Anda di halaman 1dari 2

KONTRA TERHADAP PERNIKAHAN DINI

Oleh : Wahyudi Utomo


Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang
puyud39@gmail.com

Pernikahan dini merupakan salah satu hal yang akan memotong masa kecil seorang anak
atau remaja. Meskipun banyak sekali negara maju yang mempersyaratkan usia minimal 18 tahun
untuk menikah, rasanya hal tersebut banyak diabaikan di negara kita.
Pernikahan dini, banyak dijumpai atas dasar alasan adanya “kecelakaan” dalam pergaulan
hingga menimbulkan KTD “Kehamilan Tak Diinginkan”. Oleh karenanya, banyak pasangan
menikah demi meredam pergunjingan masyarakat, meskipun pernikahan tersebut rentan konflik.
Ini karena pernikahan itu atas dasar keterpaksaan, bukan karena kesiapan serta orientasi nikah yang
kuat.
“Pernikahan dini” seringkali dijadikan solusi atas kasus kenakalan remaja. Sebuah
penelitian melaporkan sekitar 90% pelajar di salah satu kota di Indonesia yang mayoritas
penduduknya beragama Islam sudah tidak perawan lagi. Di era pergaulan yang semakin bebas, ada
sebagian anggapan bahwa persoalan ini dapat diselesaikan dengan pernikahan dini.
Adanya sebagian remaja yang terjerumus dengan pergaulan bahkan perilaku seks
bebas, maupun adanya oknum masyarakat yang turut membantu ‘pelegalan pernikahan dini’
melalui pemalsuan data lahir di KTP “Kartu Tanda Penduduk” agar bisa mencatatkan pernikahan
secara sah. Namun, masyarakat banyak yang belum menyadari bahwa pernikahan di usia dini
dapat menyebabkan adanya gangguan kesehatan reproduksi dan seksual; terutama bagi
perempuan.
Menurut hasil penelitian, di daratan Afrika mereka yang menikah pada usia dini memiliki
resiko lebih tinggi untuk terkena IMS dan HIV. Hal ini didasarkan pada temuan bahwa biasanya
dalam pernikahan din, usia pengantin perempuan jauh masih sangat muda, sementara sang
suaminya berumur jauh lebih tua. Suami biasanya memiliki pengalaman seks jauh lebih banyak
dan terkadang membawa penyakit kelamin seperti infeksi IMS dan HIV yang kemudian ditularkan
kepada istrinya.
Pengantin remaja biasanya juga dipaksa untuk sesegera mungkin mendapatkan kehamilan
dan melahirkan anak setelah pernikahannya. Hal ini berarti dapat meningkatkan angka kematian
pada ibu hamil karena pada usia 15-19 tahun rentan terkena komplikasi kehamilan dan persalinan
serta “fistula obstetric” dan menyebabkan terjadinya overpopulasi mengakibatkan kemerosotan
dan ekonomi, kemiskinan global, kelaparan, kerusakan lingkungan dan ketidakstabilan
politik. Perempuan yang menikah dini juga rentan mengidap kanker serviks (kanker mulut rahim).
Dengan demikian, praktik ini dipandang memiliki banyak dampak negatif bila ditinjau dari sudut
pandang kedokteran.
Secara sosiologis, pernikahan dini dapat mengurangi harmonisasi keluarga. Hal ini
disebabkan oleh emosi yang masih labil, gejolak darah muda dan cara pikir yang belum matang.
Oleh karenanya, meskipun belum ideal pemerintah hanya mentolerir pernikahan di atas umur 19
tahun untuk pria dan 16 tahun untuk perempuan. Damapak yang ditimbulkan dari pernikahan dini
antara lain :
 Percaraian meningkat karena pernikahan dini (karena kecelakaan, dan hal itu lebih karena
keterpaksaan, bukan kesadaran atau kesiapan mental).
 Pernikahan diusia dini dapat menyebabkan adanya gangguan kesehatan reproduksi dan
seksual (terutama bagi perempuan)
 Dilihat dari segi kedokteran pernikahan dini dipandang memiliki banyak dampak negative,
seperti perempuan yang menikah dini rentan mengidap karker serviks (kanker mulut
rahim).
 Pernikahan dini dapat mengurangi keharmonisan keluarga, disebabkan oleh emosi yang
masih labil dan cara berfikir yang belum matang.
 Hukumnya makruh, karena belum mempunyai niat untuk menikah dan juga belum mampu
dalam menjalani kehidupan rumah tangga.
 Menurut hasil penelitian didaratan afrika mereka yang menikah diusia dini memiliki resiko
untuk terkena HIV. Disarkan pada temuan bahwa biasanya dalam pernikahan dini usia
perempuan lebih muda dibandingkan laki-laki. Suami biasanya lebih berpengalaman dan
membawa penyakit kelamin, seperti inveksi HIV.
 Pengantin juga dipaksa untuk sesegera mungkin mendapatkan kehamilan dan mempunyai
anak. Hal itu dapat meningkatkan kematian ibu hamil karena pada usia 15-19 tahun rentan
terkena komplikasi kehamilan. Kesimpulannya pernikahan dini memiliki banyak dampak
negative ditinjau dari segi kedokteran.
 UU pernikahan pasal 7 ayat 1, pernikahan hanya di izinkan jika pihak pria 19 tahun dan
wanita 16 tahun.
 Pernikahan akan mengorbankan pendidikan, karena akan focus pada mencari nafkah dan
mengurus keluarga.
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

Anda mungkin juga menyukai