Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

LANDASAN PENDIDIKAN

“LANDASAN-LANDASAN PERLUNYA PENDIDIKAN”

DISUSUN OLEH:

NUR ASIA (1714041028)

ZAKIA (1714040007)

RAHMAWATI (1714042031)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT karena dengan ridhonya semata kami dapat
menyelesaikan tugas yang di berikan oleh dosen mata kuliah landasan pendidikan.
Sebagai wujud dari pengabdian kami kepada Allah SWT sekaligus bentuk realisasi
dari tanggung jawab dan kewajiban kami selama mengikuti mata kuliah ini.
Makalah ini berisi materi tentang “Landasan-Landasan Perlunya
Pendidikan” pembahasan yang memaparkan tentang landasan pendidikan itu
sendiri. Sehingga makalah dapat digunakan untuk penyajian diskusi dan untuk
keperluan lainnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT,
kepada kedua orang tua, teman-teman, dan semua pihak yang telah memberikan
dan bantuannya dalam penyusunan makalah ini.
Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah
tentang “Landasan- Landasan Perlunya Pendidikan” ini dapat memberikan
manfaat terhadap pembaca.
Makassar, 11 Maret 2018

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang....................................................................................
2. Rumusan Masalah...............................................................................
3. Tujuan ................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN................................................................................
A. Landasan Ekonomi Dalam Pendidikan
1. Pengertian Landasan Ekonomi......................................................
2. Peran Ekonomi dalam Pendidikan.................................................
3. Fungsi dan Peran Pendidikan.........................................................
4. Efiesiensi dan Efektivitas Dana Pendidikan...................................
B. Landasan Teknologi Pendidikan
1. Pengertian Teknologi Pendidikan...................................................
2. Perkembangan Konsep Teknologi Pendidikan...............................
3. Unsur-Unsur Teknologi Pendidikan...............................................
C. Landasan Ilmiah dalam Pendidikan......................................................
D. Landasan Agama dalam Pendidikan.....................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDULUAN
A. Latar Belakang
Kesejahteraan masyarakat selalu menjadi topik pembicaraan di setiap
kesempatan, karena pada saat ini segala harga kebutuhan pokok yang mereka
gunakan mulai melonjak.” Persaingan dalam meningkatkan kesejahteraan pun
terjadi, hal tersebut dikarenakan adanya kebutuhan dasar manusia yang harus
terpenuhi, yaitu kebutuhan berprestasi, kebutuhan berafiliasi dan kebutuhan akan
kekuasaan” (Danim, 1996:35)
Namun ada suatu hal yang sering terlupakan, bahwa sesungguhnya
pendidikan dengan kesejahteraan sosial suatu kesatuan karena taraf pendidikan
yang dicapai oleh individu akan mempengaruhi pekerjaan yang dikerjakannya.
Berbicara masalah pendidikan merupakan suatu sarana yang sangat krusial dalam
membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan handal, namun hal tersebut
akan terealisasi dengan nyata apabila dunia pendidikan mengadopsi perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, pendidikan dapat menjadi
penolong bagi umat manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan landasan ekonomi, teknologi, ilmiah dan agama
terhadap pendidikan?
2. Bagimana peran dan fungsi landasan ekonomi teknologi, ilmiah dan agama
dalam pendidikan?
3. Bagimana efisiensi dan efektivitas dana pendidikan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tentang landasan ekonomi, teknologi, ilmiah
dan agama terhadap pendidikan.
2. Untuk mengetahui peran dan fungsi landasan ekonomi, teknologi, ilmiah dan
agama dalam pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Ekonomi
1) Pengertian Landasan Ekonomi
Ekonomi adalah sistem aktivitas manusia yang berhubungan dengan
produksi, ditribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Kata
“ekonomi” sendiri berasal dari kata Yunani (oikos) yang berarti “keluarga,
rumah tangga” dan (nomos), atau “peraturan, aturan, hukum”, dan secara
garis besar diartikan sebagai aturan rumah tangga atau manajemenen rumah
tangga. Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya
ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat
pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Sedangkan landasan berarti
tumpuan dasar. Oleh karena itu, landasan merupakan tempat bertumpu atau
titik tolak atau dasar pijakan.
Landasan ekonomi pendidikan adalah asumsi-asumsi yang menjadi
pijakan dalam berproduksi dalam rangka praktek pendidikan atau studi
pendidikan. Landasab ekonomi ini membahas peran ekonomi, fungsi
ekonomi dan produksi, dan efisiensi serat efektivitas pembiayaan.
