Anda di halaman 1dari 9

Cangkang kapsul dari karaginan, Suptijah, P. et al.

JPHPI 2012, Volume 15 Nomor 3

APLIKASI KARAGENAN SEBAGAI CANGKANG


KAPSUL KERAS ALTERNATIF PENGGANTI KAPSUL
GELATIN
Application of Carrageenan as Hard Capsule for Gelatin Capsule Subtitute

Pipih Suptijah*, Sugeng Heri Suseno, Kurniawati


Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB
Diterima 7 Oktober 2012/Disetujui 5 Desember 2012

Abstract
Carrageenan is a polysaccharide extracted from red seaweed Rhodophyceae, so it can be used as
polysaccharide-based raw material such as hard capsule shell. The purpose of this study was to use
carrageenan as hard capsule shell material. The processing of hard capsule shell was conducted manually
by immersion of capsule cast into carrageenan solution. The formulation of the solution that used in this
research consisted of four treatments, 3%, 4%, 5%, and 6% carrageenan concentration. The best formula was
determined based on capsule shell spesification, moisture content, and disintegration time. The carrageenan
used in this research contained 18.38% moisture, 17.58% ash, 17.90% sulphate and 124 cP viscosity. The
capsule shells specification had 17.75-18.45 mm of length body capsule and 11.23-11.42 mm of cap, 7.19-
7.44 mm of body diameter and 7.35-7.69 mm of cap, 0.63-68 mL in volume, 0.029-0.151 mm in thickness,
0.037-0.129 g in weight of capsules. The carrageenan concentration significantly affected disintegration time
and viscosity solution of capsule shell formation, but no effect on the moisture content of the capsules shell.
The best formulations capsule shell was 5% carrageenan that had 6,100-10,333 cP viscosity, 17.43% water
content and 20.59 minutes disintegration time.

Keywords: carrageenan, capsule, disintegration time, viscosity, water content

Abstrak
Karagenan merupakan polisakarida yang diekstrak dari rumput laut merah kelas Rhodophyceae yang
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku material berbasis polisakarida salah satunya adalah cangkang
kapsul keras. Tujuan penelitian ini adalah memanfaatkan karagenan sebagai bahan baku cangkang kapsul
keras. Pembuatan cangkang kapsul keras dilakukan secara manual yaitu dengan pencelupan cetakan ke
dalam larutan pembentuk kapsul. Formulasi larutan yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas empat
perlakuan yaitu karagenan konsentrasi 3%, 4%, 5%, dan 6%. Formulasi karagenan terbaik dilihat dari
parameter spesifikasi cangkang kapsul, kadar air, dan waktu hancur kapsul. Karagenan yang digunakan
dalam pembuatan cangkang kapsul keras mengandung kadar air sebesar 18,38%, abu 17,58%, sulfat 17,90%,
dan viskositas 124 cP. Cangkang kapsul yang diperoleh memiliki spesifikasi panjang kapsul bagian badan
17,75-18,45 mm dan tutup 11,23-11,42 mm, diameter badan 7,19-7,44 mm dan tutup 7,35-7,69 mm, volume
0,63-68 mL, ketebalan 0,029-0,151 mm, berat kapsul 0,037-0,129 g. Konsentrasi karagenan secara signifikan
berpengaruh terhadap waktu hancur dan viskositas larutan pembentuk cangkang kapsul, namun tidak
berpengaruh terhadap kadar air cangkang kapsul. Formulasi terbaik terdapat pada cangkang kapsul dengan
konsentrasi karagenan 5% yang memiliki viskositas sebesar 6.100-10.333 cP, kadar air sebesar 17,43%, dan
waktu hancur 20,59 menit.

Kata kunci: kadar air, kapsul, karagenan, viskositas, waktu hancur

*Korespondensi: Jln. Lingkar Akademik, Kampus IPB


Dramaga. Telp. +622518622915 Fax. +622518622916
E-mail: suptijah@yahoo.com

223 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


JPHPI 2012, Volume 15 Nomor 3 Cangkang kapsul dari karaginan, Suptijah, P. et al.

