PENANGANAN KECELAKAAN
BAHAN INFEKSIUS
(…./PAN/K3/RSUI/IX/2018)
I. Pengertian
Penanganan kecelakaan bahan infeksius adalah salah satu upaya pencegahan dan
pengendalian infeksi terhadap petugas yang tertusuk benda yang memiliki sudut
tajam atau runcing yang menusuk, memotong, melukai kulit seperti jarum suntik,
jarum jahit bedah, pisau, skalpel, gunting, atau benang kawat bekas pasien atau
terpercik bahan infeksius.
B. Penanganan Lanjutan
1. Korban melakukan laporan ke penanggung jawab unit atau penanggung
jawab shift di unit kerja masing-masing.
2. Penanggungjawab unit atau penanggungjawab shift di unit kerja
membawa korban ke Unit Gawat Darurat (UGD) untuk mendapatkan
pemeriksaan lebih lanjut. Setelah itu, membuat laporan awal kecelakaan
sesuai dengan Formulir No. 04/FOR/K3/RSUI/IX/2018.
3. Penanggung jawab unit atau shift melaporkan dan menyerahkan laporan
awal kecelakaan tersebut ke Unit K3 dan Komite PPI untuk diinvestigasi.
e. Evaluasi Laboratorium
1) Tes HIV
Tes antibodi HIV untuk orang terpajan harus dilakukan, karena
PPP tidak diberikan pada orang yang telah terinfeksi. Orang
terinfeksi harus mendapatkan pengobatan bukan pencegahan.
Namun tes HIV tidak wajib dilakukan dan pemberian PPP HIV
tidak wajib diberikan jika orang terpajan tidak mau diberikan obat
untuk profilaksis. Pemeriksaan tes HIV dengan tes cepat (rapid) –
yang memberikan hasil dalam 1 jam – merupakan pilihan utama
baik untuk orang terpajan maupun sumber pajanan.
2) Pemeriksaan Laboratorium Lain
Pemeriksaan haemoglobin (Hb) perlu dilakukan, terutama jika
memberikan zidovudine dalam PPP HIV. Pemeriksaan penyakit
yang ditularkan melalui darah (bloodborne) – seperti Hepatitis B
dan C – juga penting dilakukan, tergantung kepada jenis risiko dan
prevalensi setempat.
f. Pencatatan
Pencatatan meliputi kapan dan bagaimana terjadinya pajanan,
mengidentifikasi keselamatan dan kemungkinan tindakan
pencegahan, dan menjaga kerahasiaan data korban.
g. Follow up dan Dukungan
Tes HIV diulang pada 4-6 minggu, 3 bulan dan 6 bulan setelah
pajanan.
h. Follow Up Konseling
Dukungan piskososial yang tepat dan/atau bantuan pengobatan
selanjutnya harus ditawarkan ke orang terpajan yang menerima PPP.
Korban terpajan harus menyadari layanan dukungan yang ada dan
mengetahui bagaimana untuk mengaksesnya. Petugas perlu
menyarankan orang terpajan sejak terjadinya pajanan sampai 6 bulan
kedepan untuk tidak melakukan perilaku berisiko (penggunaan
kondom saat berhubungan seks, tidak berbagi alat suntik), dan tidak
mendonorkan darah, plasma, organ, jaringan atau air mani.
i. Follow Up PPP Untuk Hepatitis B
1) Lakukan pemeriksaan Anti HBs 1-2 bulan setelah dosis vaksin
yang terakhir; anti HBs tidak dapat dipastikan jika HBIG diberikan
dalam waktu 6-8 minggu.
2) Menyarankan korban terpajan sejak terjadinya pajanan sampai 6
bulan kedepan, tidak melakukan perilaku berisiko (penggunaan
kondom saat berhubungan seks, tidak berbagi alat suntik), dan
tidak mendonorkan darah, plasma, organ, jaringan atau air mani.