Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

HERNIA INGUINALIS LATERALIS (HIL) DI RUANGAN OK


RSUD BLAMBANGAN BANYUWANGI

TAHUN 2019

OLEH :
NI MADE ESTA MARIANI
2019.04.050

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

BANYUWANGI

2019
LAPORAN PENDAHULUAN
HERNIA INGUINALIS LATERALIS (HIL)

Anatomi dan Fisiologi Hernia


Kanalis inguinalis dibatasi dikraniolateral oleh anulus inguinalis internus yang
merupakan bagian terbuka dari fasia transpersalis dan aponeurosis muskulo-tranversus
abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis
eksternus,bagian terbuka dari aponeurosis muskulo-oblikus eksternus. Atapnya adalah
aponeurosis muskulo-oblikus eksternus, dan di dasarnya terdapat ligamentum inguinal.
Kanal berisi tali sperma pada lelaki, dan ligamentumrotundum pada perempuan. Hernia
inguinalis indirek, disebut juga herniainguinalis lateralis, karena keluar dari peritonium
melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior,
kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol
keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke
skrotum, ini disebut hernia skrotalis (Sjamsuhidayat, 2004).

Fisiologi

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik
peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan
prosesus vaginalis peritonei.

Pada bayi yang sudah lahir, umumnya proses ini telah mengalami obliterasi sehingga isi
rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut namun dalam beberapa hal, seringkali
kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis
kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka.
Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan (Mansjoer,
2002).

A. Defenisi
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang keluar dari rongga peritonium melalui
anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian
hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis, dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari
anulus inguinalis eksternus, apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum dan
terjadi perlengketan (Sjamsuhidajat, 1997).
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus atau
lateralis menyelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga perut melalui anulus inguinalis
externa atau medialisis (Arif Mansjoer dkk, 2001).
Klafikasi Hernia
 Menurut lokalisasi atau topografinya : Hernia inguinalis (medialis dan lateralis), hernia
umbilikalis femoral dan sebagainya.
 Menurut isinya : Hernia usus halus, hernia omentum dan sebagainya.
 Menurut terlihat atau tidaknya. Bila terlihat disebut hernia eksterna misalnya hernia
inguinalis, hernia skrotalis dan sebagainya. Sedang bila tidak terlihat dari luar disebut
hernia interna, contohnya hernia diafgramatika, hernia foramen Winslowi, hernia
obturatoria dan sebagainya.
 Hernia menurut kausanya : Hernia traumatika, hernia insisional dan sebagainya.
 Menurut keadaan : Hernia reponibilis, hernia ireponibilis, hernia inkaserata, hernia
strangulata.
 Disebut reponibilis, bila isi hernia dapat dimasukkan kembali. Bila tidak dapat
dimasukkan kembali maka disebut hernia ireponibilis.
 Bila selain tidak dapat masuk terdapat juga gangguan jalannya isi usus, maka dinamakan
hernia inkarserata. Bila selain inkarserasi terdapat gangguan sirkulasi darah, maka
keadaan itu disebut hernia strangulata.