PENDAHULUAN peningkatan pada tahun 2000 sekitar 27.000


Kapsul merupakan salah satu bentuk ton/tahun menjadi 85.000 ton/tahun pada tahun
sediaan farmasi tertua dalam sejarah yang 2009. Ketersediaan bahan baku yang melimpah
telah dikenal oleh orang Mesir kuno. Jenis dan kehalalan yang terjamin, diharapkan dapat
kapsul ada dua yaitu kapsul cangkang keras menggantikan kapsul gelatin sebagai kapsul
dan kapsul cangkang lunak. Kapsul cangkang komersial. Tujuan penelitian ini adalah untuk
keras merupakan suatu bentuk sediaan yang menentukan karakteristik cangkang kapsul
umum digunakan dan telah diperkirakan keras dari karagenan komersial.
sekitar 60 miliar cangkang kapsul digunakan
setiap tahun untuk produk farmasi (Armstrong MATERIAL DAN METODE
2012). Bahan dan Alat
Bahan yang umumnya digunakan dalam Bahan utama yang digunakan untuk
pembuatan kapsul pada industri farmasi penelitian ini adalah karagenan komersial
yaitu gelatin. Kapsul gelatin cangkang keras yang diperoleh dari CV. Setia Guna, Bogor.
digunakan sebagai obat kapsul komersial. Bahan lain yang digunakan untuk pembuatan
Data dari Gelatin Manufacturers of Europe cangkang kapsul karagenan meliputi gliserol,
pada tahun 2005, produksi gelatin dunia pewarna makanan, titanium dioksida, dan
terbesar berasal dari bahan baku kulit babi akuades. Bahan yang digunakan untuk analisis
yakni 44,5% (136.000 ton), kedua dari kulit adalah akuades, HCl 0,2 M, H2O2 10%, kertas
sapi 27,6% (84.000 ton), ketiga dari tulang saring tak berabu, BaCl2, dan HCl 0,1 N.
26,6% (81.000 ton) dan sisanya berasal Alat yang digunakan meliputi pencetak
dari selainnya 1,3% (4.000 ton) (Harianto kapsul ukuran 0 (diameter 7,65 mm, panjang
et al. 2008). Data menunjukkan sebagian 21,70 mm, volume 0,68 mL), Erlenmeyer,
besar gelatin berasal dari sapi dan babi, hal kondensator (ZENA glass), tanur (Yamato
tesebut membatasi konsumen vegetarian, TE1502S), timbangan analitik (AND HF-
Muslim, Yahudi, dan Hindu yang tidak dapat 400), oven (Yamato D41), disintegration tester
mengkonsumsinya (Fonkwe et al. 2005). Asal (Erweka) dan viskometer (Brookfield LV).
bahan baku geatin tersebut juga memiliki
risiko kontaminasi virus yang menyebabkan Metode Penelitian
penyakit bovine spongiform encephalopathy Tahap penelitian terdiri atas penelitian
(BSE), foot and mouth disease (FMD), dan pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian
swine influenza (Eveline et al. 2011). Ku et al. pendahuluan meliputi karakterisasi karagenan
(2010) menyatakan bahwa kapsul gelatin komersial dan konsentrasi karagenan yang
memiliki beberapa kekurangan antara lain digunakan. Penelitian utama antara lain
memiliki reaktivitas terhadap komponen pembuatan cangkang kapsul, pengukuran
pengisi, terdapat interaksi dengan polimer viskositas, analisis spesifikasi cangkang kapsul,
anion dan kation. Kekurangan lain dari waktu hancur kapsul, dan kadar air.
kapsul gelatin yaitu kelarutan gelatin dalam
air mengurangi pelepasan obat lambat dari Penelitian Pendahuluan
penghancuran cangkang kapsul. Penelitian meliputi karakterisasi karagenan
Karagenan diperlukan sebagai alternatif komersial (pengukuran kadar air dan kadar
pengganti bahan baku gelatin. Karagenan abu (AOAC 2005), kadar sulfat (FMC Corp.
merupakan senyawa hidrokoloid yang berasal 1977) dan pengukuran viskositas (FAO 2007)
dari rumput laut Rhodophyceae, jenis rumput serta penentuan konsentrasi karagenan yang
laut yang biasa digunakan yaitu Eucheuma digunakan untuk pembuatan cangkang
cottonii. Bixler dan Hans (2010) menunjukkan kapsul. Konsentrasi yang dicoba sebagai
data produksi E. cottonii mengalami penelitian pendahuluan sebelum menentukan

