Anda di halaman 1dari 11

Peran Keluarga

Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lansia penderita
demensia yang tinggal di rumah. Hidup bersama dengan penderita demensia bukan
hal yang mudah, tapi perlu kesiapan khusus baik secara mental maupun lingkungan
sekitar. Pada tahap awal demensia penderita dapat secara aktif dilibatkan
dalam proses perawatan dirinya. Membuat catatan kegiatan sehari-hari dan
minum obat secara teratur. Ini sangat membantu dalam menekan laju
kemunduran kognitif yang akan dialami penderita demensia.
Keluarga tidak berarti harus membantu semua kebutuhan harian Lansia,
sehingga Lansia cenderung diam dan bergantung pada lingkungan. Seluruh
anggota keluargapun diharapkan aktif dalam membantu Lansia agar dapat
seoptimal mungkin melakukan aktifitas sehari-harinya secara mandiri dengan
aman. Melakukan aktivitas sehari-hari secara rutin sebagaimana pada
umumnya Lansia tanpa demensia dapat mengurangi depresi yang dialami
Lansia penderita demensia.
Merawat penderita dengan demensia memang penuh dengan dilema, walaupun
setiap hari selama hampir 24 jam kita mengurus mereka, mungkin mereka tidak
akan pernah mengenal dan mengingat siapa kita, bahkan tidak ada ucapan terima
kasih setelah apa yang kita lakukan untuk mereka. Kesabaran adalah sebuah
tuntutan dalam merawat anggota keluarga yang menderita demensia. Tanamkanlah
dalam hati bahwa penderita demensia tidak mengetahui apa yang terjadi pada
dirinya. Merekapun berusaha dengan keras untuk melawan gejala yang muncul
akibat demensia.
Saling menguatkan sesama anggota keluarga dan selalu meluangkan waktu
untuk diri sendiri beristirahat dan bersosialisasi dengan teman-teman lain dapat
menghindarkan stress yang dapat dialami oleh anggota keluarga yang merawat
Lansia dengan demensia.

I. Tingkah Laku Lansia


Pada suatu waktu Lansia dengan demensia dapat terbangun dari tidur
malamnya dan panik karena tidak mengetahui berada di mana, berteriak-teriak dan
sulit untuk ditenangkan. Untuk mangatasi hal ini keluarga perlu membuat Lansia
rileks dan aman. Yakinkan bahwa mereka berada di tempat yang aman dan bersama
dengan orang-orang yang menyayanginya. Duduklah bersama dalam jarak yang
dekat, genggam tangan Lansia, tunjukkan sikap dewasa dan menenangkan. Berikan
minuman hangat untuk menenangkan dan bantu lansia untuk tidur kembali.
Lansia dengan demensia melakukan sesuatu yang kadang mereka sendiri tidak
memahaminya. Tindakan tersebut dapat saja membahayakan dirinya sendiri maupun
orang lain. Mereka dapat saja menyalakan kompor dan meninggalkannya begitu
saja. Mereka juga merasa mampu mengemudikan kendaraan dan tersesat atau
mungkin mengalami kecelakaan. Memakai pakaian yang tidak sesuai kondisi atau
menggunakan pakaian berlapis-lapis pada suhu yang panas.
Seperti layaknya anak kecil terkadang Lansia dengan demensia bertanya
sesuatu yang sama berulang kali walaupun sudah kita jawab, tapi terus saja
pertanyaan yang sama disampaikan. Menciptakan lingkungan yang aman seperti
tidak menaruh benda tajam sembarang tempat, menaruh kunci kendaraan ditempat
yang tidak diketahui oleh Lansia, memberikan pengaman tambahan pada pintu dan
jendela untuk menghindari Lansia kabur adalah hal yang dapat dilakukan keluarga
yang merawat Lansia dengan demensia di rumahnya.

