
RUANG LINGI(UP KOORDINl\.SI

Pasal 2
(1) Ruang lingkup koordinasi udalah koordinasi antara PJH,\K PER•
TAll'1A, PlHAK KEDU,\, dan l'THAK KETIGtl dalarn penanganan
Tindak Pidana Pcrbankan sebagaimana diatur dalam Pasal 46
sampai dengan Pasal 50A Undang-Undang Rcpuhlik Indonesia
Nornor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan Undang- Undang Repu blik T ndonesia Norn or 1 o Tahun J
998, atau Pasal 59 sampai dcngan Pasal 66 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tcntang Pcrbankan
Syariah.
(2) Bentuk koordlnasi penanganan Tindak Pidana Perbankan sebagai•
mana dimaksud pada ayat (t) meliputi:
a. Pembahasan dugaan Tindak Pidana Perhankan:
h. Pelaporan dugaan Tindak Pidana Perbankan;
c, Penyediaan saksi;
d, Penyediaan ahli;
P. Pemblokiran rekening;
f. Penyitaan uang dan dokumen.Tukar menukar informnsi;
g. Evaluasi, dan
h, Kegiatan lainnya
UAI! HI
ORGANISASI DA,"1TUGAS Tll\1 KOORDINASI

.Bagictn Kesatu
Tim Koordinasi

Pasal 3
(1) Tim Koordinasi melaksanakan koordinasi untuk mcncapai maksud
dan tujuan scbagaimana dimaksud dalam Pasai 1.
(2) Tim Koordinasi sebaguimana dirnuksud pada ayat (1) terdiri atas
Ti111 Pengarah, Tim Koordinasi Tingkat Pusat, dan Tim Koordinasi
• Bahan
309
dengan hak cipta
mmAK PIDANf, PERBAflK.'\I: OALAM PROSES PEHM!t.AN ...

'I'ingkat Daerah.
(3) Tim Pengarah melakukan koordinasi di Tingkat Pusat dan/atau
Tingkat Daerah,
(4) Tim Koordinasi Tingkat Pusat melukukan koordinasi di Tingkat
Pnsat yang berkedudukan di Jakarta dengan lingkup wilayah DKJ
.Iakarta, Oepok, Tangerang dan llekasi.
(5) Tim Koordinasi Tingkat Daerah melakukan koordinasi di Tingkat
Dae rah.
Pasal 4
(1) Tim Koordinasi Tingkat Pusat dan Tim Koordinasi Tingkat Daerah
terdiri aras 'rim Plcno dan Tim Kerja.
(2) Untnk membanru Tim Koordinasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 dalam melaksanakan tugasnya dibentuk Sekretariat.
Bagian Kedua
Tint Pcngarah
Pasal 5
(1) Tim Pengarah terdiri atas tiga anggota, yaitu Oubernur Rank In•
donesia, Kcpala Kcpolisian Negara Rcpuhlik Indonesia, <Ian .Iaksa
Agung Rcpublik Indonesia.
(2) Tim Pengarah mempunyai tugas rnernberlkan arahan dun/atau
keputusan yang bersifat strategis.
Bagian Ketiga
Tirn Pleuo
Pasal 6
(1) Tim Pleno Tingkat Pusat tcrdiri atas anggota tetap dan anggota tidak
tetap.
(2) Anggota 'l'erap Tim Pleno 'Ji ngkat Pusar mempunyai hak suara
dan wcwcnang memutus, tcrdiri atas cmpat anggota, yaitu:
a. Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia yang
membawakan
Bidang Investigasi;
b. Kepala Badan Reserse Krirninal Kepolisian Negara Republik
Indonesia;
c. .JaksaAgung Muda Tindak Pidana Umum Kejaksaan Agung
Republik Indonesia; dan

310
Bah

an

deng


n

hak

cipt

a
• LJ\I,! PI RAN

d. .Iaksa Agung Tindak Pidana Khusns Kejaksaan Agung Repuhlik


Indonesia.
(3) Anggota tidak tetap Tim Pleno Tingkat Pusat memberikan
rnasukan kepada anggota tetap Tim Pleno Tingkat Pusat, terdiri
atas delapan anggota, yaitu:
a. Direktur lnvestigasi dan Media Perhankan Bank Indonesia;
b, Direktur Hukum Bank Indonesia
c, Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya dun sekitarnya;
d. Kepala Kejaksnan Tinggi DK!;
c. Dircktur Tindak Pidana Ekonorni Khusus pada Badan Rescrse
Kriminal Kepolisian Negara Republik Indonesia ;DirckturTin•
dak Pidana Korupsi pada Badan Reserse Kriminal Kepolisian
Negara Republik Indonesia;
f. Dircktur Tindak Pidana Umum Laiunya pada .Jaksa Agung
Muda BidangTindak Pidana Umum Kejaksaan Agung Rcpuhlik
r ndonesia; dan
g. Direktur Penyidikan pada Jaksa Agung Muda Bidang Tindak
Pidana Khusus Kejaksaan Agung Repuhlik Indonesia.
(4) Tim Pleno Tingkat Pusat dikctuai olch Anggota Dewan Gubernur
Bank Indonesia yang rnembawakan Bidang Investigasi dengan
Ke• paia Badan Reserse Kriminal Kepolisian Negara Republik
Indonesia, Jaksa Agung Muda Undak Pidana Umum, dan .Iaksa
Agung Muda Tindak Pidana Khusus KejaksaanAgung Republik
Indonesia sebagai Wakil Ketua, serta Direktur lnvestigasl dan Mediasi
Perbankan Rank
Indonesia sebagai Sekretaris.
(5) Dalam hai Anggota Dewan Gubcrnur Bank Indonesia yang memba•
wakan llidang lnvestigasi tidak dapat menghadiri rapat Tim Pleno,
salah seorang Wakil Ketua bertindak sebagai Ketua Tim Pleno,
(6) Tim Pleno Tingkat Pusat rnempunyai tugas sebagai berikut:
a. melakukan pembahasan dugaan Tindak Pidana Perbankan yang
diajukan oleh Tim Kcrja Tingkat Pusat;
b. melakukan evaluasi perkernbangan penanganan dugaan Tin•
dak Pidana Perbankan yang dilaku kan oleh Tim Kerin Tingkat
Pu sat;
c. merekomendasikan hal-hal strategis yang memerlukan peng•
arahan dari Ti111 Pengarah;
d, menghadiri rapat Tim Pengarah:

• 311
Bahan dengan hak cipta
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
• LJ\I,! PI RAN

Bagian Kelrma
Sckrctariat

Pasal 10
Sekretariat schagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dilaksanakan
oleh Pl H/\.KPERT,\JvlA.
Pasal 11

(1) Sekrctariat Tingkat Pusat dipimpin olch Pcjabat Direktorat Inves•


tigasi dan Mediasi Perbankan yang ditunjuk
(2) Sekretariat Tingkat Pusat mernpunyai tugas sebagai berikut:
a. mcrencanakan, mcngundang, dan melaksanakan rapat Tim
Kerja Tingkat Pusat rapat Tim Plcno Tingkat Pusat, dan Rapat
Tim Pengarah;
b. membuat risalah rapat Tim Kerja Tingkat Pusat, Tim Pleno
Tingkat Pusat, dan Tim Pengarah:
c. mcnyampaikan risalah rapat scbagaimana dimaksud pada hu•
ruf b kepada Anggota Tim Koordinasi Tiogkat Pusat dan Tim
Pengarah;
<l. melakukan pcngkinian data perkembangan penanganan du•
gaan Tindak Pidana Pcrbankan yang dihahas dalam rapat Tim
Koordinasi Tingkat Pusat maupun Tngkat Duerah;
e. merencanakan dan mengelola anggaran untuk pern biuyaan
Tim
koordinasi Tingkat Pusat;
f. mcnerima dan menatausahakan dokumcn tcrkait dugaan Tin•
dak Pidana Perbankan;
g. melakukan koordinusi dengan Sekretariat Tingkat Daerah; dan
h. melakukan rugas lain yang ditetapkan oleh Tim Kerja Tingkat
Pusat, Tim Pleno Tingkat Pusat, dan/atau Tim Pengarah.
Pasal 1.2
(1) Sekretariat Tingkat Daerah dipimpin oleh Pejahat Kantor Bank
Indonesia yang melaksanakan fungsi Sckrctariat Tingkat Daerah.
Sekretariat Tingkat Daerah rnempunyai tugas sebagai berikut:
a. merencunaknn, mengundang, dan melaksanukan raput Tim
Kerja Tingkat Daerah dan rapar Tim Pleno Tingkat Daerah;
b. memhuat risalah rapat Tim Kerja Tingkat Daerah clan Tim Pleno
Tingkat Daerah .
• LJ\I,! PI RAN

• Bahan
317
dengan hak cipta
• LJ\I,! PI RAN

Pasal19
(i) Penyidik tidak dapat melakukan pemblokiran atau penyitaan terha•
dap rekening giro bank-bank di PIHI\J:( PERTAM.Adalam rungka
pemenuhan Ciro wajib Minimum, karena dapat memengaruhi kc•
bijakan dan pelaksanaan rugas Bank Indonesia dalam pengendalian
moneter.
(2) Tidak dapat dilakukannya pernblokiran atau penyitaan terhadap
Giro wajib Minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan
mempertimbangknn bahwa Giro v\iajib Minimum mcrupakan
cadangan wajib minimum yang harus dipclihara oleh bank
dalam bentuk saklo rekening giro pada PIHAI( PERTAi'\-lA.
Pasal 20
(1) Penyidik dapat melakukan penyitaan terhadap dokurnen asli dan/
atau Iotokopi yang dilegalislr oleh pegawui bank, dengan rnembuat
llerita Acara Penyitaan.
(2) Dalam hal penyidik melakukan penyitaan dokumen asli sebagaima•
na dimaksucl pada ayat (1), untuk kepentingan operasional bank,
dokumen asli tersebut tetap ditatuusahakan oleh bank sebagai
barang ritipan penyidik dengan mernbuar Betila Acara Peniripan
Barang Bnkti.
Bagian Ketujuh
Tukar Menukar Informasi

Pasal 21
(1) Tim koordinasi melakukan tukar rnenukar informasi, baik dalam
rapat Tim Koordinasi maupun mclalui sarana lain.
(2) Tukar menukar inforruasi scbagaimana dimaksud pada ayat (1)
dalam rapat Tim. Koordinasi dapat mengikntsertakan pihak lain
sebagai narasumber.
(3) Materi tukar menukar informasi sehagaimana dimaksud pada ayat
(1) antara lain mcliputi:
a. inforrnasi, tindak lanjut, atau perkembangan penanganan du·
gaan Tindak Pidana Perbankan yang dilaporkan oleh l.'fHA.K
PERTAlVIAatau Anggota Tim Kcrja melalui mekanisme Ko•
ordinasi,
b. penjelasan atas dokumcn pendukung clugaan Tindak Pidana

Ill 321
Bahan dengan hak cipta
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.
TIUOAX P1DANA PERSAW<AN DAI.AM PROSES PERAOII.AN •.•

oleh Prof. Dr. H. Dwidja Prayitno, S.H., M.H., SJ>.N., dan buku Kejalun•
an Transfer Dana yang ditulis oleh Prof. Or. Johannes Ibrahim, S.H.,
'.M.Hum., dan Yohannes Herman to Sirait, S.H., LL.M.
Selain menulis, mengedit dan rnengajar, sering pula diminta kete•
rangannya sebagai Ahli dalarn perkara-perkara pidana di Pengadilan.
Berkomunikasi dengan penulis: vehezkiel.krisriancogyahoo.co.id a tau
yehezkiel.kristian9o@gmail.com.

Dr. Yopi Gunawan, S.11., l\1.li., M.l\<l. Dila•


birkan di Bandung pada tanggal 08 Febuari 1968,
meraih gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum
Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) pada
tahun 1993. Tahun 2009 lulus dari Program Pas•
ca Sarjana Magister Ilmu Hukum di Univcrsitas
Langlang Buana dengan gelar M.H. Tahun 2012,
lulus program Magister /\1anagement (111.M.) dari
Sekolah Tinggi llmu Ekonomi Pasundan Bandung dan lulus Doktor
Ihnu Hukum (Dr.) di Program Pasca Sarjana Universitas Islam Bandung
(UNISBA) dengao predikat cumlaude (dengan pujian) dan telah lulus
pendidikan Kurator di I KA.Pl pada rahun 2017.
Aktif sebagai Advokat PER....DT selaku Managing Director pada
Kantor Hukum Yopi Gunawan & Associates dari tahun 1998 sampai
sekarang. Selain itu, aktif sebagai Mediator di Pengadilao Negeri Kls IA
Bandung sejak tahun 2008, dan a.ktif pula dalam berbagai organisasi
diantaranya: Pcngurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Asosiasi Advokat
Indonesia (AAI) Periode 2015-2020; ,Vakil Ketna BidangAdvokasi Kadin
Jabar; Ketua Bidang Pusat Bantuan Hukum Asosiasl Advokat Indonesia
(AAl) Cabang Bandung; Bendahara DPC PERADI Bandung Periode
2013-2018; Dewan Penasehat AP!NDO Jabar Periode 2015-2020; Wa•
kil Ketua Koordinator Bidang Hukum INTI Jabar Periode 2014-2019;
Tim Advokasi llv\ Fakultas Hukum UNPAR dan Tim Advokasi LHPN;
Dewan Pembina llumni Fakultas Hukurn UNPAR; Wakil Ketua Sahabat
Advocate Nusantara Indonesia (SAN().

350
Bah

an

deng

a•
n

hak

cipta
• TENT/IJIG PfNllllS

Saat ini menjadi Konsultan Huknm tetap pada heberapa Bank


diantaranya: PT Bank Permata, Tbk.; PT Bank CIMB Niaga, Tbk., PT
Bank Danamon Indonesia, Tbk., PT Bank Pan Indonesia, Tbk.; PT Bank
Central Asia, Tbk.; PT Bank UOB Indonesia; PT Bank fvlNC Internasio•
nal, Thk., PT Bank QnB Indonesia, Tbk., PT Bank JCllC, PT Bank Yudha
Bhakti, clan heberapa Bank Perkrcditan Rakyat.
Disamping menjadi advoknt, aktif pula mengajar di Program Pasca
Sarjana Magister Ilmu Hukum Universitas Singaperbangsa Kurawang
(UNSI KA}dan Program Pasta Sariana Magister limn Hukum universiras
Langlang Buana (UNL.>.} Bandung. Sampai saat ini telah mcnerbitkan
bcberapa buku di antaranya:
l. Tindak Pidann Perbankan,
2. Sekelurnit ienrang Penyadapan dalam H ukum Positif di
Indonesia dan Masalah-Masalahnya,
3. Pcrkcrubangan Konsep Negara Ilukmn dan Negara Hukum
Pancasila,
dan
4. Tindak Pidana Korupsi (Harmonisasi Hukum Nasional dengan
UNCAC).

Ill 351
Bahan dengan hak cipta
You have either reached a page that is unavailable for viewing or reached your viewing Ii mit for
this book.

Anda mungkin juga menyukai