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 224


Cangkang kapsul dari karaginan, Suptijah, P. et al. JPHPI 2012, Volume 15 Nomor 3

konsentrasi karagenan untuk pembuatan dilakukan terhadap badan cangkang kapsul


cangkang kapsul yaitu dari konsentrasi 1; 1,5; karena umumnya bahan obat hanya diisikan
2; 2,5 dan 3% (b/v). Hasil analisis menunjukkan ke dalam badan cangkang kapsul sebelum
konsentrasi 3% (b/v) memiliki film yang ditutup dengan tutup kapsul.
lebih baik dibandingkan konsentrasi lainnya, Panjang dan diameter kapsul diukur
sehingga pada penelitian utama konsentrasi menggunakan jangka sorong. Ketebalan
yang digunakan dimulai dari konsentrasi 3, 4, cangkang kapsul diukur menggunakan alat
5, dan 6% (b/v). mikrometer. Pengukuran dilakukan lima kali
untuk masing-masing sampel, satu kali di
Penelitian Utama pusat dan empat kali di parameter sekitarnya,
Pembuatan cangkang kapsul (Gea 2011) kemudian diambil rata-ratanya. Berat
Sebanyak 100 mL akuades dipanaskan cangkang kapsul ditimbang menggunakan
kemudian titanium dioksida sebanyak neraca analitik. Pengukuran volume cangkang
0,5 g ditambahkan, setelah tercampur lalu kapsul dilakukan menggunakan buret dengan
karagenan (3, 4, 5 dan 6 g) dimasukkan. cara cangkang kapsul diisi dengan air sampai
Larutan kemudian diaduk hingga rata, meniskus atas air menyentuh ujung kapsul
setelah larutan tercampur dengan sempurna untuk mencegah kelebihan pembacaan
gliserin sebanyak 1 mL dan pewarna sintetik volume cangkang kapsul.
ditambahkan kemudian diaduk kembali.
Larutan yang telah jadi didinginkan hingga Analisis Waktu Hancur/Disintegrasi
suhunya sekitar 60-55°C, lalu cetakan kapsul (Departemen Kesehatan 1995)
bagian penutup dicelupkan sedalam 2,5 cm Analisis waktu hancur kapsul dilakukan
dan untuk pencetak kapsul bagian badan menggunakan alat disintegration tester
dicelupkan sedalam 3 cm. Kapsul yang telah (Erweka). Sebanyak satu kapsul dimasukkan
dicelupkan kemudian diputar/dibalikkan pada masing-masing tabung dari keranjang,
agar tidak ada yang menetes, selanjutnya kemudian satu cakram dimasukkan pada setiap
dikeringkan dengan oven suhu 60°C selama tabung, lalu semua tabung ditutup, kemudian
3-4 jam. alat dijalankan. Rangkaian keranjang
bergerak secara vertikal sepanjang sumbunya
Pengukuran viskositas (FAO 2007) tanpa gerakan horizontal yang berarti atau
Larutan karagenan pembentuk cangkang gerakan sumbu dari posisi vertikalnya. Air
kapsul diukur menggunakan brookfield yang digunakan memiliki suhu 37°C sebagai
viscometer. Suhu yang digunakan untuk media. Media yang digunakan pada penelitian
pengukuran viskositas yaitu 55°C dan 60°C, ini berupa HCl 0,1 N dengan suhu 37°C.
suhu tersebut merupakan suhu dilakukannya Keranjang diangkat dan semua kapsul diamati
pencetakan cangkang kapsul. pada akhir batas waktu seperti yang tertera
dalam monografi (semua kapsul harus hancur
Analisis spesifikasi cangkang kapsul (Gea sempurna), apabila satu atau dua kapsul tidak
2011) hancur sempurna, pengujian diulangi dengan
Spesifikasi cangkang kapsul yang diamati 12 kapsul lainnya (tidak kurang 16 dari 18
yaitu panjang, diameter, ketebalan, berat, dan kapsul yang diuji harus hancur).
volume. Pengukuran panjang dan diameter
cangkang kapsul dilakukan untuk badan Analisis Kadar Air Kapsul (AOAC (2005)
cangkang kapsul dan tutup cangkang kapsul. Analisis kadar air dilakukan dengan
Pengukuran ketebalan dan berat satuan penguapan menggunakan oven. Tahap
kapsul dilakukan terhadap kapsul secara pertama yang dilakukan adalah mengeringkan
utuh, sedangkan pengukuran volume hanya cawan porselen pada suhu 102-105°C selama

225 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


JPHPI 2012, Volume 15 Nomor 3 Cangkang kapsul dari karaginan, Suptijah, P. et al.