2) Peran Ekonomi dalam Pendidikan
Globalisasi ekonomi yang melanda dunia, otomatis memengaruhi hampir
semua negara di dunia, termasuk Indonesia. Perkembangan ekonomi
berpengaruh pula dalam bidang pendidikan. Perkembangan lain yang
menggembirakan di bidang pendidikan adalah terlaksananya sistem ganda
dalam pendidikan. Sistem ini bisa beranglangsung pada duina pendidikan,
yaitu kerja sama antara sekolah dengan pihak usahawan dalam proses belajar
mengajar para siswa. Ini merupakan berkat kesadaran para pemimpin
perusahaan atau industri akan pentingnya pendidikan.
Peran ekonomi dalam pendidikan dibagi menjadai dua yaitu peran prinsipil
dan peran material. Secara prinsipil peran tersebut meliputi prinsip-prinsip
ekonomi yang dapat diaplikasikan dalam implementasi pendidikan,
sementara itu secara material peran ekonomi berkenaan dengan pemenuhan
kebutuhan pembiayaan untuk pelaksanaan proses pendidikan. Sehingga pada
akhirnya antara ekonomi dan pendidikan memiliki hubungan yang erat.
Ekonomi mampu mendorong pendidikan berjalan secara efektif dan efisien
sementara hasil pendidikan akan menciptakan manusia yang memiliki
kualitas sehingga mampu menggali dan mengoptimalkan sumber-sumber
ekonomi, sehingga laju pertumbuhan ekonomi menjadi lebih baik.
Namun selain ekonomi hal lain yang lebih menentukan hidup matinya dan
maju mundurnya suatu lembaga pendidikan yaitu dedikasi, keahlian dan
keterampilan pengelola guru-gurunya. Hal ini merupakan kunci keberhasilan
suatu sekolah atau perguruan tinggi. Artinya apabila pengelola dan guru-
guru/dosen-dosen memiliki dedikasi yang memadai, ahli dalam
bidangnya,dan memiliki ketrampilan yang cukup dalam melaksanakan
tugasnya, memberi kemungkinan lembaga pendidikan akan sukses
melaksanakan misinya walaupun dengan ekonomi yang kurang memadai.
3) Fungsi Ekonomi Pendidikan
Fungsi ekonomi dalam dunia pendidikan adalah untuk menunjang
kelancaran proses pedidikan atau belajar mengajar. Bukan merupakan modal
untuk dikembangkan ataupun bukan untuk mendapatkan keuntungan. Disini
peran ekonomi dalam sekolah juga merupakan salah satu bagian dari sumber
pendidikan yang membuat anak mampu mengembangkan kognisi, afeksi,
psikomotor untuk menjadi tenaga kerja yang handal dan mampu menciptakan
lapangan kerja sendiri, memiliki etos kerja dan bisa hidup hemat. Selain
sebagai penunjang proses penunjang proses pendidikan ekonomi pendidikan
juga berfungsi sebagai materi pelajaran dalam masalah ekonomi dalam
kehidupan manusia. Dengan demikian kegunaan ekonomi dalam pendidikan
terbatas dalam hal-hal berikut (Pidarta, 2013):
1. Untuk membeli keperluan pendidikan yang tidak dapat dibuat sendiri
atau bersama para siswa, orang tua, masyarakat, atau yang tidak bisa
dipinjam dan ditemukan di lapangan, seperti prasarana, sarana, media,
alat belajar/peraga, barang habis pakai, materi pelajaran.
2. Membiayai segala perlengkapan gedung seperti air, listrik, telepon,
televisi dan radio.
3. Membayar jasa segala kegiatan pendidikan seperti pertemuan-
pertemuan, perayaan-perayaan, panitia-panitia, darmawisata, pertemuan
ilmiah dan sebagainya.
4. Untuk materi pelajaran pendidikan ekonomi sederhana, agar bisa
mengembangkan individu yang berperilaku ekonomi, seperti hidup
hemat, bersikap efisien, memiliki keterampilan produktif, memiliki etos
kerja, mengerti prinsip-prinsip ekonomi.
5. Untuk memenuhi kebutuhan dasar dan keamanan para personalia
pendidikan.
