Anda di halaman 1dari 41

Telah disetujui/diterima Pembimbing

Hari/Tanggal :
Tanda Tangan :

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH KONTEKS INDIVIDU


PROGRAM PROFESI NERS

LAPORAN KMB
Oleh : Tirta Wiranda, S.Kep

NIM:736080719045

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MITRA BUNDA PERSADA BATAM
T.A. 2019-2020

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


Telah disetujui/diterima Pembimbing
Hari/Tanggal :
Tanda Tangan :

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH KONTEKS INDIVIDU


PROGRAM PROFESI NERS

LAPORAN
PENDAHULUANPERIOPERATIF
(Pre, Intra & Post Operasi)

Oleh :Tirta Wiranda,S.KEP

NIM:736080719032

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MITRA BUNDA PERSADA BATAM
T.A. 2019-2020

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


BAB I
PERIOPERATIF

A. Definisi
Keperawatan Perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pengalaman pembedahan pasien. Kata perioperatif adalah gabungan dari tiga fase
pengalaman pembedahan yaitu: pre operatif, intra operatif dan post operatif.
Dalam setiap fase tersebut dimulai dan diakhiri dalam waktu tertentu dalam urutan
peristiwa yang membentuk pengalaman bedah, dan masing-masing mencakup
rentang perilaku dan aktivitas keperawatan yang luas yang dilakukan oleh perawat
dengan menggunakan proses keperawatan dan standar keperawatan (Brunner &
Suddarth, 2010).
Masing-masing tahap mencakup aktivitas atau intervensi keperawatan dan
dukungan dari tim kesehatan lain sebagai satu tim dalam pelayanan pembedahan
(Majid, 2011).
Peri0peratif merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai dari
prabedah (preoperatif), bedah (intraoperatif), dan pascabedah (postoperatif)
(Alimul Aziz, 2009).

B. Etiologi
Menurut Brunner dan Suddarth (2010), pembedahan dapat dilakukan untuk
berbagai alasan seperti:
a. Diagnostik seperti dilakukan biopsi atau laparatomi eksplorasi
b. Kuratif seperti ketika mengeksisi masa tumor atau mengangkat apendiks
yang terjadi inflamasi.
c. Reparati seperti memperbaiki luka yang multipek.
d. Rekonstruktif atau Kosmetik seperti perbaikan wajah.
e. Paliatif seperti ketika harus menghilangkan nyeri atau memperbaiki
masalah contoh ketika selang gastrostomi dipasang untuk
mengkompensasi terhadapkemampuan untuk menelan makanan

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


C. Fase Operasi
Menurut Brunner dan Suddarth (2010), fase perioperatif mencakup tiga fase dan
pengertiannya yaitu :
a. Fase Pre operatif
Fase pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif
yang dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir
ketika pasien dipindahkan dimeja operasi untuk dilakukan tindakan
pembedahan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan selama waktu
tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien di tatanan klinik
ataupun rumah, wawancara preoperatif dan menyiapkan pasien untuk anestesi
yang diberikan pada saat pembedahan.
Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu sebagai
berikut :
1) Persiapan Psikologi
Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi
emosinya tidak stabil. Hal ini dapat disebabkan karena takut akan
perasaan sakit atau keeadaan sosial ekonomi dari keluarga. Maka hal ini
dapat diatasi dengan memberikan penyuluhan untuk mengurangi
kecemasan pasien.
Meliputi penjelasan tentang peristiwa operasi, pemeriksaan
sebelum operasi (alasan persiapan), alat khusus yang diperlukan,
pengiriman ke ruang bedah, ruang pemulihan, kemungkinan pengobatan-
pengobatan setelah operasi, bernafas dalam dan latihan batuk, latihan
kaki, mobilitas dan membantu kenyamanan.
2) Persiapan Fisiologi
Persiapan fisiologi meliputi diet (puasa), pada operasi dengan
anastesi umum, 8 jam menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan
makan, 4 jam sebelum operasi pasien tidak diperbolehkan minum. Pada
operasai dengan anastesi lokal/spinal anastesi makanan ringan
diperbolehkan. Tujuannya supaya tidak aspirasi pada saat pembedahan,
mengotori meja operasi dan mengganggu jalannya operasi.
3) Persiapan Perut

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


Pemberian leuknol/lavement sebelum operasidilakukan pada
bedah saluran pencernaan atau pelvis daerah periferal. Tujuannya
mencegah cidera kolon, mencegahkonstipasi dan mencegah infeksi
4) Persiapan Kulit: Daerah yang akan dioperasi harus bebas darirambut.
5) Hasil Pemeriksaan: Hasil laboratorium, foto rontgen, ECG, USG.
6) Persetujuan Operasi/inform consent, izin tertulis dari pasien/keluarga
harus tersedia.
b. Fase Intra operatif
Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindahkan ke
instalasi bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan.
Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup pemasangan IV cath,
pemberian medikasi intaravena, melakukan pemantauan kondisi fisiologis
menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan
pasien. Contoh: memberikan dukungan psikologis selama induksi anestesi,
bertindak sebagai perawat scrub, atau membantu mengatur posisi pasien
diatas meja operasi dengan menggunakan prinsip - prinsip dasar kesimetrisan
tubuh.
Prinsip tindakan keperawatan selama pelaksanaan operasiyaitu
pengaturan posisi karena posisi yang diberikan perawat akanmempengaruhi
rasa nyaman pasien dan keadaan psikologis pasien. Faktoryang penting untuk
diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien adalah:
1) Letak bagian tubuh yang akan dioperasi
2) Umur dan ukuran tubuh pasien.
3) Tipe anaesthesia yang digunakan.
4) Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (arthritis).
Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien: atur posisi pasien
dalam posisi yang nyaman dan sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka
area yang akan dibedah dan kakinya ditutup dengan duk. Anggota tim asuhan
pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua bagian. Berdasarkan kategori
kecil terdiri dari anggota steril dan tidak steril:
1) Anggota steril, terdiri dari: ahli bedah utama atau operator, asisten ahli
bedah, Scrub Nurse atau perawat instrumen

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


2) Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari : ahli atau pelaksanaana anastesi,
perawat sirkulasi dan anggota lain (teknisi yang mengoperasikan alat-alat
pemantau yang rumit).
c. Fase Post operatif
Fase Post operatif merupakan tahap lanjutan dari perawatan preoperatif
dan intra operatif yang dimulai ketika klien diterima di ruang pemulihan
(recovery room) pasca anaestesi dan berakhir sampai evaluasi tindak lanjut
pada tatanan klinik atau di rumah. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan
mencakup rentang aktivitas yang luas selama periode ini.
Pada fase ini fokus pengkajian meliputi efek agen anestesi dan
memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas keperawatan
kemudian berfokus pada peningkatan penyembuhan pasien dan melakukan
penyuluhan, perawatan tindak lanjut dan rujukan yang penting untuk
penyembuhan dan rehabilitasi serta pemulangan ke rumah. Fase post operatif
meliputi beberapa tahapan, diantaranya adalah:
1) Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca anastesi
(recovery room): Pemindahan ini memerlukan pertimbangan khusus
diantaranya adalah letak insisi bedah, perubahan vaskuler dan pemajanan.
Pasien diposisikan sehingga ia tidak berbaring pada posisi yang
menyumbat drain dan selang drainase.
Selama perjalanan transportasi dari kamar operasi ke ruang pemulihan
pasien diselimuti, jaga keamanan dan kenyamanan pasien dengan
diberikan pengikatan diatas lutut dan siku serta side rail harus dipasang
untuk mencegah terjadi resiko injuri. Proses transportasi ini merupakan
tanggung jawab perawat sirkuler dan perawat anastesi dengan koordinasi
dari dokter anastesi yang bertanggung jawab.
2) Perawatan post anastesi di ruang pemulihan atau unit perawatan pasca
anastesi: Setelah selesai tindakan pembedahan, pasien harus dirawat
sementara di ruang pulih sadar (recovery room: RR) atau unit perawatan
pasca anastesi (PACU: Post Anasthesia Care Unit) sampai kondisi pasien
stabil, tidak mengalami komplikasi operasi dan memenuhi syarat untuk
dipindahkan ke ruang perawatan (bangsal perawatan).
PACU atau RR biasanya terletak berdekatan dengan ruang operasi.
Hal ini untuk mempermudah akses :

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


a) perawat yang disiapkan dalam merawat pasca operatif (perawat
anastesi).
b) ahli anastesi dan ahli bedah
c) alat monitoring dan peralatan khusus penunjang lainnya.
Adapun penilaian keadaan pasien selama di ruang RR (Recovery
Room) sebelum di pindahkan ke ruang perawatan atau masih perlu di
observasi adalah sebagai berikut:

ALDRETE SCORE STEWARD SCORE


SKOR SKOR
(DEWASA) (ANAK-ANAK)
Penilaian : Penilaian :
Nilai Warna Pergerakan
Merah muda 2 Gerak bertujuan 2
Pucat 1 Gerak tak bertujuan 1
Sianosis 0 Tidak bergerak 0

Pernapasan Pernapasan
Dapat bernapas dalam dan batuk 2 Batuk, menangis 2
Dangkal namun pertukaran udara Pertahankan jalan napas 1
adekuat 1 Perlu bantuan 0
Apnoea atau obstruksi 0
Kesadaran
Sirkulasi
Menangis 2
Tekanan darah < 20% dari 2 Bereaksi terhadap rangsangan 1
normal
Tekanan darah 20-50 % dari 1 Tidak bereaksi 0
normal
Tekanan darah > 50% dari 0
normal Jika jumlah > 5, penderita dapat
dipindahkan ke ruangan
Kesadaran
BROMAGE SCORE
(SPINAL ANASTESI) SKOR
Sadar, siaga dan orientasi 2
Bangun namun cepat kembali Penilaian :
1
tertidur Kriteria Nilai
Tidak ada respons 0
Gerakan penuh dari tungkai 0
Aktivitas Tak mampu ekstensi tungkai 1
Seluruh ekstremitas dapat
2 Tak mampu fleksi lutut 2
digerakkan
Dua ekstremitas dapat
1 Tak mampu fleksi
digerakkan 3
pergelangan kaki
Tidak bergerak 0