1 jam. Cawan tersebut diletakkan dalam analisis kadar abu karagenan sebesar 17,58%.
desikator kurang lebih 15 menit, kemudian Kadar abu ini lebih kecil dibandingan dengan
ditimbang. Sampel sebanyak 1 g dimasukkan penelitian Lewerissa (2006) yaitu sebesar
ke dalam cawan kemudian dikeringkan 22,36-33,83% dan Diharmi et al. (2011)
dengan oven pada suhu 102-105°C selama 17 sebesar 26,32%. Kadar abu pada penelitian ini
jam, lalu cawan tersebut dimasukkan ke dalam masih termasuk dalam kisaran standar FAO
desikator hingga diperoleh bobot konstan. (2007) yaitu sebesar 15-40%. Rumput laut
termasuk bahan pangan yang mengandung
HASIL DAN PEMBAHASAN mineral tinggi, yaitu Na, K, Cl, Mg, Fe, dan S.
Karakteristik Karagenan Rumput laut tumbuh di atas karang-karang
Data hasil analisis karakteristik mutu batu, hal ini diduga menyebabkan rumput laut
karagenan disajikan pada Tabel 1. Penentuan mengandung kadar abu yang tinggi (Lewerissa
kadar air suatu bahan pangan perlu dilakukan 2006). Basmal et al. (2003) menyatakan bahwa
sebab kadar air suatu bahan pangan dapat kadar abu dalam karagenan selain diperoleh
mempengaruhi tingkat mutu dari bahan dari bawaan rumput laut juga merupakan
tersebut. Kadar air sangat berpengaruh akibat perlakuan yang digunakan yaitu
terhadap sifat dan daya simpan suatu bahan penggunaan KOH untuk memisahkan kappa-
(Lewerissa 2006). Hasil analisis menunjukkan karagenan dari bahan lain. Penelitian Basmal
bahwa karagenan komersial mengandung et al. (2003) menunjukkan peningkatan kadar
kadar air sebesar 18,38%. Hasil tersebut lebih abu sebanding dengan pemakaian konsentrasi
besar bila dibandingkan kadar air menurut KOH. Widyastuti (2010) menyatakan bahwa
FAO (2007) sebesar 12%, penelitian Eveline umur panen dapat mempengaruhi kadar abu
et al. (2011) sebesar 9,09% dan Agustin (2012) karagenan, hal tersebut berkaitan dengan
sebesar 10,03%. Kadar air suatu produk meningkatnya kadar karagenan dan nutrisi
biasanya ditentukan oleh kondisi pengeringan, sejalan dengan bertambahnya umur tanaman.
pengemasan, dan cara penyimpanan Kadar sulfat adalah parameter yang
(Diharmi et al. 2011). Penelitian yang digunakan untuk berbagai polisakarida
dilakukan Widyastuti (2010) menunjukkan yang terdapat dalam alga merah. Hasil
bahwa kadar air karagenan semakin ekstraksi rumput laut biasanya dibedakan
menurun sejalan dengan bertambahnya menurut kandungan sulfatnya. Kadar sulfat
waktu panen. Fenomena tersebut berkaitan yang terdapat pada karagenan yaitu sebesar
dengan pembentukan polimer karagenan dan 17,90%. Kadar sulfat ini lebih rendah bila
karbohidrat yang melepaskan molekul air dibandingkan dengan penelitian Basmal
dalam proses sintesis polimer tersebut. et al. (2003) yaitu sebesar 18,25-18,96% dan
Abu merupakan zat anorganik hasil Diharmi et al. (2011) sebesar 27,76%. Kadar
pembakaran suatu bahan organik. Hasil sulfat pada penelitian ini masih memenuhi
standar FAO yang memiliki kisaran kadar
sulfat sebesar 15-40%. Basmal et al. (2003)
Tabel 1 Karakterisasi karagenan komersial menyatakan bahwa kadar sulfat semakin
dan standar FAO menurun dengan meningkatnya konsentrasi
Karagenan Standar larutan KOH yang diberikan selama proses
Spesifikasi
sampel Karagenan* ekstraksi. Larutan KOH yang diberikan
Air (%) 18,38 < 12 selama proses ekstraksi mampu bereaksi
Abu (%) 17,58 15-40 dengan gugus sulfat (OSO3¯) di dalam
Sulfat (%) 17,90 15-40 karaginan membentuk garam K2SO4. Ekstraksi
Viskositas (cP) 124 >5 menggunakan KCl juga dapat menurunkan
Sumber: *FAO (2007) kandungan sulfat karena logam alkali K+ dari

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 226


Cangkang kapsul dari karaginan, Suptijah, P. et al. JPHPI 2012, Volume 15 Nomor 3