6. Meningkatkan motivasi kerja.
7. Membuat para personalia pendidikan lebih bergairah bekerja.
4) Efesiensi dan efektivitas dana pendidikan
Yang dimaksud dengan efisiensi dalam menggunakan dana pendidikan
adalah dana yang harganya sesuai atau lebih kecil daripada produksi dan
layanan pendidikan yang telah direncanakan. Sedangkan yang dimaksud
dengan penggunaan dana pendidikan secara efektif adalah bila dengan dana
tersebut pendidikan yang telah direncanakan bisa dicapai dengan relatif
sempurna.
Faktor-faktor utama yang perlu diperhatikan dalam menentukan tingkat
efisiensi pendidikan adalah:
1. Penggunaan uang
2. Proses kegiatan
3. Hasil kegiatan
B. Landasan Teknologi Pendidikan
a. Pengertian Teknologi Pendidikan
Menurut bahasa yunani teknologi asal katanya “Techne” dengan makna seni,
kerajinan tangan atau keahlian. Bagi bangsa yunani kuno teknologi diakui
sebagai suatu kegiatan khusus dan sebagai pengetahuan. Teknologi pendidikan
adalah kajian dan praktik untuk membantu proses belajar dan meningkatkan
kinerja dengan membuat, menggunakan, dan mengelola proses dan sumber
teknologi yang memadai. Istilah teknologi pendidikan sering dihubungkan
dengan teori belajar dan pembelajaran. Bila teori belajar dan pembelajaran
mencakup proses dan sistem dalam belajar dan pembelajaran, teknologi
pendidikan mencakup sistem lain yang digunakan dalam proses
mengembangkan kemampuan manusia.
Ada 6 hal kegunaan yang potensial dalam teknologi pendidikan yaitu:
1. Meningkatkan peroduktivitas pendidikan dengan jalan
 memperlaju penahanan belajar
 membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih baik
 mengurangi beban guru dalam penyajian informasi, sehingga guru dapat
lebih banyak membina dan mengembangkan kegairahan belajar anak.
2. Memberikan kemungkinanan pendidikan yang sifatnya individual dengan
jalan:
 mengurangi kontrol guru yang kaku dan sederhana
 memberikan kesempatan anak sesuai kemampuannya
3. Memberikan dasar pengajaran yang lebih ilmiah dengan jalan:
 perencanaan program pengajaran yang lebih sistematik
 pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi penelitian tentang prilaku
4. Lebih menerapkan pelajaran, dengan jalan:
 meningkatkan kapasitas manusia dengan berbagai media komunikasi
 penyajian informasi dan data secara lebih konkrit
5. Memungkinkan belajar lebih akrab:
 mengurangi jurang pemisah antara pelajaran didalam dan diluar sekolah
 memberikan pengetahuan tangan pertama
6. Memungkinkan penyajian pendidikan lebih luas dan merata, terutama dengan
jalan:
 pemanfaatan bersama tenaga atau kejadian yang langka
 penyajian informasi menembus batas geografi
b. Perkembangan Konsep Teknologi Pendidikan
Pengertian teknologi secara umum adalah proses untuk meningkatkan nilai
tambah; produk yang digunakan atau dihasilkan untuk memudahkan dan
meningkatkan kinerja; struktur atau sistem di mana proses dan produk itu
dikembangkan dan digunakan. Semua bentuk teknologi adalah sistem yang
diciptakan oleh manusia untuk sesuatu tujuan tertentu, yang pada intinya adalah
mempermudah manusia dalam ringankan usahanya, meningkatkan hasilnya, dan
menghemat tenaga serta sumber daya yang ada. Teknologi pada hakikatnya
adalah bebas nilai, namun penggunaannya sarat dengan nilai dan estetika. Dalam
bidang pendidikan, juga diperlukan teknologi antara lain untuk menjangkau
peserta didik yang berada di tempat jauh dan terasing dan melayani sejumlah
besar dari mereka yang belum memperoleh kesempatan pendidikan.
Gejala yang merupakan landasan teknologi pendidikan adalah :
1. Adanya sejumlah besar orang yang belum terpenuhi kesempatan belajarnya,
baik yang diperoleh melalui suatu lembaga khusus, maupun diperoleh secara
mandiri.
2. Adanya berbagai sumber baik yang telah tersedia maupun yang dapat
direkayasa, tetapi belum dapat dimanfaatkan untuk keperluan belajar.
3. Perlu adanya suatu usaha khusus yang terarah dan terencana untuk menggarap
sumber-sumber tersebut agar dapat terpenuhi hasrat belajar setiap orang.