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


Jika jumlahnya > 8, penderita dapat Jika Bromage Score 2 dapat pindah ke
dipindahkan ke ruangan ruangan

D. Klasifikasi Perawatan Perioperatif


Menurut urgensi dilakukan tindakan pembedahan, maka tindakan
pembedahan dapat diklasifikasikan menjadi lima tingkatan, yaitu :
1) Kedaruratan Emergency
Pasien membutuhkan perhatian segera, gangguan mungkin mengancam jiwa.
Indikasi dilakukan pembedahan tanpa di tunda. Contoh : perdarahan hebat,
obstruksi kandung kemih atau usus, fraktur tulang tengkorak, luka tembak
atau tusuk, luka bakar sangat luas.
2) Urgent
Pasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan dapat dilakukandalam
24-30 jam. Contoh : infeksi kandung kemih akut, batu ginjal atau batu pada
uretra.
3) Diperlukan
Pasien harus menjalani pembedahan. Pembedahan dapat direncanakan dalam
beberapa minggu atau bulan. Contoh: Hiperplasia prostat tanpa obstruksi
kandung kemih, gangguan tiroid, katarak.
4) Elektif
Pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi pembedahan, bila tidak
dilakukan pembedahan maka tidak terlalu membahayakan. Contoh:
perbaikan Scar, hernia sederhana, perbaikan vaginal.
5) Pilihan
Keputusan tentang dilakukan pembedahan diserahkan sepenuhnya pada
pasien. Indikasi pembedahan merupakan pilihan pribadi dan biasanya terkait
dengan estetika. Contoh: bedah kosmetik.

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


E. Faktor Resiko Keperawatan Perioperatif
Menurut faktor resikonya, tindakan pembedahan di bagi menjadi:
a) Minor
Menimbulkan trauma fisik yang minimal dengan resiko kerusakanyang minim.
Contoh : insisi dan drainage kandung kemih, sirkumsisi.
b) Mayor
Menimbulkan trauma fisik yang luas, resiko kematian sangat serius. Contoh:
total abdominal histerektomi, reseksi colon, dan lain-lain.
F. Komplikasi yang Dapat Terjadi
a. Syok
Syok yang terjadi pada pasien bedah biasanya berupa syok hipovolemik.
Tanda-tanda syok adalah : Pucat, kulit dingin, basah, pernapasan cepat,
sianosis pada bibir, gusi dan lidah. Nadi cepat, lemah dan bergetar,
penurunan tekanan darah, urine pekat.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah kolaborasi dengan
dokter terkait dengan pengobatan yang dilakukan seperti terapi obat, terapi
pernapasan, memberikan dukungan psikologis, pembatasan penggunaan
energi, memantau reaksi pasien terhadap pengobatan, dan peningkatan periode
istirahat.
1) Perdarahan
Penatalaksanaannya pasien diberikan posisi terlentang dengan posisi tungkai
kaki membentuk sudut 20 derajat dari tempat tidur sementara lutut harus
dijag tetap lurus. Kaji penyebab perdarahan, Luka bedah harus selalu
diinspeksi terhadap perdarahan.
2) Trombosis vena profunda
Trombosis vena profunda adalah trombosis yang terjadi pada pembuluh
darah vena bagian dalam. Komplikasi serius yang bisa ditimbulkan adalah
embolisme pulmonari dan sindrom pasca plebitis.
3) Retensi urin
Retensi urine paling sering terjadi pada kasus-kasus pembedahan rektum,
anus dan vagina. Penyebabnya adalah adanya spasme spinkter kandung
kemih. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemasangan
kateter untuk membatu mengeluarkan urine dari kandung kemih.
4) Infeksi luka operasi (dehisiensi, evicerasi, fistula, nekrose, abses)

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


Infeksi luka post operasi dapat terjadi karena adanya kontaminasi luka
operasi pada saat operasi maupun pada saat perawatan di ruang
perawatan. Pencegahan infeksi penting dilakukan dengan pemberian
antibiotik sesuai indikasi dan juga perawatan luka dengan prinsip steril.
5) Sepsis
Sepsis merupakan komplikasi serius akibat infeksi dimana kuman
berkembang biak. Sepsis dapat menyebabkan kematian karena dapat
menyebabkan kegagalan multi organ.
6) Embolisme
Pulmonal Embolsime dapat terjadi karena benda asing (bekuan darah,
udara dan lemak) yang terlepas dari tempat asalnya terbawa di sepanjang
aliran darah. Embolus ini bisa menyumbat arteri pulmonal yang akan
mengakibatkan pasien merasa nyeri seperti ditusuk-tusuk dan sesak napas,
cemas dan sianosis. Intervensi keperawatan seperti ambulatori pasca operatif
dini dapat mengurangi resiko embolus pulmonal.
7) Komplikasi Gastrointestinal
Komplikasi pada gastrointestinal sering terjadi pada pasien yang
mengalami pembedahan abdomen dan pelvis. Komplikasinya meliputi
obstruksi intestinal, nyeri dan distensi abdomen
G. Anastesi
a. Definisi Anastesi
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an yang artinya tidak
atau tanpa dan aesthētos yakni persepsi, kemampuan untuk merasa, secara
umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit
pada tubuh.
Anestesia adalah suatu keadaan narcosis, analgesia, relaksasi dan
hilangnya reflek (Smeltzer, S C, 2002). Anestesi adalah menghilangnya rasa
nyeri, dan menurut jenis kegunaannya dibagi menjadi anestesi umum yang
disertai hilangnya kesadaran, sedangakan anestesi regional dan anestesi local
menghilangya rasa nyeri disatu bagian tubuh saja tanpa menghilangnya
kesadaran (Sjamsuhidajat & De Jong, 2012).

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


Anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit ketika
melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa
sakit pada tubuh (Morgan, 2011).
b. Fisiologi Anastesi

Setelah masuknya obat lokal anestesi ke ruang subarakhnoid


kemudian akan memblok hantaran impuls saraf simpatis sehingga yang
dominan bekerja adalah saraf parasimpatis. Kemudian diikuti oleh saraf
untuk rasa dingin, panas, raba dan tekanan. Yang mengalami blokade
paling terakhir yaitu serabut motorik dan rasa getar. Blokade simpatis
ditandai dengan meningkatnya suhu kulit tungkai bawah. Setelah anestasi
selesai, pemulihan terjadi dengan urutan terbalik yaitu motorik akan pulih
pertama kali (Barash, 2006).
Serabut saraf yang mengatur tonus otot polos dari arteri dan vena
berasal dari vertebra torakalis ke-5 sampai lumbal ke-1 sedangkan yang
mengatur denyut jantung berasal dari torakal ke-1 sampai thorakal ke-
4, Akibat interupsi impul saraf simpatis pada kardiovaskuler akan
mengakibatkan perubahan hemodinamik sesuai derajat blok simpatis.
Blokade pada sistem darah vena dapat menyebabkan penurunan tonus
pembuluh darah vena (vasodilatasi) sehingga terjadi penumpukan darah
paska arteriole, mengakibatkan aliran balik vena menuju kejantung
berkurang yang berdampak pada menurunkannya cardiac output, volume
sirkulasi menurun serta tekanan darah menurun. Dengan adanya reflek
kompensasi vasokontriksi pembuluh darah yag tidak terkena blokade maka
pasien tidak mengalami shock meskipun curah jantung serta volume
sirkulasi menurun.
c. Tujuan Anestesi
Menurut Brunton (2011) perkembangan senyawa – senyawa anestesi
disebabkan oleh tiga tujuan umum:
1) Meminimalkan potensi efek membahayakan dari senyawa dan teknik
anestesi.
2) Mempertahankan homeostatis fisiologis selam dilakukan prosedur
pembedahan yang mungkin melibatkan kehilangan darah, iskemia

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


jaringan, reperfusi jaringan yang mengalami iskemia, pergantian cairan,
pemaparan terhadap lingkungan dingin, dan gangguan koagulasi.
3) Memperbaiki hasil pascaperasi dengan memilih teknik yang
menghambat tau mengatasi komponen – komponen respons stress
pembedahan, yang dapat menyebabkan konsekuensi lanjutan jangka
pendek ataupun panjang.
d. Macam-macam Anastesi
Menurut Potter & Perry (2006) pasien yang mengalami pembedahan akan
menerima anestesi dengan salah satu dari tiga cara sebagai berikut:
1) Anestesi Umum
Klien yang mendapat anestesi umum akan kehilangan seluruh sensasi
dan kesadarannya. Relaksasi otot mempermudah manipulasi anggota
tubuh. Pembedahan yang menggunakan anestesi umum melibatkan
prosedur mayor, yang membutuhkan manipulasi jaringan yang luas.
Obat yang diberikan dalam anestesi umum akan menghambat sinyal saraf
dalam tubuh dan otak. Hal ini akan membantu otak dalam mengenali rasa
sakit serta membuat pasien tidak mengingat apapun selama proses
operasi. Selain itu, anestesi umum juga bertujuan untuk menghilangkan
refleks motorik dan membuat otot-otot menjadi lebih rileks agar
memudahkan proses operasi.
Penggunaan Anestesi Umum
Anestesi umum akan diberikan dalam beberapa situasi yaitu:
a) Proses operasi yang memakan waktu lama
b) Operasi dilakukan pada sebagian besar anggota tubuh
c) Ada resiko kehilangan darah dalam jumlah besar
d) Melibatkan organ-organ penting dalam tubuh misalnya jantung
e) Bila pasien akan terpapar suhu dingin
f) Mempengaruhi pernapasan, misalnya saat dilakukan operasi di
daerah dada
Di luar situasi dan kondisi tersebut, maka jenis anestesi yang digunakan
adalah anestesi lokal dan regional.
Efek Samping Anestesi Umum
Ada beberapa efek samping yang mungkin dirasakan oleh pasien setelah
tersadar. Efek samping ini bersifat sementara. Beberapa pasien tidak