KCl dapat mengkatalisis kehilangan gugus nilai viskositas meningkat dan sebaliknya
sulfat menjadi 3,6 anhidrogalaktosa. Umur suhu meningkat maka viskositasnya
panen juga dapat mempengaruhi kadar sulfat menurun. Konsentrasi juga mempengaruhi
karagenan, semakin lama umur panen maka nilai viskositas. Nilai viskositas tertinggi baik
kadar sulfat akan semakin tinggi (Lawerissa pada suhu 55°C maupun pada suhu 60°C
2006). terdapat pada konsentrasi karagenan 6% (b/v)
Viskositas merupakan faktor kualitas mL dan nilai viskositas terkecil terdapat pada
yang penting untuk zat cair dan kental atau konsentrasi karagenan 3% (b/v) (Gambar 1).
produk murni, hal ini merupakan ukuran dan
kontrol untuk mengetahui kualitas dari produk Spesifikasi Cangkang Kapsul
akhir. Hasil pengukuran viskositas karagenan Hasil pengukuran dimensi panjang,
komersial ini yaitu sebesar 124 cP. Viskositas ini diameter dan volume cangkang kapsul
lebih besar dari penelitian Sinurat et al. (2006) karagenan disajikan pada Tabel 2, sedangkan
sebesar 69 cps dan Basmal et al. (2003) sebesar hasil pengukuran ketebalan dan berat cangkang
14,08-14,92 cps, namun lebih kecil dibandingan kapsul karagenan disajikan pada Tabel 3. Hasil
penelitian Eveline et al. (2011) sebesar 162 cps. pengukuran panjang cangkang kapsul bagian
Hasil pengukuran viskositas pada penelitian badan dan tutup masing-masing memiliki
ini sudah memenuhi standar viskositas FAO nilai sebesar 17,75±0,62-18,45±0,06 mm dan
yaitu >5 cP pada suhu 75°C dengan konsentrasi 11,23±0,01-11,44±0,07 mm. Panjang cangkang
1,5%. Diharmi et al. (2011) menyatakan kapsul gelatin bagian badan dan tutup yaitu
bahwa semakin rendah suhu nilai viskositas sebesar 18,44 mm dan 10,72 mm (Hans 2009).
akan meningkat begitu juga sebaliknya suhu Diameter cangkang kapsul bagian badan
meningkat maka nilai viskositas akan turun. dan tutup masing-masing yaitu 7,19±0,02-
7,39±0,04 mm dan 7,35±0,04-7,69±0,03 mm.
Viskositas Larutan Hasil pengukuran diameter cangkang kapsul
Hasil analisis ragam terhadap viskositas pada penelitian ini tidak jauh berbeda dengan
larutan pembentuk kapsul karagenan literatur kapsul gelatin. Volume cangkang
menunjukkan bahwa suhu dan konsentrasi kapsul pada penelitian ini berkisar antara
karagenan memberikan pengaruh berbeda 0,63±0,01-0,68±0,04 mL. Volume kapsul
nyata (p<0,05) terhadap viskositas larutan dengan konsentrasi karagenan 3, 5, dan 6%
pembentuk kapsul. Uji lanjut Duncan memiliki volume lebih kecil dibandingkan
menunjukkan bahwa viskositas larutan volume kapsul komersial dan gelatin. Cangkang
pembentuk kapsul yang mengandung kapsul dengan konsentrasi karagenan sebesar
konsentrasi karagenan 3% (b/v) pada suhu 4% memiliki nilai yang sama dengan hasil
55°C tidak memberikan pengaruh berbeda
nyata (p>0,05) dengan konsentrasi karagenan
3% (b/v) pada suhu 60°C. Viskositas larutan
pembentuk kapsul yang mengandung
konsentrasi karagenan 5% (b/v) baik pada
suhu 55°C maupun 60°C memberikan
pengaruh berbeda nyata (p<0,05) dengan
konsentrasi karagenan lainnya.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pada
suhu 55°C nilai viskositas larutan sebesar
606-37.333 cP, sedangkan pada suhu 60°C
sebesar 553-23.833 cP. Diharmi et al. (2011) Gambar 1 Viskositas larutan karagenan; ( ) suhu
menyatakan bahwa semakin rendah suhu, 60°C, ( ) suhu 55°C.

227 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


JPHPI 2012, Volume 15 Nomor 3 Cangkang kapsul dari karaginan, Suptijah, P. et al.

Tabel 2 Dimensi panjang, diameter, dan volume cangkang kapsul


Konsentrasi Panjang (mm) Diameter (mm)
Volume (mL)
(b/v) Badan Tutup Badan Tutup
3 17,75±0,62 11,23±,011 7,19±0,02 7,35±0,04 0,64±0,01
4 18,18±0,08 11,44±0,07 7,19±0,02 7,45±0,08 0,68±0,04
5 18,45±0,06 11,37±0,15 7,37±0,09 7,64±0,05 0,63±0,01
6 18,39±0,01 11,42±0,09 7,39±0,04 7,69±0,03 0,63±0,02
Komersial 18,87 11,23 7,37 7,70 0,65
Gelatin* 18,44 10,72 7,34 7,64 0,68

Tabel 3 Ketebalan dan berat cangkang kapsul Standar berat kapsul gelatin keras untuk
Konsentrasi Ketebalan Berat (gam) ukuran kapsul 0 pada PT. Kapsul Indo memiliki
(b/v) (mm) rentang antara 89-107 mg. Berat satuan kapsul
3 0,029±0,001 0,037±0,002 karagenan yang diperoleh memiliki nilai sebesar
4 0,067±0,002 0,066±0,006 0,037±0,002-0,129±0,006 g. Berat cangkang
5 0,107±0,004 0,096±0,006 kapsul mengalami peningkatan seiring dengan
6 0,151±0,003 0,129±0,006 bertambahnya konsentrasi yang ditambahkan.
Hal ini diduga peningkatan ketebalan kapsul
Komersial 0,107 0,099
secara langsung mempengaruhi peningkatan
berat kapsul. Konsentrasi karagenan akan
penelitian Hans (2009) dan Doshi et al. (2011) meningkatkan total padatan terlarut pada
yaitu sebesar 0,68 mL. larutan pembuatan kapsul sehingga dapat
Nilai ketebalan cangkang kapsul berkisar meningkatkan berat kapsul setelah proses
0,029±0,001-0,151±0,003 mm. Cangkang kapsul pengeringan. Hasil pengukuran berat kapsul
karagenan dengan konsentrasi 5% memiliki nilai jika dibandingkan kapsul komersial dengan
ketebalan yang sama dengan cangkang kapsul kapsul karagenan konsentrasi sebesar 5%
komersial yaitu sebesar 0,107±0,004 mm. Nilai (b/v)memiliki nilai yang mendekati kapsul
ketebalan cangkang kapsul semakin meningkat komersial yaitu sebesar 0,096±0,006 g.
dengan meningkatnya konsentrasi karagenan Cangkang kapsul keras dengan konsentrasi
yang ditambahkan. Hasil tersebut didukung 5 g masih termasuk dalam standar berat
oleh penelitian Tamaela dan Lewerissa (2008), kapsul pada PT. Kapsul Indo, sedangkan pada
semakin tinggi konsentrasi karagenan ketebalan konsentrasi karagenan 3% (b/v) dan 4% (b/v)
edible film yang dihasilkan lebih tinggi. Irianto berada di bawah standar dan pada konsentrasi
et al. (2006) menyatakan bahwa penggunaan 6% (b/v) berat kapsul melebihi standar yang
karagenan dalam jumlah yang lebih besar ditetapkan.
menyebabkan jumlah total padatan terlarut
bertambah sehingga ketebalan film meningkat. Waktu Hancur Kapsul
Penelitian Hans (2009) menunjukkan bahwa Hasil analisis ragam terhadap waktu
ketebalan kapsul dipengaruhi oleh proses hancur cangkang kapsul karagenan
pencelupan dan pemutaran cetakan setelah menunjukkan bahwa konsentrasi karagenan
pencelupan. Pemutaran cetakan yang tidak memberikan pengaruh berbeda nyata
teratur dapat menghasilkan ketebalan (p<0,05) terhadap waktu hancur kapsul. Uji
cangkang kapsul yang tidak merata, selain itu lanjut Duncan menunjukkan bahwa waktu
proses pembuatan secara manual juga dapat hancur kapsul yang mengandung konsentrasi
menghasilkan ketebalan yang berbeda. karagenan 3% (b/v) dan 6% (b/v) berbeda

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 228


Cangkang kapsul dari karaginan, Suptijah, P. et al. JPHPI 2012, Volume 15 Nomor 3

