Pengertian Bank
Bank secara istilah berasal dari bahasa Italia yakni banque atau banca yang artinya
bangku atau tempat penukaran uang. Istilah ini merujuk pada para bankir Florence di masa
Renaissans yang melakukan transaksi dengan duduk di bangku yang berada di belakang
meja penukaran uang.
Baca Juga
Pengertian Pertumbuhan Penduduk Dan Faktor Yang Mempengaruhinya
Terlengkap
Materi Pengertian Resesi Beserta Akibat, Penyebab, Dampak dan Cara
Mengatasi Resesi Ekonomi Di Indonesia Terlengkap
Materi Pengertian Entrepreneur Beserta Ciri dan Sifat Yang Harus Dimiliki
Entrepreneur Menurut Para Ahli Terlengkap
Industri perbankan pun telah mengalami perubahan besar dalam beberapa tahun
terakhir. Industri perbankan menjadi lebih kompetitif dikarenakan deregulasi peraturan.
Pada masa saat ini, bank mempunyai fleksibilitas pada berbagai layanan yang mereka
tawarkan, lokasi tempat mereka beroperasi serta tarif yang mereka bayar untuk simpanan
deposan.
2. Sejarah Bank
Bank yang pertama kali didirikan berbentuk bentuk seperti sebuah firma pada
umumnya pada tahun 1690, saat kerajaan Inggris berkemauan merencanakan membangun
kembali kekuatan armada lautnya guna bersaing dengan kekuatan armada laut
Perancis, namun pemerintahan Inggris saat itu tidak memiliki kemampuan pendanaan,
kemudian berdasarkan gagasan William Paterson yang lalu oleh Charles Montagu
direalisasikan menjadi membentuk suatu lembaga intermediasi keuangan yang akhirnya
bisa memenuhi dana pembiayaan itu hanya dalam waktu dua belas hari.
Sejarah mencatat mulanya dikenalnya kegiatan perbankan ialah pada zaman kerajaan
tempo dulu di daratan Eropa. Lalu, usaha perbankan tersebut berkembang ke Asia
Barat oleh para pedagang. Perkembangan perbankan tersebut Asia, Afrika serta Amerika
dibawa oleh bangsa Eropa ketika melakukan penjajahan ke negara jajahannya baik di Asia,
Afrika ataupun benua Amerika.
Jika ditelusuri sejarah dikenalnya perbankan di mulai dari jasa penukaran uang.
Sehingga dalam sejarah perbankan, pengertian bank dikenal sebagai meja tempat
penukaran uang. Dalam perjalanan sejarah kerajaan saat masa dahulu penukaran uangnya
dilakukan antar kerajaan yang satu dengan kerajaan yang lain. Kegiatan penukaran tersebut
sekarang dikenal dengan sebutan Pedagang Valuta Asing (Money Changer).
Sedangkan, aset bank yang relatif lebih besar (dengan aset lebih dari $ 1 miliar),
terdiri dari dua kelas ialah bank regional atau bank super regional. Mereka terlibat
dalam grosir yang lebih kompleks mengenai kegiatan komersial perbankan, meliputi kredit
konsumen dan perumahan serta pinjaman komersial ataupun industri (D & I Lending), baik
secara regional ataupun nasional. Selain itu juga, bank - bank besar mempunyai akses
untuk membeli dana (fund) seperti dana antar bank ataupun dana pemerintah (federal
funds) guna membiayai pinjaman dan kegiatan investasi mereka.
Tetapi, beberapa bank yang sangat besar memiliki sebutan yang berbeda, yakni Bank
Sentral. Saat ini, lima organisasi perbankan membentuk kelompok Bank Sentral,
yakni: Bank New York , Deutsche Bank (melalui akuisisi bankir-bankir yang saling
mempercayai), Citigroup, JP Morgan, serta Bank HSBC di Amerika Serikat. Namun,
jumlahnya sudah menurun akibat megamergers. Penting untuk diperhatikan bahwa, aset
ataupun pinjaman tidak selalu menjadi indikator suatu bank termasuk bank sentral. Tetapi,
gabungan dari lokasi dengan ketergantungan pada sumber nondeposit ataupun pinjaman
dana.
Makalah Pengaturan Dan Pengawasan Perbankan
BAB I
PENDAHULUAN
Mengingat kegiatan perbankan bergerak dengan dana dari masyarakat atas dasar
kepercayaan, maka setiap pelaku perbankan diharapkan tetap menjaga kepercayaan
masyarakat tersebut. Kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbanakn akan terjaga
apabila sector perbankan itu sendiri diselenggarakan dan dikelola dengan prinsip kehati-
hatian sehingga selalu terpelihara kondisi kesehatannya.
