Anda di halaman 1dari 80

DIKLAT

PERENCANAAN TEKNIS
RAWA

MEKANIKA
TANAH
Tujuan Pembelajaran
Kompetensi Dasar :
Setelah mengikuti pembelajaran ini, para peserta diharapkan
mampu memahami prinsip-prinsip dasar mekanika tanah untuk
menunjang perencanaan teknis irigasi rawa lebak
Indikator Keberhasilan :
Setelah peserta mengikuti mata diklat ini, diharapkan mampu:
o Menjelaskan klasifikasi tanah
o Menjelaskan sifat-sifat material tanah,
o Menjelaskan jenis survey yang diperlukan mencakup pemboran
tanah, hand penetromter test, test pits dan permeabilitas
lapisan,
o Menjelaskan proses perhitungan daya dukung tanah,
perhitungan penurunan tanah dan remebesan
IDEA
 Setelah mengikuti pembelajaran mata diklat
ini, peserta diklat diharapkan mampu:

o Menjelaskan klasifikasi tanah,


o Menjelaskan sifat-sifat material tanah,
o Menjelaskan jenis tanah di daerah rawa
o Menjelaskan jenis survey yang diperlukan
mencakup pemboran tanah, hand
penetrometer test, test pits dan
permeabilitas lapisan,
Mekanika Tanah

1 Pendahuluan
Klasifikasi Tanah 2
3 Sifat Material Tanah
Tanah Di Daerah Rawa 4

5 Survey Mekanika Tanah


 Materi ini terdiri dari 5 bab/pokok bahasan
yang terdiri:

 Bab I Pendahuluan.
 Bab II Klasifikasi Tanah.
 Bab III Sifat Material Tanah.
 Bab IV Tanah di Daerah Rawa.
 Bab V Survey Mekanika Tanah
Hampir setiap bangunan teknik sipil terdiri dari bagian bangunan diatas
tanah (superstructure) dan bagian bangunan dibawah permukaan tanah
(substructure). Bagian bangunan dibawah permukaan tanah akan
meneruskan seluruh beban bangunan ke tanah pondasi. Untuk menyiapkan
desain dan melaksanakan konstruksi bangunan, perencana perlu
mengetahui sifat material bangunan yang digunakan dan sifat massa
fondasinya yang dapat berupa tanah atau batuan. Pengetahuan tersebut
sangat penting khususnya bagi ahli mekanika teknik dan juga bagi
perencana (engineer) untuk memahami perilaku fondasi. Pengetahuan
I. Pendahuluan tersebut juga sangat dibutuhkan ketika membangun bangunan yang
seluruh materialnya bangunannya menggunakan material alami seperti
tanggul atau bendungan.
Informasi mengenai sifat material fondasi dan material bangunan dapat
diperoleh dari hasil penyelidikan mekanika tanah terhadap fondasi dan
material bangunan yang mencakup timbunan.

Modul survey mekanika tanah, disiapkan bagi para perencana untuk


memahami prinsip-prinsip penyelidikan tanah yang akhirnya nanti
diharapkan mampu memanfaatkan dengan benar data hasil penyelidikan
tanah untuk perencanaan irigasi dan rawa
Pendahuluan (1)
• Hampir setiap bangunan teknik sipil terdiri dari
bagian bangunan di atas tanah (superstructure) dan
bagian bangunan di bawah permukaan tanah
(substructure).
• Bagian bangunan di bawah permukaan tanah akan
meneruskan seluruh beban bangunan ke tanah
pondasi.
• Untuk menyiapkan desain dan melaksanakan
konstruksi bangunan, perencana perlu mengetahui
sifat material bangunan yang digunakan dan sifat
massa fondasinya yang dapat berupa tanah atau
batuan
Pendahuluan (2)
• Pengetahuan tersebut sangat penting khususnya
bagi ahli mekanika tanah dan juga bagi perencana
(engineer) untuk memahami perilaku fondasi.
Pengetahuan tersebut juga sangat dibutuhkan
ketika membangun bangunan yang seluruh
material bangunannya menggunakan material
alami seperti tanggul atau bendungan.
• Informasi mengenai sifat material fondasi dan
material bangunan dapat diperoleh dari hasil
penyelidikan mekanika tanah terhadap fondasi dan
material bangunan yang mencakup timbunan.
Upper Structure

 Bagian Upper Structure adalah bagian struktur


bangunan yang berada di atas permukaan tanah,
dalam hal ini kerangka-kerangka beton
bertulang, beton pratekan ataupun rangka baja
dari suatu bangunan.
Sub Structure

 Bagian Sub Structure adalah bagian struktur


bangunan yang ada di dalam/di bawah tanah,
dalam hal ini pondasi tempat seluruh bangunan itu
bertumpu.
 Agar dapat menumpu struktur di atasnya dengan
baik, ada 2(dua) kriteria yang harus dipenuhi, yaitu:
 1. Daya dukung yang baik,
 2. Penurunan (settlement) yang tidak membahayakan

struktur.
.
 Untuk memenuhi kedua kriteria di atas, selain
perhitungan gaya-gaya yang bekerja pada pondasi, hal
yang perlu diperhatikan adalah sifat laku (behaviour)
dari tanah. Untuk dapat memahami dan menguasai
perilaku tanah, maka perlu memahami dengan benar
prinsip-prinsip dasar dalam mekanika tanah.

