Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan praktikum dalam mata kuliah Survei Hidrografi ini dengan baik dan lancar,
serta tepat waktu. Laporan praktikum ini berisi hasil pengukuran volume Danau Geomatika.
Dalam penyelesaian laporan praktikum ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Yanto Budisusanto, S.T.,M.Eng selaku dosen pengampu dan asistensi mata kuliah
Administrasi Pertanahan kelas B Teknik Geomatika FTSPK ITS;
2. Teman-teman kelas B pada mata kuliah Administrasi Pertanahan yang telah membantu
dalam pelaksanaan praktikum maupun penyelesaian tahap laporan.

Semoga dengan rahmat dan berkah-Nya, ilmu yang diberikan melalui laporan praktikum ini
bermanfaat hingga seterusnya. Namun dalam penulisan laporan praktikum ini, penulis menyadari
masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan maupun pelaksanaan praktikum ini. Oleh
karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang dapat disampaikan oleh pembaca, sehingga
dapat menjadi laporan yang lengkap dengan tata bahasa yang runtut dan baik.

Surabaya, 23 Februari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
1.1. LATAR BELAKANG...................................................................................................... 1
1.2. TUJUAN .......................................................................................................................... 1
BAB II............................................................................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................. 2
2.1. PENGERTIAN PERTANAHAN ..................................................................................... 2
2.2. PENGERTIAN ADMINISTRASI PERTANAHAN ....................................................... 2
2.3. RUANG LINGKUP ADMINISTRASI PERTANAHAN ............................................... 3
2.3.1. Penatagunaan Tanah ................................................................................................. 3
2.3.2. Penataan Penguasaan Tanah ..................................................................................... 4
2.3.3. Pengurusan Hak Tanah ............................................................................................. 4
2.3.4. Pengukuran dan Pendaftaran Tanah.......................................................................... 4
BAB III ........................................................................................................................................... 5
METODOLOGI PRAKTIKUM ..................................................................................................... 5
3.1. Waktu dan Tempat ........................................................................................................... 5
3.2. Alat dan Bahan ................................................................................................................. 5
3.3. Pelaksanaan Praktikum .................................................................................................... 5
BAB IV ........................................................................................................................................... 6
HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................................................... 6
4.1. Hasil ................................................................................................................................. 6
4.2. Analisa.............................................................................................................................. 7
4.2.1. Perhitungan Luas Manual ......................................................................................... 7
4.2.2. Perhitungan Menggunakan Software AutoCAD ...................................................... 9
4.2.3. Komparasi Hasil...................................................................................................... 10
BAB V .......................................................................................................................................... 11
PENUTUP..................................................................................................................................... 11
5.1. Kesimpulan..................................................................................................................... 11

ii
5.2. Saran ............................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Tanah mempunyai arti penting bagi kehidupan bangsa Indonesia. Hal ini dikarenakan
bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga setiap kegiatan yang dilakukan
oleh sebagian besar rakyat Indonesia senantiasa membutuhkan dan melibatkan soal tanah.
Bahkan pada sebagian masyarakat, tanah dianggap sebagai sesuatu yang sakral, karena di sana
terdapat simbol status sosial yang dimilikinya. Pembangunan yang dilaksanakan oleh Negara
Indonesia saat ini diharapkan pada masalah penyediaan tanah. Tanah dibutuhkan oleh banyak
orang sedangkan jumlahnya tidak bertambah atau tetap, sehingga tanah yang tersedia tidak
mampu lagi memenuhi kebutuhan yang terus meningkat terutama kebutuhan akan tanah untuk
membangun perumahan sebagai tempat tinggal, untuk pertanian, serta untuk membangun
berbagai fasilitas umum dalam rangka memenuhi tuntutan terhadap kemajuan di berbagai
bidang kehidupan.
Mengingat arti pentingnya tanah bagi kelangsungan hidup masyarakat maka
diperlukan pengaturan yang lengkap dalam hal penggunaan, pemanfaatan, pemilikan dan
pembuatan hukum yang berkaitan dengan hal tersebut. Semua ini bertujuan untuk menghindari
terjadinya persengketaan tanah baik yang menyangkut pemilikan maupun perbuatan –
perbuatan hokum yang dilakukan oleh pemiliknya. Untuk memperoleh kepastian hukum dan
kepastian akan hak atas tanah Undang-Undang Agraria No. 5 Tahun 1960 telah meletakkan
kewajiban kepada Pemerintah untuk melaksanakan pendaftaran tanah yang ada di seluruh
Indonesia.
Pendaftaran tanah adalah rangakaian kegiatan yang dillakukan oleh pemerintah secara
terus menerus, berkesinambungan dan teratur meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan
dan pengkajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar
mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat
bukti haknya bagi bidang –bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan
rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.

1.2. TUJUAN
Tujuan dari praktikum Pengukuran Bidang Tanah ini adalah sebagai berikut :
a) Mahasiswa memahami proses pengukuran bidang tanah yang dilakukan sebagai rangkaian
administrasi pertanahan
b) Mahasiswa mahir dalam mengolah data hasil ukuran
c) Mahasiswa memahami konsep pengukuran bidang tanah

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENGERTIAN PERTANAHAN


Pertanahan, menurut Rusmadi Murad adalah: “Suatu kebijaksanaan yang
digariskan oleh pemerintah di dalam mengatur hubungan hukum antara tanah dengan orang
sebagaimana yang ditetapkan oleh Undang-undang Dasar 1945 dan dijabarkan dalam
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 yang dikenal dengan Undang-undang Pokok
Agraria (UUPA)” (1997:1). Dalam keseharian maupun dalam dunia akademis sangat
sering dipertukarkan dengan pengertian agraria.
Agraria berasal dari bahasa Latin ager yang berarti tanah atau sebidang tanah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agraria berarti urusan pertanian atau tanah
pertanian, juga urusan pemilikan tanah. Dengan demikian, istilah agraria selalu
dihubungkan dengan usaha pertanian. Di Indonesia, istilah agraria di lingkungan
administrasi pemerintahan dipakai dalam arti tanah, baik tanah pertanian maupun
nonpertanian. Adapun administrasi pertanahan meliputi baik tanah-tanah di daratan
maupun yang berada di bawah air, baik air daratan maupun air laut.
Berbeda dengan pengertian agraria dalam administrasi pemerintahan yang hanya
mencakup arti tanah, pengertian agraria yang digunakan dalam UUPA justru mencakup
arti yang sangat luas. Pengertian agraria meliputi bumi, air, dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya. Dalam batas-batas seperti yang ditentukan dalam Pasal 48 UUPA,
bahkan meliputi pula ruang angkasa, yaitu ruang di atas bumi dan air yang mengandung
tenaga dan unsur-unsur yang dapat digunakan untuk usaha-usaha memelihara dan
memperkembangkan kesuburan bumi, air serta kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dan hal-hal lainnya yang bersangkutan dengan itu.

2.2. PENGERTIAN ADMINISTRASI PERTANAHAN


Administrasi Pertanahan menurut Rusmadi Murad adalah: Suatu usaha dan
manajemen yang berkaitan dengan penyelenggaraan kebijaksanaan pemerintah di bidang
pertanahan dengan mengerahkan sumber daya untuk mencapai tujuan sesuai dengan
ketentuan Perundang-undangan yang berlaku. Dari kedua pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa administrasi pertanahan merupakan bagian dari administrasi negara,
karena administrasi pertanahan merupakan upaya pemerintah dalam menyelenggarakan
kebijaksanaan di bidang pertanahan yang pelaksanaannya dilakukan BPN.
Landasan hukum dalam UUD 1945 mengenai administrasi pertanahan terdapat
dalam Bab XIV tentang kesejahteraan sosial, Pasal 33 ayat (3) yang berbunyi sebagai
berikut: “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Adapun rumusan yang

