Anda di halaman 1dari 9

PERANAN ATHROPODA SEBAGAI VEKTOR

Arthropoda berasal dari kata arthron yang berarti ruas, dan podos yang berarti kaki. Arthropoda
merupakan hewan yang memiliki tubuh yang beruas-ruas atau bersegmen serta memiliki kaki
yang bersendi. Arthropoda berperan penting dalam dunia kedokteran sebagai vektor penyebaran
penyakit. Arthropoda merupakan vektor atau media yang bertanggungjawab atas terjadinya
penularan penyakit dari satu pejamu ke pejamu lain. Arthropod-borne atau sering juga disebut
sebagai vector borne merupakan penyakit penting yang sering kali bersifat endemis maupun
epidemis dan sering menimbulkan bahaya kematian. Di Indonesia penyakit-penyakit yang
ditularkan melalui serangga merupakan penyakit endemis pada daerah tertentu, seperti demam
berdarah dengue, malaria, kaki gajah dan penyakit virus chikungunya yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk aedes aegepty. Selain itu, penyakit saluran pencernaan seperti disentri, kolera,
demam tifoid, dan paratifoid ditularkan secara mekanis oleh lalat rumah tangga

Menurut WHO (1993) vektor adalah seekor binatang yang membawa bibit penyakit dari
seekor binatang atau seorang manusia kepada binatang lainnya atau manusia lainnya. Chandra
(2006) menyebutkan bahwa vektor adalah organisme hidup yang dapat menularkan agen
penyakit dari suatu hewan ke hewan lain atau manusia. Arthropoda merupakan vektor penting
dalam penularan penyakit parasit dan virus yang spesifik
Organisme hidup yang dapat menularkan agens penyakit dari satu hewan ke hewan lain
atau ke manusia disebut sebagai vektor. Arthropoda merupakan vektor penting di dalam
penularan penyakit parasite dan virus yang spesifik (Candra, 2006). Arthropoda yang bertindak
sebagai vektor penular penyakit secara aktif akan memindahkan mikroorganisme penyebab
penyakit dari penderita pada orang lain yang sehat. Cara penularan penyakit dapat terjadi secara
mekanis atau secara biologis. Jika penularan terjadi secara mekanis, arthropoda disebut vektor
mekanis. Mikroorganisme yang ditularkan secara mekanis selama berada di dalam tubuh vektor
tidak bertambah jumlahnya dan tidak berubah bentuk morfologinya. Sedangkan penularan
penyakit secara biologis oleh arthropoda yang bertindak selaku vektor biologis, di dalam tubuh
arthropoda mikroorganisme yang ditularkan berubah bentuknyaatau bertambah jumlahnya
(karena berkembang biak dalam tubuh arthropoda), atau mengalami perubahan bentuk maupun
jumlahnya.
Arthropoda sebagai Penyebab Vektor Penyakit :
A. Nyamuk
Aedes aegypti
 Aedes aegypti dapat menyebabkan penyakit demam berdarah dengue (DBD).
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B, yaitu
arthropod-borne virus atau virus yang disebarkan oleh arthropoda. Virus ini
termasuk genus Flavivirus dari family Flaviviradae.
 Chikungunya
Virus chikungunya adalah virus yang termasuk dalam genus virus alfa dari family
Togaviridae. Virus ini berbentuk sferis dengan ukuran diameter sekitar 42 nm
 Yellow fever
Anopheles
 Malaria
Malaria disebabkan oleh parasit sporozoa Plasmodium yang ditularkab melalui
gigitan nyamuk Anopheles betina infektif. Sebagian besar nyamuk Anopheles
akan menggigit pada waktu senja atau malam hari, pada beberapa jenis nyamuk
puncak gigitannya adalah tengah malam sampai fajar
Culex
 Japanese B.encephalitis
Gejala klinis penyakit ini berupa demam, sakit kepala, mual, muntah, lemas,
malaise dan mental disorientation. Kematian terjadi 2-4 hari setelah terinfeksi
virus Japanese B.encephalitis
B. Lalat

