Diukur dengan indikator angka Ekskresi Yodium dalam Urin (EIU) <100 µg/L, menunjukkan angka menurun, dan berada di bawah ambang batas masalah sebesar 20%. Survei GAKI tahun 2002 menunjukkan angka 16,3% dan Riskesdas tahun 2007 12,9%. Menurut data hasil Riskesdas 2007, 30 kabupaten/kota di Indonesia menunjukkan bahwa rata-rata Status Yodium dalam Urin atau UIE (Urinary Iodine Exrection) adalah 224 μg/l yang artinya Indonesia sudah mencapai USI (standard WHO/UNICEF/ICCIDD 2007) karena lebih dari 100 μg/l. Namun, pada survey Riskesdas 2007, SEANUT 2011 dan Riskesdas 2011 masalah tersebut masih menunjukkan adanya defisit dan kelebihan kandungan yodium dalam urine. Hasil normalnya hanya menunjukkan angka sekitar 28.8% (Riskesdas 2007) 30.4% (SEANUT) dan 29.9% (Riskesdas2011). Dari penelitian menggunakan indikator Ekskresi Yodium Urine (EIU) dari tahun dengan ambang batas masalah ≤ 20%, menunjukkan bahwa dari tahun 2002 hingga 2013, masalah GAKI menunjukkan adanya kecenderungan menurun dari 16.3% tahun 2002 menjadi 14,9% tahun 2013. Secara global, jumlah anak yang menyandang abnormalitas mental yang berkaitan dengan gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI) diperkirakan 43 juta. Anak dengan IQ kurang dari 85 yang dilahirkan dari ibu hipotiroid yang tidak diobati 4 kali lebih besar dibanding ibu hipotiroid yang diobati. Sebagian anak tersebut tinggal di daerah endemik defisiensi iodium. Terdapat beberapa faktor penyebab GAKI dalam masyarakat, diantaranya pola konsumsi masyarakat, ekonomi masyarakat rendah, serta pengetahuan yang kurang tentang penyakit tersebut. Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam mengatasi masalah GAKI ditingkat populasi yaitu iodisasi atau penambahan/fortifikasi iodium pada semua garam atau Universal Salt Iodization (USI). Rumah tangga dengan konsumsi garam cukup iodium di Indonesia tahun 2013 sebanyak 77,10%. Cakupan ini meningkat dibandingkan cakupan pada tahun 2007, yakni 62,30%. Cakupan ini belum memenuhi target cakupan USI oleh WHO dan target Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RANPG) 2011-2015 dengan masing-masing capaian target adalah 90% dan 80% (WHO, 2007; Kemenkes RI, 2013b). Maka, jika GAKI tidak segera ditangani maka individu akan mengalami gangguan yang disebabkan oleh kekurangan yodium dalam tubuh, antara lain: 1. Pembesaran kelenjar tiroid (gondok) di daerah leher 2. Akan melahirkan generasi yang lemah dan tidak cerdas 3. Produktivitas rendah 4. Menghasilkan sumber daya manusia yang kapasitas intelektualnya rendah 5. Meningkatnya prevalensi stunting 6. Gangguan neuropsikomotor termasuk retardasi mental 7. Pencapaian performa akademik rendah
DAFTAR PUSTAKA
Zulfianto, N. A., Rachmat, M. 2017. Surveilans Gizi. Jakarta : Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Lathifah, N. S. (2018). FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS IODIUM ANAK
USIA. JURNAL BERKALA EPIDEMIOLOGI , Volume 6 Nomor 2, 147-156. file:///E:/DOWNLOADS/8709-31805-7-PB.pdf. Diakses pada 22 Februari 2020.
Tiara, S. K., Budiono, I. 2016. Faktor Konsumsi yang Berhubungan dengan
Kejadian Gangguan Akibat Kekurangan Yodium pada Anak Sekolah Dasar. Semarang. Universitas Negeri Semarang ISSN 2252-6781. https://www.researchgate.net/publication/320104466_FAKTOR_KONSUM SI_YANG_BERHUBUNGAN_DENGAN_KEJADIAN_GANGGUAN_AKIBA T_KEKURANGAN_YODIUM_PADA_ANAK_SEKOLAH_DASAR_Studi_K asus_di_MI_Depokharjo_Parakan_Kabupaten_Temanggung. Diakses pada 22 Februari 2020.
WHO. (2007). Assessment of iodine deficiency disorders and monitoring their
elimination: a guide for programme managers. (3rd ed). USA: World Health Organization. https://doi.org/ISBN 978 92 4 159582 7. Diakses pada 22 Februari 2020.