nyata (p<0,05) dengan kapsul konsentrasi cangkang kapsul dapat mempengaruhi waktu
karagenan lainnya. Waktu hancur kapsul hancur kapsul.
dengan konsentrasi karagenan sebesar 5%
(b/v) tidak berbeda nyata terhadap waktu Kadar Air Kapsul
hancur kapsul yang mengandung karagenan Nilai rata-rata kadar air cangkang kapsul
sebanyak 4% (b/v). Waktu hancur kapsul disajikan pada Gambar 3. Hasil analisis
karagenan yang paling cepat yaitu kapsul yang menunjukkan bahwa kadar air kapsul
mengandung konsentrasi karagenan sebesar memiliki nilai 15,61-17,43%. Hasil analisis
3% (b/v) dengan waktu hancur 10,01 menit, ragam menunjukkan bahwa konsentrasi
sedangkan paling lama terdapat pada kapsul karagenan tidak memberikan pengaruh
yang mengandung karagenan sebanyak 6% berbeda nyata (p>0,05) terhadap kadar
(b/v) dengan waktu hancur 26,46 menit. air cangkang kapsul karagenan. Kadar air
Semakin besar konsentrasi karagenan, waktu suatu produk biasanya ditentukan oleh
yang dibutuhkan kapsul untuk hancur juga kondisi pengeringan, pengemasan, dan cara
semakin lama (Gambar 2). Waktu hancur penyimpanan (Diharmi et al. 2011).
yang dituntut Farmakope berbeda-beda Kadar air kapsul pada penelitian ini lebih
umumnya 15 menit atau 30 menit (Voigt 1995). besar jika dibandingkan dengan kapsul gelatin
Waktu hancur kapsul karagenan pada semua dan HPMC dengan nilai masing-masing yaitu
perlakuan masih berada dalam rentang waktu 13-16% dan 5% (Bae et al. 2008). Kadar air
hancur yang ditetapkan oleh Farmakope yaitu kapsul pada konsentrasi karagenan 4% (b/v)
kurang dari 30 menit. memiliki nilai yang tidak berbeda jauh dengan
Paris dan Viaud (2001) menyatakan bahwa cangkang kapsul komersial yaitu sebesar
banyaknya substrat yang ditambahkan dalam 15,94%. Chang et al. (1998) menyatakan
larutan karagenan dapat mengubah waktu bahwa perubahan kadar air cangkang kapsul
hancur dari 3 menit hingga 8 jam. Jumlah baik karena perubahan kondisi penyimpanan
substrat yang ditambahkan dapat berbeda- maupun transfer kelembaban antara cangkang
beda dari 0% sampai 20% dari volume akhir kapsul dan isinya dapat menyebabkan sifat
larutan. Ku et al. (2010) menyatakan bahwa fisik yang tidak diinginkan seperti kapsul
lamanya waktu yang dibutuhkan kapsul untuk yang rapuh dan lengket. Hal yang sama
hancur dapat disebabkan ketebalan kapsul juga dikemukakan oleh Hans (2009) bahwa
yang tinggi. Hal tersebut sesuai dengan hasil perubahan kadar air menggambarkan
penelitian ini yang menunjukkan ketebalan perubahan ukuran fisik kapsul. Penyimpanan
yang semakin besar membutuhkan waktu kapsul dalam lingkungan yang memiliki
hancur yang lebih lama. Hal yang sama juga kelembaban yang tinggi dapat menyerap air
dinyatakan oleh Hans (2009) bahwa ketebalan dan mengakibatkan kapsul menjadi lebih

Gambar 2 Waktu hancur kapsul karagenan. Gambar 3 Kadar air kapsul karagenan.

229 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


JPHPI 2012, Volume 15 Nomor 3 Cangkang kapsul dari karaginan, Suptijah, P. et al.

