Anda di halaman 1dari 27

REFERAT

ALOPESIA AREATA

Pembimbing :
dr. Ayu Nur Ain H., Sp.KK

Disusun Oleh :
Annisa Ayunita Ramadhani (1813020040)

KEPANITERAAN KULIT DAN KELAMIN


RSUD DR. SOESELO SLAWI KABUPATEN TEGAL
PERIODE 16 FEBRUARI 2020– 21 MARET 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
LEMBAR PENGESAHAN

Referat yang berjudul:


“Alopesia Areata”

Yang disusun oleh:


Annisa Ayunita Ramadhani 1813020040

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing;


dr. Ayu Nur Ain H., Sp.KK

Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan


Kepaniteraan Bidang Kulit dan Kelamin
Periode 16 Februari 2020– 21 Maret 2020

Slawi, Februari 2020

Pembimbing

dr. Ayu Nur Ain H., Sp.KK

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nya yang begitu
besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan referat yang berjudul
“Alopesia Areata” pada kepaniteraan bidang Kulit dan Kelamin di Rumah Sakit
Umum Daerah Dokter Soeselo.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini,
terutama kepada dr. Ayu Nur Ain H., Sp.KK selaku pembimbing yang telah
memberikan waktu dan bimbingannya sehingga referat ini dapat terselesaikan.
Penulis berharap refrat ini dapat menambah pengetahuan dan memahami
lebih lanjut mengenai “Alopesia Areata” serta salah satunya untuk memenuhi
tugas yang diberikan pada kepaniteraan bidang Kulit dan Kelamin di Rumah Sakit
Umum Daerah Dokter Soeselo.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan referat ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu, segala kritik dan saran dari semua pihak yang
membangun guna menyempurnakan makalah ini sangat penulis harapkan.
Demikian yang penulis dapat sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi berbagai pihak.

Slawi, Februari 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Perubahan Kulit selama Kehamilan..............................................................2
B. Perubahan Vaskular selama Kehamilan........................................................3
C. Perubahan Jaringan Ikat Selama Kehamilan.................................................5
D. Perubahan Pertumbuhan Rambut Selama Kehamilan..................................7
E. Perubahan Kuku Selama Kehamilan.............................................................8
F. Aktivitas Kelenjar Selama Kehamilan..........................................................8
G. Penyakit Kulit Selama Kehamilan................................................................9
BAB III KESIMPULAN........................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................20

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1. Melasma, hiperpigmentasi makular yang menyeluruh......................3


Gambar 2. 2. Telangiektasis.....................................................................................4
Gambar 2. 3. Spider angioma...................................................................................4
Gambar 2. 4. Eritema palmar...................................................................................5
Gambar 2. 5. Pyogenik Granulane...........................................................................5
Gambar 2. 6.Sstriae distense....................................................................................6
Gambar 2. 7. Striae dan linea nigra..........................................................................7
Gambar 2. 8. Prurigo gestasional.............................................................................9
Gambar 2. 9. Polymorphous Eruption of Pregnancy.............................................11
Gambar 2. 10. Beberapa gambaran Polymorphous Eruption of Pregnancy..........12
Gambar 2. 11. Atopic eruption on pregnancy........................................................13
Gambar 2. 12. Kronik eksim, dengan likenifikasi pada regio elbow.....................14
Gambar 2. 13. Pemphigoid gestasionis..................................................................15
Gambar 2. 14. Impetigo herpetiformis...................................................................17

v
BAB I
PENDAHULUAN

Rambut berperan penting dalam kehidupan sosial manusia dan menjadi


salah satu daya tarik manusia. Kehilangan rambut atau kebotakan disebut
alopesia. Berdasarkan manifestasi klinisnya alopesia dapat dikelompokkan
menjadi alopesia difus, berpola, atau setempat. Menurut mekanisme terjadinya,
alopesia dikelompokkan menjadi alopesia dengan atau tanpa disertai pembentukan
jaringan parut (sikatrikal dan nonsikatrikal).
Alopesia areata umumnya adalah penyebab kebotakan yang terjadi tiba-
tiba. Alopesia areata merupakan penyakit autoimun spesifik organ, bersifatkronis,
dimediasi oleh sel T autoreaktif CD8+, yang menyerang folikel rambut dan
kadang-kadang kuku. Alopesia areata diduga sebagai penyakit autoimun yang
disebabkan oleh respons imun yang tidak adekuat pada folikel rambut, dan
berhubungan dengan antigen. Alopesia areata (AA) adalah penyakit yang ditandai
dengan kehilangan rambut dari kulit kepala secara tiba-tiba. Alopesia areata dapat
terjadi pada anak-anak dan orang dewasa dan menyerang siapa saja tanpa
memandang usia, jenis kelamin, dan juga tipe jenis rambut. Sekitar 5% pasien AA
akan berkembang menjadi alopesia totalis (AT) atau alopesia universalis (AU).
Alopesia areata merupakan penyakit reversibel tetapi bisa berulang dan tiba-tiba,
sehingga membuat kelainan ini sangat tidak terduga dan secara emosional
mengganggu meskipun tidak mengancam nyawa.
Pasien alopesia areata juga bisa mengalami kehilangan rambut pada
beberapa area berambut lainnya seperti alis mata, bulu mata, wajah, ekstremitas,
aksila, dan pubis. Alopesia areata umumnya dihubungkan dengan penyakit asma,
rinitis alergi, dermatitis atopik, penyakit tiroid, dan penyakit autoimun seperti
tiroiditis dan vitiligo. Kelainan kuku bisa terjadisebelum, sesudah, atau muncul
bersamaan dengan terjadinya kebotakan. Alopesia areata bisa terjadi pada usia
kapan saja, ras, dan etnis manapun. Bertolak belakang dengan penyakit autoimun
yang lain seperti tiroiditis dan lupus, folikel rambut pada alopesia areata tidak
mengalami kelainan permanen dan pertumbuhan rambut baru masih tetap dapat
terjadi. Walapun kebotakan pada alopesia areata bersifat reversibel, namun dapat

1
menurunkan kepercayaan diri, mengganggu psikologis, dan kehidupan sosial
pasiennya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perubahan Kulit selama Kehamilan


Kehamilan adalah masa perubahan fisiologis yang signifikan dan
kompleks. Beberapa perubahan ini disebabkan produksi dari berbagai protein
dan hormon steroid oleh unit feto-plasenta dan juga oleh peningkatan
aktivitas dari hipofisis, tiroid, dan kelenjar adrenal. Adapun beberapa
perubahan kulit selama kehamilan yang akan dibahas1, yaitu:
1. Hiperpigmentasi
Terjadi pada hampir 90 % semua ibu hamil. Hal ini berhubungan
dengan adanya peningkatan efek Melanocyte-Stimulating-Hormone
(MSH) atau peningkatan estrogen dan progesteron. Alt Meyer dan kawan-
kawan, memperlihatkan peningkatan kadar yang bermakna dari α-MSH,
melatonin, adrenokortikotropin, atau hormon adrenokortikotropik
(ACTH).
2. Melasma
Melasma adalah hiperpigmentasi makular yang menyeluruh pada
wajah. Melasma mempengaruhi 50-75% pada wanita hamil, distribusi
tersering pada centrofasial. Walaupun istilah cloasma masih tetap dipakai,
ini hanya terbatas pada kasus-kasus yang terjadi selama hamil (topeng
kehamilan). Terjadi pada ± 70 % wanita hamil, tetapi dapat juga terjadi
pada wanita yang menggunakan kontrasepsi hormon.
3. Selective hyperpigmentation
Selective hiperpigmentation adalah hiperpigmentasi ringan
terutama pada areola mamma dan kulit sekitar genital. Leher bisa menjadi
lebih gelap, papalomatous, kemudian menjadi akantosis.