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


merasakan efek samping sama sekali, sementara pasien lain mungkin
merasakan beberapa efek samping sekaligus berupa:
a) Rasa mual dan muntah
b) Pusing
c) Kedinginan dan menggigil
d) Kesulitan untuk buang air kecil
e) Rasa sakit pada tenggorokan akibat penggunaan tabung selama
proses operasi
f) Mulut terasa kering
g) Gatal-gatal
h) Beberapa pasien merasa kebingungan dan hal ini bisa berlangsung
selama beberapa hari dan akan hilang dengan sendirinya
i) Kehilangan ingatan. Hal ini lebih sering terjadi pada pasien lanjut
usia terutama mereka yang menderita Alzheimer dan Parkinson
Resiko Dari Anestesi Umum
Pada dasarnya anestesi umum tergolong aman. Namun, resiko terjadinya
komplikasi akibat anestesi itu sendiri bisa menjadi besar bila pasien:
a) Merokok
b) Mengalami masalah kegemukan
c) Menderita diabetes
d) Memiliki tekanan darah tinggi
e) Memiliki kondisi yang disebut obstructive sleep apnea, yaitu sebuah
kondisi dimana sang individu akan berhenti bernapas saat sedang
tidur
f) Memiliki masalah kesehatan lain misalnya pada jantung dan ginjal
g) Memiliki sejarah alergi terhadap obat-obatan, terutama obat-obatan
yang dipergunakan dalam anestesi umum
h) Sedang mengkonsumsi obat-obatan seperti aspirin yang
meningkatkan resiko pendarahan
i) Mengalami masalah ketergantungan minuman keras
j) Para lanjut usia

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


e. Indikasi dan Kontraindikasi Anastesi umum
1) Indikasi dari pemberian anastesi:
 Berpotensi gagal dalam mendapatkan kerja sama dengan pasien,
terutama pasien dengan kesulitan belajar.
 Pasien memiliki fobia, terutama klaustrofobia berat.
 Pembedahan lama
 Pembedahannya luas atau ekstensif
 Memiliki riwayat alergi terhadap anestesi lokal
2) Kontraindikasi dari pemberian anastesi:
Kontraindikasi mutlak dilakukan anestesi umum yaitu dekompresi kordis
derajat III – IV, AV blok derajat II – total (tidak ada gelombang P).
Kontraindikasi relative berupa hipertensi berat/tak terkontrol (diastolik
>110), DM tak terkontrol, infeksi akut, sepsis, GNA.
Tergantung pada efek farmakologi pada organ yang mengalami kelainan.
Pada pasien dengan gangguan hepar, harus dihindarkan pemakaian obat
yang bersifat hepatotoksik. Pada pasien dengan gangguan jantung, obat-
obatan yang mendepresi miokard atau menurunkan aliran koroner harus
dihindari atau dosisnya diturunkan.
Pasien dengan gangguan ginjal, obat-obatan yang diekskresikan melalui
ginjal harus diperhatikan. Pada paru, hindarkan obat yang memicu
sekresi paru, sedangkan pada bagian endokrin hindari obat yang
meningkatkan kadar gula darah, obat yang merangsang susunan saraf
simpatis pada penyakit diabetes basedow karena dapat menyebabkan
peningkatan kadar gula darah.
2) Anestesi Regional
Induksi anestesi regional menyebabkan hilangnya sensasi pada daerah
tubuh tertentu. Anestesi regional terdiri dari spinal anestesi, epidural
anestesi, kaudal anestesi. Metode induksi mempengaruhi bagian alur
sensorik yang diberi anestesi. Ahli anestesi memberi regional secara
infiltrasi dan lokal. Pada bedah mayor, seperti perbaikan hernia,
histerektomi vagina, atau perbaikan pembuluh darah kaki, anestesi
regional atau spinal anestesi hanya dilakukan dengan induksi infiltrasi.
Blok anestesi pada saraf vasomotorik simpatis dan serat saraf nyeri dan

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


motoric menimbulkan vasodilatasi yang luas sehingga klien dapat
mengalami penurunan tekanan darah yang tiba – tiba.
Keuntungan Anestesi Regional
Ada beberapa keuntungan yang bisa didapatkan dari anestesi regional,
terutama bila dibandingkan dengan anestesi umum, yaitu:
a) Proses rehabilitasi atau pemulihan yang jauh lebih cepat dan mudah
b) Proses pemulihan yang lebih cepat membuat pasien tidak akan selalu
bergantung pada perawat
c) Kemudahan dalam mengontrol pemberian obat untuk mengatasi rasa
sakit
d) Efek samping yang mungkin diderita oleh pasien tidak akan sebanyak
mereka yang melalui proses anestesi umum
Jangka waktu rawat inap menjadi lebih cepat
Macam-macam Anesetesi Regional
Berikut ini adalah beberapa tipe anestesi regional:
1) Epidural
Epidural merupakan salah satu tipe anestesi regional yang sangat
populer dan umumnya dipergunakan dalam proses persalinan.
Dengan menggunakan epidural, calon ibu akan tetap sadar, tidak
merasa sakit, dan tetap mampu mendorong bayi untuk keluar dari
jalan lahir. Jenis efek yang dihasilkan berupa epidural anestesi dan
analgesi
2) Spinal block
Spinal block juga umum dipergunakan dalam proses persalinan
melalui operasi caesar. Dengan spinal block¸ calon ibu tidak akan
merasakan apapun dan tetap dalam kondisi sadar. Jenis efek yang
dihasilkan berupa epidural anestesi dan analgesi
3) Peripheral nerve block
Pada tipe spinal block dan epidural, obat anestesi disuntikkan ke area
spesifik di punggung pasien. Sementara pada peripheral nerve
block, obat anestesi akan disuntikkan dekat dengan kumpulan saraf
yang berada di tangan, kaki, atau kepala. Ada 2 jenis peripheral
nervel block yang umum dilakukan yaitu femoral nerve
block dimana obat anestesi akan disuntikkan di daerah kaki,

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


dan brachial plexus block dimana obat anestesi akan disuntikkan di
daerah lengan dan bahu.
Tingkat Kesadaran Pasien Selama Aanestesi Regional
Pasien yang diberikan anestesi regional pada umumnya akan tetap sadar
dan terjaga. Namun, spesialis anestesi akan melakukan review terhadap
kondisi pasien untuk menentukan perlu tidaknya diberikan tambahan
obat penenang (sedative).
Pemberian obat penenang ini akan mempengaruhi tingkat kesadaran
pasien:
a) Minimal sedation
Pada tingkat ini, pasien akan merasa rileks namun tetap sadar sepenuhnya
dan mampu menjawab pertanyaan ataupun mengikuti instruksi dokter
b) Moderate sedation
Pada tingkat ini, pasien akan merasa sangat mengantuk dan mungkin saja
akan tertidur, namun dapat dengan mudah dibangunkan. Pasien mungkin
akan mengingat segala hal yang terjadi selama proses operasi atau tidak
sama sekali.
c) Deep sedation
Pada tingkat ini pasien akan tertidur lelap dan tidak memiliki ingatan
sama sekali mengenai proses operasi
Jenis Operasi Yang Menggunakan Anestesi Regional
Dalam keadaan normal dimana tidak ada faktor komplikasi yang
mempengaruhi, anestesi regional dapat dipergunakan dalam berbagai
jenis operasi diantaranya:
a) Gynecology yaitu segala jenis prosedur yang berkaitan dengan organ
reproduksi perempuan misalnya operasi caesar, hysterectomy, dan
berbagai prosedur lainnya.
b) Orthopedics, berkaitan dengan berbagai prosedur yang berkaitan
dengan tulang dan sendi
c) Urology, dimana penggunaan epidural, spinal dan peripheral nerve
block dipergunakan untuk berbagai prosedur yang berkaitan dengan
ginjal, prostat, dan kandung kemih
d) Operasi lutut, yang pada umumnya menggunakan femoral nerve
block dan sciatic block

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


e) Gastrointestinal, dimana penggunan epidural, spinal,
dan paravertebral nerve block dipergunakan untuk berbagai
prosedur yang berkaitan dengan area perut, usus, dan liver.
f) Operasi pinggul. Pada operasi ini, tipe anestesi regional yang
dipergunakan adalah lumbar plexus block yang akan membuat area
dimana kumpulan saraf yang bertanggung jawab dalam
menghantarkan berbagai jenis sensasi pada daerah sendi pinggul
menjadi mati rasa.
 Obat Spinal Anastesi
Obat obatan yang paling sering digunakan dalam anestesi spinal ini :
a. Lidokain 2 %, berat jenis 1.006, sifat isobarik, dosis 20-100 mg ( 2-5ml
b. Lidokain 5% dalam dekstros 7.5%, berat jenis 1.003, sifat hiperbarik,
dosis 20-50 mg (1-2ml)
c. Bupivakain 0.5% dalam air, berat jenis 1.005, sifat isobarik, dosis 5-20
mg
d. Bupivakain 0.5% dalam dekstros 8.25%, berat jenis 1.027, sifat
hiperbarik, dosis 5-15 mg (1-3ml)
Dalam semua larutan obat hyperbarichipotensi lebih sering terjadi
karena mempunyai efek blok level yang lebih tinggi, tetapi respon tubuh
kadang-kadang bersifat individual (Aitkenhead & Smith, 2007).
 Komplikasi Spinal Anastesi
1. Komplikasi Dini
a. Hipotensi
Hipotensi merupakan salah satu komplikasi akut pada anestesi spinal,
diagnosis dapat ditegakkan bila terjadi penurunan tekanan darah
sistolik sebesar 20-30% dari tekanan darah semula atau bila tekanan
darah sistolik kurang dari 90 mmHg. Mekanisme terjadinya hipotensi
terutama disebabkan oleh blockade saraf simpatis preganglionic
yang menyebabkan vasodilatasi yang terjadi di arteri, arteriole, vena,
dan venule sehingga mengakibatkan penurunan tahanan pembuluh
darah perifer.
Hipotensi biasanya terjadi 15-20 menit pertama, dan bila dibiarkan
tekanan darah akan mencapai tingkat terendah 20-25 menit setelah