4. Perlu adanya pengelolaan atas kegiatan khusus dalam mengembangkan dan
memanfaatkan sumber untuk belajar tersebut secara efektif, efisien, dan selaras.
c. Unsur-Unsur Teknologi Pendidikan
1) Study (Kajian)
Pemahaman teoretis dari teknologi pendidikan seta praktek memerlukan
pembentukan pengetahuan dan perbaikan secara terus-menerus melalui
penelitian dan praktek reflektif (berfikir) yang dicakup dalam istilah study.
Study mengacu pada pangumpulan informasi dan analisis terhadap konsep-
konsep tradisional penelitian. Penelitian disini termasuk penelitian kualitatif dan
penelitian kuantitatif serta bentuk-bentuk lain dari inquiri disiplin seperti teori,
analisis filosofis, penyelidikan historis, proyek-proyek pembangunan, analisis
kesalahan, analisis sistem, dan evaluasi. Teknologi merupakan alat-alat yang
efektif untuk belajar, pemeriksaan-pemeriksaan yang dirumuskan untuk
memeriksa penerapan proses dan teknologi yang tepat untuk peningkatan
pembelajaran.
2) Etika Praktek
Teknologi pendidikan telah lama memiliki kode etik. Komite etik telah aktif
mendefinisikan standar etik lapangan dan memberikan contoh-contoh kasus
untuk mendiskusikan dan memahami maksud etika praktek. Sebenarnya,
perhatian masyarakat akhir-akhir ini terhadap penggunaan etika media massa
dan terhadap kekayaan intelektual telah ditujukan untuk bidang teknologi
pendidikan.
Telah ada peningkatan dan perhatian terhadap masalah-masalah etik dalam
teknologi pendidikan. Etik bukan hanya peraturan-peraturan atau harapan-
harapan, tetapi etik merupakan sebuah dasar untuk melakukan praktek.
Sebenarnya, etika praktek bukanlah kumpulan harapan, batasan ataupun hukum-
hukum baru, etika praktek merupakan sebuah pendekatan atau gagasan untuk
bekerja. Definisi sekarang mempertimbangkan praktek etik penting untuk
kesuksesan professional, tanpa pertimbangan etik, sukses tidak mungkin. Etika
kontemporer menugaskan para teknologi pendidikan untuk memperhatikan
peserta didik, lingkungan belajar, kebutuhan, masyarakat ketika
mengembangkan praktek. Kode etik AECT (Ikatan untuk Pendidikan dan
Komunikasi dan Teknologi) dibagi menjadi tiga kategori yaitu komitmen
kepada individu, seperti perlindungan terhadap hak mengakses materi dan usaha
untuk melindungi kesehatan dan keselamatan professional; komitmen kepada
masyarakat, seperti pernyataan jujur publik berhubungan dengan masalah-
masalah pendidikan, praktek yang jujur dan merata dengan memberikan
pelayanan kepada profesi; dan komitmen kepada profesi, seperti peningkatan
pengetahuan dan kecakapan professional dan memberikan penghargaan yang
tepat untuk pekerjaan serta ide-ide yang dipublikasikan.
Masing-masing tiga bidang utama tersebut telah mencatat beberapa
komitmen yang membantu menginformasikan pendidikan teknologi
professional yang berhubungan dengan tindakan-tindakan yang tepat tanpa
mamperhatikan kontek ataupun perannya. Pertimbangan diberikan untuk mereka
yang bekerja sebagai peneliti, professor, consultan, designer (perancang),
pimpinan sumber-sumber belajar, sebagai contoh untuk membantu membentuk
perilaku professional mereka dan etika perilaku.
3)Memfasilitasi
Perubahan pandangan dalam istruksi dan belajar yang tercermin dalam teori
pembelajaran konstruktif dan kognitif telah menimbulkan asumsi tentang
hubungan antara istruksi dan belajar. Definisi yang sebelumya menggambarkan
sebuah hubungan sebab akibat yang langsung antara intervensi instruksional dan
belajar. Dengan pergeseran paradigm terakhir dalam teori belajar menyebabkan
munculnya pengakuan yang lebih besar tentang peran peserta didik sebagai
seorang konstruktor pengetahuan bukan penerima pengetahuan. Dengan
pengakuan tanggung jawab dan kepemilikan peserta didik ini membuat peran
teknologi bersifat lebih fasilitatif daripada hanya pengendali.