Sejalan dengan harapan tersebut, Bank Indonesia sebagai bank sentral yang
mempunyai peran pula dalam menentukan dan memberikan arah perkembangan perbankan
serta dapat melindungi masyarakat, maka Bank Indonesia mempunyai kewenangan dan
kewajiban untuk membina serta melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan
perbankan. Disitulah letak peran pentingnya pengawasan bank, karena sistem perbankan
memiliki fungsi dan peran yang penting dan strategis dalam menggerak-tumbuhkan
perekonomian.
Fungsi pengaturan dan pengawasan bank di tangan Bank Indonesia tidak pernah
lepas dari sorotan masyarakat. Oleh karena itu untuk mewujudkan hal itu, Bank Indonesia
memiliki kewenangan dalam melakukan tiga tugas yaitu menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur
dan mengawasi bank.[1]
PEMBAHASAN
3. Lembaga yang ikut berperan dalam membantu pertumbuhan ekonomi serta pemerataan,
agar tercipta sistem perbankan yang sehat, baik sistem perbankan secara menyeluruh
maupun individual, dan mampu memelihara kepentingan masyarakat dengan baik,
berkembang secara wajar dan bermanfaat bagi perekonomian nasional.
3. Pengawasan bank yang mendorong bank untuk melaksanakan secara konsisten ketentuan
intern yang dibuat sendiri (self regulatory banking) dalam melaksanakan kegiatan
operasionalnya dengan tetap mengacu kepada prinsip kehati-hatian.
1. PBI No. 6/9/PBI/2004 tentang tindak lanjut pengawasan dan penetapan status bank
2. PBI No. 7/38/PBI/2005 tentang perubahan atas PBI No. 6/9/PBI/2004
3. PBI No. 7/34/PBI/2005 tentang tindak lanjut penanganan terhadap BPR dalam
pengawasan khusus.[2]
4. Peraturan Bank Indonesia No. 9/19/2007 tentang pelaksanaan prinsip syariah dalam
kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa bank syariah.[3]
Ketentuan yang utama dalam berbagai peraturan tersebut adalah bahwa BI
memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu bank,
menetapkan peraturan, melaksanakan pengawasan bank serta mengenakan sanksi terhadap
bank. dengan ketentuan tersebut, pengaturan dan pengawasan bank oleh BI meliputi
wewenang sebagai berikut:
1. Memberikan pedoman secara garis besar tentang aspek syariah dari operasional Bank
Islam, baik penyerahan dana, penyaluran dana maupun kegiatan-kegiatan bank lainnya.
2. Mengadakan perbaikan tehadap suatu produk Bank Islam yang telah atau sedang berjalan.
Namun, dinilai pelaksanaannya bertentangan dengan ketentuan syariah.
Oleh karena Dewan Pengawas Syariah secara administrative bukan berada di
bawah kekuasaan bank, maka dibentuk suatu penghubung atau perantara Dewan Pengawas
Syariah dengan Dewan Direksi Syariah. Perantara ini disebut Leason Syariah. Tugas-tugas
Leason Syariah meliputi:
1. Menyusun dan melaksanakan program jangka panjang dan jangka pendek secretariat
Dewan Pengawas Syariah.
2. Memberikan informasi tentang mekanisme operasional Bank Islam dan konsep-konsep
syariahnya kepada pihak luar dengan persetujuan Dewan Direksi dan atau Dewan
Pengawas Syariah.
3. Mengawasi jalannya aktivitas Bank Islam dan mengajukan ke Dewan Pengawas Syariah
apabila Bank Islam terbukti melakukan suatu pelanggaran.
4. Menyusun dan melaksanakan paket atau modul-modul tertentu untuk meningkatkan
intelektualitas dan komitmen keislaman segenap jajaran dan segmen Bank Islam.
5. Member kejelasan syariah kepada segenap jajaran internal bank.[5]
Judul Deskripsi
Peraturan Bank Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/14/PBI/2013 tentang
Indonesia Nomor Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/10/PBI/2009
15/14/PBI/2013 tentang Unit Usaha Syariah
Peraturan Bank Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/12/PBI/2013 tanggal 12
Indonesia Nomor Desember 2013 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
15/12/PBI/2013 Bank Umum
Peraturan Bank Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/11/PBI/2013 tanggal 22
Indonesia Nomor November 2013 tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan
15/11/PBI/2013 Penyertaan Modal
Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/7/PBI/2013 tentang
Peraturan Bank
Perubahan Kedua atas Peraturan Bank Indonesia Nomor
Indonesia Nomor
12/19/PBI/2010 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada
15/7/PBI/2013
Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing
Peraturan Bank Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/3/PBI/2013 tanggal 21 Mei
Indonesia Nomor 2013 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank Perkreditan
15/3/PBI/2013 Rakyat
Peraturan Bank Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/2/PBI/2013 tanggal 20 Mei
Indonesia Nomor 2013 tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan
15/2/PBI/2013 Bank Umum Konvensional
Peraturan Bank
Peraturan Bank Indonesia 15/1/PBI/2013 tanggal 18 Februari
Indonesia Nomor
2013 tentang Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan
15/1/PBI/2013
Peraturan Bank Peraturan Bank Indonesia Nomor: 14/27/PBI/2012 tanggal 28
Indonesia Nomor Desember 2012 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang
14/27/PBI/2012 dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum
Peraturan Bank Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/26/PBI/2012 tanggal 27
Indonesia Nomor Desember 2012 tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor
14/26/PBI/2012 Berdasarkan Modal Inti Bank
Peraturan Bank Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/24/PBI/2012 tanggal 26
Indonesia Nomor Desember 2012 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan
14/24/PBI/2012 Indonesia
Judul Deskripsi Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/21/PBI/2004 Peraturan Bank
Indonesia Nomor 6/21/PBI/2004 Tentang Giro Wajib Minimum dalam Rupiah dan Valuta
Asing Bagi Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah
Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/20/PBI/2004 Peraturan Bank Indonesia Nomor
6/20/PBI/2004 Tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/13/PBI/2003
Tentang Posisi Devisa Neto Bank Umum Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/18/PBI/2004
Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/18/PBI/2004 Tentang Kualitas Aktiva Produktif Bagi
Bank Perkreditan Rakyat Syariah Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/19/PBI/2004
Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/19/PBI/2004 Tentang Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif Bagi Bank Perkreditan Rakyat Syariah Peraturan Bank Indonesia Nomor
6/17/PBI/2004 Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/17/PBI/2004 Tentang Bank Perkreditan
Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah
Bank sentral di suatu negara, pada umumnya adalah sebuah instansi yang bertanggung
jawab atas kebijakan moneter di wilayah negara tersebut. Bank Sentral berusaha untuk
menjaga stabilitas nilai mata uang, stabilitas sektor perbankan, dan sistem finansial secara
keseluruhan. Di Indonesia, fungsi bank sentral diselenggarakan oleh Bank Indonesia.
Sebagai bank sentral, BI mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan
nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain.
Untuk mencapai tujuan tersebut BI didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang
tugasnya. Ketiga bidang tugas ini adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan
mengawasi perbankan di Indonesia.
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Sifat jasa yang diberikan adalalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa
perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh
wilayah. Bank umum sering disebut bank komersil (commercial bank).
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya tidak memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum karena
BPR dilarang menerima simpanan giro, kegiatan valas, dan perasuransian.
Bank pemerintah adalah bank yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh
Pemerintah Indonesia.
Contoh :
Bank Mandiri
Bank Negara Indonesia
Bank Rakyat Indonesia
Bank Tabungan Negara
2. Bank Milik Swasta Nasional
Bank swasta adalah bank dimana sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional
serta akta pendiriannya pun didirikan oleh swasta, pembagian keuntungannya juga untuk
swasta nasional. Bank swasta dibedakan menjadi 2 yaitu bank swasta nasional devisa dan
bank swasta nasional nondevisa.
contoh :
Bank Muamalat
Bank Central Asia
Bank Bumi Putra
Bank Danamon
Bank Duta
Bank Nusa Internasional
Bank Niaga
Bank Universal
Bank Mega
Bank milik koperasi adalah bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh perusahaan
yang berbadan hukum koperasi.
Contoh :
Bank campuran adalah bank yang kepemilikan sahamnya bercampur antara pihak asing
dan pihak swasta nasional. Saham bank ini sebagian besar dimiliki oleh warga negara
Indonesia.
Contoh :
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing
atau pemerintah asing. Kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar negeri.
Contoh :
Bank of America
Bangkok Bank
Bank of China
Citibank
Deutsche Bank
HSBC
JPMorgan Chase
Standard Chartered
The Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ
Adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan
dengan mata uang asing secara keseluruhan. Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini
ditentukan oleh Bank Indonesia.
Bank Non-Devisa
Adalah bank yang belum mempunyai izin untuk melakukan kegiatan transaksi layaknya
bank devisa. Jadi, bank non-devisa hanya melakukan kegiatan transaksi hanya dalam
batas-batas wilayah negara yang terbatas.
Bank Konvensional adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran secara umum
berdasarkan prosedur dan ketentuan yang telah ditetapkan.
Bank Syariah
Bank syariah ialah perbankan yang segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah
dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses
dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Berkaitan dengan bank syariah, ada dua konsep dalam hukum agama Islam, yaitu: larangan
penggunaan sistem bunga, karena bunga (riba) adalah haram hukumnya. Sebagai pengganti
bunga digunakan sistem bagi hasil.
Yaitu bank yang hanya memiliki satu organisasi dan tidak memiliki cabang di daerah lain.
