Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI

(ISOLASI MIKROORAGNISME)

Disusun oleh:

NAMA : LASINRANG ADITIA

NIM : 60300112034

KELAS : BIOLOGI A

KELOMPOK : II (Dua)

LABORATORIUM BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2014

@Copyright Lasinrang Aditia


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Mikrobiologi dengan judul “Isolasi


Mikroorganisme” yang disusun oleh:

Nama : Lasinrang Aditia


Nim : 60300112034
Kelas : Biologi A
Kelmpok : II (dua)

Telah diperiksa oleh Kordinator Asisten / Asisten dan dinyatakan diterima.

Samata-Gowa, November 2014

Kordinator Asisten Asisten

(Nabillah Purnawijaya) (Rahmania Sari)


6030111038 60300111056

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

(Eka Sukmawaty, S.Si, M.Si)

@Copyright Lasinrang Aditia


A. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat
memisahkan mikroba dari campurannya sehingga didapat kultur murni.
B. Dasar Teori
Mikroorganisme di alam hampir selalu dalam keadaan tercampur.
Campuran ini dapat sangat kompleks artinya banyak jenisnya atau walaupun
jenisnya sedikit sifatnya berbeda. Mungkin pula terdapat perbedaan sifat khusus
yang agak jauh walaupun dari sifat umumnya sama (Judoamidjojo, 1991).
Mikroorganisme terdapat dimana-mana didalam lingkungan kita mereka
ada pada tubuh kita, di dalam tubuh kita, dan di sekeliling kita. Mereka
merupakan komponen penting dalam ekosistem. Dihabitat alamiahnya, mereka
hidup dalam suatu komunitas yang terdiri dari berbagai jenis mikroorganisme,
bersama spesies-spesies biologi lainnya. Didalam komunitas ini, satu spesies
mikroba dapat mempengaruhi spesies lain dengan berbagai cara-cara beberapa
bersifat menguntungkan beberapa merugikan (Pelezar, 1988).
Isolasi suatu galur murni pada prinsipnya dapat dilakukan secara
bertingkat. Tingkat pertama bebas dilakukan secara manual yaitu dengan cra
sejauh mungkin mengencerkannya, seringkali sampai 10-4 atau 10-6. Tingkat
kedua adalah dengan media yang bersifat selektif bagi mikroba tertentu atau
beberapa mikroba tertentu yang mungkin masih satu golongan. Tingkat ketiga dari
koloni yang seolah-olah yang sudah mungkin masih perlu untuk diencerkan
kembali atau diisolasi ulang agar dapat lebih menyakinkan. Selanjutnya
diperlukan berbagai metode karakteristik sebagai pembuktian bahwa galur isolat
yag diperoleh benar-benar galur murni (Judoamidjojo, 1991).
Seperti semua bentuk kehidupan lain, mikroba membutuhkan zat-zat hara
dan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan. Pertama-tama media harus
mangandung senyawa-senyawa hara yang penting untuk pertumbuhan mikroba.
Disamping itu media harus juga memberikan lingkungan yang cocok bagi
pertumbuhan seperti pH, tekanan osmosis, oksigen dan lain-lain. Pada umumnya

@Copyright Lasinrang Aditia


semua media untuk pertumbuhan mikroba terdapat dalam dua bentuk yaitu media
cair (Broth media) dan media padat (Solid media) (Sutedjo, 1996).
Ada berbagai cara untuk mengisolasi bakteri dalam biakan murni yaitu,
cara pengenceran, cara penuanagan, cara penggesekan, atau penggoresan, cara
penyebaran, cara pengucilan 1 sel, dan cara inokulasi pada hewan. Masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangan (Waluyo, 2007).
Sifat-sifat umum suatu koloni tergantung pada besar kecilnya koloni. Ada
koloni yang hanya berupa suatu titik, ada pula yang melebar sampai menutup
permukaan medium. Adapun jenis koloni yaitu: koloni yang bulat, ada yang
memanjang, ada tepi yang rata, ada tepinya yang tidak rata. Kenaikan permukaan.
Ada koloni yang rata saja dengan permukaan medium, ada pula yang timbul,
yaitu menjulung tebal diatas permukaan medium. Halus-kasarnya permukaan.
Ada koloni yang permukaanya halus saja, ada yang permukaanya kasar tidak rata.
Koloni berdasarkan wajah permukaan, ada koloni yang permukaanya mengkilat,
ada yang permukaanya suram. Koloni berdasarkan warna, kebanyakan koloni
bakteri itu berwarna keputihan atau kekuning-kuningan, akan tetapi ada juga
kolini yang kemerah-merahan, coklat, jingga, biru, hijau dan ungu. Koloni
berdasarkan kepekatan, ada koloni yang lunak seperti lendir, ada yang lunak
seperti mentega ada yang keras dan kering (Dwidjoseputro, 2005).
C. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai
berikut:
Hari/tanggal : Kamis/06 November 2014
Waktu : 10.30-12.30 WITA
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi Lantai II
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Samata-Gowa

@Copyright Lasinrang Aditia


D. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu aluminium foil,
batang pengaduk, cawan petri, inkubator, labu erlenmeyer, laminar air flow
(LAF), mikropipet 0,1 mm dan 1 mm, neraca analitik, ose bulat, pembakar
bunsen, vortex, batang L, tip, dan tabung reaksi.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu air got, tanah,
aquadest, Nutrient Agar (NA), Potato Dextrose Agar (PDA), kapas, kertas,
plastik, label, dan karet.
E. Cara Kerja
Adapun cara kerja pada percobaan ini yaitu sebagai berikut:
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum ini.
b. Mensuspensikan sampel dan melarutkannya ke dalam aquadest.
c. Melakukan pengenceran bertingkat dengan melarutkan sampel padat ke dalam
aquadest 9 mL pada tabung reaksi pertama kemudian mengambil sebanyak 1
mL untuk dipindahkan ke tabung reaksi kedua yang berisi aquadest 9 mL,
begitu seterusnya sampai pengenceran 10-7.
d. Menghomogenkan sampel pada tiap pengenceran mulai dari 10-1–10-7
menggunakan vortex mixer.
e. Menanam suspensi dengan cara :
1) Menggunakan teknik spread plate (agar tabur ulas) pada sampel padat, yaitu
mengambil suspensi cairan sebanyak 0,1 mL dengan mikropipet kemudian
meneteskan di atas permukaan agar yang telah memadat. Kemudian
menyebarkannya dengan menggosokkannya pada permukaan agar
menggunakan batang L supaya tetesan suspensi merata sambil memutar-
mutar cawan, setelah itu menginkubasinya selama 24 jam.
2) Menggunakan teknik pour plate (agar tuang) pada sampel cair, yaitu
meneteskan 1 mL secara aseptis suspensi ke dalam cawan petri yang kosong

@Copyright Lasinrang Aditia


menggunakan mikropipet kemudian menuangkan media yang masih cair ke
cawan. Memutar cawan untuk menghomogenkan suspensi bakteri dan
media, kemudian menginkubasinya selama 24 jam.
3) Menggunakan teknik goresan, yaitu :
a. Untuk goresan sinambung, menyentuhkan ose bulat yang telah dipijarkan
lalu didinginkan pada koloni dan menggores secara kontinyu sampai
setengah permukaan agar kemudian memutar cawan 180o untuk
melanjutkan goresan sampai habis. Membakar sekeliling tutup cawan dan
memijarkan kembali ose yang telah digunakan. Setelah itu
menginkubasinya selama 24 jam.
b. Untuk goresan kuadran, membagi cawan menjadi 4 bagian kemudian
menginokulasi daerah 1 dengan streak zig-zag dengan ose yang telah
dipijarkan dan didinginkan. Memanaskan ose dan mendinginkannya
kembali kemudian melanjutkan streak zig-zag pada daerah 2. Begitu pula
pada daerah 3 dan 4. Membakar sekeliling tutup cawan dan memijarkan
kembali ose. Setelah itu menginkubasinya selama 24 jam.
F. Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Pengenceran
a. Sampel air got
1). Pengenceran 10-6

Nutrien Agar (NA) Potato Dextrose Agar (PDA)

@Copyright Lasinrang Aditia


2). Pengenceran 10-7

Nutrien Agar (NA) Potato Dextrose Agar (PDA)


b. Sampel tanah
1). Pengenceran 10-6

Nutrien Agar (NA) Potato Dextrose Agar (PDA)


2). Pengenceran 10-7

Nutrien Agar (NA) Potato Dextrose Agar (PDA)

@Copyright Lasinrang Aditia


2. Metode tuang
a. Sampel tanah

Nutrien Agar (NA) Potato Dextrose Agar (PDA)


3. Metode sebar
a. Sampel air got

Nutrien Agar (NA) Potato Dextrose Agar (PDA)

@Copyright Lasinrang Aditia


4. Metode gores
a. Sinambung
1). Sampel tanah

Nutrien Agar (NA) Potato Dextrose Agar (PDA)


2). Sampel air got

Nutrien Agar (NA) Potato Dextrose Agar (PDA)

@Copyright Lasinrang Aditia


b. Kuadran
1). Sampel tanah

Nutrien Agar (NA) Potato Dextrose Agar (PDA)


2). Sampel air got

Nutrien Agar (NA) Potato Dextrose Agar (PDA)


G. Pembahasan
Isolasi mikroba adalah merupakan cara untuk memisahkan atau
memindahkan mikroba tertentu dari lingkungan, sehingga mendapatkan kultur
murni atau biakan murni. Pada praktikum ini digunakan teknik yang biasa
digunakan dalam mengisolasi mikroba yaitu diawali dengan tahap pengenceran.

@Copyright Lasinrang Aditia


Perbandingan antar berat sampel dengan pengenceran pertama adalah 1 : 9 (w/v).
Untuk sampel berupa cairan langsung dilakukan pengenceran dan kemudian
dilakukan penanaman. Pengambilan suspense diambil dari pengenceran terakhir
dengan tujuan isolasi (mendapatkan koloni tunggal).
1. Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan pada sampel tanah yaitu jika mikroorganisme
yang diinginkan kemungkinan berada dalam tanah, maka cara pengambilannya
disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan. Misal jika yang diinginkan
mikroorganisme Rhizosfer maka sampel diambil dari sekitar perakaran dekat
permukaan hingga ujung. Pada percobaan ini tanah diambil disembarang
tempat karena kita hanya ingin mengisolasi bakteri yang tidak ditentukan.
Teknik pengambilan pada sampel air yaitu pengambilan sampel air
bergantung kepada keadaan air itu sendiri. Jika berasal dari air sungai yang
mengalir maka botol dicelupkan miring dengan bibir botol melawan arus air.
Jika ingin mengambil sampel dari air kran maka sebelumnya dialirkan dulu
beberapa saat dan muulut kran dibakar. Pada percobaan ini sampel yang
diambil adalah air got dengan cara memiringkan bib ir botol dalam air got
tersebut sampai botol tersebut terisi sesuai kebutuhan.
2. Teknik goresan
Metode goresan merupakan teknik mengisolasi mikroorganisme dari
campurannya atau meremajakan kultur ke dalam medium baru.
a) Goresan sinambung
Prosedur kerjanya adalah inokulum loop (ose) disentuhkan pada
koloni bakteri dan gores secara kontinyu sampai setengah permukaan agar.
Lalu cawan petri diputar 180o dan dilanjutkan goresan sampai habis.
Goresan sinambung umumnya digunakan bukan untuk mendapatkan koloni
tunggal, melainkan untuk peremajaan ke cawan atau medium baru,
kemudian menginkubasinya selama 24 jam.

@Copyright Lasinrang Aditia


b) Goresan kuadran (Streak quadrant)
Untuk goresan T Prosedur kerjanya adalah cawan petri dibagi
menjadi 3 bagian menggunakan spidol dan daerah tersebut diinokulasi
dengan streak zig-zag. Ose dipanaskan dan didinginkan, lalu distreak zig-
zag pada daerah berikutnya. Sedangkan goresan kuadran yaitu hampir sama
dengan goresan T, namun berpola goresan yang berbeda yaitu dibagi empat.
Daerah 1 merupakan goresan awal sehingga masih mengandung banyak sel
mikroorganisma. Goresan selanjutnya dipotongkan atau disilangkan dari
goresan pertama sehingga jumlah semakin sedikit dan akhirnya terpisah-
pisah menjadi koloni tunggal, kemudian menginkubasinya selama 24 jam.
3. Teknik pengenceran
Tujuan dari pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi
jumlah mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Penentuan besarnya atau
banyaknya tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba
dalam sampel. Digunakan perbandingan 1 : 9 untuk sampel dan pengenceran
pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya mengandung 1/10
sel mikroorganisma dari pengenceran sebelumnya.
Prosedur dari pegenceran bertingkat yaitu pertama-tama sampel yang
mengandung bakteri dimasukan ke dalam tabung pengenceran pertama (1/10
atau 10-1) secara aseptis (dari preparasi suspensi). Perbandingan berat sampel
dengan volume tabung pertama adalah 1 : 9 dan ingat akuades yang digunakan
jika memakai teknik rinse dan swab sudah termasuk pengencer 10-1. Setelah
sampel masuk lalu dilarutkan dengan mengvortex. Selanjutnya mengambil 1
ml dari tabung 10-1 dengan pipet ukur kemudian dipindahkan ke tabung 10-2
secara aseptis kemudian mengvortex sampai homogen. Pemindahan
dilanjutkan hingga tabung pengenceran terakhir dengan cara yang sama karena
pada percobaan ini dilakukan pengenceran 10-7 maka hanya sampai
pengenceran 10-7, hal yang perlu diingat bahwa tip mikropipet yang digunakan
harus selalu diganti, artinya setiap tingkat pengenceran digunakan tip

@Copyright Lasinrang Aditia


mikropipet steril yang berbeda/baru. Prinsipnya bahwa tip mikropipet tidak
perlu diganti jika memindahkan cairan dari sumber yang sama. Jadi untuk
pengenceran sampel tanah maupun air got dilakukan dengan cara seperti di
atas.
4. Teknik penanaman
Metode sebar (spread plate) adalah teknik menanam dengan
menyebarkan suspensi bakteri di permukaan agar diperoleh kultur murni.
Adapun prosedur kerja yang dapat dilakukan adalah mengambil suspensi
cairan senamyak 0,1 ml dengan pipet ukur kemudian teteskan diatas
permukaan agar yang telah memadat. Kemudian mengambil batang L atau
batang kemudian disemprot alkohol dan dibakar diatas bunsen beberapa saat,
kemudian didinginkan dan ditunggu beberapa detik. Kemudian disebarkan
dengan menggosokannya pada permukaan agar supaya tetesan suspensi merata,
penyebaran akan lebih efektif bila cawan ikut diputar. Hal yang perlu diingat
bahwa batang L yang terlalu panas dapat menyebabkan sel-sel mikroorganisme
dapat mati karena panas.
Metode tuang (pour plate): teknik ini memerlukan agar yang belum
padat (>45oC) untuk dituang bersama suspensi bakteri ke dalam cawan petri
lalu kemudian dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Hal ini akan
menyebarkan sel-sel bakteri tidak hanya pada permukaan agar saja melainkan
sel terendam agar (di dalam agar) sehingga terdapat sel yang tumbuh
dipermukaan agar yang kaya O2 dan ada yang tumbuh di dalam agar yang tidak
banyak begitu banyak mengandung oksigen. Adapun prosedur kerja yang
dilakukan adalah menyiapkan cawan petri steril, tabung pengenceran yang
akan ditanam dan media padat yang masih cair (>45oC), kemudian meneteskan
1 ml secara aseptis, suspensi sel kedalam cawan kosong, lalu menuangkan
media yang masih cair ke cawan petri kemudian putar cawan petri untuk
menghomogenkan suspensi bakteri dan media, kemudian diinkubasi. Alasan
diteteskannya bakteri sebanyak 0,1 ml untuk spread plate dan 1 ml untuk pour

@Copyright Lasinrang Aditia


plate karena spread plate ditujukan untuk menumbuhkan dipermukaanya saja,
sedangkan pour plate membutuhkan ruang yang lebih luas untuk
penyebarannya sehingga diberikan lebih banyak dari pada spread plate.
5. Jumlah koloni
Pada percobaan ini jumlah koloni yang didapatkan pada sampel air got
metode sebar pengenceran 10-6 dengan media PDA yaitu 5 jenis koloni dan
pada pengenceran 10-7 dengan media PDA yaitu 4 jenis koloni.
6. Perbandingan antara hasil pengamatan dengan jurnal
Perbandingan antara hasil pengamatan dengan jurnal yaitu sama,
dimana jika pertumbuhannya terlalu rapat hasilnya akan sulit dipertanggung
jawabkan, demikian juga dengan pertumbuhan yang terlalu jarang sehingga
diperlukan pemilihan cawan petri yang pertumbuhan koloni bakterinya yang
paling layak untuk dihitung, biasanya diambil dari cawan petri yang
pertumbuhan koloninya berkisar 30-300 koloni/cawan petri.
H. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah teknik isolasi
mikroorganisme adalah suatu usaha untuk menumbuhkan mikroba di luar dari
lingkungan alamiahnya untuk memperoleh biakan murni. Biakan murni yaitu
mikroba yang sudah tidak bercampur lagi dengan mikroba lainnya. Teknik yang
digunakan untuk teknik isolasi mikroba adalah teknik penanaman dari suspensi,
yaitu metode tuang dan sebar. Teknik penanaman dengan goresan, yaitu metode
goresan sinambung, goresan T, kuadran, dan radian serta metode tangkap.Medium
yang digunakan untuk biakan murni adalah medium NA untuk biakan bakteri
dengan sumber isolat berupa air tahu dan air galon, dan medium PDA untuk
biakan fungi dengan sumber isolat berupa bakso dan tahu.

@Copyright Lasinrang Aditia


DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan, 2005.
Judoamidjojo, Muljono. Teknologi Fermentasi. Bogor: IPB, 1991.
Pelczar. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press, 1988.
Sutedjo, Mul Mulyani. Mikrobiologi Tanah. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996.
Waluyo, L. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press, 2007.

@Copyright Lasinrang Aditia

Anda mungkin juga menyukai