Selain itu, ketika tujuan belajar di sekolah, kampus, dan organisasi-
organisasi lain bergeser kearah yang lebih dalam, lingkungan belajar harus
menjadi lebih imersif dan otentik. Dalam lingkungan ini, kunci utama teknologi
tidak banyak untuk menyampaikan informasi dan memberikan latihan dan
praktek (mengontrol pembelajaran), namun untuk memberi ruang masalah dan
alat untuk menyelidikinya (mendukung proses belajar). Teknologi pendidikan
lebih digunakan untuk memfasilitasi belajar dari pada untuk menyebabkan atau
mengendalikan belajar, oleh kerena itu, teknologi pendidikan dapat membantu
menciptakan lingkungan yang membuat proses belajar lebih mudah
berlangsung.
Memfasilitasi meliputi merancang lingkungan, mengorganisasikan sumber-
sumber, dan menyediakan peralatan yang kondusif untuk mendukung proses
pembelajaran sesuai kebutuhan, efektif, efisien dan menarik. Peristiwa belajar
dapat terjadi secara tatap muka atau lewat dunia maya, seperti microworld dan
pendidikan jarak jauh.
4)Learning (Belajar)
Istilah learning tidak mengandung arti seperti apa yang dikonotasikan 40
tahun yang lalu ketika pertama kali definisi AECT dikembangkan. Ada
kesadaran perbedaan yang tinggi antara sekedar penyimpanan informasi untuk
tujuan pengujian dan perolehan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang
digunakan diluar kelas.
Salah satu unsur kritis design pembelajaran adalah untuk mengIdentifikasi
tugas-tugas belajar dan memilih metode penilaian untuk mengukur pencapaian.
Tugas-tugas belajar dapat dikategorikan menurut berbagai taksonomi. Salah satu
tipe belajar yang disarankan oleh Perkins (1992), adalah penyimpanan
informasi. Di sekolah dan perguruan tinggi, belajar bisa dinilai dengan alat-alat
test (pensil dan kertas) yang perlu disimpan. Unit pembelajaran berbasis
computer (seperti dalam system pembelajaran terintegrasi) dapat memasukkan
tes multiple-choice, matching (pencocokan), dan tes dengan jawaban singkat
sebanding dengan tes yang menggunakan kertas dan pensil.
C. Landasan Ilmiah Dalam Pendidikan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diperoleh melalui
berbagai cara penginderaan terhadap fakta, penalaran, intuisi, dan wahyu.
Pengetahuan yang telah memenuhi kriteria dari segi ontologism, epistemologis,
dan aksiologis secara konsekuen biasa disebut ilmu. Dengan demikian
pengetahuan mencakup berbagaicabang ilmu. Oleh karena itu, istilah ilmu atau
ilmu pengetahuan dapat bermakna kumpulan informasi, cara memperoleh
inormasi serta manfaat dari inormasi itu s e n d i r i . K e t i g a s i s i i l m u
t e r s e b u t s e h a r u s n y a m e n d a p a t k a n p e r h a t i a n ya n g proporsional
dalam penentuan bahan ajaran. Dengan demikian pendidikan bukan hanya
berperan dalam pewarisan iptek tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang sadar
iptek dan calon pakar iptek.
D. Landasan Agama dalam Pendidikan
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip
kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama
lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan
kepercayaan tersebut. Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang
berarti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakankonsep ini adalah religi
yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang
berarti "mengikat kembali" atau dapat berarti obligation atau kewajiban.
Maksudnya dengan bereligi, seseorang mengikat dirinya dan melaksanakan
kewajibannya kepada Tuhan. Menurut James Martineau dalam Encyclopedia of
Philosophy, agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang selalu hidup, yakni
kepada jiwa dan kehendak Illahi yang mengatur alam semesta dan mempunyai
hubungan moral dengan umat manusia.
Agama bagi seseorang adalah ungkapan dari sikap akhirnya pada alam semesta,
makna dan tujuan singkat dari seluruh kesadarannya pada segala sesuatu (Edward
Caird). Agama adalah pengalaman dunia dalam seseorang tentang keTuhanan
disertai keimanan dan peribadatan. Jadi agama pertama-tama harus dipandang
sebagai pengalaman dunia dalam individu yang mensugestif esensi pengalaman
semacam kesufian karena kata Tuhan berarti sesuatu yang dirasakan sebagai
supernatural atau kekuatan di atas manusia. Hal ini lebih bersifat personal atau
pribadi yang merupakan proses psikologis seseorang. Yang kedua adalah adanya
keimanan yang sebenarnya instrinsik ada pada pengalaman dunia dalam seseorang.
Kemudian efek dari adanya keimanan dan pengalaman dunia yaitu peribadatan.
Agama mengatur seluruh aspek kehidupan pemeluknya sebagai individu,
anggota masyarakat serta lingkungannya. Agama merupakan penghambaan
manusia terhadap Tuhannya. Agama bersifat dogmatis, otoriter serta imperatif
sehingga setiap pemeluknya harus mentaati aturan, nilai serta norma yang ada di
dalammnya. Aturan-aturan tersebut bersifat mengikat dan berfungsi sebagai
pedoman bagi pemeluknya untuk mencapai kebahagian yang diidamkannya. Bila
aturan tersebut dilanggar maka dampaknya bukan hanya pada individual saja tetapi
juga lingkungan sekitar.
Agama dalam konsep-konsep di atas bersifat universal dan sederhana.
Konsep-konsep tersebut diharapkan dapat dikenakan kepada semua agama yang
dikenal selama ini. Bila konsep-konsep tersebut dipaksakan sama untuk semua
agama, maka konsekuensi yang diterima adalah adanya pluralisme agama. Padahal
tidak semua agama menyepakati adanya pluralisme. Bila berbicara tentang agama
maka tidak akan pernah lepas dari pendidikan. Agama selalu bersifat pendidikan
karena di dalamnya ada transfer ilmu dan pengetahuan yang bersifat dogmatis. Lain
halnya bila berbicara tentang pendidikan maka tidak selalu berkaitan dengan
agama. Namun dalam proses pendidikan maka pendidikan harus sejalan dengan
agama dan saling melengkapi sehingga output yang dihasilkan oleh pendidikan
bersifat menyeluruh .
Agama mengatur seluruh aspek kehidupan pemeluknya sebagai individu,
anggota masyarakat serta lingkungannya. Agama merupakan penghambaan
manusia terhadap Tuhannya. Agama bersifat dogmatis, otoriter serta imperatif
sehingga setiap pemeluknya harus mentaati aturan, nilai serta norma yang ada di
dalammnya. Aturan-aturan tersebut bersifat mengikat dan berfungsi sebagai
pedoman bagi pemeluknya untuk mencapai kebahagian yang diidamkannya. Bila
aturan tersebut dilanggar maka dampaknya bukan hanya pada individual saja tetapi
juga lingkungan sekitar.
Agama dalam konsep-konsep di atas bersifat universal dan sederhana.
Konsep-konsep tersebut diharapkan dapat dikenakan kepada semua agama yang
dikenal selama ini. Bila konsep-konsep tersebut dipaksakan sama untuk semua
agama, maka konsekuensi yang diterima adalah adanya pluralisme agama. Padahal
tidak semua agama menyepakati adanya pluralisme. Bila berbicara tentang agama
maka tidak akan pernah lepas dari pendidikan. Agama selalu bersifat pendidikan
karena di dalamnya ada transfer ilmu dan pengetahuan yang bersifat dogmatis. Lain
halnya bila berbicara tentang pendidikan maka tidak selalu berkaitan dengan
agama. Yang dimaksud dengan insan Indonesia Cerdas adalah cerdas komprehensif
yaitu cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual dan cerdas
kinestetis.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hampir semua orang dikenai pendidikan dan melaksanakan pendidikan .
Sebab pendidikan tidak pernah terpisahkan dengan kehidupan manusia.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensu dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendelian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat dan bangsa.
B. Saran
Pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan perkembangan teknologi,
ekonomi, berpikir ilmiah dan agama. Oleh karena itu, sebagai generasi muda
atau agen of change kita harus tetap mnegikuti perkembangan zaman dengan
tetap berpikir ilmiah dan memengang teguh nilai-nilai agama sehingga kita dapat
mengembangkan pendidikan mnejadi jauh lebih baik sesuai dengan norma yang
berlaku dalam masyarakat, bangsa dan negara.

DAFTAR PUSTAKA

Sukardjo & Komarudin,Ukim. 2009. Landasan Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers.


Pidarta, Made. 2007. Landasan Pendidikan (Stimulus Ilmu Pendidkian Bercorak
Indonesia). Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai