Anda di halaman 1dari 17

A.

JUDUL PENELITIAN : MENGANALISA TINDAK TUTUR


MASYARAKAT PADA PENGAMEN JALANAN DI SIMPANG
EMPAT AKSARA DAN PENGAMEN JALANAN DI FLY OVER
JAMIN GINTING

B. LATAR BELAKANG
Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi paling penting untuk
mempersatukan seluruh bangsa. Oleh sebab itu, Bahasa Indonesia merupakan alat
mengungkapkan diri baik secara lisan maupun tulisan, dari segi rasa harsa dan
cipta serta pikir baik secara efektif dan logis. Semua warga negara Indonesia harus
mahir dalam menggunakan Bahasa Indonesia karena itu merupakan kewajiban
bergaul di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Penggunaan sapaan dalam berkomunikasi tidak hanya dilihat dari cara


penutur memanggil atau menyapa petuturnya, tetapi juga perlu diperhatikan
respons petuturnya. Sesuai dengan teori tindak tutur J.R. Searle menyatakan
bahwa jika seseorang menuturkan sebuah kalimat dapat mengatakan atau
menginformasikan sesuatu atau melakukan sesuatu, atau mempengaruhi teman
tuturnya.

Namun kebanyakan yang kita tahu, seiring perkembangan zaman Bahasa


Indonesia mulai mengalami perubahan terutama pada tutur sapa masyarakat.
Sama halnya dengan pengamen, fenomena pengamen jalanan memang sering kita
jumpai seperti di terminal, simpang jalan, simpang lampu merah daerah pasar dan
lain lain.Kebanyakan para pengamen yang sering kita jumpai di dominasi oleh
kalangan remaja bahkan anak anak. Bahasa remaja selalu menunjukkan
kekhasannya. Remaja cendrung bersikap demikian agar diakui eksistensinya oleh
orang lain atau masyarakat sekitar.

Seperti yang kita ketahui pandangan masyarakat ketika mendengar kata


pengamen adalah kasar, tidak sopan, keras dan sebagainya. Nah inilah yang
melatarbelakangi kami melakukan tindak tutur dikalangan pengamen untuk
melihat bagaimana tindak tutur mereka. apakah ada perubahan dari tahun ketahun
atau malah semakin memburuk.

1
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat dari latar belakang tersebut adalah :
1. Bagaimana tindak tutur pengamen jalanan di simpang aksara?
2. Bagaimana tindak tutur pengamen jalanan di fly over jamin ginting?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian yang dilakukan adalah :
1. Mengetahui tindak tutur pengamen jalanan di simpang aksara.
2. Mengetahui tindak tutur pengamen jalanan di fly over jamin ginting.

2
C. PENGUMPULAN DATA
1. Desain Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat yang berbeda dan hari yang
berbeda pula. Pada tempat pertama penelitian dilakukan di daerah Aksara, tepat
nya simpang aksara di lampu merahnya, dan itu dilakukan pada hari selasa 17
April 2018. Penelitian kedua dilakukan di daerah yang berbeda yaitu di Jl. Jamin
Ginting tepatnya simpang Fly Over Jamin Ginting, dan itu dilakukan pada hari
Senin, 23 April 2018. Setelah itu dilihat bagaimana tutur kata atau bahasa yang
digunakan pengamen tersebut dengan melakukan wawancara dan observasi
langsung pada mereka.

2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian terdiri dari 6 orang, yaitu 3 orang pengamen yang berada
di daerah Aksara, dan 3 orang pengamen yang berada di daerah fly over Jamin
Ginting.

3. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yaitu dengan cara observasi langsung dan
melakukan wawancara dengan narasumber secara langsung untuk mendapat hasi
yang akurat.

4. Metode Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan adalah Kualitatif. Setelah semua data
terkumpul, lalu dilakukan analisis tentang bagaimana tutur bahasa pada
pengamen di daerah Aksara dengan tutur bahasa pengamen di daerah Jl. Jamin
Ginting tepatnya di simpang Fly Over nya. Lalu setelah itu dilakukanlah
perbandingan dengan melihat tutur bahasa nya , dan juga melihat bagaimana tutur
bahasa pada pengamen dengan mengambil sampel ditempat yang berbeda.
Analisis data dilakukan secara menyeluruh dan sesuai dengan fakta atau data yang
diperoleh peneliti. Setelah data dianalisis lalu ditarik kesimpulan dari data yang
diperoleh tersebut.