3
Gambar 2. 1. Melasma, hiperpigmentasi makular yang menyeluruh.

B. Perubahan Vaskular selama Kehamilan


Kehamilan menyebabkan dilatasi dan proliferasi pembuluh darah.
Walaupun ini diduga akibat peningkatan estrogen, mekanismenya belum
sepenuhnya diketahui.2
1. Telangiektasis, (dilatasi pembuluh darah yang menetap) oleh karena
paparan sinar matahari yang kronis atau karena radiasi.

4
Gambar 2. 2. Telangiektasis

2. Spider angioma, (nevus araneus) dengan arteriola di tengah, dikelilingi


pembuluh-pembuluh darah lebih banyak terjadi di area yang terkena
matahari. Spider angioma yang multipel juga bisa terjadi pada penyakit
yang disebabkan oleh penurunan katabolisme di hepar dan pada wanita
normal tidak hamil kelainan ini bisa hilang spontan.

Gambar 2. 3. Spider angioma

3. Eritema palmar, bisa terjadi pada banyak wanita hamil, tetapi juga
bisa dihubungkan dengan penyakit liver, karena estrogen dan penyakit
vaskular kolagen. Perubahan ini bisa berkurang tanpa terapi dan hilang
setelah persalinan.

5
Gambar 2. 4. Eritema palmar

4. Pyogenik Granulane, adalah suatu bentuk nodular yang kemerahan


dan berair, berasal dari proliferasi jaringan granulasi. Lesi ini bisa ada
di mana saja, tetapi terutama di gingiva.6 Terapinya adalah eksisi atau
kauter. Beberapa lesi bisa hilang spontan setelah melahirkan.
Bendungan vena dan meningkatnya permeabilitas pembuluh darah
selama kehamilan, umumnya disebabkan oleh edema kulit dan jaringan
subkutaneus, terutama di vulva dan kaki. Varicosities bisa terjadi di kaki
dan sekitar anus (hemoroid) menghilang setelah melahirkan walaupun
sering tidak sembuh sempurna.

Gambar 2. 5. Pyogenik Granulane

C. Perubahan Jaringan Ikat Selama Kehamilan


Perubahan-perubahan kolagen dari jaringan ikat pada kehamilan
belum terlalu jelas.3

6
1. Striae distensae
Stretch mark atau striae distensae atau striae gravidarum adalah
lesi kulit yang umum hampir 90% pada wanita hamil trimester ke tiga,
yang ditandai dengan garis-garis atrofi warna merah muda. Predileksi di
perut, bokong, payudara, atau paha. Lebih lebih sering terjadi pada wanita
yang lebih muda, wanita dengan bayi yang lebih besar, dan wanita dengan
indeks massa tubuh yang lebih. Penyebab stretch mark multifaktorial dan
termasuk faktor fisik (misalnya, peregangan kulit) dan faktor hormonal
(misalnya, efek steroid adrenokortikal, estrogen, dan relaxin pada serat
elastis kulit).

Gambar 2. 6.Sstriae distense

2. Linea nigra
Linea nigra adalah garis hiperpigmentasi yang ditemukan di perut
pada wanita hamil dan biasanya terlihat pada trimester kedua. Garis ini
biasanya vertical, berwarna hitam berpigmen kecoklatan di sepanjang garis
tengah kulit dan dapat berkembang. Hal ini terjadi sebagai bentuk
ketegangan pada peningkatan dinding perut dengan adanya kemajuan usia
kehamilan. Jika semakin terlihat dan terutama pada wanita multipara,
hanya lapisan kulit, fasia, dan peritoneum yang dapat menutupi dinding
rahim anterior, serta bagian janin dapat diraba melalui celah otot ini