No. Vektor Penyakit


1 Lalat Rumah Thypus abdominalis, salmonellosis,
cholera, dysentry bacillary dan amoeba,
tuberculosis, penyakit sampar,
tularemia, anthrax, frambusia,
conjunctivitis, demam undulans,
trypanosomiasis, spirochaeta
2 Lalat Pasir Leishmaniasis, demam papataci,
bartonellosis, demam phletobomus
3 Lalat Tsetse Trypanosomiasis, penyakit tidur
4 Lalat Hitam Oncheocerciasis

C. Pediculus humanus capitis dan Pediculus humanus corporis


Peranan kutu terhadap kesehatan
Penyakit-penyakit yang ditularkan oleh tuma adalah sebagai berikut:
1. Epidemic Typhus
Penyakit yang disebut juga degan istilah typhus fever ini, disebabkan oleh Rickettsia
prowazeki. Infeksi pada manusia terjadi karena adanya kontaminasi luka gigitan tuma
atau kulit yang lecet dengan tinja tuma atau koyakan badan tuma yang infektif. Angka
kematian akibat penyakit ini umumnya rendah pada anak-anak berusia dibawah 15 tahun,
tetapi dapat mencapai 100% pada orang-orang berusia lanjut. Dalam penularan penyakit
ini, manusia merupakan sumber penularan (asymptomatic carrier).
2. Epidemic Relapsing Fever
Penyakit yang disebabkan oleh Borrelia recurrentis ini dapat menimbulkan kematian
antara 2 sampai 50%. Infeksi terjadi oleh karena terjadinya kontaminasi luka gigitan atau
luka lecet dengan badan dari tuma yang terkoyak. Sekali Pedicululus humanus corporis
mendapatkan infeksi dengan Borellia, ia akan tetap infektif seumur hidupnya.
3. Trench Fever
Penyebab penyakit ini adalah Rickettsia quintana. Tuma akan tetap infektif seumur
hidupnya setelah terinfeksi dengan Rickettsia quintana ini. Infeksi pada manusia dapat
terjadi oleh kerena gigitan tuma yang infektif atau oleh karena kontaminasi kulit
penderita tuma yang lecet dengan tinja tuma yang infektif

D. Caplak dan Sengkemit


Beberapa penyakit yang ditimbulkan akibat infestasi caplak dan tungau antara lain: scrub
thypus, rocky mountain spotted fever, tularemia, Lyme disease
PROTOZOA GENITAL

Hanya ada satu protozoa yang menyebabkan penyakit pada genital manusia, yakni
Trichomonas vaginalis. Trichomonas vaginalis merupakan protozoa patogenik yang biasanya
dijumpai di traktus genitaourinaria manusia yang terinfeksi. Ditularkan melalui hubungan
seksual, yang dapat menyebabkan vaginitis pada wanita dan uretritis non-gonococcoal pada pria.

Trichomonas vaginalis sangat banyak ditemukan di berbagai tempat, ataupun belahan Dunia
manapun, Trichomonas vaginalis lebih banyak ditemukan pada negara berkembang dari pada
negara yang maju, contohnya adalah negara Indonesia, hal ini disebabkan karena kurangnya
tingkat pendidikan dan minimnya pengetahuan serta kurangnya kesadaran tentang bagaimana
menjaga kebersihan diri oleh masyarakat itu sendiri.
Penyakit ini memiliki gejala yang kurang diketahuai sehingga terkadang orang yang terkena
protozoa ini tidak menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi pada tahap awal, cara penularan
penyakit ini juga sangat gampang melalui lingkungan disekitar kita tanpa kita sadari.