 Berdasarkan pengalaman yang ada, masih banyak


terjadi kegagalan atau “failure” pada struktur
bangunan, karena pondasi yang kurang memenuhi
syarat, atau justru pondasi yang terlalu “save”, sehingga
menyebabkan pembengkakan biaya. Hal ini
menunjukkan bahwa penguasaan terhadap ilmu
mekanika tanah masih harus dikembangkan.
Tanah
 Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari
aggregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak
tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan
dari bahan-bahan organik yang telah melapuk.
Dengan kata lain, tanah merupakan hasil dari proses
pelapukan batuan.
 Jenis tanah :
 Tanah Residual
 Tanah yang telah berpindah/terbawa ke tempat lain oleh
unsur-unsur pembawa.
Berdasarkan pemindahan butiran-butiran hasil
pelapukan
1. Tanah Residual: terjadi dari penumpukan hasil
pelapukan di tempat asalnya

2. Tanah-tanah yang terbawa ke tempat lain oleh unsur-unsur


pembawa (seperti es, air, angin, gravitasi, dsb) :
 Tanah Glacial : transportasi oleh gletser (sungai es)
 Tanah Alluvial : transportasi oleh aliran air sungai dan
terdeposisi di sepanjang aliran
 Tanah Lacustrine : deposisi di danau-danau yang kering
 Tanah Marine : deposisi di laut
 Tanah Aeolian : transportasi oleh angin
 Tanah Colluvial : oleh pergerakan tanah dari tempat asal
akibat gravitasi
Berdasarkan ukuran butiran :

1. Kerikil (gravel)
2. Pasir (sand)
3. Lanau (silt)
4. Lempung (clay)
 Definisi: penentuan variasi ukuran partikel-partikel
yang terdapat pada tanah, yang dinyatakan dalam
prosentase dari berat kering total.
1. Analisa Saringan; untuk ukuran partikel > 0.075 mm
2. Analisa Hidrometer; untuk ukuran partikel < 0.075 mm
II. KLASIFIKASI TANAH
Komposisi dan Klasifikasi

 Komposisi tanah mencakup: distribusi ukuran relatif partikel


butiran, karakteristik utama (mineralogi, angularitas,
bentuk), dan porositas (kepadatan dan angka pori).

 Untuk mendapatkan gambaran klasifikasi suatu lapisan


tanah dan gambaran perlapisan tanah dapat, dapat
dilakukan dengan cara: pemboran dan pengambilan contoh
tanah, penetrasi konus, dan pendugaan dilatometer.

 Contoh (sample) tanah yang diperoleh dari lapangan


biasanya telah mengalami gangguan, sehingga akan lebih
Gambaran perlapisan, jenis
cocok di-klasifikasi berdasarkan USCS (Unified Soil tanah dan batuan berdasar
Consrvation Service) yang memerlukan deskripsi metode pemboran dan
keseluruhan pengambilan contoh (FHWA
NHI-01-031)
IDEA
Klasifikasi Tanah (1)
Komposisi tanah mencakup: distribusi ukuran relatif partikel butiran,
karakteristik utama (mineralogi, angularitas, bentuk), dan porositas
(kepadatan dan angka pori).

Untuk mendapatkan gambaran klasifikasi suatu lapisan tanah dan


gambaran perlapisan tanah, dapat dilakukan dengan cara: pemboran
dan pengambilan contoh tanah, penetrasi konus, dan pendugaan
dilatometer.

Contoh (sample) tanah yang diperoleh dari lapangan biasanya telah


mengalami gangguan, sehingga akan lebih cocok di-klasifikasi
berdasarkan USCS (Unified Soil Classification System) yang memerlukan
deskripsi keseluruhan
Gambaran perlapisan, jenis tanah dan batuan berdasar metode
pemboran dan pengambilan contoh (FHWA NHI-01-031)
Pembagian butiran tanah
• Tanah dibagi menjadi butir kasar dan butir halus oleh
saringan no.200. Bila lebih dari 50% terhadap berat
kering tertinggal diatas saringan no. 200, material
tersebut adalah material berbutir kasar. Bila 50%
atau lebih lolos saringan 200, material tersebut
disebut sebagai material berbutir halus.
• Tanah berbutir kasar dipisahkan sebagai pasir dan
kerikil oleh saringan no. 4. Bila 50% atau lebih dari
butir yang kasar tertahan oleh saringan no. 4, butir
tanah tersebut digolongkan sebagai kerikil. Bila lebih
dari 50% lolos saringan no. 4, butiran tersebut
digolongkan sebagai pasir.
Kerikil dan pasir
• Kerikil adalah termasuk bergradasi
baik menurut sistem klasifikasi
Unified, bila :
D 60
Cu 
• D10 lebih dari 4 , dan
Cu = Koefisien keseragaman
Cc = Koefisien gradasi
(D 30 ) 2 D60 = Diameter butir pada keadaan
Cc 
D10 x D 60 banyaknya persen yang lolos
• diantara 1 dan 3
60%
D30 = Diameter butir pada keadaan
banyaknya persen yang lolos
• Pasir adalah bergradasi baik, bila : 30%
D10 = Diameter butir pada keadaan
D 60 banyaknya persen yang lolos
• Cu  lebih dari 6, dan
D10 10%

(D 30 ) 2
• Cc  diantara 1 dan 3
D10 x D 60
Grafik Pembagian Ukuran Butir Berbagai Jenis Tanah
Simbol-simbol lain yang digunakan untuk klasifikasi USCS
adalah :
• W : well graded (tanah dengan gradasi baik)
•P : poorly graded (tanah dengan gradasi buruk)
• L : low plasticity (plastisitas rendah) (LL < 50)
• H : high plasticity (plastisitas tinggi) (LL > 50)

Tanah berbutir kasar ditandai dengan simbol kelompok


seperti : GW, GP, GM, GC, SW, SP, SM, dan SC.