7
Gambar 2. 7. Striae dan linea nigra

D. Perubahan Pertumbuhan Rambut Selama Kehamilan


1. Hirsutisme
Hirsutisme dan jerawat banyak ditemukan terutama pada wanita
hamil. Selama kehamilan, fase anagen (pertumbuhan rambut) meningkat
relatif terhadap fase telogen (rambut beristirahat). Rambut kulit kepala
menjadi lebih banyak selama kehamilan yang disebabkan oleh
peningkatan diameter rata-rata rambut kulit kepala. Rata-rata persentase
rambut anagen meningkat dari normal 85-95% pada trimester kedua yang
disebabkan karena estrogen memperpanjang fase anagen dan
memperlambat konversi rambut dari anagen ke fase telogen. Androgen
menyebabkan pembesaran folikel di daerah responsif seperti wajah.
Setelah melahirkan, mempercepat konversi dari anagen ke fase telogen
dan ini menghasilkan rambut rontok mulai dari 70-80 hari atau 1-4 bulan
post partum. Walaupun pertumbuhan rambut yang sempurna selalu terjadi.
Rambut mungkin bisa tidak menjadi lebat seperti sebelumnya. Bahwa
pertumbuhan rambut normal biasanya dikembalikan dalam 6-12 bulan.
Hirsutisme pada fasial bagian bawah bisa disertai akne. Ini disebabkan
oleh efek dari ovarium dan hormon androgen dari plesenta terhadap
kelainan pilosebasea.4
Karena pertumbuhan rambut dimodulasi oleh estrogen, androgen,
hormon tiroid, glukokortikoid, dan prolaktin, maka tidak mengherankan
bahwa hirsutisme ringan dan rambut rontok berpola umum terjadi selama
kehamilan. Pertumbuhan rambut yang berlebihan paling umum pada
wajah, meskipun tungkai, dan punggung juga mungkin akan terpengaruh.

8
Kondisi yang dikaitkan dengan fluktuasi hormonal karena pertumbuhan
rambut, biasanya akan normal kembali setelah melahirkan.

E. Perubahan Kuku Selama Kehamilan


Pertumbuhan kuku umumnya meningkat selama kehamilan. Kuku
menjadi lebih rapuh dan lembut. Onikolisis distal dan hiperkeratosis
subungual dapat terjadi. Beau’s lines berkembang setelah melahirkan.
Biasanya, perubahan kuku, perawatan kuku yang baik, menghindari
penggunaan sensitizer kuku eksternal, dan memperbaiki masalah tersebut.
Pertumbuhan kuku biasanya meningkat pada awal kehamilan
kemudian memperlambat setelah post partum. Longitudinal melanonychia
yang muncul selama kehamilan dan memudar secara spontan setelah
postpartum mungkin manifestasi lain dari hiperpigmentasi. Perubahan kuku
persisten setelah postpartum harus dicurigai kemungkinan penyakit lain
seperti psoriasis, lichen planus, dan infeksi jamur.5

F. Aktivitas Kelenjar Selama Kehamilan


Aktivitas kelenjar ekrin umumnya meningkat selama kehamilan, hal
tersebut sering menimbulkan hiperhidrosis, miliaria, dan dyshidrotic.
Aktivitas kelenjar apokrin biasanya menurun selama kehamilan. Fungsi
kelenjar sebasea meningkat.6
1. Akne Vulgaris
Akne merupakan penyakit dari pilosebasea. Dipengaruhi oleh
androgen seperti testosteron dan dehydropiandrosteron sulfate (DHEA-S),
yang meningkatkan aktivitas kelenjar sebasea. Sementara itu, estrogen
mengurangi aktivitas dan ukuran kelenjar sebasea. Bisa berupa papul-
papul eritametosa, pustul, komedo, dan kista pada wajah, punggung dan
dada. Kehamilan mempunyai pengaruh yang bervariasi terhadap akne
karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi selain hormonal.

9
G. Penyakit Kulit Selama Kehamilan
1. Prurigo gestasional
Prurigo gestasional terjadi dengan rasio 1: 300-450 kehamilan. Hal
ini terjadi pada semua trimester, tetapi biasanya terlihat pada trimester
ketiga. Secara klinis terlihat diskret, eritematosa, atau pada kulit terlihat
koloret papul dan nodul, yang sangat gatal, sehingga terkadang terlihat lesi
yang ekskoriasi. Hal ini terlihat terutama pada permukaaan ekstensor dari
lengan dan kaki, pada dorsal kaki, dan kadang-kadang pada perut. Dalam
beberapa kasus ada pada dada dan punggung. Nodul pada prurigo
gestasional lebih kecil dibandingkan nodularis prurigo.6
Pada pemeriksaan laboratorium menunjukkan tidak ada kelainan.
Pengobatan dengan simptomatik, kortikosteroid topikal dengan potensi
sedang sampai tinggi, dan antihistamin oral seperti klorfeniramin. Obat
topikal antipruritus seperti krim dengan menthol 1-2% membantu
mengurangi pruritus. Perawatan dengan narrowband UVB 20-30 telah
terbukti efektif. Tidak berpengaruh pada kehamilan atau bayi yang baru
lahir sejauh ini. Keadaan janin tidak berpengaruh dalam keadaan prurigo
gestasional dan berat lahir tetap normal. Penyakit ini tidak dikaitkan
dengan resiko maternal, jika pengobatan farmakologis diberikan dengan
cara yang aman dan bisa kambuh kembali pada kehamilan berikutnya.6

Gambar 2. 8. Prurigo gestasional

2. Pruritus gravidarum
Pruritus gravidarum dapat didefinisikan sebagai gatal yang
menyeluruh selama kehamilan tanpa adanya ruam (walaupun bisa ada

10
ekskoriasi). Lebih dari 14% wanita hamil mengeluh gatal, tetapi pruritus
sering dihubungkan dengan kolestatis yang terjadi hanya pada ± 15 %
wanita hamil dengan kejadian tersering pada trimester III. Derajat gatal
bervariasi, tetapi biasanya lebih berat pada ekstremitas. Gatal sering
terbatas pada dinding abdomen bagian depan dan biasanya berhubungan
dengan regangan kulit dan timbulnya striae. Gatal karena kolestatis
berhubungan dengan kadar serum asam bilirubin. Ini mengidentifikasikan
bahwa ruam-ruam pada wanita hamil dapat dilakukan tes fungsi hepar
terutama yang pernah mengalami gatal-gatal tanpa ruam. Pruritus biasanya
menghilangkan segera setelah melahirkan, tetapi berulang sekitar 50%
pada kehamilan berikutnya. Dilaporkan adanya peningkatan persalinan
prematur dan kematian perinatal terjadi hanya pada mereka yang secara
klinik benar-benar timbul ikterus.
3. Pruritus urtikaria papul dan plak pada kehamilan (PUPP)
a. Definisi
Pruritic Urticarial Papules and Plaques of Pregnancy atau
yang biasa disebut Polymorphous Eruption of Pregnancy ( PEP )
merupakan erupsi kulit yang gatal pada kehamilan dan biasanya
dimulai pada semester ketiga terakhir kehamilan,sering ditemukan
pada primigravida (76%) , kadang pada kehamilan kembar dan
multigravida.
b. Etiologi
Penyebab pada Polymorphous Eruption of Pregnancy sampai
saat ini masih tidak diketahui,banyak teori yang dikemumakan tetapi
belum dapat dibuktikan secara medis seperti :
 Peningkatan berat badan ibu selama kehamilan
 Bayi besar ( berat badan > 2500kg
 Hormon sex
 Jenis kelamin pada bayi
c. Patofisiologi
Munculnya penyakit ini pada tubuh sampai sekarang tidak
diketahui mekanismenya
d. Manifestasi Klinis

11
Polymorphous Eruption of Pregnancy terjadi pada usia
kehamilan trimester ketiga yaitu pada +/- 36 minggu tetapi beberapa
kasus kadang terjadi pada awal kehamilan. Lesi yang polimorfik
dengan urtikaria, vesikula, purpura, polisklik dan eczematosa menjadi
ciri pada penyakit ini. Untuk ukuran lesi sekitar 1 – 2 mm papul eritem
dan terdapat pada bagian abdomen dekat striae gravidarum menyebar
sampai paha dan payudara. Jarang menyebar sampai ke daerah
periumbilical. Rasa gatal terbatas pada kulit yang terkena yaitu
sepanjang erupsi saja, hilang timbul dan kadang dapat menggangu saat
tidur atau istirahat.3

Gambar 2. 9. Polymorphous Eruption of Pregnancy. A. Lesi awal kemerahan dengan papul


urtikaria disekitar strie, umbilical tidak terkena. B. Papul berkumpul
membentuk plak eritematosa yang menyebar ke daerah paha. C. Plak
urtikaria pada payudara

e. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak menunjukan kelainan yang
berarti. Gambaran histopatologik terdapat parakeratosis, spongiosos
dan kadang exositosis eosinophil ( eosinofil spongiosos ).7 Pada dermis
bisa terdapat edema dan mengandung infiltrat perivaskular limfosit
dengan sedikit eosinofil dan neutrofil. Hasil pemeriksaan DIF tidak
ada imonureaktan spesifik.

12
f. Diagnosa diferensial

Gambar 2. 10. Beberapa gambaran Polymorphous Eruption of Pregnancy

13
Gambar 2. 11. Atopic eruption on pregnancy

g. Tatalaksana
Pemberian obat antigatal topikal, antihistamin dan
kortikosteroid topikal untuk menghilangkan rasa gatal yang
menggangu. Pemberian kortikosteroid oral jarang dibutuhkan tetapi
sangat membantu untuk gatal yang tidak bisa disembuhkan dengan
pemberian topikal. Menghilang pada saat melahirkan dan jarang
kambuh setelah melahirkan
h. Prognosis
Baik pada kulit karena akan menghilang setelah melahirkan
(jarang terjadi kambuh setelah melahirkan).8 Sedangkan pada
kehamilan juga baik karena tidak mengganggu janin didalam
kandungan dan pada persalinan juga baik karena tidak mengganggu
proses persalinan sehingga dapat melahirkan secara spontan
4. Eczematous Eruption of Pregnancy
Diagnosa dermatitis pada kehamilan berdasarkan riwayat dan
gejala klinis pasien. Pasien yang didiagnosa menderita dermatitis saat
hamil terdapat riwayat atopi seperti asma dan menderita konjungtivitis
pada kehamilan pertama. Tidak ada pemeriksaan penunjang yang
disgnifikan terhadap penyakit ini. Serum IgE tidak memiliki nilai

14
diagnostik yang penting. Biopsi pada kulit menunjukkan stratum
kornenum yang normal, ditandai dengan edema intraselular, infiltrat
limfosit dengan atau tanpa eosinophil. Biopsi kulit jarang digunakan
sebagai dasar diagnostik.9 Dermatitis kronik ditandai dengan ortokeratosis,
akantosis pada epidermis, lapisan vertikal kolagen yang bergabung pada
dermis papilaris.

Gambar 2. 12. Kronik eksim, dengan likenifikasi pada regio elbow. Terdapat ekskoriasi dan
krusta

5. Herpes Gestasionis (Pemfigoid Gestasionis)


Suatu penyakit kulit yang terdiri atas bula, pruritus, dan autoimun,
terutama pada multipara, terjadi pada trimester kedua dan ketiga.
Meskipun demikian, dapat juga terjadi pada trimester pertama dan
pascapersalinan. Herpes gestasionis yang berat dapat berakibat serius.
Namun, penyakit ini jarang terjadi.
Meskipun disebut herpes gestasionis, penyakit ini bukan
merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus herpes. Diyakini adanya
predisposisi genetik dimana ada peningkatan frekuensi HLA antigen
tertentu. Gejala klinik biasanya disertai dengan demam, adanya sensasi
panas dan dingin, malaise, mual, dan sakit kepala. Gejala pada kulit dapat
bervariasi yaitu pruritus, plak eritematosa, lesi yang berupa urtikaria,
vesikel (konfigurasi anular), atau bula yang tegang dan besar. Baik proses
penyakitnya maupun gatal yang menyertai, bila ringan sampai berat. Lesi
umumnya dimulai dari daerah abdomen, sering dalam umbilikus. Area lain
yang terkena adalah badan, bokong, dan ekstremitas. Muka dan membran
mukosa jarang terkena.4 Penyakit ini dapat berulang pada kehamilan

15
berikutnya yang terjadi pada umur kehamilan yang lebih awal dan dapat
lebih berat dari sebelumnya.
Gambaran histologik, terdapat edema subepidermal dengan
infiltrasi limfosit, histiosit, dan eosinofil. Teknik imunofluoresen langsung
pada biopsi kulit didapatkan komplemen C3 dan kadang-kadang deposit
IgG sepanjang zona membrana basalis

Gambar 2. 13. Pemphigoid gestasionis

6. Kolestasis Intrahepatik pada Kehamilan


Kolestasis intrahepatik pada kehamilan memiliki trias yaitu
pruritus, fungsi hati yang abnormal > 10 mol/l dan penyembuhan spontan
setelah kelahiran atau setelah terminasi kehamilan. Kolestasis intrahepatik
pada kehamilan adalah kolestasis reversible pada akhir kehamilan hingga
kelahiran. Kasus pertama dilaporkan pada tahun 1883 berupa pruritus yang
berkaitan dengan adanya ikterik. Tanda dan gejala pruritus yang berat pada
trimester ke tiga di region palmar, pruritus umumnya berat saat malam
hari. Sebagian besar pruritus berat dirasakan 1-2 hari dan bertahan 1-2
minggu, disertai nyeri abdomen. Diagnosis dilakukan pemeriksaan fungsi
liver pada setiap pasien yang memiliki pruritus. Pemeriksaan fungsi liver
yang sensitif adalah pemeriksaan ALT (alanin aminotransferase) adalah
parameter sensitif pada kolestatik intrahepatik pada kehamilan. Dilaporkan
20-60% wanita dengan pruritus kadar ALT meningkat. Pada kehamilan
sehat, ALT mengalami peningkatan (6,6 ± 0,3 mmol/l) dibanding dengan
wanita tidak hamil (5,7 ± 0,4 mmol/l) kemudian dapat meningkat hingga

16
11,0 mmol/l pada kehamilan tua.10 ALP dapat berada pada kadar normal
atau meningkat pada pasien ICP namun tidak dipakai untuk diagnosis.
Diagnosis bandingnya adalah Acute fatty liver of pregnancy, HELLP
syndrome, Hiperemesis gravidarum.
7. Impetigo Herpetiformis
Impetigo herpetiformis merupakan kondisi yang mirip psoriasis
pustular yang tampak pada pasien hamil yang sebelumnya tidak menderita
psoriasis. Namun, beberapa penulis masih tidak setuju akan penyebab
pasti dari impertigo herpetiformis apakah disebabkan oleh adanya
kehamilan atau suatu bentuk psoriasis pustular yang sederhana yang dipicu
oleh kehamilan. Penyebab pasti kehamilan ini belum diketahui.
Didapatkan adanya hipoparatiroidisme dan hipokalsemia pada penderita,
tetapi kontribusinya masih belum jelas. Namun, hipokalsemia dapat
memperberat penyakit psoriasis pustular.
Tanda khas lesi dari impetigo herpetiformis adalah pustul yang
terbentuk mengelilingi pinggir suatu daerah yang eritema. Karakteristik
lesi eritematosa dimulai pada daerah lipatan dan selanjutnya meluas ke
parifer. Biasanya meliputi membran mukosa. Pemeriksaan histologik
menunjukkan adanya lesi mikroabses, dimana terkumpul neutrofil dalam
jumlah yang besar sebagai pustul yang menyerupai spons dan diberi nama
spongioform pustule of kogoj.
Secara klinik penyakit ini ditandai dengan ratusan pustul yang
translusen yang muncul pada suatu dasar eritematosa yang tidak beraturan
atau plak, dengan rasa gatal yang tidak berat. Daerah yang sering
menderita adalah axila, daerah lipatan di bawah payudara, umbilikus,
paha, lipatan bokong, tangan dan juga mengenai kuku (onikolisis). Gejala
ini sering disertai dengan demam, menggigil, mual, muntah, dan diare
disertai dehidrasi berat.11 Delirium dan kejang merupakan komplikasi yang
jarang timbul, biasanya berhubungan dengan hipokalsemia. Kematian
dapat terjadi bila komplikasi septikemia.

17
Gambar 2. 14. Impetigo herpetiformis

18
19
BAB III
KESIMPULAN

Perubahan kulit akibat dari perubahan endokrin, metabolik, dan imunologi


menjadi ciri kehamilan. Gangguan pigmentasi, termasuk hiperpigmentasi, linea
nigra, dan melasma adalah perubahan yang paling sering terjadi. Perubahan
signifikan dalam ukuran nevi bukanlah satu ciri dari sebagian besar kehamilan.
Perubahan struktural diketahui terjadi selama kehamilan yang paling sering adalah
striae distensae. Pruritus gestasional adalah keluhan umum selama kehamilan dan
mungkin terkait dengan dermatosis yang sudah ada sebelumnya atau timbulnya
dermatosis spesifik kehamilan. Gejala pruritus pada masa kehamilan tidak dapat
diabaikan begitu saja. Dikarenakan ada beberapa penyakit dengan gejala pruritus
yang dapat menyebabkan risiko pada janin, bahkan hingga terjadi kematian pada
janin.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Fitzpatrick TB, Johnson RA, Wolff K, Suurmond D. Diseases in Pregnancy.


In: Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. New York: McGraw-
Hill 2008: 950-61.
2. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap IIIL,
Wenstrom KD. Dermatological disorders. In: Williams Obstetrics. 22 nd Ed.
NewYork: McGraw-Hill 2005: 1249-56.
3. Heymann WR: Dermatoses of pregnancy updates. J Am Acad Dermatol
2005;52:888.
4. Ambros-Rudolph CM et al: The specific dermatoses of pregnancy revisited
and reclassified: Results of a retrospective two-center study on 505 pregnant
patients. J Am Acad Dermatol 2006;54:395.
5. Ahmadi S, Powell F. Pruritic urticarial papules and plaques of pregnancy:
Current status. Australas J Dermatol. 46:53–60, 2005.
6. Sumit Kar, Ajay Krishnan, Varma Shivkumar Poonam. Pregnancy and Skin.
The Journal of Obstetrics and Gynaecology of India Springer 2012; 62 (3):
268-275.
7. Vora Rita V, Gupta Rajat, Metha J Malay, et al. Pregnancy and Skin.
Journal of Family Medicine and Primary Care. Department of Skin and VD,
Pramukhswami Medical College and Shree Krishna Hospital, Gujarat, India
2014; Volume 3;Issue 4.
8. Bickley, Lynn S. Bate’s Guide to Physical Examination and History-Taking
11th Edition.: Maternal, Fetal, & Neonatal Physiology 4th edition. Philadelphia
2013.
9. Tunzi Marc, MD, and Gray Gary R, et al. Common skin conditions during
pregnancy. Family Medicine Residency Program, Natividad Medical Center,
Salinas, California. American Family Physician 2013.
10. George Kroumpouzos. Prurigo of Pregnancy. Specific Dermatoses of
Pregnancy. Advances and Controversies. Medscape 2010.
11. Skin Condition During Pregnancy. Frequently Asked Questions Pregnancy.
The American Collage of Obstetri and Gynecologists 2014.

21
12. AHFS Drug Information. American Society of Health-System Pharmacy.
ASHP Inc. USA 2010.
13. Bozzo, Pina. Chua-Gocheco, Angela. Einarson, Adrienne. Safety of skin
care products during pregnancy. Canadian Family Physician • Le Médecin de
famille canadien 2011; Volume 57.
14. Shah, Aparna. Shah, Sushil Jung. Mani Jha, Sagar et al. Physiologic Skin
Changes During Pregnancy 2012.
15. Moore, Jeanne and Kelsberg, Gary. Do any topical agents help prevent or
reduce stretch marks. The journal of family practice. Evidence-based answers
from the Family Physicians Inquiries Network 2012; Volume 61;No 12.

22

Anda mungkin juga menyukai