Morfologi :
Trichomonas vaginalis merupakan protozoa dari superclass Mastigophora, class
Zoomastigophora, ordo Trichomonadina, dan family trichomonadidae. Family Trichomonadidae
ini kemudian oleh Honigberg pada tahun 1946 dibagi menjadi sub family Trochomonadinae
(dengan genus Trichomonas dan Pentatrichomonas) dan
Trichomononadinae. (Andriyani,Yunilda,2005)
Trichomonas vaginalis berbentuk oval , panjang 4 – 32 µm dan lebar 2,4 – 14,4 µm,
memiliki flagella dan undulating membran yang panjangnya hanya setengah panjang tubuhnya.
Intinya berbentuk oval dan terletak dibagian atas tubuhnya, dibelakang inti terdapat
blepharoblast sebagai tempat keluarnya 4 buah flagella yang menjuntai bebas dan melengkung
diujungnya sebagai alat geraknya yang maju mundur . (Chin J,2000)
Flagella ke 5 melekat diundulating membrane dan menjuntai ke belakang sepanjang
setengah panjang tubuhnya . Sitoplasma terdiri dari struktur yang berfungsi seperti tulang yang
disebut axostyle.
Sementara T. vaginalis tidak memiliki bentuk kista, organisme dapat bertahan hingga 24
jam dalam urin, air mani, atau bahkan sampel air. Ini memiliki kemampuan untuk bertahan pada
fomites dengan permukaan lembab selama 1 sampai 2 jam.

Gejala dan Dampak penyakit


Gejala klisis Trichamoniasis
Tanda-tanda umum wanita yang terinfeksi adalah nyeri bagian abdomen, gatal-gatal, dan
berbau tidak sedap. Pada pria, tanda infeksi umumnya tidak begitu terlihat, kadang dapat
menyebabkan urethritis, prostatitis, dan epididymitis. Infeksi lebih lanjut dapat menyebabkan
infertilitas, dan transformasi jarigan serviks.
Tanda - tanda infeksi:
1.perih saat buang air kecil
2.terasa panas dan gatal pada permukaan vagina
3.keluar lendir putih atau kuning dan berbau
4.air kencing keruh pada pagi hari
Gejala Klinis
Prevalensi keluhan pada penderita trikomoniasis kadang – kadang tidak ada , cairan
kental ( discharge ) , bau , menimbulkan iritasi atau gatal , dispareunia , disuria maupun perasaan
tidak enak pada bagian bawah perut . Sedangkan gejala pada penderita trikomoniasis kadang –
kadang tidak ada, eritemia vulva yang difus, cairan kental ( discharge ) yang berlebihan warna
kekuning kuningan dan berbusa , inflamasi dinding vagina maupun strawberry cervix yang
terlihat pada pengamatan langsung dengan kolposkopi. (Omer E.F.E,1993)

Keluhan lain yang mungkin terjadi adalah perdarahan abnormal pada vagina yang
menghasilkan sekret vagina yang mengandung darah serta pendarahan setelah senggama. Dalam
keadaan seperti ini Trichomonas vaginalis merupakan pertimbangan utama dalam
Diagnose banding pada perdarahan vagina karena mikroorganisme . Pada beberapa kasus
juga terjadi pembesaran kelenjar limfa inguinal , daerah vagina dan cervix kemerahan , pada
kasus yang akut diketemukan noda atau bercak darah ( small haemorrhagie spot ). Pada vagina
dan pada leher rahim sehingga pada permukaannya memberi gambaran seperti buah
strawberry. (Chin J,2000)

Gambar 5. Gambaran infeksi Trichomonas vaginalis seperti buah strawberry.Gambar diambil


dari ;http://google.com/trikomoniasis
Pada kasus kronik cairan kental ( discharge ) bisa juga menyebabkan mumculnya kutil (
warts ) pada genital dan infeksi ini biasanya juga disertai dengan dispareunia, menorrhagia ( haid
yang berlebihan ) dan nyeri haid yang bisa memburuk selama dan setelah menstruasi dan kadang
– kadang pada kehamilan .
Trikomoniasis juga sering menimbulkan komplikasi pada wanita yang bisa menyebabkan
infeksi pada kelenjar skene , barthilinitis radang pada kelenjar bartolin urethritis ( radang pada
urethra ) , dan cystitis ( radang pada kandung kemih ) serta gangguan psikologi melengkapi
infeksi trikomoniasis. Namun dari semua keluhan yang ada ternyata sekret vagina yang berupa
cairan keputihan ( flour albus ) merupakan kelainan utama dan biasa diketemukan pada
trikomoniasis. Tetapi jika hal ini digunakan

sebagai diagnose tunggal dengan adanya nanah , sekret yang berbusa dianggap merupakan
karakteristik vaginitis karena trikomoniasis maka 88% akan memberikan hasil negative palsu
artinya wanita yang benar – benar terinfeksi menjadi tidak terdeteksi. (Rien M.F,1990)
Tanda dan gejala biasanya muncul dalam waktu satu bulan datang ke dalam kontak
dengan tricomonas. Berikut tanda atau gejala yang terjadi pada perempuan dan pria.
Perempuan:
1. Nyeri, peradangan dan gatal-gatal di sekitar vagina. Hal ini dapat menyebabkan
ketidaknyamanan ketika berhubungan seks.
2. Suatu perubahan dalam vagina – mungkin ada sedikit atau banyak, dan mungkin tebal atau tipis,
atau berbusa dan kuning. Anda juga mungkin memperhatikan bau aneh yang mungkin tidak
menyenangkan.
3. Kadang-kadang akan ada rasa sakit di daerah selangkangan, meskipun hal ini jarang terjadi
4. Nyeri ketika buang air.
Pria:
1. Sebuah cairan yang keluar dari penis, yang mungkin tipis dan keputihan.
2. Nyeri atau sensasi terbakar, ketika melewati urin.
3. Kenaikan frekuensi urinations disebabkan oleh iritasi infeksi
4. Peradangan kulup (ini jarang terjadi).
Sekitar setengah dari mereka yang terinfeksi parasit ini tidak mengalami gejala apa pun.

Keluhan lain: pruritus vagina atau vulva dan disuria (rasa pedih waktu kencing) Infeksi
dapat menjalar dan menyebabkan uretritis. Trikomoniasis pada laki-laki yang diserang terutama
urethra, kelenjar prostat, kadang-kadang preputium, vesikula seminalis dan epididimis. Pada
umumnya gambaran klinis lebih ringan dibandingkan dengan wanita. Bentuk akut gejalanya
mirip uretritis non gonore, misalnya disuria, poliuria, dan secret urethra mukoid atau
mukopurulen. Urin biasanya jernih, tetapi kadang-kadang ada benang-benang halus.
c. Pengobatan Trichomonas vaginalis

Trikomoniasis bisa diatasi secara efektif dengan antibiotik. Metronidazole adalah jenis
antibiotik yang biasa dipakai untuk mengatasi infeksi ini. Antibiotik ini diresepkan dalam dosis
tertentu untuk dikonsumsi selama 5-7 hari. Selain metronidazole, tinidazole juga bisa digunakan
untuk pengobatan. Minum obat ini setelah makan dan hindari mengonsumsi minuman keras
selama 24 jam setelah meminum metronidazole atau 72 jam setelah meminum tinidazole karena
bisa menyebabkan mual parah dan muntah-muntah.
Jika antibiotik telah dikonsumsi sampai habis dan gejalanya masih terlihat, atau hasil
laboratorium menyatakan hasil negatif terhadap trikomoniasis, maka Anda membutuhkan tes
lebih lanjut untuk mengetahui apakah gejala ini disebabkan oleh penyakit infeksi menular
seksual yang lain.
Bisa juga sebaiknya melakukan tes ulang jika Anda muntah setelah minum
antibiotik karena kemungkinan antibiotik tidak diserap dan Anda akan memerlukan antibiotik
lebih atau metode perawatan lain.
Penting untuk menghabiskan semua antibiotik yang diresepkan agar infeksi tidak
kembali. Hindari hubungan intim hingga infeksi teratasi secara sempurna

Anda mungkin juga menyukai