Kasus Dilema Etik Buk Efitra
Kasus Dilema Etik Buk Efitra
“DILEMA ETIK”
Oleh:
Kelompok 5
Dosen Pembimbing:
Efitra, S.Kp.M.Kes
1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang “Kasus Dilema
Etik”. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi tantangan itu bisa teratasi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Kelompok 5
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang berkecimpung untuk
kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang
sehat maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-harinya.
Salah satu yang mengatur hubungan antara perawat pasien adalah etika. Istilah
etika dan moral sering digunakan secara bergantian. Sehingga perawat perlu
mengetahui dan memahami tentang etik itu sendiri termasuk didalamnya prinsip
etik dan kode etik.
Hubungan antara perawat dengan pasien atau tim medis yang lain tidaklah
selalu bebas dari masalah. Perawat profesional harus menghadapi tanggung jawab
etik dan konflik yang mungkin meraka alami sebagai akibat dari hubungan
mereka dalam praktik profesional. Kemajuan dalam bidang kedokteran, hak klien,
perubahan sosial dan hukum telah berperan dalam peningkatan perhatian terhadap
etik. Standart perilaku perawat ditetapkan dalam kode etik yang disusun oleh
asosiasi keperawatan internasional, nasional, dan negara bagian atau provinsi.
Perawat harus mampu menerapkan prinsip etik dalam pengambilan keputusan dan
mencakup nilai dan keyakinan dari klien, profesi, perawat, dan semua pihak yang
terlibat. Perawat memiliki tanggung jawab untuk melindungi hak klien dengan
bertindak sebagai advokat klien. Para perawat juga harus tahu berbagai konsep
hukum yang berkaitan dengan praktik keperawatan karena mereka mempunyai
akuntabilitas terhadap keputusan dan tindakan profesional yang mereka lakukan
(Ismaini, 2001)
Dalam berjalannya proses semua profesi termasuk profesi keperawatan
didalamnya tidak lepas dari suatu permasalahan yang membutuhkan berbagai
alternative jawaban yang belum tentu jawaban-jawaban tersebut bersifat
memuaskan semua pihak. Hal itulah yang sering dikatakan sebagai sebuah dilema
etik. Dalam dunia keperawatan sering kali dijumpai banyak adanya kasus dilema
etik sehingga seorang perawat harus benar-benar tahu tentang etik dan dilema etik
4
serta cara penyelesaian dilema etik supaya didapatkan keputusan yang terbaik.
Oleh karena itu penulis menyusun suatu makalah tentang etik dan dilema etik
supaya bisa dipahami oleh para mahasiswa yang nantinya akan berguna ketika
bekerja di klinik atau institusi yang lain.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep tentang etik dan dilema etik khususnya
dibidang keperawatan
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi etik
b. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tipe-tipe etika
c. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami teori etik
d. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami prinsip-prinsip etik
f. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami dilema etik dan cara
penyelesainnya
g. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami contoh kasus dilema etik dan
penyelesainnya
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
2. Benefisiensi
Benefisiensi berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik.
Kebaikan juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri
dan orang lain. Kadang-kadang dalam situasi pelayanan kesehatan
kebaikan menjadi konflik dengan otonomi.
3. Keadilan (justice)
Hak setiap orang untuk diperlakukan sama (facione et all, 1991).
Merupakan suatu prinsip moral untuk berlaku adil bagi semua individu.
Artinya individu mendapat tindakan yang sama mempunyai kontribusi
yang relative sama untuk kebaikan kehidupan seseorang. Prinsip dari
keadilan menurut beauchamp dan childress adalah mereka uang sederajat
harus diperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak sederajat diperlakukan
secara tidak sederajat, sesuai dengan kebutuhan mereka.
Ketika seseorang mempunyai kebutuhan kesehatan yang besar,
maka menurut prinsip ini harus mendapatkan sumber-sumber yang besar
pula, sebagai contoh: Tindakan keperawatan yang dilakukan seorang
perawat baik dibangsal maupun di ruang VIP harus sama dan sesuai SAK.
4. Non malefisien
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya atau cedera secara
fisik dan psikologik. Segala tindakan yang dilakukan pada klien.
5. Veracity (kejujuran)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini
diperlukan oleh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan
kebenaran pada setiap pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien sangat
mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang
untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,
komprehensif dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada
pasien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya
salama menjalani perawatan.
7
Walaupun demikian terdapat beberapa argument mengatakan
adanya batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan
prognosis pasien untuk pemulihan, atau adanya hubungan paternalistik
bahwa “doctor knows best” sebab individu memiliki otonomi, mereka
memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya.
Kebenaran adalah dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
6. Fidelity
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia pasien. Ketaatan, kesetiaan adalah
kewajiban seeorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya.
Kesetiaan itu menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang
menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan
meminimalkan penderitaan.
7. Kerahasiaan (confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa informasi
tentang klien harus dijaga privasi-nya. Apa yang terdapat dalam dokumen
catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien.
Tak ada satu orangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika
diijin kan oleh klien dengan bukti persetujuannya. Diskusi tentang klien
diluar area pelayanan, menyampaikannya pada teman atau keluarga
tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dicegah.
8. Akuntabilitas (accountability)
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa
tanggung jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk
menilai orang lain. Akuntabilitas merupakan standar yang pasti yang mana
tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas
atau tanpa terkecuali.
8
C. Kerangka Konsep Pemecahan Masalah Dilema Etik
Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli
dan pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan/pemecahan
masalah secara ilmiah, antara lain :
9
e. Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin
dilaksanakan
f. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif
keputusan
g. Memberi keputusan
h. Mempertimbangkan bagaimana keputusan tersebut hingga sesuai
dengan falsafah umum untuk perawatan klien
i. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan
menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan
berikutnya.
4. Model Curtin
a. Mengumpulkan berbagai latar belakang informasi yang menyebabkan
masalah
b. Identifikasi bagian-bagian etik dari masalah pengambilan keputusan
c. Identifikasi orang-orang yang terlibat dalam pengambilan keputusan
d. Identifikasi semua kemungkinan pilihan dan hasil dari npilihan itu
e. Aplikasi teori, prinsip dan peran etik yang relevan
f. Memecahkan dilema
g. Melaksanakan keputusan
5. Model Levine – Ariff dan Gron
a. Mendefinisikan dilema
b. Identifikasi faktor-faktor pemberi pelayanan
c. Identifikasi faktor-faktor bukan pemberi pelayanan
Pasien dan keluarga
Faktor-faktor eksternal
d. Pikirkan faktor-faktor tersebut satu persatu
e. Identifikasi item-item kebutuhan sesuai klasifikasi
f. Identifikasi pengambil keputusan
g. Kaji ulang pokok-pokok dari prinsip-prinsip etik
h. Tentukan alternatif-alternatif
i. Menindaklanjuti
10
6. Langkah-langkah menurut Purtillo dan Cassel (1981)
Purtillo dan Cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan
etik.
a. Mengumpulkan data yang relevan
b. Mengidentifikasi dilema
c. Memutuskan apa yang harus dilakukan
d. Melengkapi tindakan
7. Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson (1981)
a. Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan
yang diperlukan, komponen etis dan petunjuk individual
b. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi
c. Mengidentifikasi issue etik
d. Menentukan posisi moral
e. Menentukan posisi moral pribadi dan profesional
f. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait
g. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada
11
STUDI KASUS
12
PEMBAHASAN KASUS
Kasus di atas merupakan kasus masalah dilema etik. Murphy dan murphy
menjelaskan kerangka pemecahan dilema etik sebagai berikut:
13
dalam memberikan dukungan dan mekanisme koping klien terhadap
penyakitnya.
5. Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin
dilaksanakan.
a. Tidak menuruti keinginan klien tentang penambahan dosis obat
analgesik.
b. Tidak menuruti keinginan klien tentang penambahan dosis obat
analgesik dan membantu klien dalam manajemen nyeri.
c. Menuruti keinginan klien tentang penambahan dosis obat analgesik.
d. Menuruti keinginan klien tentang penambahan dosis obat analgesik,
tetapi pemberiannya jarang atau hanya pada saat malam hari klien
untuk tidur.
6. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif
keputusan
a. Tidak menuruti keinginan klien tentang penambahan dosis obat
analgesik.
Konsekuensinya, tidak mempercepat kematian klien, keluhan klien
tetap ada dan pelanggaran terhadap hak klien untuk menentukan
nasibnya sendiri.
b. Tidak menuruti keingina klien tentang penambahan obat analgesik dan
membantu klien dalam menejemen nyeri.
Konsekuensinya, tidak mempercepat kematian klien dan klien dibawa
untuk beradaptasi dengan nyerinya, hak klien untuk menentukan
nasibnya tidak terpenuhi.
c. Menuruti keinginan klien tentang penambahan dosis obat analgesik.
Konsekuensinya, mempercepat kematian klien, keluhan nyeri klien
berkurang, perawat memenuhi hak klien.
d. Menuruti keinginan klien tentang penambahan dosis obat analgesik,
tetapi pemberiannya jarang.
Konsekuensinya, resiko mempercepat kematian klien dapat sedikit
dikurangi, klien dapat beristirahat karena pada saat tertentu tidak
merasakan nyeri.
14
7. Memberi keputusan.
Dalam kasus di atas terdapat empat alternatif yang dapat dilakukan dengan
konsekuensinya masing-masing. Tindakan yang mungkin untuk diambil
keputusan dengan konsekuensi yang selain memperdulikan kesehatan
klien tetapi juga respon klien dan keluarga.
8. Mempertimbangkan bagaimana keputusan tersebut hingga sesuai dengan
falsafah umum untuk perawatan klien.
Keputusan yang dapat diambil yaitu menuruti keinginan klien tentang
penambahan dosis obat analgesik dengan pemberian yang pada saat
tertentu saja dengan kata lain, pada saat klien membutuhkannya untuk
istirahat tidur. Meskipun resiko mempercepat kematian klien ada, tetapi
hak klien untuk menentukan nasibnya sendiri terpenuhi. Namun,
manajemen nyeri perlu dilakukan untuk klien beradaptasi terhadap
nyerinya.
9. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan
menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan
berikutnya.
Keputusan yang diambil haruslah yang paling menguntungkan untuk klien
dan tenaga kesehatan. Respon klien dan keluarga sangat penting dalam
proses peningkatan kesehatan.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam upaya mendorong kemajuan profesi keperawatan agar dapat diterima
dan dihargai oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka perawat harus
memanfaatkan nilai-nilai keperawatan dalam menerapkan etika dan moral disertai
komitmen yang kuat dalam mengemban peran profesionalnya. Dengan demikian
perawat yang menerima tanggung jawab, dapat melaksanakan asuhan keperawatan
secara etis profesional. Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai dengan standar,
melaksanakan advokasi, keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan bagi
keselamatan pasien, penghormatan terhadap hak-hak pasien, dan akan berdampak
terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Selain itu dalam menyelesaikan
permasalahan etik atau dilema etik keperawatan harus dilakukan dengan tetap
mempertimbangkan prinsip-prinsip etik supaya tidak merugikan salah satu pihak.
B. Saran
Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama bidang
keperawatan harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin supaya
nantinya mereka bisa lebih memahami tentang etika keperawatan sehingga akan
berbuat atau bertindak sesuai kode etiknya (kode etik keperawatan)
16
DAFTAR PUSTAKA
Lubis Sofyan. 2009. Mengenal Hak Konsumen dan Pasien. Jakarta. Pustaka
Yusticia
http://naimah-naimahlaila.blogspot.com/p/dilema-etik-dan-pemecahanya.html (27
april 2016)
17