2
terdapat dalam penjelasan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 sebagai berikut : “Bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok kemakmuran rakyat.
Sebab itu harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan oleh untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat”.
Kebijaksanaan pertanahan pada dasarnya mengarahkan dan melanjutkan serta
mendukung program yang telah dilaksanakan sektor lain pada tahap-tahap pembangunan
sebelumnya. Di dalam meletakkan dasar kebijaksanaan pada setiap tahapan senantiasa
berbeda disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat pada suatu waktu tertentu dan masalah
yang mungkin akan dihadapi pada waktu yang akan datang.
Masalah paling mendasar yang dihadapi bidang pertanahan adalah suatu kenyataan
bahwa persediaan tanah yang selalu terbatas sedangkan kebutuhan manusia akan tanah
selalu meningkat.
Faktor-faktor yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan tanah adalah:
a) Pertumbuhan penduduk.
b) Meningkatnya kebutuhan penduduk akan ruang sebagai akibat peningkatan
kualitas hidup.
c) Meningkatnya fungsi kota terhadap daerah sekitarnya.
d) Terbatasnya persediaan tanah yang langsung dapat dikuasai atau dimanfaatkan.
e) Meningkatnya pembangunan.
Dengan kondisi tersebut maka pengaturan terhadap tanah sangat dibutuhkan; di
sinilah administrasi pertanahan memegang peranan yang sangat penting.

2.3. RUANG LINGKUP ADMINISTRASI PERTANAHAN


Tujuan pembangunan bidang pertanahan adalah menciptakan kemakmuran dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pencapaian tujuan tersebut dilaksanakan dengan
pengelolaan pertanahan dan pengembangan administrasi pertanahan, yang meliputi aspek-
aspek pengaturan, penguasaan dan penatagunaan tanah, pengurusan hak-hak atas tanah,
serta pengukuran, pemetaan dan pendaftaran tanah. Semua komponen/aspek-aspek
tersebut merupakan ruang lingkup bahasan administrasi pertanahan yang selanjutnya akan
diuraikan lebih rinci pada modul berikutnya. Sebagai gambaran akan diuraikan beberapa
pengertian umum dari masing-masing aspek administrasi pertanahan, seperti yang
dikemukakan Rusmadi Murad, (1997: 3-5).
2.3.1. Penatagunaan Tanah
Penatagunaan tanah ialah serangkaian kegiatan penataan, peruntukan,
penggunaan dan penyelesaian tanah secara berkesinambungan dan teratur
berdasarkan asas manfaat, lestari, optimal, seimbang dan serasi.
Fungsi ini sejalan dengan Pasal 14 dan Pasal 15 UUPA yaitu upaya yang
menghendaki agar perencanaan tanah dan usaha-usaha pemeliharaan tanah meliputi

3
usaha mempertahankan keutuhan tanah dan mencegah kerusakan. Penggunaan
tanah dibedakan menurut 2 jenis penggolongan:
a. Penggunaan tanah pedesaan (pertanian, peternakan).
b. Penggunaan tanah perkotaan (pemukiman, jasa, instansi).
Pelaksanaan penatagunaan tanah dilakukan dengan memperhatikan fakta-
fakta yang ada berdasarkan hasil survei dan analisa lapangan dikaitkan dengan
kebijaksanaan rencana pemerintah setempat serta perencanaan yang sudah
ditetapkan untuk diperoleh suatu data pokok perencanaan, penggunaan tanah (Land
Use Planning).

2.3.2. Penataan Penguasaan Tanah


Fungsi penataan penguasaan tanah dilakukan seperti yang dikenal dengan
fungsi Landreform meliputi tugas mengawasi pembatasan penguasaan pemilikan
dan penggunaan tanah untuk melaksanakan proses sebagaimana diatur dalam Pasal
6 (Fungsi sosial hak atas tanah), Pasal 7 (Pemilikan/penguasaan tanah dibatasi),
Pasal 10 (Asas bahwa setiap pemilik tanah harus menggarap/mengusahakan sendiri
tanahnya) dan Pasal 17 (Pemerintah menguasai tanah yang melebihi batas
maksimum pemilik).

2.3.3. Pengurusan Hak Tanah


Fungsi pengurusan hak tanah adalah pelaksanaan dari Pasal 2 UUPA. Hak
menguasai dari negara dan memberi wewenang untuk:
a) mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan
pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa;
b) menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang
dengan bumi, air dan ruang angkasa;
c) menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang
dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi air dan ruang
angkasa.

2.3.4. Pengukuran dan Pendaftaran Tanah


Pengukuran dan Pendaftaran Tanah merupakan pelaksanaan dari Pasal 19
UUPA sebagai upaya untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah. Dalam
kaitan ini, pemerintah mengadakan Pendaftaran Tanah di seluruh Indonesia,
dengan kegiatan:
a) Pengukuran, pemetaan dan pembukuan tanah.
b) Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut.
c) Pemberian surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat bukti yang
kuat.

4
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Pengukuran Bidang Tanah dilakukan pada :
Tanggal : Selasa, 11 Februari 2020
Pukul : 09.00 – 10.00
Tempat : Tempat Parkir Motor Teknik Geomatika ITS

3.2. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang diperlukan untuk melaksanakan praktikum ini antara lain :
a) Roll meter
b) Note
c) Laptop
d) AutoCAD Map 3D
e) ArcGIS

3.3. Pelaksanaan Praktikum

5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum pengukuran bidang tanah di area parkiran teknik
Geomatika ITS, didapatkan hasil plot sebagai berikut (dalam meter).

Kemudian akan dilakukan perhitungan luas bidang tanah berdasarkan hasil dari
pengukuran yang dilakukan.

6
4.2. Analisa
Adapun analisa yang dilakukan antara lain berupa analisa luasan yang didapatkan
berdasarkan perhitungan secara manual maupun digital.
4.2.1. Perhitungan Luas Manual
Pada metode ini, dilakukan perhitungan luasan dengan cara melakukan
pembagian bidang ke dalam beberapa segitiga. Kemudian berdasarkan hasil
pengukuran yang dilakukan di lapangan terkait segitiga, akan dilakukan
perhitungan dengan metode segitiga tidak beraturan.

III

IV

I
II

VI

Perhitungannya adalah sebagai berikut.

1. Luas Segitiga I = √𝑠(𝑠 − 𝑎)(𝑠 − 𝑏)(𝑠 − 𝑐)


𝑎+𝑏+𝑐 5.02+32.92+32.39
Dengan 𝑠 = = = 35.165
2 2

Maka LI = √𝑠(𝑠 − 𝑎)(𝑠 − 𝑏)(𝑠 − 𝑐)

= √35.165(35.165 − 5.02)(35.165 − 32.92)(35.165 − 32.39)


= 81.26482816 𝑚2
2. Luas Segitiga II = √𝑠(𝑠 − 𝑎)(𝑠 − 𝑏)(𝑠 − 𝑐)

7
𝑎+𝑏+𝑐 25.21+32.92+8.80
Dengan 𝑠 = = = 33.465
2 2

Maka LI = √𝑠(𝑠 − 𝑎)(𝑠 − 𝑏)(𝑠 − 𝑐)

= √33.465(33.465 − 25.21)(33.465 − 32.92)(33.465 − 8.8)


= 60.93864097 𝑚2
3. Luas Segitiga III = √𝑠(𝑠 − 𝑎)(𝑠 − 𝑏)(𝑠 − 𝑐)
𝑎+𝑏+𝑐 23.71+16.72+28.25
Dengan 𝑠 = = = 34.34
2 2

Maka LI = √𝑠(𝑠 − 𝑎)(𝑠 − 𝑏)(𝑠 − 𝑐)

= √34.34(34.34 − 23.71)(34.34 − 16.72)(34.34 − 28.25)


= 197.9148475 𝑚2
4. Luas Segitiga IV = √𝑠(𝑠 − 𝑎)(𝑠 − 𝑏)(𝑠 − 𝑐)
𝑎+𝑏+𝑐 28.25+29.89+8.80
Dengan 𝑠 = = = 33.47
2 2

Maka LI = √𝑠(𝑠 − 𝑎)(𝑠 − 𝑏)(𝑠 − 𝑐)

= √33.47(33.47 − 28.25)(33.47 − 29.89)(33.47 − 8.8)


= 124.2193338 𝑚2
5. Luas Segitiga V = √𝑠(𝑠 − 𝑎)(𝑠 − 𝑏)(𝑠 − 𝑐)
𝑎+𝑏+𝑐 29.89+47.9+18.7
Dengan 𝑠 = = = 48.245
2 2

Maka LI = √𝑠(𝑠 − 𝑎)(𝑠 − 𝑏)(𝑠 − 𝑐)

= √48.245(48.245 − 29.89)(48.245 − 47.9)(48.245 − 18.7)


= 95.00684462 𝑚2
6. Luas Segitiga VI = √𝑠(𝑠 − 𝑎)(𝑠 − 𝑏)(𝑠 − 𝑐)
𝑎+𝑏+𝑐 46.69+47.9+11.82
Dengan 𝑠 = = = 53.205
2 2

Maka LI = √𝑠(𝑠 − 𝑎)(𝑠 − 𝑏)(𝑠 − 𝑐)

= √53.205(53.205 − 46.69)(53.205 − 47.9)(53.205 − 11.82)


= 275.8656379 𝑚2

8
Jadi Luas Total = Luas I + Luas II + Luas III + Luas IV + Luas V + Luas VI
= 81.26482816 𝑚2 + 60.93864097 𝑚2 +
197.9148475 𝑚2 + 124.2193338 𝑚2 +
95.00684462 𝑚2 + 275.8656379 𝑚2
= 835.210133 𝑚2

4.2.2. Perhitungan Menggunakan Software AutoCAD


Setelah dilakukan perhitungan dengan cara manual dengan pembagian
segitiga tidak beraturan, kemudian dilakukan perhitungan dengan software
Autocad untuk melakukan perbandingan antara kedua metode perhitungan luas.
Dengan melakukan digitasi kemudian dilihat bagian propertiesnya maka akan
didapatkan luas bidang tanah yang diukur.

Luas Bidang Tanah = 835.3876 m2

9
4.2.3. Komparasi Hasil
Adapun komparasi hasil yang didapatkan berdasarkan perhitungan manual
dengan software autocad antara lain adalah sebagai berikut.
Manual Autocad Selisih
2 2
0,177467 m2
835.210133 𝑚 835.3876 m

Berdasarkan hasil perhitungan, perbedaan yang didapatkan dengan menggunakan


software autocad dengan cara manual adalah 0,177467 m2

10
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dalam pengukuran bidang tanah
yang dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal antara lain sebagai berikut.
1. Salah satu hal yang menyebabkan perbedaan hasil pengukuran ialah perbedaan metode
perhitungan, apabila perhitungan yang dilakukan dengan cara yang berbeda, maka hasil
yang didapatkan dapat berbeda pula.
2. Proses pengukuran bidang tanah dilakukan berdasarkan batas-batas yang telah
disepakati bersama, sehingga tidak menimbulkan sengketa atas tanah yang telah
disepakati.
3. Pengukuran yang dilakukan tidak terlepas dari kesalahan, oleh karena itu perlu
dilakukan minimalisasi kesalahan pada pengukuran yang dilakukan
4. Proses minimalisir kesalahan dapat dilakukan pada metode pengukuran; alat yang
digunakan; dan briefing serta komunikasi yang baik antara juru ukur.

5.2. Saran
Berdasarkan praktikum yang didapatkan, saran yang diberikan antara lain adalah
sebagai berikut.
1. Selalu menambah ilmu dasar tentang administrasi pertanahan agar keterampilan yang
diperoleh dalam praktikum memiliki dasar keilmuan yang jelas
2. Selalu menambah wawasan dan keterampilan dalam menggunakan metode-metode
yang digunakan dalam pemrosesan data pertanahan.

11
DAFTAR PUSTAKA

M.W. Purwaningdyah, Agus Wahyudi. Modul Administrasi Pertanahan

Harsono, B. (1999). Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan UUPA, Isi dan
Pelaksanaannya. Jakarta: Djambatan.

Sumardjono, Maria S.W. (2001). Kebijakan Pertanahan: Antara Regulasi & Implementasi. Jakarta:
Kompas.

12

Anda mungkin juga menyukai