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


injeksi subarachnoid maka setengah jam pertama pada anestesi spinal
adalah periode yang paling berbahaya.
Anestesi spinal dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, jenis
kelamin, umur,cairan preload:
a) Jenis kelamin
Hipotensi lebih sering terjadi pada wanita, hal ini kemungkinan
terjadi karena tingkat blok yang lebih tinggi pada wanita.
b) Umur
Penggunaan anestesi spinal sehingga terjadi hipotensi lebih sering
terjadi pada pasien dengan usia tua karena kerja jantung yang
sudah berkurang secara fungsional, penggunaan pada usia muda
biasanya penurunan tekanan darah lebih ringan.
c) Preload
Preload baik kristaloid maupun koloid dapat mengurangi insiden
hipotensi karena peningkatan volume sirkulasi dapat mencegah
atau mengurangi terjadinya hipovolemi relative oleh karena blok
simpatis pada anestesi spinal.
2. Penurunan panas tubuh
Terjadi arena adanya sekresi katekolamin ditekan sehingga produksi
panas oleh metabolism berkurang.
a) Mual-muntah
Terjadi karena adanya aktifitas parasimpatis yang menyebabkan
peningkatan peristaltic usus, dan tarikan nervus dan pleksus N
Vagus.
b) Blok spinal tinggi
Blockade medulla spinal sampai ke servikal oleh suatu obat lokal
anestesi. Gejala utama yang terjadi yaitu sesak napas, mual,
muntah, gelisah,precordial discomfort dan dapat menyebabkan
kesadaran menurun sampai hipotensi berat.
 Terapi
Empat tindakan utama terapi hipotensi pada anestesi spinal:
1. Pengaturan posisi pasien
Pengaturan posisi pasien dapat meningkatkan aliran balik vena, yang
meningkatkan curah jantung sehingga terjadi autotransfusion untuk

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


mengembalikan preload. Tindakan mengangkat kaki dapat membantu
mengembalikan pooling cairan yang tidak dikehendaki. Posisi
trendelenberg (head down) yaitu posisi kepala lebih rendah sekitar 5-8
derajat atau dengan mengangkat kaki. Posisi ini lebih baik tidak dilakukan
pada 15 menit awal setelah anestesi spinal, karena bahaya penyebaran ke
cephalad obat anestesi lokal hiperbarik.
Solusi yang baik adalah dengan fleksi meja operasi sehingga kaki dapat
terangkat dan tetap pada posisi datar atau terangkat sehingga aliran balik
vena menngkat dan menghambat penyebaran blok simpatis lebih lanjut.
2. Pemberian Oksigen
Pemberian oksigen bertujuan untuk meningkatkan kandungan oksigen darah
arteri sehingga mengurangi hipoksia dan mual muntah.
3. Pemberian cairan intravena
Cairan intravena adalah satu cara untuk mengatasi hipotensi pada anestesi
spinal. Cairan yang mengandung garam bertujuan meningkatkan volume
sirkulasi dan meningkatkan curah jantung. Tindakan ini harus lebih hati-
hati pada pasien usia lanjut atau pasien dengan fungsi jantung yang
terbatas.
4. Pemakaian vasopressor
Mekanisme vasopressor adalah dengan melalui vasokonstriksi arreriola.
Stimulasi pusat vasomotor, stimulasi jantung, dan vasokonstriksi vena
yang akan meningkatkan curah jantung dan aliran balik vena. Vasopressor
seperti efedrin, fenilefrin, metoksamin, metaraminol, dopamine,
dabutamin
3) Anestesi Lokal
Anestesi lokal menyebabkan hilangnya sensasi pada tempat yang
diinginkan. Obat anestesi menghambat konduksi saraf sampai obat
terdifusi ke dalam sirkulasi. Anestesi lokal umumnya digunakan dalam
prosedur minor pada tempat bedah sehari.
Anestesi lokal mengacu pada proses pemberian obat anestesi pada
sebagian kecil area tubuh untuk membuatnya mati rasa sehingga proses
operasi bisa dilakukan.

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


Anestesi lokal hanya akan bertahan dalam jangka waktu pendek sehingga
lebih cocok dipergunakan untuk operasi kecil dimana pasien akan tetap
sadar dan diperbolehkan pulang dalam hari yang sama.
Pemberian anestesi lokal bisa dibarengi dengan pemberian obat
penenang agar pasien merasa lebih rileks dan menurunkan tingkat stress
mereka.
Penggunaan Anestesi Lokal
Anestesi lokal diberikan dalam beberapa situasi yaitu :
a) Pada proses operasi kecil yang tidak membutuhkan banyak persiapan
b) Pada proses operasi yang berlangsung singkat dimana pasien tidak
perlu rawat inap
c) Pada proses operasi dimana otot-otot tubuh tidak harus rileks dan
santai.
Jenis operasi yang menggunakan anestesi lokal adalah pada proses
pencabutan atau perawatan gigi, biopsi, pengangkatan tahi lalat, serta
operasi katarak.
Macam-macam Anestesi Lokal
Ada 2 tipe anestesi lokal berdasarkan cara pemberiannya yaitu:
a) Pemberian secara langsung
Pada tipe ini, obat anestesi lokal akan diberikan secara langsung
dengan cara dioleskan pada kulit atau mucus membrane. Bentuk
anestesi lokal dalam tipe ini bisa berupa gel, krim, semprotan, dan
cairan. Dokter bisa menggunakan satu jenis obat atau kombinasi dari
beberapa jenis obat untuk efek yang lebih tahan lama. Beberapa
contoh prosedur yang menggunakan anestesi lokal secara langsung
seperti ini adalah pada proses pemasangan kateter, pemasangan infus,
proses penjahitan luka atau saat melepas jahitan, operasi katarak,
perawatan dengan menggunakan laser, dan endoscopy.
b) Pemberian dengan cara disuntikkan
Obat anestesi lokal juga bisa diberikan dengan cara disuntikkan.
Beberapa contoh prosedur yang menggunakan anestesi lokal dengan
cara disuntikkan adalah biopsi kulit, pengangkatan mole, proses
perawatan gigi seperti perawatan saluran akar gigi, serta tes
diagnostik seperti lumbar puncture.

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


Tipe anestesi, jenis obat serta kuantitas obat yang akan diberikan
pada pasien akan sangat bergantung pada:
1. Jenis prosedur yang akan dilakukan
2. Bagian tubuh yang akan dioperasi
3. Jenis obat-obatan yang sedang dikonsumsi pasien
4. Riwayat kesehatan pasien
5. Umur
6. Berat badan
Obat anestesi yang pertama kali digunakan adalah cocaine, namun
saat ini jenis obat ini sudah sangat jarang dipergunakan. Lidocaine
merupakan jenis obat anestesi lokal yang paling umum digunakan dan
untuk prosedur yang memakan waktu lebih lama, dipergunakan
bupivacaine.
Proses Persiapan Sebelum Pemberian Anestesi Lokal
Proses persiapan sebelum pemberian anestesi lokal pada umumnya tidak
terlalu rumit. Pasien hanya perlu memberitahu dokter mereka mengenai
berbagai hal yang berkaitan kondisi kesehatan mereka misalnya apakah
mereka sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu, apakah ada riwayat
alergi, apakah ada masalah kesehatan khusus, apakah pasien sedang
hamil, dan lain sebagainya.
Butuh beberapa menit sebelum efek dari obat anestesi lokal mulai
bekerja. Pasien tidak akan merasakan sakit sama sekali, namun mereka
masih tetap bisa merasakan adanya sensasi seperti ditekan.
Bila dibutuhkan, dosis anestesi yang diberikan bisa ditambahkan bila
pasien masih merasa kesakitan selama prosedur berlangsung.
Resiko dan Efek Samping Anestesi Lokal
Pada dasarnya, anestesi lokal merupakan prosedur yang aman dan tidak
memiliki resiko. Namun pasien bisa merasakan efek samping saat efek
dari obat yang diberikan mulai hilang, berupa:
a. Pusing
b. Mual dan muntah
c. Rasa seperti tersengat
d. Telinga berdengung

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


Dalam beberapa kasus, efek samping yang muncul bisa lebih berat
seperti kejang-keang, tekanan darah rendah, sulit untuk bernapas, dan
detak jantung melambat. Namun hal ini sangat jarang terjadi dan perlu
segera berkonsultasi dengan dokter untuk penanganan lebih lanjut.

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


BAB II
ASKEP PERIOPERATIF
A. Pengkajian

a. Pre-Operatif
1. Persiapan Fisik, mencakup :
a) Status kesehatan fisik umum
b) Status nutrisi
c) Keseimbangan cairan dan elektrolit
d) Pengosongan lambung dan colon
e) Personal hygiene
f) Pencukuran daerah operasi
g) Pengosongan kandung kemih
h) Kondisi fisiologis akan mempengaruhi proses pembedahan.

2. Persiapan Mental, diperlukan karena:


Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun actual pada
integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stress fisiologis
maupun psikologis. Pembedahan merupakan penyebab kecemasan pasien
yaitu takut terhadap nyeri yang akandialami, takut terhadap keganasan, takut
menghadapi ruang operasi dan alat bedah, takut operasi gagal dan cacat, takut
meninggal di meja operasi.
Hal hal yang perlu digali untuk mengantisipasi masalah kecemasan pasien
antara lain :
a) Pengalaman operasi pasien
b) Pengertian pasien tentang tujuan operasi
c) Pengetahuan pasien tentang kondisi kamar operasi
d) Pengetahuan pasien tentang prosedur perioperatif
e) Pengertian yang salah / keliru tentang pembedahan
f) Faktor pendukung / support system.
3. Pendidikan Praopertif
a) Latihan napas dalam, batuk dan relaksasi
b) Perubahan posisi dan gerakan tubuh aktif
c) Kontrol dan medikasi nyeri

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


d) Kontrol kognitif
e) Informasi lain
4. Persiapan penunjang
a) Hasil pemeriksaan Radiologi : Thorax foto, foto abdomen, USG,
CTscan, BNO-IVP, Colon inloop, EKG, ECHO
b) Hasil pemeriksaan Laboratorium
c) Informed Consent
b. Intra Operatif
Perawatan dimulai ketika pasien masuk atau dipindah kebagian bedah
dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Lingkup aktivitas
perawat adalah memasang IV-line (infus), memberikan medikasi intravena,
melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur
pembedahan dan menjaga keselamatan klien (menggenggam tangan klien,
mengatur posisi klien).
Contohnya seperti memberikan dukungan psikologis selama induksi
anstesi, bertindak sebagai perawat scrub, atau membantu mengatur posisi
pasien di atas meja operasi dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar
kesimetrisan tubuh.
Perawatan Intraoperatif meliputi: pengkajian preanastesi, positioning,
drapping pada area pembedahan, monitoring hemodinamik dan perawatan
post anestesi di RR.
c. Post Operatif
Hal yang perlu dikaji segera setelah pasien di operasi :
1) Diagnosis medis dan jenis pembedahan yang dilakukan
2) Kondisi umum pasien, kepatenan jalan nafas, tanda-tanda vital
3) Anesthetik dan medikasi lain yang digunakan (misal : narkotik, relaksan
otot, antibiotik)
4) Segala masalah yang terjadi selama fase pembedahan yang sekiranya
dapat mempengaruhi
5) Perawatan pasca-operatif (misal : hemorrhagi, syok, dan henti jantung)
6) Patologi yang dihadapi (pemberitahuan kepada keluarga apabila
ditemukan adanya keganasan)
7) Cairan yang diberikan, kehilangan darah dan penggantian cairan
8) Segala selang, drain, kateter atau alat bantu pendukung lainnya

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


9) Informasi spesifik tentang siapa ahli bedah atau ahli anesthesia yang akan
diberitahu.
10) Evaluasi saturasi oksigen dengan oksimetri, pengkajian nadi-volume-
keteraturan
11) Evaluasi pernafasan : kedalaman, frakuensi, sifat pernafasan
12) Kaji status kesadaran, warna kulit dan kemampuan berespon terhadap
perintah.
d. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
Pre Operatif
1) Cemas berhubungan dengan pengalaman bedah (anesthesi, nyeri) dan
hasilakhir daripembedahan
2) Kurang pengetahuan mengenai prosedur dan protokol pre-operatif dan
harapanpasca-operatif
Intra Operatif
1) Risiko cedera berhubungan dengan efek anastesi, positioning, lingkungan
intraoperatif.
2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka pembedahan.
3) Powerlessness berhubungan dengan efek anastesi.
Post Operatif
1) Gangguan pertukaran gas
2) Bersihan jalan nafas inefektif
3) Nyeri dan ketidaknyamanan pasca operatif
4) Risiko perubahan suhu tubuh
5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


e. Intervensi Keperawatan
a. Pre Operatif
Tujuan / kriteria hasil Intervensi
No Diagnosa keperawatan
NOC NIC
1. Cemas Setelah dilakukan tindakan Anxiety Reduction
keperawatan selama x (pengurangan kecemasan
Definisi: diharapkan: kecemasan)
Perasaan tidak nyaman atau NIC
kekawatiran yang Samar NOC  Gunakan pendekatan yang
disertai respon autonom  Tingkat kecemasan menenangkan
(sumber sering kali tidak  Tingkat kecemasan sosial  Nyatakan dengan jelas
spesifik atau tidak diketahui Kriteria hasil : harapan terhadap pelaku
oleh individu); perasaan takut  kontrol kecemasan diri pasien
yang disebabkan oleh  Penerimaan status  Jelaskan semua prosedur
antisipasi terhadap bahaya. kesehatan dan apa yang dirasakan
Hal ini merupakan isyarat  Vital signs dalam batas selama prosedur
kewaspadaan yang normal.  Pahami prespektif pasien
memperingatkan individu  Postur tubuh, ekspresi terhadap situasi stres
akan adanya bahaya dan wajah, bahasa tubuh dan  Berikan informasi factual
kemampuan individu untuk tingkat aktivfitas terkait diagnosis perawatan
bertindak menghadapi menunjukkan dan prognosis
ancaman berkurangnya kecemasan.  Temani pasien untuk
memberikan keamanan dan
Batasan karakteristik mengurangi takut
perilaku  Dorong keluarga untuk
 Penurunan produktivitas menemani anak
Gerakan ekstra
 Berikan objek yang
Melihat sepintas
menunjukkan rasa aman
Tampak waspada
 Lakukan back/neck rub
Agitasi
 Dengarkan dengan penuh
Insomnia
perhatian
Kontak mata yang buruk
Gelisah  Dorong aktifitas yang tidak
Perilaku mengintai kompetitif secara tepat
Khawatir tentang  Jauhkan peralatan
perubahan dalam peristiwa perawatan dari klien
hidup  Puji/kuatkan perilaku yang
 Afektif baik secara tepat
Kesedihan yang mendalam  Ciptakan atmosfir rasa aman
Gelisah untuk meningkatakan
Distress kepercayaan
Ketakutan  Dorong verbalisasi
Perasaan tidak adekuat perasaan,persepsi dan
Putus asa ketakutan
Sangat khawatir  Identifikasi tingkat
Peka,gugup,senang kecemasan
berlebihan,menggemerutuk  Bantu pasien mengenal
kan situasi yang menimbulkan
gigi,menyesal,berfokus kecemasan
pada diri sendiri,ragu  Dorong pasien untuk
 fisiologis mengungkapkan perasaan,
Wajah tegang,tremor ketakutan, persepsi
tangan,peningkatan  Berikan aktifitas pengganti
keringat,peningkatan yang bertujuan untuk
ketegangan,gemetar,tremor mengurangi tekanan
,suara bergetar
 simpatis

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


Gangguan pola  Bantu klien
pernafasan,anoreksia,penin mengidentifikasi situasi
gkatan refleks,eksitasi yang memicu kecemasan
kardiovaskuler,diare,mulut  Control stimulus untuk
kering,wajah kebutuhan klien secara tepat
memerah,palpitasi  Dukung penggunaaan
jantung,peningkatan mekanisme koping yang
tekanan darah,peningkatan sesuai
denyut nadi,peningkatan  Bantu klien untuk
frekuensi mengartikulasikan deskripsi
pernafasan,dilatasi yang realistis mengenai
pupil,vasokonstriksi kejadian yang akan dating
superfisial,kedutan  Pertimbangkan kemampuan
otot,lemah klien dalam mengambil
 parasimpatis keputusan
Nyeri abdomen,perubahan  Instruksikan pasien
pola tidur,penurunan menggunakan teknik
tekanan darah,penurunan relaksasi
denyut  Berikan obat untuk
nadi,diare,pusing,keletihan mengurangi kecemasan
,mual,kesemutan pada
 Kaji untuk tanda verbal dan
ekstremitas,sering
non verbal kecemasan.
berkemih,anyang-
anyangan,dorongan segera
berkemih
 Kognitif
Gangguan
perhatian,gangguan
kosentrasi,menyadari
gejala fisiologis,bloking
pikiran,konfusi,penurunan
lapang persepsi,penurunan
kemampuan
belajar,penurunan
kemampuan untuk
memecahkan
masalah,lupa,preokupasi,m
elamun,cendrung
menyalahkan orang lain
Faktor yang berhubungan
 Konflik tentang tujuan
hidup
 Hubungan interpersonal
 Penularan interpersonal
 Stesor
 Penyalagunaan zat
 Ancaman kematian
 Ancaman pada status
terkini
 Kebutuhan yang tidak
dipenuhi
 Konflik nilai

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


2. Kurang Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Pengajaran proses penyakit
Definisi : keperawatan selama x NIC
Ketiadaan atau defisien diharapkan:  Kaji tingkat pengetahuan
informasi kognitif yang pasien terkait dengan proses
berkaitan dengan topik NOC penyakit yang spesifik
tertentu,kemahiran  Pengetahuan gaya hidup  Jelaskan patofisiologi dari
sehat penyakit dan bagaimana hal
Batasan karakteristik :  Pengetahuan manajemen ini berhubungan dengan
 Ketidak akuratan penyakit anatomi dan fisiologi, dengan
mengikuti perintah cara yang tepat.
 Ketidakakuratan Kriteria hasil :  Review pengetahuan pasien
melakukan tes  Pasien dan keluarga tentang kondisinya
 Perilaku tidak sesuai. menyatakan pemahaman  Kenali pengetahuan pasien
tentang penyakit, kondisi, mengenai kondisinya
 Kurang pengetahuan prognosis dan program  jelaskan tanda dan gejala yang
pengobatan umum dari penyakit, sesuai
Faktor yang berhubungan
 Pasien dan keluarga kebutuhan
 Kurang informasi mampu melaksanakan  eksplorasi bersama pasien
 Kurang minat untuk prosedur yang dijelaskan apakah dia telah melakukan
belajar secara benar manajemen gejala
 Kurang sumber  Pasien dan keluarga  jelaskan proses penyakit
pengetahuan mampu menjelaskan sesuai kebutuhan
 Keterangan yang salah dari kembali apa yang  Identifikasi kemungkinan
orang lain dijelaskan perawat/tim penyebab, sesuai kebutuhan
 Gangguan fungsi kognitif kesehatan lainnya  Sediakan informasi pada
 Gangguan memori pasien tentang kondisi,
 Interpretasi terhadap dengan cara yang tepat
informasi yang salah  Identifikasi perubahan kondisi
 Kurangnya keinginan fisik pasien
untuk mencari informasi  Hindari harapan yang kosong
 Tidak mengetahui sumber-  Beri ketenangan terkait
sumber informasi. kondisi pasien sesuai
kebutuhan
 Sediakan bagi keluarga
informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat
 Berikan informasi mengenai
pemeriksaan diagnostik yang
tersedia sesuai kebutuhan
 Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan
datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
 Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
 Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
 Jelaskan komplikasi kronik
yang mungkin ada sesuai
kebutuhan
 Instruksikan pasien mengenai
tindakan untuk
mencegahmeminimalkan efek

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


samping penanganan dari
penyakit sesuai kebutuhan
 Edukasi pasien mengenai
tindakan untuk mengontrol
/meminimalakn gejala sesuai
kebutuhan
 Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
 Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
 Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat
 Berikan nomor telepon yang
dapat dihubungi jika terjadi
komplikasi
 Perkuat informasi yang di
berikan dengan anggota tim
kesehatan lain sesuai
kebutuhan

b. Intra Operatif

Tujuan / kriteria hasil Intervensi


No Diagnosa keperawatan
(NOC) (NIC)
1. Risiko cidera Setelah dilakukan tindakan NIC
keperawatan selama x Environment Management
Definisi: Beresiko mengalami diharapkan: Safety (Manajemen lingkungan)
cedera sebagai akibat kondisi  Sediakan Iingkungan yang
lingkungan yang berinteraksi NOC aman untuk pasien
dengan sumber adaptif dan Control resiko  Identifikasi kebutuhan
sumber defensif individu yang keamanan pasien, sesuai
dapat mengganggu kesehatan Kriteria Hasil : dengan kondisi fisik dan fungsi
 Klien terbebas dari cedera kognitif pasien dan riwayat
Faktor Resiko :  Klien mampu menjelaskan penyakit terdahulu pasien
Eksternal cara/metode untuk  Menghindarkan lingkungan
 Biologis (mis, tingkat mencegah injury/cedera yang berbahaya (misalnya
imunisasi komunitas,  Klien mampu menjelaskan memindahkan perabotan)
mikroorganisme) faktor resiko dari  Singkirkan benda benda
 Zat kimia (mis, racun, lingkungan/perilaku berbahaya dari lingkungan
polutan, obat, agenens personal  Lindungi pasien dengan
farmasi, alkohol, nikotin,  Mampu memodifikasi gaya pegangan pada sisi/bantalan
pengawet, kosmetik, hidup untuk mencegah disisi runagngan yang sesuai
pewarna) injury  Damping pasien selama ada
 Manusia (mis, agens  Menggunakan fasilitas kegiatan bangsal dengan tepat
nosokomial, pola kesehatan yang ada  Sediakan tempat tidur dengan
ketegangan, atau faktor  Mampu mengenali ketinggian rendah yang sesuai
kognitif, afektif, dan perubahan status  Sediakan perangkat-perangkat
psikomotor) kesehatan. adaftif (mis bangku pijakan
 Cara pemindahan/transpor atau pegangan tangan )yang
 Nutrisi (mis, desain, sesuai
struktur, dan pengaturan

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


komunitas, bangunan,  Tempatkan furniture dikamar
dan/atau peralatan) dengan pengaturan terbaik
Internal untuk mengakomodasi
 Profil darah yang disabilitas pasien/keluarga
abnormal (mis,  Sediakan selang yang cukup
leukositosis / leukopenia, panjang untuk memungkinkan
gangguan faktor kebebasan pasien untuk
Koagulasi, bergerak yang sesuai
trombositopenia, sel sabit,  Letakkan benda yang sering di
talasemia, penurunan gunakan dalam jangkauan
hemoglobin) pasien
 Disfungsi biokimia  Berikan kamar terpisah sesuai
 Usia perkembangan yang diindikasikan
(fisiologis, psikososial)  Pertimbangkan estetika
 Disfungsi efektor lingkungan ketika memilih
 Disfungsi imun-autoimun teman sekamar
 Disfungsi integratif  Sediakan tempat tidur yang
 Malnutrisi bersih dan nyaman
 Fisik (mis, integritas kulit  Sediakan kasur yang kokoh
tidak utuh, gangguan  Sediakan linen dan pakaian
mobilitas) dalam dengan kondisi baik
 Psikologis (orientasi bebasa dari residu dan noda
afektif)  Atur persediaan linen dengan
 Disfungsi sensorik rapi yang harus tetap ada dalam
 Hipoksia jaringan jangkauan pandangan pasien
 Memasang side rail tempat
tidur
 Menyediakan tempat tidur yang
nyaman dan bersih
 Menempatkan saklar lampu
ditempat yang mudah
dijangkau pasien.
 Membatasi pengunjung
 Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien.
 Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
 Memindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan
 Berikan penjelasan pada pasien
dan keluarga atau pengunjung
adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab
penyakit.
 Tingkatkan keselamatan
terhadap kebakaran,kebutuhan
yang sesuai
 Kendalikan hama lingkungan
 Sediakan pengharum
ruanganberikan perawatan
bunga/tanaman
 Bantu pasien atau keluarga
untuk mengatur bunga ucapan
dan hadiahuntuk
meningkatakan apresiasi visual
pasien

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


2. Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan Manajemen tekanan
keperawatan selama x  Anjurkan pasien untuk
Definisi : Perubahan / diharapkan: menggunakan pakaian yang
gangguan epidermis dan / atau longgar
dermis NOC  Hindari kerutan pada tempat
Batasan Karakteristik :  Integritas jaringan kulit tidur
 Nyeri akut dan membran mukosa  Jaga kebersihan kulit agar
 Gangguan integritas kulit  Akses hemodialisis tetap bersih dan kering
 Perdarahan  Mobilisasi pasien (ubah posisi
 Benda asing menusuk Kriteria Hasil : pasien) setiap dua jam sekali
permukaan kulit  Integritas kulit yang baik  Monitor kulit akan adanya
 Hematoma bisa dipertahankan kemerahan
 Area panas local (sensasi, elastisitas,  Oleskan lotion atau
 kemerahan temperatur, hidrasi, minyak/baby oil pada daerah
Faktor Yang Berhubungan : pigmentasi) yang tertekan
Eksternal :  Tidak ada luka/lesi pada  Monitor aktivitas dan
 Zat kimia, Radiasi kulit mobilisasi pasien
 Usia yang ekstrim  Perfusi jaringan baik  Monitor status nutrisi pasien
 Kelembapan  Menunjukkan pemahaman  Memandikan pasien dengan
 Hipertermia, Hipotermia dalam proses perbaikan sabun dan air hangat
 Faktor mekanik (mis..gaya kulit dan mencegah  Kaji lingkungan dan peralatan
gunting [shearing forces]) terjadinya cedera berulang yang menyebabkan tekanan.
 Medikasi  Mampu melindungi kulit  Observasi luka: lokasi,
dan mempertahankan
 Lembab dimensi, kedalaman luka,
kelembaban kulit dan
 Tekanan pada tonjolan warna cairan, granulasi
perawatan alami
tulang jaringan nekrotik, tanda-tanda
 sekresi infeksi lokal, formasi traktus.
Internal:  Ajarkan pada keluarga
 Perubahan status cairan tentang luka dan perawatan
 Perubahan pigmentasi luka
 Perubahan turgor  Lakukan perawatan luka
 Faktor perkembangan dengan steril
 Kondisi  Berikan posisi yang
ketidakseimbangan nutrisi mengurangi tekanan pada
(mis.obesitas, emasiasi) luka.
 Penurunan imunologis
 Penurunan sirkulasi Perawatan area sayatan
 Kondisi gangguan  Jelaskan prosedur kepada
metabolik pasien gunakan persiapan
 Gangguan sensasi sensorik
 Tonjolan tulang  Periksa daerah sayatan
 Fungsi arteri terhadap kemerahan bengkak
 Perubahan hormonal atau tanda tanda dehiscence
 Imunodefisiensi atau eviserasi
 Gangguan sirkulasi  Catat karakteristik drainase
 Agens farmaseutika  Monitor proses penyembuhan
 Terapi radiasi di daerah sayatan
 Trauma vaskuler  Bersihkan derah sekitar
sayatan dengan pembersihan
yang tepat
 Bersihkan dari area yang
bersih ke area yang kurang
bersih
 Monitor sayatan untuk tanda
dan gejala infeksi
 Gunakan kapas steril untuk
pembersihan jahitan benang
luka yang efisien luka dalam

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


dan sempit atau luka yang
berkantong
 Bersihkan area sekitar
drainase atau pada area selang
drainase
 Jaga posisi selang drainase
 Berikan plester untuk
menutup
 Berikan salep antiseptic
 Lepaskan jahitan,steples atau
klip sesuai indikasi
 Ganti pakaian dengan interval
yang tepat
 Gunakan pakaian yang sesuai
untuk melindungi sayatan
 Fasilitasi pasien untuk melihat
luka insisi
 Arahkan pasien merawat luka
insisi selama mandi
 Arahkan pasien untuk
meminimalkan tekanan pada
daerah insisi
 Arahkan pasien dan keluarga
cara merawat luka insisi
termasuk tanda tanda dan
gejala infeksi

c. Post Operatif

Tujuan / kriteria hasil Intervensi


No Diagnosa keperawatan
NOC NIC
1 Gangguan Pertukaran Gas Setelah dilakukan tindakan NIC I :
keperawatan selama x Manajemen jalan nafas
Definisi : Kelebihan atau diharapkan:  Buka jalan nafas,
kekurangan dalam oksigenasi dan guanakan teknik chin lift
atau pengeluaran karbondioksida NOC atau jaw thrust bila perlu
di dalam membran kapiler alveoli.  Status  Posisikan pasien untuk
pernapasan:pertukaran gas memaksimalkan ventilasi
Batasan karakteristik :  Respon ventilasi mekanik  Identifikasi pasien
 Gangguan penglihatan dewasa perlunya pemasangan alat
 Penurunan CO2  Status vital sign jalan nafas buatan
 Takikardi Kriteria Hasil :  Pasang mayo bila perlu
 Hiperkapnia  Mendemonstrasikan  Lakukan fisioterapi dada
 Keletihan peningkatan ventilasi dan jika perlu
 somnolen oksigenasi yang adekuat  Keluarkan sekret dengan
 Iritabilitas  Memelihara kebersihan batuk atau suction
 Hypoxia paru paru dan bebas dari  Motivasi klien untuk
 kebingungan tanda tanda distress bernafas pelan dalam
 Dyspnoe pernafasan berputar dan batuk
 nasal faring  Mendemonstrasikan batuk  Gunakan teknik yang
 AGD Normal efektif dan suara nafas menyenangkan untuk
yang bersih, tidak ada memotivasi bernafas
 sianosis
sianosis dan dyspneu dalam kepada ana
 warna kulit abnormal (pucat,
(mampu mengeluarkan kanak,mis :meniup
kehitaman)
sputum, mampu bernafas gelembung,meniup kincir
 Hipoksemia
peluit

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


 hiperkarbia dengan mudah, tidak ada ,harmonika,balon,meniup
 sakit kepala ketika bangun pursed lips bola pingpong,meniup
 frekuensi dan kedalaman  Tanda vital dalam rentang bulu.
nafas abnormal normal  Instruksikan bagaimana
agar bisa melakukan batuk
Faktor faktor yang efektif
berhubungan :  Bantu dengan dorongan
 Ketidakseimbangan perfusi spirometri
ventilasi  Auskultasi suara nafas,
 Perubahan membran kapiler- catat adanya suara
alveolar tambahan
 Lakukan suction pada
mayo
 Berika bronkodilator bial
perlu
 Ajarkan pasien
menggunakan inhaler
 Kelola pengobaan nerosol
 Kelola nebulizer
ultrasonik
 Ambil benda asing dengan
porcep atau margil
 Barikan pelembab udara
 Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
 Monitor respirasi dan
status O2
 Monitor pernapasan
 Monitor rata – rata,
kedalaman, irama dan
usaha respirasi
 Catat pergerakan
dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan
intercostal
 Monitor suara nafas,
seperti dengkur
 Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot/
 Monitor saturasi ooksigen
pasien tersedasi
 Pasang sensor pemantauan
oksigen dengan mengatur
alarm pada pasen beresiko
tinggi
 Palapasi kesemetrisan
ekspansi paru
 Perkusi thorak anterior
dan posterior
 Catat lokasi trakea
 Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan
paradoksis)

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


 Auskultasi suara napas,
catat area penurunan/tidak
adanya ventilasi dan suara
tambahan
 Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan
napas utama
 Auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
 Monitor nilai fungsi paru
terutama kapasitas vital
paru volume inspirasi
max,expirasi max
 Monitor hasil ventilasi
mekanik
 Monitor kelelahan
kecemasan dan
kekurangan udara pada
pasien
 Catat perubahan pada
saturasi o2 volume tidal
akhir co2 dan perubahan
analisa gas darah
 Monitor kemampuan
batuk efektif klien
 Catat onset lama dan
karakteristik batuk
 Monitor sejresi pernafasan
pasien
 Monitor ketat pasien
beresiko tinggi alami
gangguan respirasi
mis,pasien dengan therapy
opioid bayi baru lahir
pasien dengan ventilasi
mekanik,pasien dengan
luka bakar diwajah dan
dada,gangguan
neuromuskuler
 Monitor keluhan sesak
nafas pasien
 Monitor suara serak dan
perubahan suara pada
pasien luka bakar
 Monitor krepetasi pada
pasien
 Monitor hasil foto torax
 Buka jalan nafas dengan
jaw trus atau chinlift
 Posisikan pasien ke
samping miring,mencegah
aspirasi teknik loogrol
untuk curiga cedera leher
 Berikan bantuan resusitasi
jika di perlukan

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


 Berikan bantuan therapi
nafas jika di perlukan

Manajemen asam basa


 Pertahankan kepatenan
jalan masuk IV
 Pertahankan jalan napas
 Pantau ABC (acid-base
management) dan tingkat
elektrolit, jika didapatkan
 Pantau status
hemodinamik yaitu CVP,
MAP, PCWP, jika
diperlukan
 Pantau untuk kekurangan
cairan (mis : muntah,
diare, diuresis) jika
diperlukan
 Posisi untuk fasilitasi
kekuatan ventilasi (mis :
buka jalan nafas dan
mengangkat kepala dari
tempat tidur)
 Monitoring kecendrungan
ph arteri paco2,hco3
dalam rangaka
mempertimbangkan jenis
ketidak seimbangan yang
terjadi repiratorik,atau
metabolic dan kompensasi
fisiologis yang terjadi
 Pertahankan pemeriksaan
berkala terhadap PH arteri
dan plasma elektrolit
untuk membuat
perencanaan yang akurat
 Monitor AGD serta urin
elektrolit jika diperlukan
 Monitor dkomplikasi dari
koreksi asam basa
 Pantau status pernapasan
 Monitor adanya gejala
gagal nafas
 Monitor intake output
 Monitor hemodinamik
 Monitor kehilangan asam
basa(muntah,pengeluaran
ngt,diare dan diuresis,
 Monitor status
neurologis(penurunan
kesadaran)
 Sediakan dukungan
ventilator mekanik jika di
butuhkan
 Sediakan hidrasi adekuat
dan restorasi dari volume
cairan normal jika di
butuhkan

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


 Sedasi pasien untuk
menurunkan hiperventilasi
 Atasi demam
 Berikan pengobatan nyeri
 Berikan terapi oksigen,
jika diperlukan
 Berikan agen microbial
dan bronkodilator dengan
tepat
 Berikan aliran oksigen
yang rendah dan monitor
untk narcosis co2 pada
kasus hiperkapni kronik
 Instruksikan pasien dan
keluarga mengenai
tindakan yang telah di
sarankan untuk mengatasi
ketidakseimbangan asam
basa

2. Bersihan Jalan Napas Tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas
Efektif keperawatan selama x  Buka jalan napas dengan
diharapkan: teknik chin lift
Definisi  Posisikan pasien untuk
Ketidakmampuan untukmembe- NOC memaksimalkan ventilasi
rsihkan sekresi atau obstruksi Status pernafasan  Lakukan fisioterapi dada
saluran nafas untuk mem- Kepatenan jalan nafas sebagaimna mestinya
pertahankan bersihan jalan nafas  Buang sekret dengan
Kriteria hasil : memotivasi pasien untuk
Batasan karakteristik  Tingkat agitasi melakukan batuk atau
 Dispneu  Tingkat kecemasan menyedot lendir
 Penurunan suara nafas  Pencegahan aspirasi  Motivasi pasien untuk
 Orthopneu  Respon ventilasi bernafas pelan
 Sianosis mekanik  Gunakan teknik yang
 Kelainan suara nafas  Status frekuensi nafas menyenangkan untuk
 Kesulitan berbicara  Kontrol gejala memotivasi bernafas dalam
 Batuk- tidak efekotif atau  Vital sign. kepada anak-anak
tidak ada  Intruksikan bagaimana
 Mata melebar cara batuk efektif
 Produksi sputum  Bantu dengan dorongan
 Gelisah spirometer
 Perubahan frekuensi dan irama  Auskultasi suara napas,
nafas catat area yang
ventilasinya menurun atau
Faktor yang berhubungan tidak adanya suara napas
 Obstruksi jalan nafas tambahan
 Spasme jalan nafas  Lakukan penyedotan
 Sekresi tertahan melalui endotrakeal atau
 Banyaknya mukus nasotrakea
 Sekresi bronkus  Kelola pemberian
 Adanya eksudat di alveolus bronkodilator
 Adanya benda asing di jalan  Kelola oksigen yang
nafas dilembabkan
 Ambil benda asing jika
terjadi sumbatan

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


 Posisikan untuk
memiringkan jika sesak
 Monitor status pernafasan
dan oksigenasi.

NIC:
 Airway Suction
 Pastikan kebutuhan
oral/tracheal suctioning
 Auskultasi suara napas
sebelum dan sesudah
suctioning
 Informasikan pada klien
dan keluarga tentang
suctioning
 Minta klien napas dalam
sebelum suction
dilakukan.
 Berikan O2 dengan
menggunakan nasal untuk
memfasilitasi suksion
nasotrakeal
 Gunakan alat yang steril
setiap melakukan tindakan
 Anjurkan pasien untuk
istirahat dan napas dalam
setelah kateter dikeluarkan
dari nasotrakeal
 Monitor status oksigen
pasien
 Ajarkan keluarga
bagaimana cara
melakukan suksion
 Hentikan suksion dan
berikan oksigen apabila
pasien menunjukkan
bradikardi, peningkatan
saturasi O2, dll.