J. Pencegahan & Perawatan Demensia


Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia
diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan
fungsiotak,
seperti :
1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan
zat adiktif yang berlebihan
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan
setiap hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
 Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
 Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki
persamaan minat atau hobi
4. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam
kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN LANSIA DENGAN DEMENSIA

1. Pengkajian
A. Membina hubungan saling percaya dengan klien lansia
Dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Selalu mengucapkan salam kepada pasien seperti: selamat pagi / siang / sore /
malam atau sesuai dengan konteks agama pasien.
2. Perkenalkan nama saudara (nama panggilan) saudara, termasuk menyampaikan
bahwa saudara adalah perawat yang akan merawat pasien.
3. Tanyakan pula nama pasien dan nama panggilan kesukaannya.
4. Jelaskan tujuan saudara merawat pasien dan aktivitas yang akan dilakukan.
5. Jelaskan pula kapan aktivitas akan dilaksanakan dan berapa lama aktivitas tersebut.
6. Bersikap empati dengan cara:
7. Gunakan kalimat yang singkat, jelas, sederhana dan mudah dimengerti (hindari
penggunaan kata atau kalimat jargon)
8. Bicara lambat , ucapkan kata atau kalimat yang jelas dan jika betranya tunggu
respon pasien
9. Tanya satu pertanyaan setiap kali bertanya dan ulang pertanyaan dengan kata-kata
yang sama.
10. Volume suara ditingkatkan jika ada gangguan pendengaran, jika volume
ditingkatkan, nada harus direndahkan.

B. Sikap komunikasi verbal disertai dengan non verbal yang baik


Sikap berkomunikasi harus berhadapan, pertahankan kontak mata, relaks dan terbuka.

C. Ciptakan lingkungan yang terapeutik pada saat berkomunikasi dengan klien.


a) Duduk bersama klien, melakukan kontak mata, beri sentuhan dan
menunjukkan perhatian
b) Bicara lambat, sederhana dan beri waktu klien untuk berpikir dan menjawab
c) Perawat mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baik
d) Bersikap hangat, sederhana akan mengekspresikan pengharapan pada klien.
e) Tidak berisik atau rebut
f) Ruangan nyaman, cahaya dan ventilasi cukup
g) Jarak disesuaikan, untuk meminalkan gangguan.
Mengkaji pasien lansia dengan demensia Untuk mengkaji pasien lansia dengan demensia,
saudara dapat menggunakan tehnik mengobservasi prilaku pasien dan wawancara langsung
kepada pasien dan keluarganya. Observasi yang saudara lakukan terutama untuk mengkaji
data objective demensia. Ketika mengobservasi prilaku pasien untuk tanda-tanda seperti:
 Kurang konsentrasi
 Kurang kebersihan diri
 Rentan terhadap kecelakaan: jatuh
 Tidak mengenal waktu, tempat dan orang
 Tremor
 Kurang kordinasi gerak
 Aktiftas terbatas
 Sering mengulang kata-kata.
Berikut ini adalah aspek psikososial yang perlu dikaji oleh perawat : apakah lansia
mengalami kebingungan, kecemasan, menunjukkan afek yang labil, datar atau tidak sesuai.
Bila data tersebut saudara peroleh, data subjective didapatkan melalui wawancara:
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Demensia

1. Pengkajian

a. Identitas

Indentias klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa/latar belakang kebudayaan,
status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat.

b. Keluhan utama

Keluhan utama atau sebab utama yang menyebbkan klien datang berobat (menurut klien dan
atau keluarga). Gejala utama adalah kesadaran menurun.

c. Pemeriksaan fisik

Kesadaran yang menurun dan sesudahnya terdapat amnesia. Tensi menurun, takikardia,
febris, BB menurun karena nafsu makan yang menurun dan tidak mau makan.

d. Psikososial

1) Genogram.

2) Konsep diri
a) Ganbaran diri, tressor yang menyebabkan berubahnya gambaran diri karena proses patologik
penyakit.

b) Identitas, bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan individu.

c) Peran, transisi peran dapat dari sehat ke sakit, ketidak sesuaian antara satu peran dengan
peran yang lain dan peran yang ragu diman aindividu tidak tahun dengan jelas perannya, serta
peran berlebihan sementara tidak mempunyai kemmapuan dan sumber yang cukup.

d) Ideal diri, keinginann yang tidak sesuai dengan kenyataan dan kemampuan yang ada.

e) Harga diri, tidakmampuan dalam mencapai tujuan sehingga klien merasa harga dirinya
rendah karena kegagalannya.