B. Etiologi
1. Faktor congenital
Pada pria terdapat suatu processus yang berasal dari peritoneum parietalis, yang dalam
masa intra uterin merupakan guide yang diperlukan dalam desenskus testikulorm,
processus ini seharusnya menutup. Bila testis tidak sampai ke skrotum, processus ini
tetap akan terbuka, atau bila penurunan baru terjadi 1 – 2 hari sebelum kelahiran,
processus ini belum sempat menutup dan pada waktu lahir masih tetap terbuka.
2. Faktor utama
Terjadi setelah operasi sebagai akibat gangguan penyembuhan luka.
3. Faktor umur dan jenis kelamin
Orang tua lebih sering daripada anak muda, pria lebih banyak dari pada wanita.
4. Faktor adipositas
Pada orang gemuk jaringan lemaknya tebal tetapi dinding ototnya tipis sehingga mudah
terjadi hernia.
5. Faktor kelemahan muskulo aponeurosis
Biasanya ditemukan pada orang kurus.
6. Faktor tekanan intra abdominal
Ditemukan pada orang-orang dengan batuk yang kronis, juga pada penderita dengan
kesulitan miksi seperti hypertrofi prostat, gangguan defekasi, serta pada orang yang
sering mengangkat berat.
C. Patofisiologi
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah factor congenital
yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan yang dapat
menyebabkan masuknya isi rongga pertu melalui kanalis inguinalis faktor yang kedua adalah
faktor yang dapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan
factor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup panjang maka
akan menonjol keluar dari annulus ingunalis ekstermus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan
akan sampai ke skrotum karena kanal inguinalis berisi talis perma pada laki-laki, sehingga
menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun manual juga ada
yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara
isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan
kembali. Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga
aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia akan
mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala illeus yaitu
gejala abstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang akan
menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan iskemik. Isi hernia ini akan
menjadi nekrosis. Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya
dapat menimbulkan abses local atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut.
Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltikusus yang bisa menyebabkan
konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala illeus yaitu perut kembung,
muntahdan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul lebih berat dan kontinyu, daerah
benjolanmenjadi merah.
D. Manifestasi Klinik
1. Pada orang dewasa
a. Laki-laki
1) Benjolan di daerah inguinal dapat mencapai skrotum.
2) Benjolan timbul bila berdiri atau mengejan dan bila berdiri lama/mengejan kuat
maka benjolan makin membesar.
3) Terasa nyeri bila terjadi incarserata dan terasa kram apabila benjolannya besar.
b. Wanita
Benjolan dapat mencapai labium majus.
2. Pada anak-anak
Bila menangis, timbul benjolan pada abdomen bagian bawah, dapat mencapai skrotum
atau labium majus, bila berbaring benjolan akan hilang karena isi kantong hernis masuk
ke dalam kavum abdomen.
E. Komplikasi
1. Perlekatan / hernia akreta
2. Hernia irreponibel
3. Jepitan → vaskularisasi terganggu → iskhemi → gangrene → nekrosis
4. Infeksi
5. Obstipasi → obstruksi / konstipasi
6. Hernia incarserata → Illeus

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
2. Rontsgen
3. EKG
4. USG
G. Penatalaksanaan
Pengobatan konservatif terbatas mulai tindakan melakukan reposisi. Dan pemakaian penyangga
atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Indikasi operasi sudah
ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan
hernioplastik. Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya,
kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian direposisi. Kantong
hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Pada hernioplastik dilakukan tindakan
memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. (R.
Sjamsuhidajat dan Wim de Jong).

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Tahap awal dalam prosesasuhan keperawatan dan merupakan suatu proses sistemik
dalam pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi :
a. Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama,
tanggal MRS , diagnose medis, nomor register
b. Keluhan utama/ alasan masuk rumah sakit : Keluhan MRS, keluhan saat
pengkajian
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit masalalu
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Riwayat psikososial dan status spiritual : aspek sosial, aspek spiritual
g. Pola kebiasaan sehari-hari : Pola nutrisi sebelum sakit dan saat sakit, pola
eliminasi BAB dan BAK sebelum sakit, BAB dan BAK saat sakit
h. Pemeriksaan Fisik
i.
2. Diagnosa Keperawatan, Kriteria Hasil dan Intervensi

a. Sebelum operasi :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan nyeri pasien bisa berkurang

KH : Nyeri berkurang sampai hilang secara bertahap pasien dapat beradaptasi


dengan nyeri.

Intervensi :
 Obsevasi tanda tanda vital
 Observasi keluhan nyeri, jenis dan intensitas nyeri
 Beri posisi tidur yang nyaman.
 Ciptakan lingkungan yang tenang.
 Kolaborasi dengan tim medis lainnya untuk pemberian obat

2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan pasien bisa kembali nyaman

KH : Pasien merasa nyaman, dan tetap tenang

Intervensi :
 Observasi tanda-tanda vital
 Berikan lingkungan yang nyaman
 Ajarkan pasien teknik distraksi relaksasi
 Kolaborasi dengan tim medis lainnya

3. Ansietas anak berhubungan perubahan besar


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan cemas pasien bisa berkurang dan teratasi.

KH : Ekspresi wajah tenang, tidak gelisah.


Intervensi :
 Kaji tingkat kecemasan orang tua
 Jelaskan prosedur persiapan operasi seperti pengambilan darah, waktu puasa
dan jam operasi.
 Dengarkan keluhan orang tua.
 Beri kesempatan pada orang tua untuk bertanya.
 Jelaskan pada orang tua tentang apa yang akan dilakukan di kamar operasi
dengan terlebih dahulu dilakukan pembiusan.
 Jelaskan keadaan pasien setelah operasi.

Anda mungkin juga menyukai