Branch banking
Correspondency banking
Yaitu bank yang dapat melakukan kegiatan pemeriksaan dokumen ekspor-impor dan
kegiatan utamanya di luar negeri.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
dipertanggungjawabkan.[1]
Tahun 1967, yang memang sudah sangat tidak memadai lagi menampung permasalahan
dan kompleksitas yang timbul dari industri perbankan sejalan dengan pesatnya perbankan
di samping kuatnya pengaruh arus globalisasi. Di samping itu, dari sisi pelaksanaan
kebijakan moneter dan perbankan, agar dapat lebih efektif maka undang-undang perbankan
kegiatan utamanya menerima simpanan. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat
untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Disamping itu
bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang, atau menerima
senantiasa terdapat pembinaan dan pengawasan yang efektif, dengan didasari oleh
landasan gerak yang kokoh agar lembaga perbankan di Indonesia mampu berfungsi secara
efisien, sehat, wajar dan mampu menghadapi persaingan yang semakin bersifat global,
mampu melindungi secara baik dana masyarakat tersebut ke bidang-bidang yang produktif
bagi pencapaian sasaran pembangunan, serta tidak terdapat hal-hal yang merupakan
yang demikian dapat memberikan keyakinan kepada masyarakat bahwa dana yang
Karena melihat fungsi bank secara umum dan keseluruhan oleh masyarakat sebagai
lembaga keuangan yang dipercayai masyarakat mampu menyimpan dan melindungi uang
atau dana mereka yang disimpan itulah membuat tim penulis tertarik untuk membahas
tentang pendirian dan pembubaran bank, pendirian bank umum, pendirian BPR,
pencabutan izin usaha dan liquidasi bank yang notabenenya adalah sebagai dasar
pengaturan yang dibuat oleh badan pembuat undang-undang sebagai salah satu cara untuk
melindungi masyarakat apabila dilihat bahwa adanya kondisi memungkinkan yang telah
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dari makalah ini adalah :
1. Bagaimana pengaturan dan tata cara pendirian serta pembubaran sebuah bank;
3. Bagaimana pengaturan dan tata cara pendirian bank pekreditan rakyat; dan
4. Bagaimana pengaturan serta tata cara pencabutan izin usaha dan liquidasi bank.
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai wadah untuk mengetahui
bagaimana pengaturan dan tata cara pendirian dan pembubaran bank, baik itu bank umum
maupun bank pekreditan rakyat, serta untuk mengetahui dan memahami bagaimana syarat
atau tata cara pencabutan izin usaha dan likuidasi suatu bank.
BAB II
PEMBAHASAN
Bank sebagai suatu badan usaha yang mempunyai kegiatan usaha menghimpun
dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam berbagai
diatur diatur mengenai perizinan untuk menjalankan bank sebagaimana ditentukan dalam
“Setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum atau Bank
Pekreditan Rakyat dari pimpinan Bank Indonesia, kecuali apabila kegiatan menghimpun
dana dari masyarakat dimaksud diatur dengan undang-undang tersendiri.”
“Untuk memperoleh izin usaha Bank Umum dan Bank Pekreditan Rakyat sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), wajib dipenuhi persyaratan sekurang-kurangnya tentang :
a. Susunan organisasi dan kepengurusan.
b. Permodalan.
c. Kepemilikan.
d. Keahlian di bidang perbankan.
e. Kelayakan rencana kerja.”
a. Persyaratan untuk menjad pengurus bank antara lain menyangkut keahlian di bidang
c. Modal disetor minimum untuk pendirian Bank Umum dan Bank Pekreditan Rakyat
diartikan bahwa likuidasi adalah proses membubarkan perusahaan sebagai badan hukum
yang meliputi pembayaran kewajiban kepada para kreditor dan pembagian harta yang
tersisa kepada para pemegang saham (persero). Dapat dijelaskan bahwa likuidasi bank itu
bukan sekedar pencabutan izin usaha dan pembubaran badan hukum bank, tetapi berkaitan
dengan proses penyelesaian segala hak dan kewajiban dari suatu bank yang dicabut izin
usahanya. Setelah suatu bank dicabut izin usahanya, dilanjutkan lagi dengan proses
pembubaran badan hukum bank yang bersangkutan, dan seterusnya dilakukan proses
pemberesan berupa penyelesaian seluruh hak dan kewajiban (piutang dan utang) bank
sebagai akibat dari pencabutan izin usaha dan pembubaran badan hukum bank.
Bank Umum dapat didirikan dan menjalankan usahanya dengan izin Bank
Indonesia selaku Bank Sentral. Pemberian izin untuk mendirikan Bank Umum dilakukan
melalui 2 tahapan. Pertama, tahap persetujuan untuk melakukan persiapan Pendirian Bank
yang bersangkutan. Tahap kedua berupa pemberian izin usaha yakni izin yang diberikan
untuk melakukan kegiatan usaha setelah persiapan selesai dilakukan. Selama belum
mendapat izin usaha, pihak yang mendapat persetujuan prinsip tidak diperkenankan untuk
Penjelasan secara rinci untuk pendirian bank umum dijabarkan dalam Peraturan
Pasal 4
(1) Bank hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha dengan izin Gubernur Bank
Indonesia.
(2) Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam 2 (dua) tahap:
a. Persetujuan prinsip, yaitu persetujuan untuk melakukan persiapan pendirian Bank; dan
b. Izin usaha, yaitu izin yang diberikan untuk melakukan kegiatan usaha Bank setelah
Pasal 5
Pasal 6
b.warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia dengan warga negara asing
(2) Kepemilikan oleh warga negara asing dan/atau badan hukum asing sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b paling banyak sebesar 99% (sembilan puluh sembilan persen) dari
Sebagaimana pendirian bank umum, maka dalam pendirian BPR diperlukan adanya
izin prinsip dan izin usaha dari pimpinan BI. Permohonan izin prinsip untuk BPR wajib
memenuhi persyaratan tertentu sebagai mana ditentukan dalam pasal 6 Surat Keputusan
1. Rancangan akta pendirian badan hukum, termasuk rancangan anggaran dasar badan
2. Data kepemilikan berupa: daftar pemegang saham berikut rincian besarnya masing
Terbatas/perusahaan daerah, dan daftar calon anggota berikut rincian jumlah simpanan
pokok dan simpanan wajib, serta daftar hibah bagi bank yang berbentuk hukum koperasi.
5. Rencana kerja untuk tahun pertama, yang memuat: hasil penelaahan mengenai peluang
pasar, dan potensi ekonomi; rencana kegiatan usaha yg mencakup penghimpunan dan
rencana tersebut; rencana kebutuhan pegawai; dan proyeksi arus kas bulanan selama 12
6. Bukti pelunasan modal sekurang kurangnya sebesar 30% dalam bentuk fotokopi bilyet
deposito pada Bank Umum di Indonesia dan atas nama Direksi Bank Indonesia salah
7. Surat pernyataan dari calon pemegang saham bagi bank yang berbentuk hukum Perseroan
Terbatas/Perusahaan Daerah atau dari calon anggota bagi bank yang berbentuk hukum
koperasi, bahwa pelunasan modal disetor tidak berasal dari pinjaman atau fasilitas
pembiayaan dalam bentuk apapun dari bank dan/atau pihak lain di Indonesia atau tidak
Hal-hal yang diuraikan diatas merupakan persyaratan yang wajib dipenuhi oleh
pemohon telah dipenuhi. Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 60 hari sejak dokumen
Sedangkan untuk memperoleh izin usaha BPR, maka permohonan yang diajukan
oleh si pemohon harus memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam pasal 9 Surat
1. Akta pendirian badan hukum, termasuk anggaran dasar badan hukum yang telah disahkan
2. Data kepemilikan berupa: daftar calon pemegang saham berikut rincian besarnya masing-
Terbatas/Perusahaan Daerah, dan daftar calon anggota berikut rincian jumlah simpanan
pokok dan simpanan wajib serta daftar hibah bagi bank yang berbentuk hukum koperasi.
4. Susunan organisasi serta sistem dan prosedur kerja termasuk susunan personalia
6. Bukti kesiapan operasional antara lain berupa: daftar aktiva tetap dan inventaris; bukti
penguasaan gedung berupa bukti kepemilikan dan atau perjanjian sewa menyewa gedung
kantor; foto gedung kantor dan tata letak ruangan; contoh formulir/warkat yang akan
7. Surat pernyataan dari pemegang saham bagi bank yang berbentuk hukum Perseroan
Terbatas/Perusahaan Daerah atau dari calon anggota bagi bank yang berbentuk hukum
koperasi, bahwa pelunasan modal tersebut tidak berasal dari pinjaman atau fasilitas
pembiayaan dalam bentuk apapun dari bank dan/atau pihak lain di Indonesia, juga tidak
8. Surat pernyataan tidak merangkap jabatan dari anggota dewan komisaris sebagai anggota
dewan komisaris pada lebih dari tiga bank lain atau sebagai anggota direksi pada bank
umum
9. Surat pernyataan tidak merangkap jabatan dari anggota direksi sebagai anggota komisaris,
direksi atau pejabat eksekutif lainnya pada lembaga perbankan, perusahaan, atau lembaga
lain
10. Surat pernyataan dari anggota dewan komisaris dan anggota direksi bahwa yang
BPR beroperasi dan tidak akan mengundurkan diri, kecuali mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari BI
11. Surat pernyataan dari anggota direksi bahwa yang bersangkutan tidak mempunyai
hubungan keluarga dengan anggota direksi lainnya dalam hubungan sebagai orang tua
termasuk mertua, anak termasuk menantu, saudara kandung termasuk ipar dan suami istri,
juga dengan dewan komisaris dalam hubungan sebagai orangtua, anak dan suami istri.
pernyataan disetujui atau ditolak. Dalam rangka memberikan persetujuan atau penolakan,
BI terlebih dahulu akan melakukan penelitian; atas kelengkapan dan kebenaran dokumen
serta wawancara dengan pemilik; anggota dewan komisaris dan direksi dalam hal terdapat
penggantian atas calon yang diajukan, namun bila tidak ada penggantian, maka tidak
Dengan dikeluarkannya izin usaha oleh BI, maka bank yang bersangkutan wajib
dikeluarkan izin usaha tersebut. apabila setelah jangka waktu tersebut lewat namun bank
belum melakukan kegiatan usahanya, maka Direksi BI akan membatalkan izin yang telah
dikeluarkannya.
Pencabutan izin usaha suatu bank merupakan tindakan yang amat menyakitkan
guna mengeluarkan suatu bank yang sedang dalam kesulitan yang membahayakan
kelangsungan usahanya dan tidak dapat dilaksanakan lagi, yang harus di keluarkan dari
atribusi,bank indonesia dapat mencabut usaha suatu bank yang mengalami kesulitan yang
membahayakan sistem perbankan.Pencabutan izin usaha suatu bank oleh bank indonesia
merupakan tindakan trakhir bila kesulitan yang dihadapi bank yang bersangkutan tidak
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 menetapkan dua
alasan hukum yang memungkinkan suatu bank dicabut izin usahanya oleh Bank Indonesia,
yaitu :
a. Apabila menurut penilaian Bank Indonesia keadaan suatu bank membahayakan sistem
perbankan; atau
b. Apabila menurut penilaian Bank Indonesia suatu bank mengalami kesulitan yang
Berdasarkan salah satu alasan hukum tersebut, Bank Indonesia dapat mencabut izin
usaha suatu bank dan kemudian memerintahkan direksi bank yang dicabut izin usahanya
tersebut untuk segera membubarkan badan hukum dan melikuidasi bank yang
bersangkutan.
Likuidasi bank merupakan kelanjutan dari pelaksanaan pencabutan ijin usaha bank.
pembayaran kewajiban bank kepada para kreditur dari hasil pencairan dan atau penagihan
tersebut; atau
2. Pengalihan seluruh harta dan kewajiban bank kepada pihak lain yang disetujui oleh BI.
kewajiban bank sebagai akibat pencabutan izin usaha dan pembubaran badan hukum bank.
Jadi, likuidasi bank bukanlah sekedar pencabutan izin usaha dan pembubaran badan hukum
bank, tetapi berkaitan dengan proses penyelesaian segala hak dan kewajiban dari suatu
Sebagai akibat dari likuidasi terhadap bank nasional swasta terdapat pihak yang
1. Nasabah Deposan
dan lain lain terancam keselamatannya. Ketika bank – bank tersebut dilikuidasi,
simpanannya paling banyak Rp.20 juta, sedangkan sisanya menunggu pemberitahuan lebih
lanjut (menunggu ketentuan dari tim likuidasi bank yang akan dibentuk).
2. Nasabah Kredit
Sebagian dari nasabah kredit ini sudah menandatangani perjanjian kerja kredit (PK)
namun sebelum seluruh pinjamannya dicairkan atau ditarik oleh nasabah. Hal ini
disebabkan oleh adanya klausul dalam PK pencairan nasabah kredit dilakukan secara
Adapun calon dari Tim Likuidasi wajib terlebih dahulu memperoleh persetujuan
menyatakan bahwa apabila Rapat Umum pemegang saham tidak dapat diselenggarakan
dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari sejak tanggal pencabutan izin usaha, atau dapat
diselenggarakan namun tidak berhasil memutuskan pembubaran badan hukum bank dan
pembentukan Tim Likuidasi, Pimpinan Bank Indonesia meminta kepada Pengadilan untuk
Bank Indonesia.
Berikut beberapa yang menjadi tugas atau kewajiban dari Tim Likuidasi di
antaranya adalah :
1) Mendaftarkan dalam Daftar Perusahaan dan di Panitera Pengadilan Negeri yang meliputi
tempat kedudukan bank yang bersangkutan mengenai pembubaran badan hukum bank dan
pembubaran badan hukum ini diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia dan 2
(dua) surat kabar harian yang mempunyai peredaran luas dan diberitahukan kepada instansi
yang berwenang dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal pembentukan
Tim Likuidasi;
3) Melakukan inventarisasi kekayaan dan kewajiban bank dalam likuidasi serta bertanggung
4) Melakukan likuidasi aset melalui pencairan harta dan atau penagihan piutang kepada para
debitur;
kepada kreditur maupun pihak ketiga lainnya dari hasil pencairan dan atau penagihan
6) Meminta akuntan publik independen untuk melakukan audit atas neraca penutupan
likuidasi dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana hal ini di atur pada Pasal
21 Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999. Mengacu pada ketentuan ini, maka status
hukum dari BDL adalah masih tetap berbadan hukum hingga berakhirnya likuidasi. Namun
meskipun masih berbadan hukum, akan tetapi BDL sudah tidak dapat lagi menjalankan
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia dewasa ini tumbuh dengan sangat pesat.
Walaupun jumlah bank, jumlah kantor cabang dan jumlah asset bank syariah masih sangat
kecil jika di bandingkan dengan bank konvensional. Banyak faktor yang akan
mempengaruhi percepatan perbankan syariah di masa yang akan datang, salah satu faktor
yang sangat penting ialah faktor hukum, karena kelancaran suatu lembaga dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya ialah ketika memiliki perlindungan hukum.
Kebiasaan dan/atau tradisi hukum di negara republik Indonesia dalam membuat rancangan
undang-undang di zaman orde lama dan orde baru tidak pernah terdengar kata “syariat”.
Kata “syariat” itu baru muncul ketika rancangan undang-undang perbankan syariah di
usulkan menjadi undang-undang di zaman akhir periode orde baru dan zaman awal
reformasi. [1]
Di Indonesia Bank Syariah pertama kali didirikan tahun 1991 yaitu Bank Muamalat
Indonesia. Lahirnya BMI di Indonesia belum mempunyai payung hukum yang sah, bahkan
ketika BMI didirikan perbankan di Indonesia masih menggunakan UU No.14 tahun 1967.
setelah itu seiring berkembang pesatnya dunia perbankan maka pemerintah mengeluarkan
revisi UU No.14 th 1964 tersebut dengan meratifikasi UU No.7 tahun 1992 yang
mengandung ketentuan tentang bolehnya Bank beroperasi dengan sistem bagi hasil.
Kemudian berkat perjuangan kaum profesional dan cendekiawan, maka timbul amandemen
yang melahirkan UU No.10 tahun 1998 yang memuat ketentuan yang lebih rinci tentang
perbankan syariah. Perkembangan yang pesat pasca di sahkannya amandemen UU No.10
th 1998 tidak menyurutkan semangat para pejuang ekonomi islam untuk terus mendesak
pemerintah agar di sahkannya rancangan Undang-undang tentang Perbankan Syariah.
Alhasil, tanggal 17 juni 2008[2] pemerintah mensahkan Undang-undang No.21 tahun 2008
tentang Perbankan Syariah.
Lahirnya UU Perbankan Syariah ini kemudian di respon oleh banyak kalangan yang
setelah sekian lama menanti UU perbankan syariah ini. UU perbankan syariah akan
memberikan payung hukum bagi perbankan syariah yang berarti akan makin menguatkan
eksistensi perbankan syariah dan memberikan kepastian hukum bagi operasional
kelembagaan bank syariah beserta para pihak yang melakukan transaksi syariah, sehingga
di harapkan dengan disahkannya UU perbankan syariah ini akan timbul kepercayaan dari
calon nasabah atau investor dalam menjalin hubungan bisnis (muamalah).
Dalam Bab 1 pasal 1 UU No.21 tahun 2008 disebutkan bahwa perbankan syariah ialah
segala sesuatu yang menyangkut bank syariah dan unit-unit usaha syariah, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya.
Selain dalam Undang-undang No.21 tahun 2008 tentang perbankan Syariah, perbankan
syariah juga memiliki peraturan yang di muat dalam Peraturan bank Indonesia yang
selanjutnya disebut (PBI) yang dikeluarkan oleh Bank indonesia. Disebutkan dalam tahun
2008 Bank Indonesia telah mengeluarkan beberapa PBI khususnya yang berkaitan dengan
Bank Syariah, UUS dan BPR Syariah. Diantara PBI yang telah di keluarkan Bank
Indonesia tahun 2008 ialah sebagai berikut :
Selain Peraturan bank Indonesia, terdapat peraturan lain yang di keluarkan oleh Bank
Indonesia yakni Surat Edaran bank Indonesia. Beberapa surat Edaran bank indonesia yang
telah di keluarkan di tahun 2008 khususnya yang berkaitan dan mengikat Bank Syariah
ialah sebagai berikut :
1. Surat Edaran No. 10/14/DPbs tahun 2008 Tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah
Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana Dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa
Bank Syariah
2. Surat Edaran No. 10/35/DPbs tahun 2008 Tentang Restrukturisasi Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah Di Indonesia
3. Surat Edaran No. 10/36/DPbs tahun 2008 Atas Perubahan Surat Edaran No.
8/22/DPbs tahun 2006 Tentang Penilaian Kualitas Aktifa Bank Umum yang
Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prisnip Syariah.
4. Surat Edaran No. 10/31/DPbs tahun 2008 Produk Bank Syariah dan Unit Usaha
Syariah
Pada dasarnya hampir tidak ada perbedaan yang siginifikan di dalam struktur organisasi
antar Bank, kecuali Bank yang bergerak pada bidang Syariah dimana selain Dewan
Komisaris terdapat satu lagi struktur organisasi yang disebut Dewan Pengawas Syariah.
DPS ( dewan pengawas syariah) yang merupakan lembaga independen dalam
mengeluarkan fatwa yang berhubungan dengan semua masalah syariah agama islam.[3]
Dalam muamalah termasuk ekonomi DSN bertugas sebagai pengawasan operasional bank
dan produk-roduknya agar sesuai garis syarah. Hal ini dikarenakan bahwa bidang syariah
haruslah sesuai dengan kaidah/aturan-aturan tertentu yang bersumber pada syariat Islam,
sehingga dalam pelaksanaannya perlu pengawasan khusus.
1. Rahasia Bank
Hubungan antara bank dengan nasabahnya tidaklah sebatas hubungan kontraktual biasa,
tapi dalam hubungan tersebut terdapat pula kewajiban bagi bank untuk tidak membuka
rahasia dari nasabahnya kepada pihak lain manapun kecuali jika di tentukan oleh
perundang-undangan yang berlaku.[5]
Dari pengertian yang diberikan pasal 1 angka 14 dan pasal lainnya, dapat di tarik unsur-
unsur dari rahasia bank itu sendiri antara lain:
Undang-undang nomor 21 tahun 2008 pasal 41, 42(1), 42(2), 43(1), 43(2), 43(3), 44, 45,
46(1), 46(2), 47, 48, 49, 60(1), 60(2), 61 mengatur mengenai Rahasia bank dengan segala
pengecualian dan sanksinya.
Pengecualian rahasia bank yang di tegaskan dalam pasal 42(1), 43(1), 45, 46, 47, 48
meliputi :
þ Permintaan, persetujuan atau kuasa dari nasabah penyimpan yang di buat secara tertulis
þ Permintaan ahli waris yang sah dari Nasabah penyimpan yang telah meninggal dunia
Secara eksplisit ada dua jenis tindak pidana yang ditentukan dalam pasal 60(1), 60(2),61
Undang-undang nomor 21 tahun 2008 yang berkaitan dengan rahasia bank. Tindak pidana
tersebut berbunyi sebagai berikut :
Pasal 60
(1) setiap orang dengan sengaja tanpa membawa perintah tertulis atau izin dari Bank
Indonesia sebagimana dimaksud dalam pasal 42 dan 43 memaksa Bank Syariah, UUS, atau
pihak terafiliasi untuk memberikan keterangan, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 4(empat) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) dan paling banyak Rp, 200.000.000.000,00
(dua ratus milyar rupiah).
(2) Anggota direksi, komisaris, pegawai Bank Syariah atau Bank Umum Konvensional
yang memiliki UUS, atau pihak Terafiliasi lainnya denfan sengaja memberikan keterangan
yang wajib dirahasiakan sebagaimana dimaksud dalam pasal 41 dipidana dengan penjara
paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 4(empat) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp.4.000.000.000,00 (empat milyar rupiah) dan paling banyak Rp,
8.000.000.000,00 (delapan milyar rupiah).
Pasal 61
Anggota direksi, komisaris, pegawai Bank Syariah atau Bank Umum Konvensional yang
memiliki UUS yang dengan sengaja tidak memberikan keterangan yang wajib dipenuhi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 44, pasal 47, dan pasal 48 dipidana dengan penjara
paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7(tujuh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp.4.000.000.000,00 (empat milyar rupiah) dan paling banyak Rp,
15.000.000.000,00 (lima belas milyar rupiah).
BANK SENTRAL
1. Kewenangan Bank Sentral.
Adalah lembaga negara yg mempunyai wewenang untuk:
• mengeluarkan alat pembayaran yang sah di suatu Negara.
• merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter.
• mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.
• mengatur dan mengawasi perbankan.
• menjalankan fungsi sbg lender of last resort.
13. Pemeriksaan
• Utk memperoleh kebenaran informasi kegiatan usaha bank, serta kepatuhan bank terhadap
ketentuan.
• Meliputi: buku-buku, berkas-berkas, warkat, catatan, dokumen dan data elektronis,
termasuk salinannya.
• Pemeriksaan dilakukan terhadap:
– perusahaan induk.
– anak perusahaan.
– pihak terkait.
– pihak terafiliasi.
– debitur bank.