3) Hubungan sosial

Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang disingkirkan atau kesepian, yang
selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat berat seperti delusi dan halusinasi.
Konsep diri dibentuk oleh pola hubungan sosial khususnya dengan orang yang penting dalam
kehidupan individu. Jika hubungan ini tidak sehat maka individu dalam kekosongan internal.
Perkembangan hubungan sosial yang tidak adeguat menyebabkan kegagalan individu untuk
belajar mempertahankan komunikasi dengan orang lain, akibatnya klien cenderung
memisahkan diri dari orang lain dan hanya terlibat dengan pikirannya sendiri yang tidak
memerlukan kontrol orang lain. Keadaa ini menimbulkan kesepian, isolasi sosial, hubungan
dangkal dan tergantung.

4) Spiritual

Keyakina klien terhadapa agama dan keyakinannya masih kuat.a tetapi tidak atau kurang
mampu dalam melaksnakan ibadatnmya sesuai dengan agama dan kepercayaannya.

e. Status mental

1) Penampila klien tidak rapi dan tidak mampu utnuk merawat dirinya sendiri.

2) Pembicaraan keras, cepat dan inkoheren.


3) Aktivitas motorik, Perubahan motorik dapat dinmanifestasikan adanya peningkatan
kegiatan motorik, gelisah, impulsif, manerisme, otomatis, steriotipi.

4) Alam perasaan

Klien nampak ketakutan dan putus asa.

5) Afek dan emosi.

Perubahan afek terjadi karena klien berusaha membuat jarak dengan perasaan tertentu karena
jika langsung mengalami perasaa tersebut dapat menimbulkan ansietas. Keadaan ini
menimbulkan perubahan afek yang digunakan klien untukj melindungi dirinya, karena afek
yang telah berubahn memampukan kien mengingkari dampak emosional yang menyakitkan
dari lingkungan eksternal. Respon emosional klien mungkin tampak bizar dan tidak sesuai
karena datang dari kerangka pikir yang telah berubah. Perubahan afek adalah tumpul, datar,
tidak sesuai, berlebihan dan ambivalen

6) Interaksi selama wawancara

Sikap klien terhadap pemeriksa kurawng kooperatif, kontak mata kurang.

7) Persepsi

Persepsi melibatkan proses berpikir dan pemahaman emosional terhadap suatu obyek.
Perubahan persepsi dapat terjadi pada satu atau kebiuh panca indera yaitu penglihatan,
pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan. Perubahan persepsi dapat ringan, sedang
dan berat atau berkepanjangan. Perubahan persepsi yang paling sering ditemukan adalah
halusinasi.

8) Proses berpikir

Klien yang terganggu pikirannya sukar berperilaku kohern, tindakannya cenderung


berdasarkan penilaian pribadi klien terhadap realitas yang tidak sesuai dengan penilaian yang
umum diterima.

Penilaian realitas secara pribadi oleh klien merupakan penilaian subyektif yang dikaitkan
dengan orang, benda atau kejadian yang tidak logis.(Pemikiran autistik). Klien tidak
menelaah ulang kebenaran realitas. Pemikiran autistik dasar perubahan proses pikir yang
dapat dimanifestasikan dengan pemikian primitf, hilangnya asosiasi, pemikiran magis, delusi
(waham), perubahan linguistik (memperlihatkan gangguan pola pikir abstrak sehingga
tampak klien regresi dan pola pikir yang sempit misalnya ekholali, clang asosiasi dan
neologisme.

9) Tingkat kesadaran

Kesadaran yang menurun, bingung. Disorientasi waktu, tempat dan orang

10) Memori

Gangguan daya ingat sudah lama terjadi (kejadian beberapa tahun yang lalu).

11) Tingkat konsentrasi

Klien tidak mampu berkonsentrasi

12) Kemampuan penilaian

Gangguan berat dalam penilaian atau keputusan.

f. Kebutuhan klien sehari-hari

1) Tidur, klien sukar tidur karena cemas, gelisah, berbaring atau duduk dan gelisah . Kadang-
kadang terbangun tengah malam dan sukar tidur kemabali. Tidurnya mungkin terganggu
sepanjang malam, sehingga tidak merasa segar di pagi hari.

2) Selera makan, klien tidak mempunyai selera makan atau makannya hanya sedikit, karea
putus asa, merasa tidak berharga, aktivitas terbatas sehingga bisa terjadi penurunan berat
badan.

3) Eliminasi

Klien mungkin tergnaggu buang air kecilnya, kadang-kdang lebih sering dari biasanya,
karena sukar tidur dan stres. Kadang-kadang dapat terjadi konstipasi, akibat terganggu pola
makan.

4) Mekanisme koping

Apabila klien merasa tridak berhasil, kegagalan maka ia akan menetralisir, mengingkari atau
meniadakannya dengan mengembangkan berbagai pola koping mekanisme. Ketidak
mampuan mengatasi secara konstruktif merupakan faktor penyebab primer terbentuknya pola
tiungkah laku patologis. Koping mekanisme yang digunakan seseorang dalam keadaan
delerium adalah mengurangi kontak mata, memakai kata-kata yang cepat dan keras (ngomel-
ngomel) dan menutup diri.

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan pada saat pengkajian, maka ditetapkan
diagnosa keperawatan:
1. Gangguan Proses Pikir
2. Risiko Cedera: jatuh

3. Tindakan Keperawatan
Diagnosa I “Lansia depresi dengan gangguan proses pikir; pikun/pelupa.”
 Tindakan keperawatan untuk pasien:
Tujuan agar pasien mampu:
1. Mengenal/berorientasi terhadap waktu orang dan tempat
2. Melakukan aktiftas sehari-hari secara optimal.
Tindakan :
1. Beri kesempatan bagi pasien untuk mengenal barang milik pribadinya misalnya
tempat tidur, lemari, pakaian dll.
2. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengenal waktu dengan menggunakan jam
besar, kalender yang mempunyai lembar perhari dengan tulisan besar.
3. Beri kesempatan kepada pasien untuk menyebutkan namanya dan anggota keluarga
terdekat
4. Beri kesempatan kepada klien untuk mengenal dimana dia berada.
5. Berikan pujian jika pasien bila pasien dapat menjawab dengan benar.
6. Observasi kemampuan pasien untuk melakukan aktifitas sehari-hari
7. Beri kesempatan kepada pasien untuk memilih aktifitas yang dapat dilakukannya.
8. Bantu pasien untuk melakukan kegiatan yang telah dipilihnya
9. Beri pujian jika pasien dapat melakukan kegiatannya.
10. Tanyakan perasaan pasien jika mampu melakukan kegiatannya.
11. Bersama pasien membuat jadwal kegiatan sehari-hari.
 Tindakan untuk keluarga
Tujuan :
a. Keluarga mampu mengorientasikan pasien terhadap waktu, orang dan tempat
b. Menyediakan saran yang dibutuhkan pasien untuk melakukan orientasi realitas
c. Membantu pasien dalam melakukan aktiftas sehari-hari.
Tindakan:
1. Diskusikan dengan keluarga cara-cara mengorientasikan waktu, orang dan tempat
pada pasien
2. Anjurkan keluarga untuk menyediakan jam besar, kalender dengan tulisan besar
3. Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang pernah dimiliki pasien
4. Bantu keluarga memilih kemampuan yang dilakukan pasien saat ini.
5. Anjurkan kepada keluarga untuk memberikan pujian terhadap kemampuan
terhadap kemampauan yang masih dimiliki oleh pasien
6. Anjurkan keluarga untuk memantu lansia melakukan kegiatan sesuai kemampuan
yang dimiliki
7. Anjurkan keluarga untuk memantau kegiatan sehari-hari pasien sesuai dengan
jadwal yang telah dibuat.
8. Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian terhadap kemampuan yang masih
dimiliki pasien
9. Anjurkan keluarga untuk membantu pasien melakukan kegiatan sesuai kemampuan
yang dimiliki
10. Anjurkan keluarga memberikan pujian jika pasien melakukan kegiatan sesuai
dengan jadwal kegiatan yang sudah dibuat.

Diagnosa II “Lansia demensia dengan risiko cedera”


 Tindakan pada pasien.
Tujuan :
1. Pasien terhindar dari cedera.
2. Pasien mampu mengontrol aktifitas yang dapat mencegah cedera.
Tindakan:
1. Jelaskan faktor-faktor risiko yang dapa menimbulkan cedera dengan bahasa yang
sederhana
2. Ajarkan cara-cara untuk mencegah cedera: bila jatuh jangan panik tetapi berteriak
minta tolong
3. Berikan pujian terhadap kemampuan pasien menyebutkan cara-cara mencegah
cedera.
Tindakan untuk keluarga
Tujuan: Keluarga mampu:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan cedera pada pasien
2. Keluarga mampu menyediakan lingkungan yang aman untuk mencegah cedera
Tindakan:
1. Diskusikan dengan keluarga faktor-faktor yang dapat menyebabkan cedera pada pasien
2. Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang aman seperti: lantai rumah
tidak licin, jauhkan benda-benda tajam dari jangkauan pasien, berikan penerangan yang
cukup, lampu tetap menyala di siang hari, beri alat pegangan dan awasi jika pasien
merokok, tutup steker dan alat listrik lainnya dengan plester, hindarkan alat-alat listrik
lainnya dari jangkauan klien, sediakan tempat tidur yang rendah
3. Menganjurkan keluarga agar selalu menemani pasien di rumah serta memantau
aktivitas harian yang dilakukan

1. 4. Evaluasi
Untuk mengukur keberhasilan asuhan keperawatan yang saudara lakukan, dapat dilakukan
dengan menilai kemampuan klien dan keluarga:
1. a. Gangguan proses pikir: bingung
Kemampuan pasien:
1. Mampu menyebutkan hari, tanggal dan tahun sekarang dengan benar
2. Mampu menyebutkan nama orang yang dikenal
3. Mampu menyebutkan tempat dimana pasien berada saat ini
4. Mampu melakukan kegiatan harian sesuai jadual
5. Mampu mengungkapkan perasaannya setelah melakukan kegiatan
Kemampuan keluarga
1. Mampu membantu pasien mengenal waktu temapt dan orang
2. Menyediakan kalender yang mempunyai lembaran perhari dengan tulisan besar dan
jam besar
A. Membantu pasien melaksanakan kegiatan harian sesuai jadual yang telah dibuat
B. Memberikan pujian setiap kali pasien mampu melaksanakan kegiatan harian
i. b. Resiko cedera
Kemampuan pasien:
1. Menyebutkan dengan bahasa sederhana faktor-faktor yang menimbulkan cedera
2. Menggunakan cara yang tepat untuk mencegah cedera
3. Mengontrol aktivitas sesuai kemampuan
Kemampuan keluarga
1. Keluarga dapat mengungkapkan faktor-faktor yang dapat menimbulkan cedera pada
pasien
A. Menyediakan pengaman di dalam rumah
B. Menjauhkan alat-alat listrik dari jangkauan pasien
C. Selalu menemani pasien di rumah
D. Memantau kegiatan harian yang dilakukan pasien

DAFTAR PUSTAKA

Nugroho,Wahjudi. Keperawatan Gerontik.Edisi2.Buku Kedokteran EGC.Jakarta;1999


Stanley,Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. EGC. Jakarta;2002
http://indonesiaindonesia.com/f/9956-demensia/
http://www.e-psikologi.com/epsi/lanjutusia_detail.asp?id=185
http://id.scribd.com/doc/45670456/makalah-demensia-revisi
http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/10/03/demensia-pada-lansia-3/

Anda mungkin juga menyukai