3 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan NIC:


keperawatan selama x
Definisi: diharapkan: Pain Management
Sensori yang tidak menyenangkan  Lakukan pengkajian nyeri
dan pengalaman emosional yang NOC: secara komprehensif
muncul secara aktual atau termasuk lokasi,
potensial kerusakan jaringan atau  Pain Level karakteristik, durasi,
menggambarkan adanya  Pain control, frekuensi, kualitas dan
kerusakan.  Comfort level faktor presipitasi
 Observasi reaksi nonverbal
(Asosiasi Studi Nyeri Kriteria Hasil: dari ketidaknyamanan
Internasional): Serangan  Mampu mengontrol nyeri  Gunakan teknik komunikasi
mendadak atau pelan (tahu penyebab nyeri, terapeutik untuk mengetahui
intensitasnya dari ringan sampai mampu menggunakan pengalaman nyeri pasien
berat yang dapat diantisipasi tehnik nonfarmakologi  Kaji kultur yang
dengan akhir yang dapat untuk mengurangi nyeri, mempengaruhi respon nyeri
diprediksi dan dengan durasi mencari bantuan)  Evaluasi pengalaman nyeri
kurang dari 6 bulan.  Melaporkan bahwa nyeri masa lampau
berkurang dengan  Evaluasi bersama pasien
Batasan Karakteristik: dan tim kesehatan lain

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


 Laporan secara verbal atau non menggunakan manajemen tentang ketidak efektifan
verbal nyeri kontrol nyeri masa lampau
 Fakta dari observasi  Mampu mengenali nyeri  Bantu pasien dan keluarga
 Posisi antalgic untuk (skala, intensitas, untuk mencari dan
menghindari nyeri frekuensi dan tanda nyeri) menemukan dukungan
 Gerakan melindungi  Menyatakan rasa nyaman  Kontrol lingkungan yang
 Tingkah laku berhati-hati setelah nyeri berkurang dapat mempengaruhi nyeri
 Muka topeng  Tanda vital dalam rentang seperti suhu ruangan,
 Gangguan tidur (mata sayu, normal pencahayaan dan kebisingan
tampak capek, sulit atau  Kurangi factor presipitasi
gerakan kacau, menyeringai) nyeri
 Terfokus pada diri sendiri  Pilih dan lakukan
 Fokus menyempit (penurunan penanganan nyeri
persepsi waktu, kerusakan (farmakologi, non
proses berpikir, penurunan farmakologi dan inter
interaksi dengan orang dan personal)
lingkungan)  Kaji tipe dan sumber nyeri
 Tingkah laku distraksi, contoh : untuk menentukan
jalan-jalan, menemui orang lain intervensi
dan/atau aktivitas, aktivitas  Ajarkan tentang teknik non
berulang-ulang) farmakologi
 Respon autonom (seperti  Berikan analgetik untuk
diaphoresis, perubahan tekanan mengurangi nyeri
darah, perubahan nafas, nadi  Evaluasi keefektifan control
dan dilatasi pupil) nyeri
 Perubahan autonomic dalam  Tingkatkan istirahat
tonus otot (mungkin dalam  Kolaborasikan dengan
rentang dari lemah ke kaku) dokter jika ada keluhan dan
 Tingkah laku ekspresif (contoh tindakan nyeri tidak berhasil
: gelisah, merintih, menangis,  Monitor penerimaan pasien
waspada, iritabel, nafas tentang manajemen nyeri
panjang/berkeluh kesah)
 Perubahan dalam nafsu makan Analgesic Administration
dan minum  Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
Faktor yang berhubungan: derajat nyeri sebelum
 Agen injuri (biologi, kimia, pemberian obat
fisik, psikologis)  Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan
frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
 Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
 Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
 Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
 Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


 Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)

4 Hipotermi Setelah dilakukan tindakan Perawatan hipotermi


Definisi: keperawatan selama x  Monitor suhu pasien
Suhu tubuh di bawah kisaran diharapkan menggunakan alat
normal Noc pengukur dan rute yang
Batasan karakteristik tepat
 Suhu tubuh dibawah kisaran Thermoregulasi  Bebaskan klien dari
normal lingkungan yang dingin
 Kulit dingin Kriteria hasil  Bebaskan pasien dari
 Dasar kuku sianotik Suhu tubuh dalam rentang pakaian yang dingin dan
 Hipertensi normal basah
 Pucat TTV dalam batas normal  Tempatkan pasien posisi
 Piroleksi telentang
 Menggigil  Berikan pemanas
 Pengisian ulang kapiler pasif(selimut)
lambat  Berikan pemanas
 Takikardi eksternal
Faktor yang berhubungan  Berikan pemanas internal
 Penuaan  Monitor adanya gejala
 Komsumsi alcohol hipotermi
 Kerusakan hipotalamus  Monitor adanya syok
 Penurunan kemampuan  Identifikasi factor lain
menggigil yang menyebabkan
 Penurunan laju metabolism hipotermi
 Penguapan/evaporasi kulit Pengaturan suhu peri
dilingkungan yang dingin operatif
 penyakit  Identifikasi anastesi yang
 pemajanan lingkungan yang akan di gunakan
dingin  Identifikasi pada pasien
 tidak beraktifitas adanya factor resiko
 pemakaian pakaian yang mengalami suhu tubuh
tidak adekuat abnormal
 malnutrisi  Hangatkan pasien dengan
 medikasi trauma alat penghangat aktif
 Pindahkan pasien
menggunakan alat yang
hangat
 Sesuaikan suhu sekitar
ruangan
 Minimalakan paparan jika
memungkinkan
 Monitor suhu cairan
irigasi
 Berikan cairan irigasi
hangat
 Hangatkan cairan
intravena
 Sediakan dan atur peng
hangat darah
 Monitr suhu kontinyu
 Monitor ekg

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


5 Ketidakseimbangan Nutrisi: Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
Kurang dari kebutuhan tubuh keperawatan selama x  Tentukan status gizi pasien
diharapkan: dan kemampuan pasien
Definisi memenuhi kebutuhan gizi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk NOC  Identifikasi alergi atau
memenuhi kebutuhan metabolik Status nutrisi intoleransi makanan
Status nutrisi : asupan nutrisi  Intruksikan pasien
Batasan karakteristik mengenai kebutuhan
 Kram abdomen Kriteria hasil : nutrisi
 Nyeri abdomen  Nafsu makan  Tentukan jumlah kalori
 Ganguan sensasi rasa  Eliminasi usus dan jenis nutrisi yang
 Berat badan 20% atau lebih di  Tingkat ketidaknyamana dibutuhkan pasien
bawah rentang berat badan  Pengetahuan :diet sehat  Berikan pilihan makanan
ideal  Kesehatan mulut sambil menawarkan
 Kerapuhan kapiler  Status menelan bimbingna terhadap pilihan
 Diare  Perfusi jaringan perifer makanan yang lebih sehat
 Kehilangan rambut berlebihan  Berat badan : massa  Ciptakan lingkungan yang
 Enggan makan tubuh optimal pada saat
 Asupan makanan kurang dari mengkonsumsi makanan
recommended daily allowace  Lakukan dan bantu pasien
(RDA) terkait dengan perawatan
 Bising usus hiperaktif mulut sebelum makan
 Kurang informasi  Berikan obat-obatan
 Kurang minat pada makan sebelum makan (analgetik)
 Tonus otot menurun jika diperlukan
 Kesalahan informasi  Tawarkan makanan ringan
 Kesalahan persepsi dan padat gizi
 Membran mukosa pucat  Pastikan diet mencakup
makanan tinggi kandungan
 Ketidakmampuan memakan
serat untuk mencegah
makanan
konstipasi
 Cepat kenyang setelah makan
 Manitor kalori dan asupan
 Sariawan rongga mulut
makanan
 Kelemahan otot pengunyah
 Monitor kecendrungan
 Kelemahan otot untuk
terjadinya penurunan dan
menelan
kenaikan berat badan
 Penurunan berat badan dengan
 Bantu pasien untuk
asupan makan adekuat
mengakses program-
program gizi komunitas.
Faktor yang berhubungan
 Asupan diet kurang
 Populasi beresiko
 Faktor biologis
 Kesulitan ekonomi
 Ketidakmampuan untuk
mengabsorbsi nutrient
 Ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
 Ketidakmampuan menelan
makanan
 Gangguan psikososial

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019


DAFTAR PUSTAKA

anestesiologi-indonesia.org. (2018, 28 Juli). Mengenal Lebih Detail Tentang Anestesi


Umum. Diakses pada tanggal 02 November 2019. https://www.anestesiologi-
indonesia.org/anestesi-umum/

anestesiologi-indonesia.org. (2018, 30 Juli). Mengenal Lebih Detail tentang Anestesi


Lokal. Diakses pada tanggal 02 November 2019. https://www.anestesiologi
indonesia.org/anestesi-regional/

anestesiologi-indonesia.org. (2018, 03 Agustus). Mengenal Lebih Detail tentang


Anestesi Regional. Diakses pada tanggal 02 November 2019.
https://www.anestesiologi-indonesia.org/anestesi-regional/

Brunner and Suddart. 2002. Perawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Barbara C Long. 1989. Praktek Perawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Dongoes, E. Marilyn. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Herdman T.H., Kamitsuru S. (2018) NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi


& Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11. Jakarta: EGC
Kozier,Erb,Berman,Snyder. 2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7

Volume 2. EGC: Jakarta

Moorhead S., Johnson M., Maas M.L., Swanson E. (2013) Nursing Outcome

Classification (NOC) Edisi Kelima.Yogyakarta: Mocomedia

Tartowo dan Wartonah.(2006). Kebutuhan dasar Manusia dan Proses Keperatawan

Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika

Fakultas Kedokteran UI. 2017. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: FAK Kedokteran UI

Nurarif, Amin huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC-NC Jilid 2.
Yogyakarta : Media Action

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH/ Tahap Profesi / Program Studi Ners/ SMBP-2019

Anda mungkin juga menyukai