Klasifikasi tanah berbutir halus dengan simbol ML, CL, OL, ME,
CH, dan OH diperoleh dengan cara menggambar batas cair dan
indeks plastisitas tanah yang bersangkutan pada bagan
plastisitas (Casagrande, 1948).
• Sistem klasifikasi tanah mengikuti Unified Soil Classification
System (USCS) dibuat berdasarkan sifat-sifat teknis material,
yaitu: ukuran butiran, gradasi, plastisitas dan kompresibilitas.
• Sifat tanah berbutir kasar sangat dipengaruhi oleh ukuran
butiran dan gradasinya sedang sifat tanah berbutir halus oleh
plastisitasnya oleh karenanya klasifikasi dibuat berdasar
ukuran butiran, gradasi dan plastisitas.
• Tanah berbutir kasar, dibedakan menjadi pasir atau kerikil
berdasar ayakan no. 4 atau Ø 4,76 mm. Bila material tertahan
diatas saringan ≥ 50 % atau lebih, digolongkan sebagai kerikil,.
Sebaliknya bila yang lolos > 50 % digolongkan sebagai pasir.
• Tanah berbutir halus, dibagi menjadi dua yaitu:
- lanau diberi simbol “M” dan
- lempung diberi simbol “C”.
Tanah berbutir halus
i) Lempung dan Lanau
• Plastisitas adalah sifat teknis yang paling penting dari tanah berbutir halus.
Plastisitas tanah berbutir halus ditentukan dari banyaknya butiran tanah yang lolos
saringan no 40. Material tanah yang terletak diatas garis "A" dapat dikelompokkan
ke dalam tanah berbutir halus berlempung. Bila terletak dibawah garis A tanah
tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tanah berbutir halus berlanau.
• Didalam sistem klasifikasi, "lempung' atau "berlempung" dikelompokkan sebagai
tanah yang terletak diatas garis A. "Lanau" atau "berlanau" adalah material yang
terletak di bawah garis "A".
ii) Batas Cair yang tinggi dan yang rendah
• Karakteristik penting kedua dalam kiasifikasi tanah berbutir halus adalah batas cair.
• Tanah yang mempunyai batas cair diatas 50% adalah tanah lempungan atau lanauan
dengan batas cair yang tinggi. Tanah yang mempunyai batas cair dibawah 50%
adalah tanah lempungan atau lanauan yang mempunyai batas cair rendah.

Ada empat kelompok tanah berbutir halus, yaitu tanah berlempung dengan
berbatas cair rendah (CL), tanah berlempung dengan berbatas cair tinggi (CH),
tanah berlanau dengan berbatas cair rendah (ML) dan tanah berlanau dengan
batas cair tinggi (MH)
Material Organik
• Tanah yg. mengandung sejumlah besar bahan organik
dapat dikenali dari warna dan baunya.
• Jenis tanah ini tidak dapat digunakan untuk kontruksi dan
memerlukan pengarahan khusus dari tenaga ahli, bila
digunakan dalam konstruksi.
• Beberapa jenis dari tanah ini dapat dikelompokkan
sebagai tanah organik dengan batas cair tinggi dan tanah
organik dengan batas cair rendah, bila diuji di
laboratorium.
• Tanah organik mengandung serat yang tidak dapat diuji di
laboratorium dikenal sebagai gambut (peat).
• Ada tiga jenis tanah organik, yaitu tanah organik dengan
batas cair tinggi (OH), tanah organik dengan batas cair
rendah (OL) dan gambut (Pt).
Grafik Plastisitas
Contoh deskripsi tanah :
• PASIR LANAUAN, coklat keabuan, berukuran pasir halus hingga kasar
sedikit kerikilan (mencapai 5%), membundar tanggung hingga
menyudut tanggung, bergradasi baik, tersusun atas fragmen batuan
vulkanik (75%), mineral felsik dan mineral felspar (5%), kadang -
kadang dijumpai sisa - sisa akar tumbuhan, agak basah, padat,
permeabilitas sedang hingga tinggi.
• TANAH PASIR LEMPUNGAN, merupakan batuan terlapukkan tinggi
(higly weathered), dicirikan berwarna abu-abu sampai abu-abu
kemerahan, lanau-kerikil, lepaslepas sampai agak padat, porositas
tinggi, lembab, kemas terbuka, mengandung kerikil, kekerasan
rendah (dapat diremas oleh tangan), dan tidak kompak, dijumpai
pada kedalaman 1,5 -5,75 m.
• TANAH LANAU LEMPUNGAN, merupakan batuan terlapukan tinggi
(higly weathered), dicirikan berwarna coklat – hitam, lanau –
lempung, dijumpai dalam keadaan kering, lembab hingga basah,
plastisitas rendah – sedang, konsistensi teguh (firm), kemas terbuka,
kekerasan rendah (lunak) hingga sedang, dijumpai pada kedalaman
3,50 – 8,00 m. Jumlah N-SPt berkisar antara 1,5 – 4.
Klasifikasi tanah berdasarkan USCS
Klasifikasi Tanah Menurut USCS
Klasifikasi Tanah (2).

Simbol sifat tanah yang digunakan dalam sistem klasifikasi USCS:


G = kerikil (gravel) W = bergradasi baik (well graded)
S = pasir (sand) P = bergradasi buruk (poorly graded)
M = lanau (silt/loam) H = plastisitas tinggi (high liquid limit)
C = lempung (clay) L = plastisitas rendah (low liquid limit)
Pt = gambut (peat) O = organik (organic)
III. SIFAT MATERIAL TANAH
• Sifat tanah
Secara garis besar sifat tanah dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:

• sifat fisik (index properties), dan


• sifat teknis (engineering properties)
Pengujian sifat fisik tanah, dimaksudkan untuk
memperoleh gambaran menyeluruh dan rinci,
mengenai sifat fisik, antara lain:
• berat isi (γn)
• berat jenis (Gs)
• kadar air (Wn)
• susunan butiran (m%)
• batas-batas atterberg (batas cair (wL), batas plastis (wP),
batas kerut (shrinkage limit), dll.
Pengujian sifat teknis tanah, dimaksudkan untuk
memperoleh gambaran menyeluruh dan rinci,
mengenai sifat teknis tanah, antara lain:
• Kepadatan
• Permeabilitas
• Kuat geser
• Konsolidasi
• Secara sederhana, susunan material tanah dapat
digambarkan (seperti gambar), yang terdiri dari
butiran tanah, air dan udara. Pada kondisi sebagian
jenuh air, susunan terdiri dari butiran tanah, air
dan udara, kering; sedang pada kondisi kering
kandungan airnya tidak ada dan pada kondisi jenuh
air, semua pori terisi air tidak ada kandungan
udaranya.
Secara sederhana, susunan material tanah dapat digambarkan seperti gambar di bawah,
terdiri dari butiran tanah, air dan udara. Tanah dapat dalam kondisi jenuh air dimana
seluruh pori-pori terisi air. Pada kondisi sebagian jenuh air, susunan terdiri dari butiran
tanah, air dan udara.

Gambar Susunan tanah pada kondisi jenuh air sebagian


Berat tanah W = Ws + Ww + (Wa = 0)
Tingkat kejenuhan tanah

• Dalam keadaan alami, massa tanah terdiri dari pori-pori diisi oleh cairan atau
gas (udara) atau keduanya dan butiran tanah (solid). Pengisian oleh gas
tersebut biasanya adalah udara.

Tanah jenuh sempurna Tanah jenuh sebagian


(fully saturated soil) (partly saturated soil)
Index Properties Tanah
Dalam tahap analisa dan evaluasi suatu masalah yang melibatkan
bidang ilmu Mekanika Tanah akan diperlukan sifat tanah ini.
Sifat tanah ini sangat dipengaruhi oleh adanya air, juga kandungan
mineral akan mempengaruhi sifat-sifat tanah ini.
Pada butir kasar, sifat-sifatnya sangat dipengaruhi sekali oleh ukuran
butir. Bentuk butir dan juga kandungan mineralnya.
Sifat-sifat tanah ini sering disebut sifat-sifat index properties tanah
diantaranya :
a. Hubungan antara Berat Isi dan Parameter Tanah Lainnya
b. Ukuran Butir Tanah
c. Sifat Konsistensi Tanah Lempung
Kadar air (w)
• Kadar air adalah perbandingan antara berat air dengan berat butiran tanah.
Kadar air tanah dalam keadaan asli merupakan salah satu data yang sangat
penting. Kadar air sangat berpengaruh pada sifat teknis tanah (kuat geser, daya
dukung, plastisitas, dll) seperti disajikan pada gambar

Kadar air tanah dapat dihitung dengan rumus:


Ww
w  x100 %
Ws

dimana : w = kadar air


Ww = berat air
Ws = berat tanah kering
Berat volume dan berat isi spesifik
Berat volume dapat didefinisikan sebagai berat tanah per satuan
volume (dalam satuan kN/m3) dan dinyatakan dengan simbol γ. Namun,
untuk kepadatan massa tanah diukur sebagai massa per volume (dalam
satuan gr/cc atau kg/m3) dan dinyatakan dengan simbol ρ.

(W )
Berat isi: 
V
Ws
Berat isi kering: d 
V
Ws  Ww
Berat isi jenuh air :  sat 
V
Berat spesifik butiran atau berat jenis padat:
Berat spesifik butiran (Spesific Gravity) atau berat jenis padat:
Hubungan antara Berat Isi dan Parameter Tanah
Lainnya

Vv
• Angka pori / void ratio e, e =
Vs

Vv
• Porositas / porosity n, n = V x100%

• Derajat kejenuhannya / the degree of saturation, Sr

Vw
• Sr = Vv x 100 %
Derajat Kejenuhan Pasir

Condition of Degree of
Sand Saturation %
Dry 0
Humid 1 – 25
Damp 25 – 50
Moist 50 – 75
Wet 75 – 99
Saturated 100
Berat jenis mineral

Pada umumya berat jenis untuk :


• Cohesion Less = 2,65
• Gypsum = 2,32
• Montomorillanite = 2,4
• Kaolinite = 2,6
• Illete = 2,6
• Quartz = 2,66
Hubungan antara Parameter
• - Antara e dan n
• e = 1 -nn
• n = 1 e e
• Antara e, Gs, Sr, dan w
• Bila partially saturated
Sr = w .G
s

• Bila fully esaturated


• Sr = 1,0 maka e = w . Gs
Antara t, e, w dan Sr
. Bila partially saturated
• t =  w G s  e S r 
• Bila fully saturated 1 e
• t = sat =  w G s  e 
• Bila kering Sr = 0 1 e
•  t = d =
 w Gs
• Dalam keadaan efektif
1 e
• b =
 w Gs
1 e
Nilai Angka Pori, e

Jenis Tanah emax emin

Uniform sand (sub angular) 0,85 0,50

Well graded sand (sub abgular) 0,67 0,30

Clayey gravel (gracial fill) 1,20 0,25

Very micacous sand 0,80


Identifikasi dari Konsistensi Tanah
Berbutir Halus
Kekuatan
Konsistensi Prosedur Identifikasi
Kg/cm2
Lunak Mudah ditekan dengan ibu jari < 0.25
Sedang Dapat ditekan beberapa cm 0.25 - 0.5
(medium) dengan ibujari dengan sedikit
tenaga

Kaku Dapat ditekan dengan ibu jari 0.5 - 1.00


dengan tenaga yang besar
Sangat kaku Mudah ditekan dengan kuku ibu
Keras jari 1.00 - 2.00
Sukar ditekan dengan ibu jari >2.00
Sifat Teknik Tanah
1) Kepadatan
• Pemadatan adalah proses untuk meningkatkan kepadatan
tanah dengan memperkecil jarak antara butiran akibat
berkurangnya volume udara.
• Tujuan pemadatan adalah:
- meminimalkan angka pori tanah,
- meningkatkan kuat geser dan
- meningkatkan sifat kedap air.

Kepadatan kering tanah setelah dipadatkan, tergantung pada


kadar air dan besarnya energi yang diberikan oleh alat
pemadat.
• Sifat kepadatan tanah dapat diketahui melalui pengujian
pemadatan tanah di laboratorium dengan metode Standard
Proctor.
Pengujian di laboratorium
Percobaan pemadatan di lapangan (trial embankment)
• Kepadatan relatif (DR) digunakan untuk menunjukkan
derajat kepadatan butiran pasir dan hanya berlaku
untuk tanah berbutir kasar dengan kadar butiran
halus kurang dari 15%. Kepadatan relatif dihitung
dengan rumus:
DR = (emax – eo) / (emax – emin )
• dengan emax adalah angka pori pada keadaan paling
lepas, dan emin adalah angka pori pada keadaan
paling padat.
• Kepadatan relatif juga dapat diketahui dengan
menggunakan rumus:
DR = (γd max/ γd) x [(γd-γd min)/ (γd-γd min)]
Kepadatan Relatif (tanah granular)
Kepadatan Diskripsi Nilai NSPT
relatif %

0 – 15 Sangat lepas 0–4

15 – 35 Lepas 4 – 10

35 – 65 Agak padat 10 -30

65 – 85 Padat 30 – 50

85 - 100 Sangat padat > 50


KUAT GESER TANAH
• Kekuatan geser tanah (f) di suatu titik pada suatu
bidang tertentu dikemukakan oleh Coulomb sebagai
suatu fungsi linier terhadap tegangan normal (f)
pada bidang tersebut pada titik yang sama, yakni :
• f = C + f tan Ø
• Berdasarkan konsep dasar Terzaghi (1948), tegangan
geser pada suatu tanah hanya dapat ditahan oleh
tegangan partikel-partikel padatnya. Kekuatan geser
tanah dapat juga dinyatakan sebagai fungsi dari
tegangan normal efektif sebagai berikut :
• f’ = C’ + f’ tan Ø’
PRINSIP DASAR
• Analisis stabilitas lereng bendungan dan lereng alami membutuhkan perhitungan
kuat geser material sepanjang permukaan yang berpotensi runtuh. Berdasarkan
kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb dengan konsep tegangan efektif, maka kuat
geser “S” (pada saat runtuh) dapat dirumuskan sebagai berikut:

• S’ = c’ + ( – u) tan ’
• dengan:
• c’ : kohesi efektif (t/m2);
• ’ : sudut geser dalam efektif (derajat);
• u : tekanan air pori pada bidang runtuh selama pembebanan, pada saat runtuh (t/m2);
•  : tegangan normal total pada bidang runtuh selama pembebanan pada saat runtuh (t/m2);
• S’ : kuat geser efektif (t/m2);
Keruntuhan Geser
Tanah pada umumnya runtuh karena pengaruh geser

Urugan

Fondasi
Menerus

bidang runtuh Tahanan geser


termobilisasi

Pada waktu runtuh, tegangan geser sepanjang


bidang runtuh mencapai (sama dengan)
kekuatan geser tanah.
Pengujian Undisturbed Samples

Index Properties :
• a. Water Content () = ASTM D.2216 - 71
• b. Volume Unit Weight () = ASTM D.2837 - 71
• c. Specific Gravirty (Gs) = ASTM D.854 - 72
• d. Atterberg Limits (LL, PL) = ASTM D.424 - 74
• e. Sieve dan Hydrometer Analysis = ASTM C.136 - 46
• f. Permeability Test (k) = ASTM D.2434-74

Engineering Properties :
• a. Consolidation Test (Cc, Cv) = ASTM D.2435 - 70
• b . Trixial-UU Test (c, ) = ASTM D. 2850 atau
• c. Direct Shear Test (c, ) = ASTM D.3080 – 79
Pengujian Disturbed Samples

Index Properties :
• a. Specific Gravity = ASTM D.854 - 72
• b. Sieve & Hydrometer Analysis = ASTM C.136 - 46
• c. Atterberg Limits = ASTM D.424 - 74
• d. Permeability Test (k) = ASTM D.2434-74

Engineering Properties :
• a. Compaction Test = ASSHTO T.180 – 74
• b . Trixial-UU Test (c, ) = ASTM D. 2850
• c. Direct Shear Test (c, ) = ASTM D.3080 - 79
Hubungan antara berat volume jenuh dan kadar air
material tanah dan batuan setempat (FHWA NHI-01-031)
Hubungan antara angka kadar air dengan
berbagai sifat tanah
Identifikasi terhadap konsistensi tanah
berbutir halus
Contoh grafik gradasi butiran
Sifat Teknik Tanah
1. Kepadatan

2. Kuat geser

IDEA
1. Kepadatan
2. Kuat Geser
3. Permeabilitas
Skema uji kelulusan air
(a) uji tinggi tekan tetap,
(b) uji tinggi tekan jatuh

4. Konsolidasi

IDEA

Ilustrasi prinsip uji konsolidasi


IV. TANAH DI DAERAH RAWA
• Konsitensi tanah
• Lunak
• Sangat lunak

• Jenis tanah umumnya :


• Lempung
• Lempung organik
• gambut
• a. Lempung Lunak • b. Gambut

Konsistensi Kuat Geser Jenis Tanah Kadar Organik


kN/m2 Lempung < 25
Lunak 12.5 – 25 Lempung 25 – 75
Sangat Lunak < 12.5 Organik
Gambut > 75
Klasifikasi Tanah berdasarkan Kadar Organiknya

Kadar Organik Kelompok Tanah

> 75% Gambut

25% - 75% Tanah Organik

< 25% Tanah dengan Kadar Organik Rendah

IV. TANAH DI DAERAH RAWA


Tanah Lunak
Pembentukan Gambut • Sifat – sifat Geoteknik dari Gambut

Deskrispsi Gambut Permeabilitas m/detik Referensi


Permukaan >10-1 Hobbs (1986)
Dasar dari “raised bog” yang
3 x 10-5 Hobbs (1986)
membusuk sedikit
Fen acrotelm di Rusia:
di dekat permukaan 3 x 10-5 Hobbs (1986)
di dekat dasar 6 x 10-7
Lapisan Gambut Irlandia yang
sangat membusuk dan bersifat 3 x 10-8 hingga 10-7 Hobbs (1986)
seperti agar-agar
Gambut Sphagnum
H8 sampai H10 6 x 10-8 Hobbs (1986)
H3 10-5

Gambut Sedge H3 sampai H5 10-5 Hobbs (1986)

Gambut Brushwood H3 sampai H6 10-5 Hobbs (1986)


IDEA

Gambut Malaysia yang asam dan


2 x 10-5 to 6 x 10-8 Toh et al (1990)
berserat (Fibrous acidic)
Karakteristik Gambut
Areal
Propinsi %
(1000ha)
Jawa Barat 25 < 0,1
Aceh 270 1,5
Sumatera Utara 335 1,8
• Daerah Gambut di beberapa Propinsi di Indonesia
Sumatera Barat 31 < 0,1
Riau 1704 9,2
Jambi 900 4,9
Sumatera Selatan 990 5,4
Bengkulu 22 < 0,1
Lampung 24 < 0,1
Kalimantan Barat 4610 24,9
Kalimantan Tengah 2162 11,7
Kalimantan Selatan 1484 8,0
Sulawesi Tengah 15 < 0,1
Sulawesi Selatan 1 < 0,1
Sulawesi Tenggara 18 < 0,1
IDEA
Kepulauan Maluku dan
20 < 0,1
lainnya
Irian Jaya 4600 24,9
V. SURVEY MEKANIKA TANAH
Survey Lapangan Geoteknik dan Mekanika Tanah

Pemboran Tangan
Penetration Test
Test Pits
Hydraulik Conductivity Test

IDEA
Analisis Hasil Survey

No Jenis Survey Sasaran

1 Penetration Test Mengetahui Tekanan Ujung (Conus) pada


setiap kedalaman .(kg/cm2)

2 Pemboran tangan Undisturbed sample : Mengetahui nilai Kohesi


tanah, nilai pori , parameter geser tanah.
Mengetahui slope saluran, daya dukung

3 Test Pits Disturbed sampel : mengetahui material


bahan timbunan, Tinggi timbunan, slope
tanggul, Borrow area

IDEA

4 Vane Shear test Uji geser lapangan.


Pemboran Tangan
Titik Lokasi Urutan Jenis Tanah Penutup, konsistensi/kepadatan relatif, Total Kedalaman Muka
warna, dan ketebalannya & UDS Air Tanah

Lanau lempungan, sedang-teguh, coklat, 0-0.8m. Lempung 7m& -


1 lanauan, sedang, abu-abu., 0.8-3m. Pasir berbutir halus, agak UDS.1: 3.0-3.5 m
SP-1 padat,abu-abu tua, 3-3.5m. Lempung pasiran, sedang-teguh,
abu-abu tua, 3.5-7m.

Humus, lunak, coklat tua, 0-0.5m. Lempung organik, lunak - 8.5 m & -0.7 m
sedang, abu-abu, 0.5-3m. Lempung Lanauan, sedang, abu- UDS.1: 3.0-3.5 m
2 SP-2 abu tua, 3-8.5m. Di kedalaman 7-7.2 m ada lensa pasir agak
padat, abu-abu tua.

Humus, lunak, coklat, 0-0.2m. Lempung organik, lunak - 8.5 m & -1 m


sedang, abu-abu kehitaman, 0.2-3m. Lempung Lanauan, UDS.1: 3.0-3.5 m
3 SP-3 sedang, abu-abu tua kehitaman, 3-8.5m.

Lempung Lanau, sedang, coklat terdapat jalur abu-abu, 0- 7m& -0.9 m


0.4m. Lempung lanauan , sedang, abu-abu tua, 0.4-3m. UDS.1: 3.0-3.5 m
4 SP-3 Lempung Lanauan, sedang, abu-abu tua, 3-7m.

Humus, lunak, coklat tua, 0-0.3m. Lempung organik , lunak, 7m& -1.0 m
coklat campur abu-abu, 0.3-3m. Lempung Lanauan, sedang, UDS.1: 3.0-3.5 m
5 SP-4 abu-abu, 3-7m.

IDEA
Humus, lunak, coklat tua, 0-1 m. Lempung organik , lunak, 8m& -1.0 m
abu-abu,1-3m. Lempung Lanauan, sedang, coklat campur UDS.1: 3.0-3.5 m
6 SP-4 abu-abu, 3-8m
Hand Penetration Test

Kedalaman
Tekanan Konus
Test
Titik Lokasi
Di Ujung rata-rata
(m)
qc, kg/cm2 qc, kg/cm2
1 SP-1 7 5.52 3.46
2 SP-2 6.8 5.52 2.42
3 SP-3 9.6 5.84 3.06
4 SP-3 5 5.30 2.67
5 SP-4 9.8 4.29 2.54
6 SP-4 6.6 5.52 2.72

IDEA
Test Pits

Titik Lokasi Deskripsi Tanah Penutup Total Kedalaman Contoh


& Muka air tanah Tanah
Terganggu
lempung Lanauan abu-abu sedang, 0-1.7 m 1.7 m & MAT= - -0.8 m
1 m
SP-1

Humus, coklat, lunak, 0-0.5m. Lempung, abu- 1.2 m & MAT= - -1.5 m
2 SP-2 abu, lunak, 0.5-1.2 m. 0.2 m

1.4 m & MAT= - -1.5 m


Lempung lanauan, coklat campur abu-abu, 0-
3 SP-3 0.5 m
1.4m.
1.4 m & MAT= - -1.2 m
Humus, coklat, lunak, 0-0.3 m. Lempung organic,
4 SP-4 0.55 m
coklat campur abu-abu, 0.3-1.4m.

IDEA
Hydraulic Conductivity Test

Kedalaman Koefisien
Titik Lokasi Test Permeabilitas
(m) k, (cm/detik)
1 Sukan SP-1 1 7.930E-07
2 Sukan SP-2 1 9.920E-07
3 Sukan SP-3 1 1.890E-06
4 Sukan SP-4 1 1.440E-06
Min = 7.930E-07
Max = 1.890E-06
Avg = 1.279E-06

IDEA
Undisturbed sample (Hasil Lab)
BT-1/UDS-1 BT-2/UDS-1 BT-3/UDS-1 BT-4/UDS-1 BT-5/UDS-1 BT-6/UDS-1 BT-7/UDS-1 BT-8/UDS-1
Standard Prosedur
Soil Characteristic Symbol 6-6.5 m 6-6.5 m 5-5.5 m 5-5.5 m 5.5-5 m 5.5-6 m 5.5-6 m 6-6.5 m
Test
Pintu 3 Daun Sal Induk Kolektor Sp 9 Sal Induk Kolektor
SP 9 Sal. Induk Kolektor
Sal SK
4 4 SP 5 Sal SK 4 SP 2 Sal SK 8 SP 1 Sal SK 12 SP 6

Index Properties :
Specific Grafity ASTM D.854 - 72 Gs 2.574 2.592 2.645 2.643 2.580 2.598 2.425 2.488
Water Content (%) ASTM D.2216 - 71 w 60.38 62.85 55.25 26.77 50.13 56.88 41.96 43.09
Volume Unit Weight (ton/m3) ASTM D.2837 - 71  1.584 1.608 1.635 1.849 1.679 1.633 1.682 1.711
Dry Density (ton/m3) Calculated d 0.987 0.987 1.053 1.458 1.118 1.041 1.185 1.196
Void Ratio Calculated e 1.61 1.62 1.51 0.81 1.31 1.50 1.05 1.08
Porosity Calculated n 0.62 0.62 0.60 0.45 0.57 0.60 0.51 0.52
Degree of Saturation (%) Calculated Sr 96.74 100.25 96.65 87.10 98.95 98.74 97.20 99.16
Saturated Density (ton/m3) Calculated sat 1.604 1.606 1.655 1.907 1.685 1.640 1.696 1.715
Submarged Density (ton/m3) Calculated sub 0.604 0.606 0.655 0.907 0.685 0.640 0.696 0.715
Atterberg Limits : ASTM D.424 - 74
Liquid Limit (%) LL 88.23 62.94 68.03 37.01 67.96 73.96 70.24 64.92
Plastic Limit (%) PL 50.81 54.33 46.79 27.73 49.74 45.11 36.46 48.57
Plasticity Index (%) PI 37.42 8.61 21.24 9.28 18.22 28.85 33.78 16.35
Grain Size Analysis : ASTM C.136 - 46
Finer # No. 4 (%) 99.9 99.6 99.9 100.0 99.7 100.0 94.7 99.4
Finer # No. 10 (%) 97.0 98.7 98.6 99.5 97.3 97.7 89.9 93.3
Finer # No. 40 (%) 91.2 96.9 97.0 97.7 94.1 94.3 80.5 87.9
Finer # No. 200 (%) 83.9 87.9 86.1 53.6 89.6 84.9 67.4 77.1
Permeability Test ASTM D.2434-74
Coeficient of Permeability (cm/detik) k 5.24E-05 1.18E-05 8.89E-06 9.04E-06 1.08E-05 6.54E-06 8.65E-06 6.48E-06

Triaxial-UU Test : ASTM D. 2850


Cohesion (kg/cm2) c 0.11 0.15 0.14 0.14 0.14 0.18 0.15 0.12
Internal of angle Friction (deg)  5.2 3.9 4.5 14.9 3.3 4.8 10.4 7.3
Consolidation Test : ASTM D.2435 - 70
Compression Index Cc 0.794 0.566 0.612 0.333 0.612 0.666 0.632 0.584
Coef. of Consolidation (cm2/detik) Cv 3.64E-03 8.54E-03 6.39E-03 8.42E-03 6.90E-03 5.10E-03 4.26E-03 7.22E-03
Unified Soil Classification : USC MH MH MH ML MH MH MH MH

Lanau Lanau Lanau Lanau Lempung Lanau Lanau Lanau Lanau


Soil Description & Remarks
Lempungan Lempungan Lempungan Pasir halus Lempungan Lempungan Lempungan Lempungan

*) = Can't tested, non cohesife soil (loose). Very Soft, Soft, Soft, Soft, Soft, Soft, Soft, Soft,
NP = Non Plastic High Plastcity High Plastcity High Plastcity Low Plasticity High Plastcity High Plastcity High Plastcity High Plastcity
UDS = Undisturbed Sample ; DS = Disturbed Sample Abu-abu Abu-abu Abu-abu Abu-abu Abu-abu Abu-abu Abu-abu Abu-abu

IDEA
Disturbed Sample

TP-1/DS-1 TP-2/DS-1 TP-3/DS-1 TP-4/DS-1


Standard Prosedur 0-1 m 0-1 m 0-1 m 0-1 m
Soil Characteristic Symbol
Test Sal Induk Sp 9 Sal Induk Sp 9 Sal Induk
Pintu 3 Daun
Kolektor Kolektor Kolektor 4
Index Properties :
Specific Grafity ASTM D.854 - 72 Gs 2.570 2.482 2.559 2.530
Optimum Moisture Content (%) ASTM D.2216 - 71 w 25.55 34.19 35.72 26.54
Maximum Dry Density (ton/m3) d 1.133 1.062 1.211 1.285
Saturated Density (ton/m3) Calculated sat 1.692 1.634 1.738 1.777
Atterberg Limits : ASTM D.424 - 74
Liquid Limit (%) LL 62.62 59.55 84.32 85.01
Plastic Limit (%) PL 51.47 36.33 38.30 42.30
Plasticity Index (%) PI 11.15 23.22 46.02 42.71
Grain Size Analysis : ASTM C.136 - 46
Finer # No. 4 (%) 99.3 99.9 99.1 99.9
Finer # No. 10 (%) 98.4 95.5 97.8 98.5
Finer # No. 40 (%) 94.0 79.7 91.7 91.8
Finer # No. 200 (%) 84.0 59.4 79.1 77.7
Permeability Test ASTM D.2434-74
Coeficient of Permeability (cm/detik) k 2.26E-06 2.29E-06 3.00E-06 3.16E-06
Triaxial-UU Test : Remoulded ASTM D. 2850
Cohesion (kg/cm2) c 0.15 0.14 0.28 0.39
Internal of angle Friction (deg)  5.1 13.0 6.7 7.1
Unified Soil Classification : USC MH MH MH MH
Lanau Lanau Lanau Lanau
Soil Description & Remarks
Lempungan Lempungan Lempungan Lempungan
*) = Can't tested, non cohesife soil (loose). Soft, Soft, Soft, Medium Stiff,
NP = Non Plastic High Plastcity High Plastcity High Plastcity High Plastcity
UDS = Undisturbed Sample ; DS = Disturbed Sample Coklat Coklat Coklat Coklat

IDEA
Daya Dukung Pondasi
A. Pondasi Dangkal
Daya dukung ultimate pondasi dangkal pada kedalaman z di bawah permukaan tanah dihitung dengan
mempergunakan rumus Terzaghi sebagai berikut di bawah ini.
Berdasarkan data test laboratorium :
qu = 1.3 c Nc + ’vo (Nq – 1) + 0.4 ’ B N untuk pondasi segiempat
qu = c Nc + ’vo (Nq – 1) + 0.5 ’ B N untuk pondasi menerus
qu = 1.3 c Nc + ’vo (Nq – 1) + 0.3 ’ B N untuk pondasi lingkaran dimana :
c = kohesi.
Proses konstruksi pondasi pada umumnya berlangsung cepat sehingga dapat dianggap sebagai kondisi
undrained sehingga c = u .
’vo = tegangan geostatis efektif pada dasar pondasi.
B = lebar pondasi
’ = berat jenis tanah efektif yang tergantung pada letak muka air tanah dimana :
’ = sat - w untuk Dw  D Daya dukung di permukaan tanah setempat di berbagai lokasi untuk dasar
Dw  D pondasi yang lebar. Untuk Df = 0 ; B = 5 m ; SF = 3
’ = sat - w ( 1 – B ) untuk D  Dw  D + B
’ = sat untuk Dw  D + B No. Lokasi SF  c,  Nc Nq Nj q ult, q all, q all,
t/m3 kg/cm2 (o) kg/cm2 kg/cm2 ton/m2
1 Pintu 3 Daun 3 1.396 0.07 3.45 6.77 1.41 0.26 0.59 0.20 1.98
2 Sal Induk Kolektor 3 1.413 0.10 2.58 6.48 1.29 0.19 0.71 0.24 2.36
3 Sal Induk Kolektor SP-9 3 1.666 0.09 2.97 6.61 1.34 0.22 0.70 0.23 2.34
Ground surface 4 Sal Sek Kolektor SP-9 3 1.465 0.09 9.90 9.55 2.67 1.02 1.26 0.42 4.21
5 Sal Sek-4 SP-5 3 1.571 0.09 2.22 6.37 1.25 0.16 0.66 0.22 2.20
6 Sal Sek-4 SP-2 3 1.436 0.12 3.21 6.69 1.38 0.24 0.89 0.30 2.97
D
7 Sal Sk8-SP-1 3 1.389 0.10 6.96 8.13 1.99 0.62 1.02 0.34 3.39
8 Sal Sk12-SP-6 3 1.423 0.08 4.89 7.29 1.62 0.40 0.72 0.24 2.40
B Dw Max = 4.21
IDEA Min = 1.98
Avg = 2.73

Ground water table


Terimakasih
IDEA

Anda mungkin juga menyukai