3
D. MEMERIKSA KEABSAHAN DATA
Keabsahan data diperlukan untuk menunjukkan bahwa data yang diperoleh
adalah sahih, dapat dipercaya, dan akurat. Terdapat kriteria yang harus dipenuhi
dalam pelaksanaan teknik pemeriksaan keabsahan data penelitian kualitatif adalah
a) derajat kepercayaan (credibility), b) keteralihan (transferability), c)
kebergantungan (dependability), dan d) kepastian (confirmability).
a) Derajat kepercayaan (credibility)
1. Perpanjangan keikutsertaan
 Peneliti terjun langsung mengamati objek penelitian
 Penelitian dilakukan dalam 2 hari berbeda, karena keterbatasan waktu.
2. Ketekunan pengamatan
Peneliti memperoleh informasi mengenai lokasi objek penelitian dan
kemudian mengunjungi secara langsung tempat para pengamen
melakukan aksinya, yaitu di lampu–lampu merah fly over jamin ginting
dan aksara serta memperoleh informasi secara langsung dari pengamen
(objek penelitian).
3. Triangulasi
 Peneliti terlebih dahulu meminta izin untuk melakukan percakapan
dengan narasumber, kemudian direkam tanpa sepengatuhan
narasumber (pengamen) dan selanjutnya mencatat hasil percakapan
dan pengamatan yang dilakukan.
 Peneliti melakukan pengamatan pada dua tempat yang berbeda untuk
melihat perbandingan tingkat kecakapan bertutur objek yang diteliti.
4. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi
Kami para peneliti, mendengarkan hasil wawancara yang telah
direkam dan melakukan diskusi dengan tujuan mendapatkan hipotesis.
5. Kecukupan referensi
Sebelum melakukan penelitian, kami para peneliti mengumpulkan
referensi yang relevan dengan judul penelitian untuk keperluan evaluasi,
analisis, dan penafsiran data.

b) Keteralihan dengan teknik pemeriksaan

4
Para peneliti akan menguraikan penelitian secara rinci pada analisa data dan
pembahasan hasil analisa data dengan menggunakan teori–teori yang relevan dan
penelitian relevan yang sudah dilakukan sebelumnya oleh peneliti–peneliti lainnya
sebagai referensi.

c) Kebergantungan dengan teknik pemeriksaan


Peneliti mengumpulkan data dengan cara merekam percakapan yang
dilakukan dengan narasumber (pengamen). Peneliti melakukan penelitian pertama
pada hari Selasa, 17 April 2018 yang bertempat di simpang pajak aksara dengan
jumlah subjek penelitian sebanyak 3 orang pengamen dan hari setelahnya,
penelitian dilakukan pada hari Senin, 23 April 2018 yang bertempat di
persimpangan fly over jamin ginting dengan jumlah subjek sebanyak 2 orang
pengamen. *Perekaman suara saat wawancara terlampir.

d) Kepastian
Kepastian yang diberikan pada penelitian ini akan terlihat pada analisa data
penelitian.

5
E. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
 Peneliti mendatangi 3 orang pengamen (SimpangEmpatAksara)
Peneliti : Bang, boleh ngomong sebentar?
Pengamen 1 : Abang temannya kakak – kakak itu?
Peneliti : Enggak. Oh iya, satu kelasku itu.
Pengamen 2 : Sebentar dulu ya bang.
Pengamen berbisik–bisik dan menjauh dari peneliti (mereka menyadari bahwa
peneliti ingin mengambil sampel sebagai pemenuhan tugas kuliah)
3 menit kemudian peneliti kembali menghampiri ketiga pengamen tersebut.
Peneliti : Jadi gak boleh ini, bang?
Pengamen 2 : Gini bang, kami pahit–pahit aja ngomong yakan, nah
itu terserah abang mau atau gimana kami ngeladeni atau
ibaratnya orang–orang kayak abang ini sering kali kami
jumpai.
Pengamen 3 : Udah biar ajalah.
Pengamen 2 :Enggak, diam dulu ko! Udah sering kali jumpain orang
kayak abang ini dari UNIMED dari UMA dari apalah.
Jadi ini kami gak mau apa, kami gak mau basa–basi,
kami ngomong pahit – pahitnya aja bang. Istilahnya gini,
abangkan di sini karna tugas kuliah, kami di sini ngamen.
Ibaratnya waktu kami terbuang, yaitu pengertian
abanglah. Udah paham abang maksudnya, kan? Gak
kami patokkan kalau abang mau ngajak kami untuk
istilahnya wawancara kami siap, Cuma kami mau
pengertian abang, gak kami patokkan.
Peneliti : Ya, aku cuma 1 botol aquanya bisa kukasih, bang.
Pengamen 2 : Iya karena waktu kami habis
Pengamen 1 :Bukan nolak kami bang. Cuma abang pikir–pikirlah
dulu, kami gak patokkanlah pokoknya bang.
Peneliti meninggalkan ketiga pengamen tersebut dan berdiskusi dengan
kelompok. Kelompok tetap melaksanakan penelitian dengan memberi upah Rp.
15.000 kepada ketiga pengamen tersebut

6
.Dari analisis data di atas, berikut penggunaan tindak tutur yang dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu :
1) Tindak tutur berdasarkan daya tutur, meliputi tindak tutur lokusi,
ilokusi dan perlokusi
a) Lokusi
i) Bentuk pernyataan (deklaratif)
Peneliti : “Jadi gak boleh ini, bang?”
Pengamen 2 :”Gini bang, kami pahit–pahit aja
ngomong yakan, nah itu terserah abang
mau atau gimana kami ngeladeni atau
ibaratnya orang–orang kayak abang ini
sering kali kami jumpai.”
Kalimat “orang–orang kayak abang ini sering kali kami
jumpai” merupakan tuturan si penutur untuk memberi
informasi bahwa mereka sering menghadapi kalangan
mahasiswa seperti peneliti untuk memperoleh data. Dengan
demikian mitra tutur memperoleh fakta tentang keadaan
yang dialami si pengamen sebagai penutur.
ii) Bentuk pertanyaan (interogatif)
Pengamen 1 :” Abang temannya kakak – kakak itu?”
Peneliti :” Enggak. Oh iya, satu kelasku itu.”
Kalimat Abang temannya kakak – kakak itu? merupakan
tuturan untuk memperoleh kepastian apakah si peneliti
merupakan teman dari teman-teman lain yang sebelumnya
mendatanginya. Dengan demikian peneliti memberikan
jawaban sesuai dengan pertanyaan tersebut
iii) Bentuk perintah (imperaktif)
Pengamen 3 : “Udah biar ajalah.”
Pengamen 2 :”Enggak, diam dulu ko!...”
Kalimat yang dinyatakan pengamen dua ”Enggak, diam
dulu ko!...” merupakan bentuk kalimat perintah yang
dituturkan agar mitra tuturnya sesama kawan pengamen

7
menghentikan bicaranya dan membiarkan si penutur untuk
berdialog.
b) Ilokusi
i. Asertif
Pengamen 2 : ”Enggak, diam dulu ko! Udah sering kali
jumpain orang kayak abang ini dari
UNIMED dari UMA dari apalah. Jadi ini
kami gak mau apa, kami gak mau basa–
basi, kami ngomong pahit – pahitnya aja
bang. Istilahnya gini, abangkan di sini
karna tugas kuliah, kami di sini ngamen.
Ibaratnya waktu kami terbuang, yaitu
pengertian abanglah. Udah paham abang
maksudnya, kan? Gak kami patokkan kalau
abang mau ngajak kami untuk istilahnya
wawancara kami siap, Cuma kami mau
pengertian abang, gak kami patokkan.”
Kalimat ditebalkan di atas merupakan pernyataan yang
dituturkan si penutur untuk mengikat mitra tuturnya tentang
kepentingan masing-masing dari apa yang diungkapkannya.
Kemudian diteruskan dengan claiming bahwa waktu si
penutur terbuang untuk meladeni dialog dengan mitra
tuturnya.
ii. Direktif
Setelah memberikan pernyataan yang asertif, penutur
kemudian melanjutkan pernyataannya ke arah disertif
Pengamen 2 : ”Enggak, diam dulu ko! Udah sering kali
jumpain orang kayak abang ini dari
UNIMED dari UMA dari apalah. Jadi ini
kami gak mau apa, kami gak mau basa–
basi, kami ngomong pahit – pahitnya aja
bang. Istilahnya gini, abangkan di sini

8
karna tugas kuliah, kami di sini ngamen.
Ibaratnya waktu kami terbuang, yaitu
pengertian abanglah. Udah paham abang
maksudnya, kan? Gak kami patokkan kalau
abang mau ngajak kami untuk istilahnya
wawancara kami siap, Cuma kami mau
pengertian abang, gak kami patokkan.”
Kalimat “yaitu pengertian abanglah” merupakan
pernyataan berupa requesting penutur kepada mitra
tuturnya untuk memberi pengertian akan keadaan yang
diderita si penutur dengan harapan mitra tutur memberikan
uang sebagai bentuk ganti waktu untuk berdialog dengan si
penutur.
iii. Ekspresif
Pengamen 1 :”Bukan nolak kami bang. Cuma abang
pikir–pikirlah dulu, kami gak patokkanlah
pokoknya bang”.
Tuturan si pengamen di atas adalah bentuk ekspresif yang
dimaksudakan agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi
tentang hal yang ada di dalam tuturannya.
Dialog lainnya yang menyatakan bentuk ekspresif dari si
penutur adalah sebagai berikut
Pengamen 2 : Sebentar dulu ya bang.(pergi)

c) Perlokusi
Dari dialog yang dilakukan peeliti dengan dengan pengamen tidak
ditemukan tutran berbentuk perlokusi selama peneltian.

2) Tindak tutur berdasarkan fungsi


Tindak tutur yang dilakukan oleh pengamen di simpang aksara
berdasarakn fungsinya adalah tindak tutur yang asertif, direktif serta
ekspresif. Bentuk percakapannya seperti dipaparkan di atas.

9
 Peneliti mengamati pengamen di FLY OVER JAMIN GINTING
(Saat dimana lampu merah dan pengamen sedang mengamen di jalan dan peneliti
berjalan di dekatnya).
Peneliti : Bang, di sini kan ada banyak tuh, yang nyewa-nyewa
gitar, gak pernah ada masalah? Kan ada tuh yang baru –
baru ngamen gitu?
Pengamen : Gak la bang.
Peneliti : Gimana kalau orang yang pengamen ngamen disini,
dibolehin gak?
Pengamen : Boleh
Peneliti : Semua angkot di sini?
Pengamen :Tergantung jugalah, bang. Kalau misalkan mukanya gak
enak gak berani jugalah, misalnya kek gini kan ada
angkot bagi – bagi jugalah.
Pengamen pergi sejenak dengan kawannya utuk menghamiri angkot yang
berhenti karena lampu merah
Peneliti : Disini gak pernah perangya?
Pengamen : Pernahlah,udah bosan..
Peneliti : Sampai maki-makian gitulah, ya?
Pengamen : Maki–makianlah semuanya,hahaha.
Peneliti : Gak pala ngomong gitu,main tangan aja?
Pengamen : Ngomong dulu, kalo dia ngotot gak terima, barulah.
Ada dulu di sini dilarikannya gitar kawanku, melawan
kuhabiskanlah.
Peneliti : Ada geng – geng jugalah ya?
Pengamen :Di sini gak ada geng, bang. Netral aja. Pande – pandelah
pokoknya. Mana yang salah mana yang benar ajanya.
(Setelah lampu hijau peneliti berjalan mencari pengamen dari sisi lain).
Peneliti : Boleh tahu namanya siapa?
Pengamen I : Jhonatan
Peneliti : Jhonatan, sudah lama disini? Ngamen juga bang?
Pengamen II : Bentar lagilah.

10
Peneliti : Sudah banyak orderan ya?
Pengamen II : Baru datang
Peneliti : Berapa lama sudah ngamen disini?
Pengamen II : Udah 3 tahunlah bang.
Peneliti : 3 tahun di sini, gak sekolah emang?
Pengamen II : Sekolah
Peneliti : Kelas berapa?
Pengamen I : X bang
Peneliti : Jadi pulang sekolah ke sinilah bang, kenapa ngamen
bang?
Pengamen I : Uang jajan gak cukup, nambah – nambah kawan juga.
Peneliti : Jadi ini udah akrablah ya bertiga? Berapa lama lah
kalian udah disini?
Pengamen I :Udah lama jugalah bang
Peneliti : Hmm dia sekolah?
Pengamen I : Sekolah bang.
Pengamen III : Mo ngambel paket nanti SMP
Peneliti : Marga apa kamu bang?
PengamenIII : Hutabarat, abang marga apa bang?
Peneliti : Abang marga Samosir,nanti ngamen lagi?
PengamenII : Ngamen bang, sampek malam.
Peneliti : Berapa jam sehari biasanya?
PengamenIII : Gak tentu bang.
Peneliti : Jadi omsetnya?
PengamenI : Gak tentu juga bang, kadang kalo rame mau 60.
Peneliti : Tapi kalau sepi?
PengamenII : Mau cuma 30 ajaabang.
Peneliti : Biasanya sehari pasti dapat 30 lahya.
Pengamen I : Itu pasti.
Peneliti : Terus belajar gitarnya darimana?
PengamenII : Dari kawan
Peneliti : Itu beli gitar? Gitar sendiri dari hasil ngamen?

11
PengamenI : Iya bang
Peneliti : Sebelum punya gitar?
PengamenII : Dulu masih pake keroncong, masih nyewa dulu
Peneliti : Kalau nyewa itu?
PengamenIII : 10rb sehari
Peneliti : Biasanya nyewa dari manalah itu?
PengamenIII : Ada, ada apanya gitu (dimaksud ada tempat untuk
menyewa keroncongnya)
Peneliti : Oke bang, kesanalah dulu ya bang

Dari analisis data di atas, berikut dijelaskan tindak tutur pada pengamen
di djamin ginting berdasarkan daya tutur dan fungsi tuturnya
1. Tindak tutur berdasarkan daya tutur, meliputi tindak tutur lokusi,
ilokusi dan perlokusi
a. Lokusi
Konteks : setelah terjadi beberapa percakapan dengan seorang
pengamen yang sudah mempunyai gitar , peneliti yang penasaran
dengan cara si pengamen mengamen sebelum memiliki gitar
mencoba mengobati rasa penasarannya dengan dialog berikut.

Peneliti : “Sebelum punya gitar?”


PengamenII : “Dulu masih pake keroncong, masih nyewa dulu”

Tuturan Dulu masih pake keroncong, masih nyewa dulu


disampaikan penutur kepada mitra tutur adalah menginformasikan
bahwa sebelumnya si penutur menggunakan keroncong yang
disewa untuk mengamen.Tuturan tersebut merupakan tuturan
berbentuk lokusi karena si penutur hanya memberikan informasi
tentang kenyataan yang ada tanpa mengandung maksud atau
tujuan.

b. Ilokusi

12
Konteks : percakapan terjadi antara peneliti dengan dua orang
pengamen dengan kondisi satu aktif berbicara dan satu lagi pasif
dan cenderung diam.
Pengamen :Tergantung jugalah, bang. Kalau misalkan
mukanya gak enak gak berani jugalah, misalnya
kek gini kan ada angkot bagi – bagi jugalah.
Pengamen pergi sejenak dengan kawannya utuk menghamiri
angkot yang berhenti karena lampu merah
Tuturan “misalnya kek gini kan ada angkot bagi – bagi jugalah.”
bukanlah kalimat pasif, kalimat tersebut yang disertai dengan
perginya kedua pengamen tersebut mendatangi angkot untuk sesaat
merupakan kalimat yang aktif. Kalimat tersebut menjadi aktif
apabila tujuan kalimat tersebut kepada teman pengamennya, dan
peneliti mengasumsikan tujuan kalimat terseut adalah kepada
teman sepekerjaannya dkareakan tindakan setelah kalimat yang
dilakukan.
Sedemikian tuturan tersebut merupakan penyampaian pesan kepada
mitra tutur dengan mengharapkan respon sesuai dengan yang
dituturkan (dalam kondisi ini pengamen harus saling berbagi
angkot untuk didatangi).

c. Perlokusi
Tindak tutur perlokusi meliputi tindak tutur membujuk, tindak
tutur menjengkelkan, tindak tutur menarik perhatian.
Dan tindak tutur seperti ini cenderung tidak ditemukan selama
penelitian yang dilakukan bersama pengamen di Djamin Ginting.

2. Fungsi ilokusi yang digunakan dalam percakapan dengan pengamen di


Djamin Ginting adalah asertif, direktif dan ekspresif.
Pengamen :Tergantung jugalah, bang. Kalau misalkan mukanya gak
enak gak berani jugalah, misalnya kek gini kan ada angkot
bagi – bagi jugalah.

13
Menimbang lawan bicara pengamen bukan peneliti saja jadi tuturan ”
Kalau misalkan mukanya gak enak gak berani jugalah” merupakan
bentuk tuturan asertif dimana tuturan yang diberikan mengikat mitra
tuturnya dengan sebuah fakta agar tidak semena-mena menghampiri
angkot lapak untuk mengamen, kemudian setelahnya disertai tuturan
yang direktif yakni supaya mitra tuturnya melakukan apa yang
disebutkan dalam tuturan sebagai berikut :” ...,misalnya kek gini kan
ada angkot bagi – bagi jugalah.”. Tuturan tersebut mengingini
pengamen lainnya paham untuk segera mencari angkot yang berbeda
dengan lapaknya.
Dari pengamatan peneliti menyaksikan kegiatan mengamen yang
dilakukan oleh objek yang diamati, pengamen juga bertindak-tutur
dengan tidak terlalu ekspresif, hanya ada beberapa pernyataan
ekspresif yang dilotarkan selama mengamen seperti tuturan “dikasih
senyum saya senang, dikasih seribu saya makan”(catatan. Tuturan
tersbut tidak tersimpan dalam record peneliti, namun disaksikan oleh
peneliti.), selebihnya tidak banyak tuturan ekspresif si pengamen
selama bercakap-cakap dengan peneliti.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di dua jalan lintas tutur bahasa
yang digunakan baik. Bahasa yang digunakan pengamen tersebut adalah bahasa
non – baku. Pengamen juga mengatakan sesuai pertanyaan yang diajukan oleh
peneliti.
Dari kedua jalan lalu lintas tersebut yang didatangi oleh peneliti, tutur
bahasa yang digunakan pengamen baik dan sopan. Hanya saja ada beberapa dari
mereka yang memiliki cara atau gaya berbicara yang terkesan sedikit kasar dan
membuat orang berbicara dengannya tidak nyaman. Pengamen di dua jalan lalu
lintas tersebut juga berbicara dengan baik ketika peneliti bertanya tentang suatu
hal. Dari kedua jalan lalu lintas itu juga dapat dilihat bahwa bahasa yang
digunakan pengamen tersebut adalah bahasa non – baku. Mereka cenderung
berbicara seperti biasa (seperti bahasa umum dalam kehidupan sehari–hari) dan
sangat jarang menggunakan bahasa baku.

14
Bahasa yang digunakan pengamen saat interaksi dengan pengguna jalan
terkesan ramah dan sopan, pemilihan katanya juga tidak sulit untuk dicerna.
Namun, lain halnya ketika sedang berinteraksi dengan sesama pengamen justru
mereka lebih arogan dan berbahasa kasar sehingga hanya mereka yang tahu arti
dari yang mereka ucapkan tersebut. Mereka menggunakan tutur bahasa sesuai
dengan ranahnya.

15
F. KESIMPULAN DAN SARA
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Tindak tutur pengamen baik di aksara ataupun di djamin ginting
berdasarkan daya tuturnya adalah lokusi yaitu tindak tutur untuk
menyatakan sesuatu dan ilokusi yaitu tindak tutur untuk melakukan
sesuatu , serta apabila ditinjau dari fungsinya tindak tutur dari kedua
sampel adalah asertif, direktif dan ekspresif.
2. Tindak tutur pengamen jalanan yang berada di simpang aksara
menggunakan bahasa yang cukup baik. Pilihan bahasa yang digunakan
pengamen untuk berkomunikasi adalah bahasa Indonesia non – baku,
dan tidak menggunakan bahasa daerah. Pengamen tersebut
cenderungberbicarasepertibiasa (seperti bahasa umum dalam kehidupan
sehari–hari). Namun, pengamen yang berada di simpang aksara tersebut
memiliki cara atau gaya berbicara yang terkesan sedikit kasar dan
membuat orang berbicara dengannya tidak nyaman. Tindak tutur
pengamen di aksara lebih ekspresif.
3. Tindak tuturpengamen jalanan yang berada di fly over jamin ginting
juga menggunakan bahasa yang baik. Pilihan bahasa yang digunakan
pengamen untuk berkomunikasi adalah bahasa Indonesia non – baku,
dan tidak menggunakan bahasa daerah. Berbeda dengan pengamen yang
berada di simpang aksara, pengamen yang berada di fly over jamin
ginting tersebut menggunakan bahasa yang cukup ramahdansopan,

2. Saran
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan dalam proses
berpikir ilmiah dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan pikiran kita kepada orang lain. Oleh karena itu, sebaiknya
kita semua, khususnya mahasiswa yang berada di kalangan akademika seharusnya
menanamkan sifat disiplin dalam berbahasa Indonesia. Sehingga dengan sifat
disiplin tersebut akan menjadikan bahasa Indonesia tetap lestari sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.

16
Lampiran Dokumentasi
 Lokasi : Simpang Empat Aksara

 Lokasi : Fly Over Jamin Ginting

17

Anda mungkin juga menyukai