lunak. Pada kondisi penyimpanan yang terlalu Bixler HJ, Hans P. 2010. A decade of change
kering dengan kelembaban yang rendah, in the seaweed hydrocolloids industry.
kapsul akan melepaskan air ke lingkungan Journal Application Physic Colloid 23(3):
dan kapsul menjadi rapuh. 321-335.
Chang RK, Raghavan KS, Hussain MA.
KESIMPULAN 1998. A study on gelatin capsule
Karagenan yang dijadikan sebagai bahan brittleness: moisture transfer between the
baku dalam pembuatan kapsul cangkang keras capsule shell and its content. Journal of
memiliki kadar air 18,38%; abu 17,58%; sulfat Pharmaceutical Sciences 87(5): 556-558.
17,90%; dan viskositas 124 cp. Konsentrasi Departemen Kesehatan. 1995. Farmakope
karagenan terbaik yang digunakan untuk Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen
pembuatan kapsul yaitu konsentrasi 5% (b/v) Kesehatan Republik Indonesia.
mL. Karakteristik kapsul yang diperoleh yaitu Diharmi A, Fardiaz D, Andarwulan N,
panjang kapsul bagian badan 18,45 mm d a n Heruwati ES. 2011. Karakteristik
tutup 11,42 mm, diameter badan karagenan hasil isolasi Eucheuma
7,37 mm dan tutup 7,69 mm, volume 0,63 spinosum (alga merah) dari Perairan
mL, ketebalan 0,107 mm, dan berat Sumenep Madura. Jurnal Perikanan dan
kapsul 0,096 g. Nilai viskositas karagenan Kelautan 16(1): 117-124.
saat pencetakan kapsul yaitu 6.100-10.333 cp. Doshi RD, Patel PL, Patel MR, Patel KR, Patel
Cangkang kapsul memiliki kadar air 17,43%, NM. 2011. A review on recent innovations
dan waktu hancur 20,59 menit. in capsule dosage form. International
Journal of Drug Formulation and Research
DAFTAR PUSTAKA 2(3): 77-92.
[AOAC] Association of Official Analytical [FAO] Food and Agriculture Organization.
Chemyst. 2005. Official Method of Analysis of 2007. Carrageenan. FAO JECFA
The Association of Official Analytical Chemist. Monogaphs 4.
Arlington, Virginia, USA: Association of FMC Corp. 1977. Carrageenan. Marine
Official Analytical Chemist, Inc. Colloid Monograph Number One. Marine
Agustin TI. 2012. Mutu fisik dan mikrostruktur Colloid Division FMC Coorporation.
kamaboko ikan kurisi (Nemipterus New Jersey: Springfield.
nematphorus) dengan penambahan Fonkwe LG, Archibald DA, Gennadlos A. 2005.
karagenan. Jurnal Pengolahan Hasil Non-gelatin shell formulation. United
Perikanan Indonesia 15(1): 17-26. State Patent. Patent No. US006949256B2.
Armstrong NA. 2012. The instrumentation of Eveline, Santoso J, Widjaja I. 2011. Kajian
capsule-filling machinery. [http://www. konsentrasi dan rasio gelatin dari kulit
pharmpress.com] 10 Maret 2012 ikan patin dan kappa karagenan pada
Bae HJ, Cha DS, Whiteside WS, Park HJ. 2008. pembuatan jeli. Jurnal Pengolahan Hasil
Film and pharmaceutical hard capsule Perikanan Indonesia 14(2): 98-105.
formation properties of mungbean, Gea T. 2011. Pembuatan kapsul alginat yang
waterchestnut, and sweet potato starches. mengandung titanium dioksida dan
Food Chemistry 106: 96-105 pengujian sifat-sifat fisiknya. [Skripsi].
Basmal J, Syarifudin, Ma’ruf WF. 2003. Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera
Pengaruh konsentrasi larutan potassium Utara.
hidroksida terhadap mutu kappa- Hans A. 2009. Production of pharmaceutical
karagenan yang diekstraksi dari hard capsule shell from corn starch.
Eucheuma cottonii. Jurnal Penelitian [Skripsi]. Pharmaceutical Engineering.
Perikanan Indonesia 9(5): 95-103. Swiss German University.

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 230


Cangkang kapsul dari karaginan, Suptijah, P. et al. JPHPI 2012, Volume 15 Nomor 3

Harianto, Tazwir, Peranginangin R. 2008. making soft or hard capsules, and method
Studi teknik pengeringan gelatin ikan for making films for such capsules. Patent
dengan alat pengering kabinet. Jurnal no US 6331205B1.
Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan Sinurat E, Murdinah, Sediadi U. 2006.
dan Perikanan 3(1): 89-96. Sifat fungsional formula kappa dan
Irianto HE, Darmawan M, Mindarwati E. 2006. iota karagenan dengan gum. Jurnal
Pembuatan edible film dari komposit Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan
karagenan, tepung tapioka dan lilin lebah dan Perikanan 1(1): 1-8.
(beeswax). Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Tamaela P, Lewerissa S. 2008. Karakteristik
Kelautan dan Perikanan 1(2): 93-101. edible film dari karagenan. Ichthyos 7(1):
Ku MS, Lu Q, Chen Y. 2010.Performance 27-30.
qualification of a new hypromellose Voigt R.1995. Buku Pelajaran Teknologi
capsule part II disintegation and Farmasi. Diterjemahkan oleh: Noerono
dissolution comparison between two type SS. Yogyakarta: Gadjah Mada University
of hypromellose capsules. International Press.
Journal of Pharmaceutics 386: 30-41. Widyastuti S. 2010. Sifat fisik dan kimiawi
Lewerissa S. 2006. Isolasi dan Karakterisasi karagenan yang diekstrak dari rumput
Eucheuma cottonii dari Tual Maluku laut Eucheuma cottonii dan E. spinosum
Tenggara. Ichthyos 5(1): 27-32. pada umur panen yang berbeda. Agoteksos
Paris L, Viaud F. 2001. Aqueous viscous 20(1): 41-50.
compositions, whether clear or not, for

231 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai