Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

PENCAHAYAAN

“Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Higiene Industri”

DISUSUN OLEH
KELAS K3
KELOMPOK 1
1. AMELIA PUTRI (J1A115250)
2. ANALIA (J1A117011)
3. ANDYKA JAYA AMAR (J1A117016)
4. ASNA ( J1A117020)
5. EVI SARTIKA ( J1A117037)
6. FEBI TRI OKTAVANI (J1A117040)
7. ILHAM IBNU AHMADI (J1A117056)
8. INGGRID FADILLA NURMAN (J1A117059)

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019

i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga dilimpahkan atas Nabi Besar
Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat dan sekalian umatnya yang bertakwa.

Atas berkat rahmat serta inayah Allah jugalah penulis telah dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul :“Pencahayaan”. Adapun penyusunan makalah ini adalah
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Higiene Industri program S1
Kesehatan Masyarakat, Universitas Haluoleo.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak menutup


kemungkinan apabila masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Dengan lapang dada
penulis menerima saran dan kritiknya demi untuk menambah wawasan. Semoga
karya ilmiah ini mendatangkan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi rekan-rekan
semua pada umumnya. Amin

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Kendari, 27 April 2029

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDL ..................................................... Error! Bookmark not defined.


KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... v
BAB I ............................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 3
BAB II ........................................................................................................................... 4
2.1 Pengertian Pencahayaan ...................................................................................... 4
2.2 Sumber Pencahayaan Di Tempat Kerja ............................................................. 16
2.3 Pengelompokan Distribusi Pencahayaan ........................................................... 19
2.4 Faktor yang Dapat Mempengaruhi Pencahayaan .............................................. 20
2.5 Nilai Ambang Batas (NAB) Pencahayaan Di Tempat Kerja ............................ 25
2.6 Alat Ukur Yang Digunakan Dalam Mengukur Pencahayaan Dan Cara
Penggunaannya. ....................................................................................................... 11
2.7 Dampak pencahayaan Bagi Kesehatan ............. Error! Bookmark not defined.
2.8 Kasus Yang Ditemukan Di Tempat Kerja Yang Diakibatkan Oleh Pencahayaan
yang kurang baik. ...................................................................................................... 6
2.9 Mekanisme Pencahayaan Dapat Menganggu Kesehatan .................................. 10
BAB III ....................................................................................................................... 33
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 33
3.2 Saran .................................................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 35

iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.Rekomendasi Nilai Pantulan .................................................................... 24
Tabel 2. Nilai Pantulan Berbagai Macam Material ............................................... 24
Tabel 3.Standar Tingkat Pencahayaan Menurut IES ............................................ 26
Tabel 4.Nilai Ambang Batas Pencahayaan Menurut Kepmenkes ........................ 27
Tabel 5.Nilai Ambang Batas Pencahayaan Menurut PMPNo. 7 Tahun 1964 ...... 30
Tabel 6.SNI Intensitas Cahaya di Ruangan.......................................................... 32

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Luxmeter ............................................................................................. 13
Gambar 2.Bagian-bagian Luxmeter ...................................................................... 14

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada saat melihat atau mengamati suatu benda dan sekitarnya,kita selalu
mempergunakan indera penglihatan atau mata. Benda – benda tersebut dapat dilihat
atau diamati disebabkan karena mata menerima rangsangan – rangsangan yang
berasal dari cahaya atau sinar yang datang dari benda tersebut, baik yang dipancarkan
secara langsung maupun dipantulkan dari sumber penerangan (cahaya) yang
mengenai benda tersebut. (Wahyu, 2003)

Penerangan atau pencahayaan yang baik tidak hanya penting diterapkan diarea
perkantoran, tetapi juga sangat penting diterapkan di semua tempat kerja. Pada
dasarnya hampir seluruh jenis pekerjaan memerlukan ketajaman penglihatan. Jika
ingin melihat objek dengan baik, jelas dan tanpa upaya yang dipaksakan, maka
diperlukan suatu ketersediaan intensitas penerangan yang baik dan sesuai dengan
jenis pekerjaan yang dilakukan.

Bagi tenaga kerja,lingkungan tempat kerja suatu industry mempunyai


pengaruh yang dramatis terhadap produktivitasnya. Penelitian di lapangan tentang
efisiensi tenaga kerja menunjukan bilamana kenyamanan fisik dan fisiologi tenaga
kerja diperbaiki, maka dalam melaksanakan pekerjaannya menjadi lebih
efisien,produk yang dihasilkan meningkat, sehingga perusahaan lebih
menguntungkan. (Moeljosoedarmo, 2008)

Debu yang banyak, panas yang berlebihan,intensitas bising yang sangat tinggi
dan intensitas penerangan yang tidak memadai (tidak baik), merupakan faktor –
faktor lingkungan yang timbul oleh karena penerapan teknologi proses produksi yang
dapat menyebabkan produktivitas tenaga kerja menurun atau menjadi lebih rendah

1
2

Kualitas dan kuantitas penerangan baik ditempat kerja maupun penerangan di


seluruh lingkungan kerja yang mempunyai pengaruh positif terhadap kesehatan,
keselamatan dan kenyamanan bagi tenaga kerja. Oleh karena itu, penerangan yang

memadai dapat memperbaiki moral kerja, motivasi kerja dan efisiensi hasil produksi

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan membahas lebih jelas tentang
pencahayaan,baik sumbernya, risiko, Nilai Ambang Batas (NAB) maupun pengaruh
pencahayaan di tempat kerja yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah Pengertian Pencahayaan?


2. Apa kasus yang ditemukan di tempat keja diakibatkan oleh pencahayaan?
3. Apakah dampak pencahayaan bagi kesehatan ?
4. Bagaimanakah mekanisme pencahayaan sehingga dapat berdampak bagi
kesehatan ?
5. Apakah alat ukur yang digunakan dalam mengukur pencahayaan dan
bagaimana cara menggunakannya ?
6. Apakah yang menjadi Sumber cahaya di tempat keja?
7. Bagaimanakah pengelompokan distribusi cahaya di tempat kerja?
8. Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi pencahayaan?
9. Berapakah Nilai Ambang Batas (NAB) pencahayaan di tempat kerja?
3

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian pencahayaan .


2. Untuk mengetahui sumber bahaya ditempat kerja.
3. Untuk mengetahui pengelompokan distribusi cahaya ditempat kerja.
4. Untuk mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi pencahayaan.
5. Untuk mengetahui Nilai Ambang Batas (NAB) pencahayaan di tempat kerja.
6. Untuk mengetahui alat ukur yang digunakan dalam mengukur pencahayaan
dan cara menggunakannya.
7. Untuk mengetahui dampak pencahayaan bagi kesehatan.
8. Untuk mengetahui kasus yang ditemukan di tempat kerja yang diakibatkan
oleh pencahyaan.
9. Untuk mengetahui mekanisme pencahayaan sehingga dapat berdampak bagi
kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pencahayaan

Pencahayaan atau penerangan merupakan salah satu komponen agar


pekerja dapat bekerja / mengamati benda yang sedang dikerjakan secara jelas,
cepat, nyaman dan aman. Lebih dari itu penerangan yang memadai akan
memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan lingkungan yang
menyegarkan.maksud dari pencahayaan di tempat kerja adalah agar benda terlihat
jelas.pencahayaan tersebut dapat diatur sedemikian rupa agar disesuaikan dengan
kecermatan atau jenis pekerjaan sehingga memelihara kesehatan mata dan
kegairahan kerja. (Haryono, 2011)

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1405/Menkes/SK/XI/2002, Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu
bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
Satuannya adalah lux , dimana lm adalah lumens atau lux cahaya.

Pencahayaan /penerangan yang baik adalah penerangan yang


memungkinkan tenaga kerja dapat melihat objek pekerjaannya dengan teliti, cepat
dan tanpa upaya yang tidak perlu, serta membantu menciptakan lingkungan kerja
yang nyaman,dan menyenangkan. Pencahayaan atau penerangan ditentukan oleh
faktor – faktor berikut:

1. Pembagian Luminensi dalam lapangan penglihatan


2. Pencegahan terhadap kesilauan
3. Pengaturan arah sinar
4. Penggunaan warna yang dipakai untuk penerangan
5. Pemakaian sumber cahaya yang tidak atau minim menimbulkan panas
terhadap lingkungan. ( dalam Suma'mur, 2014)

4
5

Istilah-istilah umum yang sering digunakan dalam pencahayaan:

a. Lumen adalah satuan flux cahaya yang dipancarkan di dalam satuan unit sudut
padatan oleh suatu sumber denga intensitas cahaya seragam satu candela. Satu
lux adalah satu lumen per meter persegi. Lumen (lm) adalah kesetaraan
fotometrik dati watt, yang menmadukan respon mata pengamatn standar. 1
watt = 683 lumens pada panjang gelombang 555 nm.
b. Luminaire adalah satuan cahaya yang lengkap, terdiri dari sebuah lampu atau
beberapa lampu, termasuk rancangan pendistribusiam cahaya, penempatan
dan perlindungan lampu-lampu, dan dihubungkannya lampu ke pasokan daya.
c. Lux merupakan satuan metric ukuran cahaya pada suatu permukaan. Cahaya
rata-rata yang dicapai adalah rata-rata tingkat lux pada berbagai titik pada area
yang sudah ditentukan. 1 lux = 1 lumen per meter persegi.Perbedaan antara
lux dan lumen adalah pada luas areal dimana flus menyebar 1000 lumen,
terpusat pada satu areal dengan luas satu meter persegi,menerangi meter
persegi tersebut dengan cahaya 1000 lux. Sedangkan 1000 lumen, yang
menyebar ke 10 m2 hanya menghasilkan cahaya suram 10 lux.
d. Intensitas Cahaya dan Flux
Satuan intensitas cahaya (I) adalah candela (cd). Flux cahaya yang
dipancarkan oleh sumber cahaya isotropic dengan intensitas I adalah 4π x
intensitas cahaya.
e. Luminance adalah karakteristik fisik yang bergantung pada jumlah cahaya
yang jatuh pda permukaan obyek yang dipantulkan. Luminance dapat diukur
dengan menggunakan photometer.
f. Kecerlangan (brightness) merupakan rasa sensasi yang timbul akibat
memandang benda dari cahaya datang dan masuk ke mata.
g. Reflectance merupakan perbandingan antara cahaya yang dipantulkan oleh
suatu benda yang dinyatakan dalam persen.
6

2.2 Kasus Yang Ditemukan Di Tempat Kerja Yang Diakibatkan Oleh


Pencahayaan yang kurang baik.

Kasus 1 : Kebiasaan menatap layar komputer, laptop, gadget, maupun


televisi terlalu lama membuat mata cepat lelah dan kering. Jika dibiarkan, hal itu
akan memperburuk kondisi mata atau yang kerap disebut Computer Vision
Syndrome (CVS).

Misalnya, yang dialami Dita Mahardika Putri, 25. Dia kerap mengeluh
mata lelah dan kering setiap kali menghadap layar komputer selama berjam-jam.
Dia hanya bisa memejamkan mata sejenak ketika mata benar-benar terasa panas
dan lelah. Dokter Spesialis Mata RSUD Sidoarjo dr Pinky Endriana Heliasanty
menyatakan, penggunaan laptop, televisi, gadget, dan PlayStation memang tidak
bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Bahkan, banyak anak-anak yang kini
mulai menggunakan fasilitas tersebut. Namun, penggunaan komputer maupun
gadget harus dikontrol untuk mencegah terjadinya CVS.

Selain itu, mata terasa tegang dan lelah. Hal tersebut terjadi karena mata
terlalu fokus pada objek yang terlalu dekat dan dalam jangka waktu lama. Meski
bersifat sementara, kondisi tersebut tetap menjadi masalah pada penglihatan di
masa depan. Bahkan, gejala CVS ditandai dengan sakit leher atau punggung.
Pinky mengungkapkan, sistem penglihatan menjadi sangat dominan ketika
bekerja di depan layar. Karena itu, tanpa disadari, tubuh akan mencari posisi
untuk mendapatkan penglihatan yang terbaik. Meski risiko terjadinya CVS begitu
besar bagi para pengguna gadget maupun komputer, Pinky tetap tidak melarang
masyarakat melakukan aktivitas yang berkaitan dengan gadget dan komputer.
Hanya, penggunaan komputer dan gadget harus dikontrol. Salah satunya
mengatur filter layar komputer, mengatur jarak pandang, pencahayaan, posisi
duduk, dan istirahat.
7

Kasus 2 : PT. Lendis Cipta Media Jaya merupakan salah satu perusahaan
industri yang bergerak dalam bidang percetakan di kota Yogyakarta. Dengan
permintaan produksi yang sangat tinggi, PT. Lendis Cipta Media Jaya
mengoperasikan beberapa buah mesin cetak berukuran besar di ruang
produksinya dari pukul 08.00 – 16.00 WIB setiap harinya. Mesin cetak tersebut
memiliki operator untuk mengoptimalkan pelaksanaan proses produksi cetak.
Tugas dan tanggung jawab operator sangatlah penting yaitu memahami bahan
baku yang dipakai seperti kertas, tinta, pelat, dan bahan bantu lainnya. Peran
operator sangatlah penting dalam proses kerja. Oleh karena itu setiap proses
membutuhkan ketelitian yang tinggi sehingga dibutuhkan lingkungan kerja yang
baik salah satunya adalah pencahayaan yang memadai. Pencahayaan yang
memadai menyebabkan kelainan pada indra penglihatan dan kesilauan yang
dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Pencahayaan yang kurangmemadai dapat
menyebabkan ganguan kesehatan pada pekerja, salah satunya adalah kelelahan
mata. Selain itu, kelelahan mata timbul sebagai stress intensif pada fungsi-fungsi
mata seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerja yang perlu pengamatan
secara teliti atau pada retina sebagai ketidaktepatan kontras ( dalam Suma’mur,
2009).

Tingkat penerangan yang baik merupakan salah satu faktor untuk memberikan
suatu kondisi penglihatan yang baik karena penerangan dapat mempengaruhi
dalam melihat obyek-obyek. Apabila tingkat penerangannya cukup bagus maka
obyek akan terlihat secara jelas dan cepat dalam mencarinya tanpa menimbulkan
kesalahan berarti. Analisa intensitas cahaya perlu dilakukan sebagai salah satu
pendukung lingkungan kerja bagi keselamatan dan kenyamanan kerja.

( Sumber : Adi Putra,B.dan Madyono G.2017. Analisis Intensitas Cahaya Pada


Area Produksi Terhadap Keselamatan Dan Kenyamanan Kerja Sesuai Dengan
Standar Pencahayaan. Jurnal OPSI Vol 10 No 2)
8

Kasus 3 : PT Pertamina RU VI Balongan merupakan salah satu produsen minyak


di Indonesia memiliki salah satu unit yangmemusatkan perhatian terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja yaitu Unit Health, Safety, and Environmetal
(HSE) dimana terdapat salah satu divisi yaitu bagian Occupational Health (OH).
Bagian ini memiliki fungsi untuk mencegah pengaruh buruk dari lingkungan
kerja operator atau pekerja.

Berdasarkan hasil diskusi dengan bagian OH dan observasi yang dilakukan


secara langsung di area kerja maka perlu dilakukanevaluasi terhadap intensitas
cahaya dan kelelahan mata pekerja padasebuah unit di PT. Pertamina Refinery
Unit VI Balongan. Hal tersebut dikarenakan intensitas cahaya dan kelelahan mata
memiliki pengaruh terhadap produktifitas dari pekerja, konsentrasi, dan penyakit
akibat kerja. Selain itu belum adanya tindakan khusus terhadap salah satu bahaya
fisik lingkungan kerja ini selain melakukan inspeksi secara rutin. Oleh karena itu,
dibutuhkan evaluasi terhadap permasalahan tersebut untuk mendapatkan
rekomendasi penyelesaian masalah.

(Sumber : Artha,A dan Rahmayanti,D.2015.Analisis Bahaya Fisik: Hubungan


Tingkat Pencahayaan Dan Keluhan Mata Pekerja Pada Area Perkantoran
Health, Safety, AndEnvironmental (Hse) Pt. Pertamina Ru ViBalongan. Vol. 14
No. 1)

2.3 Dampak pencahayaan Bagi Kesehatan

Penerangan yang tidak baik akan menyebabkan tenaga kerja mengalami


kesulitan dalam melihat obyek yang dikerjakannya dengan jelas. Hal ini selain akan
menyebabkan tenaga kerja lamban dalam melaksanakan pekerjaanya juga akan dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Selain itu penerangan di
tempat kerja yang kurang baik akan menyebabkan tenaga kerja mengeluarkan upaya
9

yang berlebihan dari indera penglihatannya, misalnya dengan lebih mendekatkan


indera penglihatannya terhadap obyek yang dikerjakannya, ini berarti akomodasi
lebih dipaksakan.

Hal ini akan dapat lebih memudahkan timbulnya kelelahan mata yang ditandai
dengan terjadinya penglihatan rangkap dan kabur, mata berair dan disertai perasaan
sakit kepala disekitar mata. Selain itu kelelahan mata yang berlangsung agak lama
akan dapat menimbulkan terjadinya kelelahan mental yang ditandai dengan gejala-
gejalanya meliputi sakit kepala dan penurunan intelektual, daya konsenrrasi dan
kecepatan berfikir. Lebih lanjut semua itu akan dapat menyebabkan kerusakan pada
indra penglihatan yang lebih parah.

Menurut Grandjean (1993) penerangan yang tidak didesain dengan baik akan
menimbulkan gangguan atau kelelahan penglihatan selama kerja. Pengaruh dan
penerangan yang kurang memenuhi syarat akan mengakibatkan dampak, yaitu:

1.Kelelahan mata sehingga berkurangnya daya dan effisiensi kerja.

2.Kelelahan mental, fisik dan psikologis.

3.Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.

4.Kerusakan indra mata dan lain-lain.

Selanjutnya pengaruh kelelahan pada mata tersebut akan bermuara kepada


penurunan performa kerja, antara lain : Kehilangan produktivitas , kualitas kerja
rendah, banyak terjadi kesalahan dalam bekerja, kecelakaan dan penyakit akibat kerja
kurang.
10

2.4 Mekanisme Pencahayaan Dapat Menganggu Kesehatan


Mata adalah alat indra yang kompleks yang berevolusi dari bintik-bintik peka
sinar primitive pada permukaan golongan invertebrate. Dalam bungkus pelindungnya,
mata memiliki lapisan reseptor, sistem lensa yang membiaskan cahaya keresptor
tersebut, dan system saraf yang menghantarkan implus dari reseptor ke otak.

Sumber cahaya - Masuk ke mata melalui kornea - Melewati pupil yang


lebarnya diatur oleh iris - dibiaskan oleh lensa - berbentuk bayangan di retina yang
bersifat nyata, terbalik, diperkecil - Sel-sel batang dan sel kerucut meneruskan sinyal
cahaya melalui saraf optik - Otak membalikkan lagi bayangan yang terlihat di
retina - Obyek terlihat sesuai dengan aslinya.

Mekanisme melihat adalah :

Cahaya masuk ke dalam mata melalui pupil, Lensa mata kemudian memfokuskan
cahaya sehingga bayangan benda yang dimaksud jatuh tepat di retina mata, kemudian
ujung saraf penglihatan di retina menyampaikan bayangan benda tersebut ke otak.
Otak kemudian memproses bayangan benda tersebut sehingga kita dapat melihat
benda tersebut.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh American Optometric Association (AOA)


tahun 2004 , membuktikan bahwa 61% masyarakat Amerika mengalami gangguan
kesehatan terutama pada fungsi mata akibat bekerja (Hanum, 2008). Kelelahan mata
dapat terjadi apabila mata difokuskan pada objek yang berjarak dekat dalam kurun
waktu yang relatif lama karena otot-otot mata harus bekerja lebih keras untuk melihat
objek yang berjarak sangat dekat, terutama jika disertai dengan penerangan yang
kurang memadai. Beberapa gejala awal dari kelelahan mata diantaranya mata terasa
kering, mata terasa terbakar, pandangan menjadi kabur, penglihatan menjadi
ganda, sakit kepala, nyeri pada leher, bahu dan otot punggung (Hanum, 2008).

Jika penerangan terlalu besar atau terlalu kecil, maka akan menyebabkan pupil mata
11

berusaha menyesuaikan cahaya yang dapat diterima oleh mata. Pupil akan
mengecil jika menerima cahaya yang lebih besar dan begitu pula sebaliknya. Hal
inilah yang merupakan salah satu penyebab timbulnya kelelahan mata (Depkes,
2008).

2.5 Alat Ukur Yang Digunakan Dalam Mengukur Pencahayaan Dan Cara
Penggunaannya.
Dalam melakukan pengukuran terhadap intensitas pencahayaan adalah lux
meter. Alat ini mengubah energy cahaya menjadi energy listrik, kemudian energy
listrik dalam bentuk arus listrik diubah menjadi angka yang dapat dibaca pada
layar monitor. Selain luxmeter juga ada brightnessmeter untuk luminensi dan
pengukur kekuatan sumber cahaya yaitu fotometer.

Standar warna dapat dijadikan referensi sebagai suhu warna dan


dinyatakan dalam Kelvin. Standar suhu warna untuk kalibrasi dari hampir semua
jenis cahaya adalah 2856 serajat Kelvin, yang lebih kuning dari pada warna putih.
Berbagai jenis dari cahaya lampu menyala pada suhu warna yang berbeda.
Pembacaan lux meter akan berbeda , tergantung variasi sumber cahaya yang
berbeda dari intensitas yang sama. Hal ini menjadikan, beberapa cahaya terlihat
lebih tajam atau lebih lembut dari pada yang lain.

a. Prinsip Kerja

Luxmeter merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur kuat


penerangan (tingkat penerangan) pada suatu area atau daerah tertentu. Alat ini
didalam memperlihatkan hasil pengukurannya menggunakan format digital.
Alat ini terdiri dari rangka, sebuah sensor dengan sel foto dan layar panel.
Sensor tersebut diletakkan pada sumber cahaya yang akan diintensitasnya.
Cahaya akan menyinari sel foto sebagai energy yang diteruskan oleh sel
menjadi arus listrik. Makin banyak cahaya yang diserap oleh sel, arus yang
dihasilkan pun semakin besar.
12

Sensor yang digunakan pada alat ini adalah photo diode. Sensor ini termasuk
kedalam jenis sensor cahaya atau optic. Sensor cahaya atau optic adalah
sensor yang mendeteksi perubahan cahaya dari sumber cahaya, pantulan
cahaya ataupun bias cahaya yang mengenai suatu daerah tertentu. Kemudian
dari hasil dari pengukuran yang dilakukan akan ditampilkan pada layar panel.

Berbagai jenis cahaya yang masuk pada luxmeter baik itu cahaya alami
ataupun buatan akan mendapatkan respon yang berbeda dari sensor. Berbagai
warna yang diukur akan menghasilkan suhu warna yang berbeda, dan panjang
gelombang yang berbeda pula. Oleh karena itu pembacaan yang ditampilkan
hasil yang ditampilkan oleh layar panel adalah kombinasi dari efek panjang
gelombang yang ditangkap oleh sensor photo diode. Pembacaan hasil pada
Luxmeter dibaca pada layar panel LCD (Liuid Crystal Digital) yang format
pembacaannya pun memakai format digital. Format digital sendiri didalam
penampilannya menyerupai angka 8 yang terputus-putus. LCD pun
mempunyai karakteristik yaitu menggunakan molekul asimetrik dalam cairan
organic transparan dan orientasi molekul diatur dengan medan listrik
eksternal.
13

Gambar 1. Luxmeter

b. Fungsi bagian-bagian alat ukur:

1. Layar panel: Menampilkan hasil pengukuran


2. Tombol On/Off: Sebagai tombol untuk menyalakan atau mematikan alat
3. Tombol Range: Tombol kisaran ukuran
4. Zero Adjust VR: Sebagai pengkalibrasi alat (bila terjadi error)
5. Sensor cahaya: Alat untuk mengoreksi/mengukur cahaya
14

Gambar 2.Bagian-bagian Luxmeter

c. Prosedur Penggunaan Alat

Dalam mengoperasikan atau menjalankan lux meter amat sederhana.


Tidak serumit alat ukur lainnya, dalam penggunakannya yang harus benar-
benar diperhatikan adalah alat sensornya, karena sensornya lah yang akan
mengukur kekuatan penerangan suatu cahaya. Oleh karena itu sensor harus
ditempatkan pada daerah yang akan diukur tingkat kekuatan cahayanya
(iluminasi) secara tepat agar hasil yang ditampilkan pun akurat. Adapun
prosedur penggunaan alat ini adalah sebagai berikut:

1. Geser tombol “on/off” kearah On.


2. Pilih kisaran range yang akan diukur (2.000 lux, 20.000 lux atau 50.000
lux) pada tombol Range.
3. Arahkan sensor cahaya dengan menggunakan tangan pada permukaan
daerah yang akan diukur kuat penerangannya.
4. Lihat hasil pengukuran pada layar panel.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perawatan alat ini adalah


sensor cahaya yang bersifat amat sensitive. Dalam perawatannya sensor ini
harus diamankan pada tempat yang aman sehingga sensor ini dapat terus
berfungsi dengan baik karena sensor ini merupakan komponen paling vital
pada alat ini.

Selain dari sensor, yang akan diperhatikan pada alat ini pun adalah
baterainya. Jikalau pada layar panel menunjukan kata “LO BAT” berarti
baterai yang digunakan harus diganti dengan yang baru. Untuk mengganti
baterai dapat dilakukan dengan membuka bagian belakang alat ini (lux meter)
kemudian mencopot baterai yang habis ini, lalu menggantinya dengan dengan
15

yang dapat digunakan. Baterai yang digunakan pada alat ini adalah baterai
dengan tegangan 9 volt, tetapi untuk tegangan baterai ini tergantung pada
spesifikasi alatnya.

Apabila hasil pengukuran tidak seharusnya terjadi, sebagai contoh


diruangan yang dengan kekuatan cahaya normal setelah normal setelah
dilakukan pengukuran ternyata hasilnya tidak normal maka dapat dilakukan
pengkalibrasian ulang dengan menggunakan tombol “Zero Adjust”.

d. Cara Pembacaan

Pada tombol range ada yang dinamakan kisaranpengukuran. Terdapat


3 kisaran pengukurannya yaitu 2000, 20.00, 50.000 (lux). Hal tersebut
menunjukan kisaran angka (batasan pengukuran) yang digunakan pada
pengukuran. Memilih 2000 lux, hanya dapat dilakukan pengukuran pada
kisaran cahaya kurang dari 2000 lux. Memilih 20.000 lux, berarti pengukuran
hanya dapat dilakukan pada kisaran 2000 sampai 19990 (lux). Memilih
50.000 lux, berarti pengukuran dapat dilakukan pada kisaran 20.000 sampai
dengan 50.000 lux. Jika ingin mengukur tingkat kekuatan cahaya alami lebih
baik-baik menggunakan pilihan 2000 lux agar hasil pengukuran yang terbaca
lebih akurat. Spesifikasi ini, tergantung ketagihan alat.

Apabila dalam pengukuran menggunakan range 0-1999 maka dalam


pembacaan pada layar panel dikalikan 1 lux. Bila menggunakan range 2000-
19990 dalam membaca hasil pada layar panel dikalikan 10 lux. Bila
menggunakan range 20.000 sampai 50.000 dalam membaca hasil dikalikan
100 lux. (Web.id, 2016).
16

2.6 Sumber Pencahayaan Di Tempat Kerja


Berdasarkan sumbernya pencahayaan dibedakan menjadi dua
yaitu,pencahayaan alamiah (dari sinar matahari ) dan pencahayaan buatan
(Pencahayaan artificial)

1. Sumber Pencahayaan/ Penerangan Alamiah


Sumber Pencahayaan umum pada siang hari terutama berasal dari cahaya
sinar matahari. Berapa banyak sinar matahari yang dapat mencapai didalam
ruangan tempat kerja tergantung pada jumlah dan arah sinar matahari,keadaan
mendung yang dapat menutup sinar matahari, letak lokasi gedung terhadap
gedung lainnya, lingkungan sekitarnya dan musim itu sendiri. Selain hal
tesebut, juga dipengaruhi oleh ukuran, orientasi, dan kebersihan jendela.
Jumlah cahaya matahari yang masuk ke tempat kerja dapat dikendalikan
dengan kaca berwarna, korden, kerai plastic dan alat lain sejenisnya. Cahaya
sinar matahari sangat diperlukan selama tidak menyebabkan kesilauan dan
reflektan ditempat kerja. Namun demikian, apabila cahaya sinar matahari
tidak mencukupi untuk kebutuhan intensitas penerangan di tempat kerja.
Maka sistem penerangan yang bersumber dari listrik tetap dibutuhkan.
(Tarwaka, 2015).
Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding
dengan penggunaan pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahaya yang
tidak tetap, sumber alami menghasilkan panas terutama saat siang hari.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan agar penggunaan sinar alami mendapat
keuntungan, yaitu : (Suma'mur, 2014)
a. variasi intensitas cahaya matahari;
b. distribusi dari terangnya cahaya;
c. efek dari lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar bangunan dan letak
geografis dan kegunaan bangunan gedung.
17

Keuntungan pencahayaan alam :


a. Bersifat alami, tersedia melimpah dan terbaharui.
b. Tidak memerlukan biaya dalam penggunaannya.
c. Cahaya alam sangat baik dilihat dari sudut kesehatan karena memiliki
daya panas dan kimiawi yang diperlukan bagi makluk hidup di bumi
d. Cahaya alam dapat memberikan kesan lingkungan yang berbeda, bahkan
kadang-kadang sangat memuaskan.

Kelemahan pencahayaan alam :


a. Cahaya alam sulit dikendalikan, kondisinya selalu berubah karena
dipengaruhi oleh waktu dan cuaca
b. Cahaya alam pada malam hari tidak tersedia
c. Sinar ultra violet dari cahaya alam mudah merusak benda-benda di dalam
ruang.
d. Perlengkapan untuk melindungi dari panas dan silau membutuhkan biaya
tambahan yang cukup tinggi. (Ode, 2012)

2. Sumber Pencahayaan/ Penerangan Artifisial

Sumber Pencahayaan Artifisial atau buatan yang utama adalah


bersumber dari energi listrik. Jumlah cahaya,warna cahaya itu sendiri dan
warna objek kerja berbeda – beda tergantung dari jenis sumber cahaya listrik
yang digunakan.

Pada prinsipnya,pencahayaan buatan atau artifisial terdiri dari 3 jenis


penerangan, yaitu:

a. Pencahayaan/Penerangan Umum
18

Merupakan jenis penerangan yang didesain untuk keperluan pencahayaan


bagi seluruh area tempat kerja. Pada umumnya didesain pada plafon
secara permanen.
b. Pencahayaan/Penerangan Kombinasi
Penerangan kombinasi diperlukan manakala penerangan umum tidak
memberikan kecukupan intensitas terhadap pekerjaan tertentu.
Penerangan kombinasi local dan penerangan umum dipasang diatas
kepala secara permanen untuk meningkatkan intensitas cahaya sesuai
jenis pekerjaan yang dilakukan.
c. Pencahayaan/Penerangan Lokal
Penerangan lokal untuk pekerjaan tertentu sangat diperlukan untuk
meningkatkan intensitas penerangan pada pekerjaan tertentu memerlukan
ketelitian, seperti pekerjaan membaca dan menulis, quality
control,menjahit, dan lain sebagainya. (Tarwaka, 2015)

Keuntungan menggunakan pencahayaan buatan:

a. Cahaya buatan dapat dikendalikan, dalam arti bahwa kekuatan


pencahayaan yang dihasilkan dari lampu dapat diatur sesuai dengan
kebutuhan.
b. Cahaya buatan tidak dipengaruhi oleh kondisi alam
c. Arah jatuhnya cahaya dapat diatur, sehingga tidak menimbulkan silau
bagi pekerja.

Kelemahan penggunaan pencahayaan buatan:


a. Cahaya buatan memerlukan biaya yang relatif besar karena
dipengaruhi oleh sumber tenaga listrik
19

b. Cahaya buatan kurang baik bagi kesehatan manusia jika digunakan


terus menerus di ruang tertutup tanpa dukungan cahaya alami. (Ode,
2012)

2.7 Pengelompokan Distribusi Pencahayaan


Berdasarkan cara distribusi cahayanya, pencahayaan dapat dibedakan
menjadi lima macam, yaitu :
a. Distribusi pencahayaan langsung (direct lingting)
Pada sistem pencahayaan langsung, sebanyak 90-100% cahaya diarahkan
secara langsung ke benda-benda, yang perlu diterangi. Sistem ini paling efektif
dalam mengatur pencahayaan . akan tetapi sistem ini memiliki kelemahan, yaitu
dapat menimbulkan bayangan serta kesilauan yang dapat mengganggu, baik
karena penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya. Untuk
mendapatkan efek yang optimal, disarankan langit-langit, dinding serta benda-
benda yang ada dalam ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak
menyegarkan.
b. Distribusi pencahayaan semi langsung
Pada sistem pencahayaan semi langsung, sebanyak 60-90% cahaya diarahkan
langsung kepada benda-benda yang perlu diterangi, sedangkan sisanya akan
dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Sistem pencahayaan ini dapat
mengurangu kelemahan sistem pencahayaan langsung.
c. Distribusi pencahayaan difus (general diffuse lighting)
Pada sistem pencahayaan difus, sebanyak 40-60% cahaya diarahkan kepada
permukaan yang perlu diterangi, selebihnya lagi menerangi langit0langit dan
dinding untuk kemudian dipantulkan. Pada sistem ini, nilai pantulan dari langit-
langit harus tinggi agar cahaya yang dipantulkan ke bawah cukup banyak.
Namun masih ada masalah bayangan dan kesilauan dalam sistem pencahayaan
ini.
20

d. Distribusi pencahayaan semi tidak langsung (semi indirect lighting)


Pada sistem pencahayaan semi tidak langsung, sebanyak 60-90% cahaya
diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas dan sisanya ke bawah. Dengan
demikian, langit-langit memerlukan perhatian lebih dengan dilakukannya
pemeliharaan yang lebih baik. Pada sistem pencahayaan ini praktis tidak ada
masalah bayangan dan kesilauan juga dapat dikurangi.
e. Distribusi pencahayaan tidak langsung (indirect lighting)
Pada sistem pencahayaan tidak langsung, sebanyak 90-100% cahaya diarahkan ke
langit-langit dan dinding bagian atas kemudian dipantulkan untuk menerangi
seluruh ruangan. Agar seluruh langit-langit dapat dijadikan sumber cahaya, maka
diperlukan pemeliharaan yang baik. Kelebihan dari sistem pencahayaan ini adalah
tidak menimbulkan bayangan dan kesilauan, sedangkan kelemahannya yaitu
dapat mengurangi efesiensi cahaya total yang jatuh pada permukaan kerja.

2.8 Faktor yang Dapat Mempengaruhi Pencahayaan


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pencahayaan di ruangan termasuk
ditempat kerja adalah:
a. Desain sistem pencahayaan
Faktor ini berpengaruh terhadap penyebaran cahaya ke seluruh ruangan.
Dengan desain yang baik dapat dihindarinya sudut atau bagian ruangan yang
gelap.
b. Distribusi cahaya
Faktor ini berpengaruh terhadap penyebaran cahaya. Jika distribusi sumber
cahaya tidak merata, maka akan menimbulkan sudut dan bagian ruangan yang
gelap.
c. Pemantulan cahaya
Pemantulan cahaya dari langit-langit tergantung dari warna dan finishing.
Pemantulan cahaya ini tidak berlaku pada sistem pencahayaan langsung, tetapi
sangat penting pada pencahayaan tidak langsung.
21

d. Ukuran ruangan
Ruangan yang luas akan lebih efisien dalam pemanfaatan caaya daripada
ruang yang sempit.
e. Utilitas cahaya
Utilitas cahaya adalah presentase cahaya dari sumber cahaya yang secara
nyata mencapai dan menerangi benda-benda yang diterangi.
f. Pemeliharaan desain dan sumber cahaya
Apabila pemeliharaan desain dan sumber cahaya tidak baik, misalnya penuh
debu, maka akan mempengaruhi pencahayaan yang dihasilkan.
Adapun faktor yang dapat mempengaruhi kulaitas cahaya Menurut Roger
L. Brauer (1990), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas pencahayaan
antara lain:
e. Sifat cahaya
Sifat cahaya ditentukan oleh dua hal, yaitu kuantitas atau banyaknya cahaya
yang jatuh pada suatu permukaan yang menyebabkan terangnya permukaan
tersebut dan kualitas atau sifatcahaya yang menyangkut warna, arah cahaya dan
difusi cahaya serta jenis dan tingkat kesilauan.
1) Kuantitas cahaya
Kuantitas pencahayaan bergantung pda jenis pekerjaan yang akan
dilakukan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pencahayaan yang
baik akan memberikan kemudahan dalam menyelesaikan tugas-tugas
pekerja. Intesitas cahaya yang dibutuhkan tergantung dari tingkat
ketelitian, bagian yang diamati, warna obyek, kemempuan untuk
memantulkan cahaya dan tingkat kecerahan. Untuk melihat suatu benda
yang berwarna gelap serta kontras antara obyek dan sekitarnya buruk,
maka membutuhkan intesitas cahaya yang tinggi. Sedangkan untuk
melihat obyek atau benda yang berwarna cerah serta kontras antara obyek
dan sekitarnya cukup baik, maka intesitass cahaya yang dibutuhkan tidak
terlalu tinggi.
22

Kekuatan intesitas pencahayaan (iluminasi) bergantung pada jarak


antara sumber cahaya dengan bidang pantul, maka akan semakin lemah
kekuatan iluminasi cahaya yang dipantulkan atau dapat dikatanakan
bahwa kekuatan iluminasi berbanding terbalik dengan kuadrat jarak
sumber cahaya dengan bidang pantul (hukum kuadrat terbalik). Hukum
kuadrat terbalik mendefinisikan hubungan antara pencahayaan dari
sumber titik dan jarak. Rumus ini menyatakan bahwa intesitass cahaya
persatuan luas berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari sumbernya.
2) Kualitas cahaya
Adapun kualitas pencahayaan dipengaruhi oleh lingkungan
penglihatan di antaranya kesilauan (glare), penyebaran cahaya, arah
cahaya, warna, kecerlangan (brightness) yang akan memberikan efek
pada kemampuan untuk melihat dengan mudah dan teliti. Sumber-sumber
cahaya yang cukup jumlahnya sangat berguna dalam mengatur
pencahayaan secara baik. Pencahayaan dengan berbagai lampu misalnya
sangat tepat bagi pekerja yang menggambarkan di atas permukaan mata,
sedangkan pencahayaan satu arah digunakan untuk mengerjakan bagian-
bagian kecil. Pengelolaan dari kalitas cahaya yang rendah akan
menimbulkan ketidaknyamanan dan kecelakaan kerja, misalnya glare
dapat menyebabkan kelelahan (fatigur), kehilangan efektivitasn
penglihatan dan mengurangi produktivitas.
Penggunaan warna di tempat kerja dimasukkan untuk dua hal, yaitu
menciptakan kontras warna dengan maksud untuk tangkapan mata dan
pengadaan lingkungan psikologis yang optimal. Warna penerangan untuk
suatu ruangan dan komposisi sprektumnya sangat penting dalam
membandingkan dan mengkombinasikan warna-warna. Warna-warna
dalam lingkungan kerja sebagai akibat dari pencahayaan menentukan
rupa lingkungan tersebut. Menurut OSHA (1998), penggunaan warna-
warna cerah dalam lingkungan kerja dapat membantu untuk membuar
23

obyek terlihat lebih jelas dan dapat manimbulkan kesan ruangan menjadi
lebih luas, selain itu acara psikologis juga dapat meningkatkan gairah
kerja.
f. Sifat lingkungan
Sifat lingkungan ditentukan oleh derajat terang (brightness), nilai pantulan
(reflectance value) serta distribusi cahaya (lighting distribution). Menurut Ching
(1987) juga mengatakan bahwa ketinggian dan kualitas permukaan langit-langit
akan mempengaruhi derajat cahaya di dalam ruang.
1) Derajat terang
Kemampuan seseorang untuk dapat melihat obyek dengan jelas
bergantung pada perbedaan derajat terang obyek tersebut. Mata berfungsi
secara optimal apabila derajat teranngn dalam daerah penglihatan kia
relatif sama.
2) Nilai pantulan
Nilai pantulan adalah perbandingan antara sumber cahaya datang
dengan cahaya yang dipantulkan. Nilai pantulan bergantung pada jenis
permukaan pantul, warna dan kemampuan untuk memantulkan cahaya
dari dinding-dinding, langit-langit, lantai, dan peralatan kerja akan
menentukan pola derajat terang.
Dinding-dinding, lantai dan langit-langit yang ber warna gelap dapat
menurunkan efektivitas dari instalasi penerangan sebanyak 50%. Tabel
berikut ini adalah pantulan yang dianjurkan oleh IluminatingEngineering
Society (IES) tahun 1981:
Tabel 1. Rekomendasi nilai pantulan menurut IluminatingEngineering
Society (IES)
Deskripsi Pantulan (%)

Langit-langit 80-90
24

Dinding 40-60

Meubel 25-45

Mesin, alat 30-50

Lantai 20-40

Tabel 1.Rekomendasi Nilai Pantulan


Sumber : IluminatingEngineering Society (IES)

Tabel 2. Nilai Pantulan Berbagai Macam Material menurut


IluminatingEngineering Society (IES)
Material Pantulan (%)

Metal 60-85

Bahan baru 10-92

Gelas 5-30

Cermin 80-90

Cat putih 60-90

Kayu 5-50

Aspal 5-10

Beton 40

Salju 60-75

Cat hitam 3-5

Tabel 2. Nilai Pantulan Berbagai Macam Material


25

Sumber : IluminatingEngineering Society (IES)

3) Distribusi cahaya (lighting distribution)


Distribusi cahaya merupakan unit penyabaran yang tterdiri dari
lampu dan peralatan untuk mendistribusikan serta mengendalikan cahaya.
Perlatan penerangan perlu dipasang berdasarkan karakteristik distribusi
cahaya yang dikehendaki.

2.9 Nilai Ambang Batas (NAB) Pencahayaan Di Tempat Kerja


Nilai ambang dari bahaya fisik intensitas pencahayaan tidak ditampilkan
melalui satuan waktu paparan tetapi ditentukan melalui jenis pekerjaan dan
berapa taraf standar kebutuhan akan cahaya dalam melakukan pekerjaan tersebut.
Menurut IES (Illuminating Engineering Society) dalam (Rahmayanti, 2015),
sebuah area kerja dapat dikatakan memiliki pencahayaan yang baik apabila
memiliki iluminansi sebesar 300 lux yang merata pada bidang kerja. Apabila
iluminansinya kurang atau lebih dari 300 lux, maka dapat menyebabkan ketidak
nyamanan dalam bekerja, dan pada akhirnya menurunkan kinerja pekerja.

Standar atau nilai ambang batas pencahayaan menurut IES, Kepmenkes


Nomor 1405 Tahun 2002 dan Peraturan Menteri Perburuan Nomor 7 tahun1964
akan ditampilkan pada tabel dibawah ini.

Tabel 3 .Standar Tingkat Pencahayaan Menurut IES

Kategori Rentang Illuminasi (Lux) Jenis Kegiatan

A 20-30-50 Area publik berlingkungan gelap

B 50-75-100 Tempat kunjungan singkat

C 100-150-200 Ruang publik,tugas visual jarang


26

D 200-300-500 Tugas visual berkontras tinggi

E 500-750-1000 Tugas visual berkontras sedang

F 1000-1500-2000 Tugas visual berkontras rendah

G 2000-3000-5000 Tugas visual berkontras rendah dalam


waktu lama

H 5000-7500-10000 Tugas visual sangat teliti dalam waktu


lama

I 10000-15000-20000 Tugas visual khusus berkontras sangat


rendah dan kecil

Tabel 3.Standar Tingkat Pencahayaan Menurut IES


Sumber : (Rahmayanti, 2015)

Tabel 4. Nilai Ambang Batas Pencahayaan Menurut Kepmenkes No. 1405


Tahun 2002
Tingkat
Jenis Kegiatan Pencahayaan Keterangan
Minimal (Lux)

Ruang penyimpanan dan peralatan atau


Pekerjaan kasar dan
100 instalasi yang memerlukan pekerjaan
tidak terus-menerus
kontinyu

Pekerjaan kasar dan Pekerjaan dengan mesin dan perakitan


200
terus-menerus kasar
27

Ruang administrasi, ruang kontrol,


Pekerjaan rutin 300
pekerjaan mesin dan perakitan

Pembuatan gambar atau bekerja dengan


Pekerjaan agak
500 mesin kantor, pemeriksaan atau
halus
pekerjaan dengan mesin

Pemilihan warna, pemrosesan tekstil,


Pekerjaan halus 1000 pekerjaan mesin halus dan perakitan
halus

1500 tidak Mengukir dengan tangan, pemeriksaan


Pekerjaan sangat
menimbulkan pekerjaan mesin, dan perakitan yang
halus
bayangan sangat halus

3000 tidak
Pemeriksaan pekerjaan, perakitan sangat
Pekerjaan terinci menimbulkan
halus
bayangan

Tabel 4.Nilai Ambang Batas Pencahayaan Menurut Kepmenkes


Sumber: Kepmenkes No. 1405/MENKES/SK/XI/2002

Tabel 5.Nilai Ambang Batas Pencahayaan Menurut PMPNo. 7 Tahun 1964

Tingkat
Penerangan
Area Kegiatan
Minimal
(Lux)
28

Penerangan Darurat 5
Penerangan untuk halaman dan jalan –jalan dalam
20
lingkungan perumahan
Pekerjaan yang hanya membedakan barang kasar, seperti :

e. Mengerjakan bahan –bahan yang besar


f. Mengerjakan arang atau abu 50
g. Gang – gang, tangga didalam gedung yang selalu
dipakai
h. Gudang untuk penyimpanan barang besar dan kasar
Pekerjaan yang membedakan barang-barang kecil secara
sepintas lalu, seperti :

a. Mengerjakan barang-barang besi dan baja yang


setengah selesai.
b. Pemasangan yang kasar
c. Penggilingan padi
d. Pengupasan/pengambilan dan penyisihan bahan
kapas. 100

e. Mengerjakan bahan-bahan pertanian lain yg kira-


kira setingkat dengan d
f. Kamar mesin dan uap
g. Alat pengangkut orang dan barang
h. Ruang penerimaan dan pengiriman dengan barang
i. Tempat penyimpanan barang sedang dan kecil
j. Kakus, tempat mandi dan tempat kencing
Pekerjaan membeda – bedakan barang barang kecil yang
agak teliti sepertil: 200

a. Pemasangan alat-alat sedang


29

b. Pekerjaan mesin dan bubut yang kasar


c. Pemeriksaan atau percobaan kasar terhadap barang-
barang
d. Menjahit tekstil atau kulit yang berwarna-warna
e. Pemasukan dan pengawetan bahan – bahan makanan
dalam kaleng
f. Pembungkusan daging
g. Mengerjakan kayu
h. Melapis perabot
Pekerjaan membedakan teliti dan pada barang kecil dan
halus,seperti :

a. Pekerjaan mesin yang teliti


b. Pemeriksaan yang teliti
c. Percobaan – percobaan yang teliti dan halus
d. Pembuatan tepung 300

e. Penyelesaian kulit dan penenunan bahan katun atau


wol berwarna muda

f. Pekerjaan kantor yg berganti – ganti menulis dan


membaca, pekerjaan arsip dan seleksi surat
Pekerjaan membeda-bedakan barang –barang halus dan
kontras yang sedang dan dalam waktu yang lama, seperti :

a. Pemasangan yang halus


b. Pekerjaan-pekerjaan mesin yang halus 500-1000

c. Penyemiran yg halus dan pemotongan gelas kaca


d. Pekerjaan kayu yg halus (ukiran)
e. Menjahit bahan-bahan wol nyg berwarna tua
30

f. Akuntan,pemegang buku,pekerjaan steno, mengetik


atau pekerjaan kantor yg lama dan teliti
pekerjaan membeda – bedakan barang – barang yang sangat
kuat untuk waktu yang lama, seperti :

a. pemasangan yg ekstra halus (arloji,dll)


b. pemeriksaan yg ekstra halus (ampul obat)
c. percobaan alat-alat yg ekstra halus
d. tukang mas dan intan Paling sedikit 1000

e. penilaian dan penyisihan hasil – hasil tembakau


f. penyusunan huruf dan pemeriksaan copy dalam
percetakan
g. pemeriksaan dan penjahitan bahan pakaian berwarna
tua
Tabel 5.Nilai Ambang Batas Pencahayaan Menurut PMPNo. 7 Tahun 1964
Sumber: PMP No. 7 Tahun 1964 dalam (Moeljosoedarmo, 2008)

Standar ini memuat ketentuan pedoman pencahayaan pada bangunan


gedung sehingga penggunaan energi dapat efisien tanpa harus mengurangi dan
atau mengubah fungsi bangunan, kenyamanan dan produktivitas kerja penghuni
serta mempertimbangkan aspek biaya. Standar ini diperuntukan bagi semua pihak
yang terlibat dalam perencanaan, pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan
gedung untuk mencapai penggunaan energi yang efisien. (Pamungkas, 2015)
Berikut adalah daftar standar pencahayaan setiap ruangan.

Tabel 6.SNI Intensitas Cahaya di Ruangan


Ruangan Intensitas Cahaya (lux)
Rumah Tinggal
31

Teras 60
Ruang tamu 120-150
Ruang makan 120-250
Ruang kerja 121-250
Kamar tidur 122-250
Dapur 250
Garasi 60
Lembaga Pendidikan
Ruang kelas 250
Perpustakaan 300
Laboratorium 500
Ruang gambar 750
Kantin 200
Rumah Sakit
R. Rawat inap 250
R.Operasi 300
Laboratorium 500
R. Rehabilitasi 250
Perkantoran
Ruang direktur 350
Ruang kerja 350
Ruang computer 350
Ruang rapat 300
Ruang gambar 750
Ruang arsip 150

Hotel dan Restaurant


32

Lobi 100
Ruang serba guna 200
Ruang makan 250
Kafetaria 200
Kamar tidur 150
Dapur 300
Rumah ibadah
Masjid 200
Gereja 200
Vihara 200
Tabel 6.SNI Intensitas Cahaya di Ruangan
Sumber : Pamungkas.2015
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Satuannya adalah lux , dimana lm adalah
lumens atau lux cahaya.

2. Berdasarkan sumbernya pencahayaan dibedakan menjadi dua yaitu,pencahayaan


alamiah (dari sinar matahari ) dan pencahayaan buatan (Pencahayaan artificial)

3. Berdasarkan cara distribusi cahayanya, pencahayaan dapat dibedakan menjadi lima


macam, yaitu Distribusi pencahayaan langsung Distribusi pencahayaan semi
langsung Distribusi pencahayaan difus Distribusi pencahayaan semi tidak langsung
Distribusi pencahayaan tidak langsung

4. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pencahayaan di ruangan termasuk


ditempat kerja adalah Desain sistem pencahayaan , Distribusi cahaya ,Pemantulan
cahaya , Ukuran ruangan ,Utilitas cahaya , Pemeliharaan desain dan sumber cahaya

5. Nilai ambang dari bahaya fisik intensitas pencahayaan tidak ditampilkan melalui
satuan waktu paparan tetapi ditentukan melalui jenis pekerjaan dan berapa taraf
standar kebutuhan akan cahaya dalam melakukan pekerjaan tersebut. Menurut IES
(Illuminating Engineering Society)

6. Dalam melakukan pengukuran terhadap intensitas pencahayaan adalah lux meter.


Alat ini mengubah energy cahaya menjadi energy listrik, kemudian energy listrik
dalam bentuk arus listrik diubah menjadi angka yang dapat dibaca pada layar
monitor.

7. Penerangan yang tidak baik akan menyebabkan tenaga kerja mengalami kesulitan
dalam melihat obyek yang dikerjakannya dengan jelas. Hal ini selain akan
menyebabkan tenaga kerja lamban dalam melaksanakan pekerjaanya juga akan dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.

33
34

8. Kebiasaan menatap layar komputer, laptop, gadget, maupun televisi terlalu lama
membuat mata cepat lelah dan kering. Jika dibiarkan, hal itu akan memperburuk
kondisi mata atau yang kerap disebut Computer Vision Syndrome (CVS).

9. Penerangan yang kurang bukannya menyebabkan penyakit mata tetapi


menimbulkan kelelahan mata. Kelelahan mata disebabkan oleh stress yang terjadi
pada fungsi penglihatan. Stress pada otot yang berfungsi untuk akomodasi dapat
terjadi pada saat seseorang berupaya untuk melihat pada obyek berukuran kecil dan
pada jarak yang dekat dalam waktu yang lama.

3.2 Saran

1. Meningkatkan upaya pengaturan pencahayaan di tempat kerja sangat perlu


dilakukan
2. Sebaiknya pencahayaan di tampat kerja harus diatur sesuai standar agar tidak
berdampak pada pekerja
DAFTAR PUSTAKA

Moeljosoedarmo,S.2008.Higiene Industri.Jakarta:BalaiPenerbit FKUI.

Suma’mur,PK.2014.Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Sagung


Seto.

Adi Putra,B.dan Madyono G.2017. Analisis Intensitas Cahaya Pada Area


Produksi Terhadap Keselamatan Dan Kenyamanan Kerja Sesuai Dengan
Standar Pencahayaan. Jurnal OPSI Vol 10 No 2

Afandi. 2002. Kesehatan Mata Penguna Komputer.


http://www.elektroindonesia.com/elektro/komput6.html.Diakses pada
tanggal 23 Mei 2010

Artha,A dan Rahmayanti,D.2015.Analisis Bahaya Fisik: Hubungan Tingkat


Pencahayaan Dan Keluhan Mata Pekerja Pada Area Perkantoran Health,
Safety, AndEnvironmental (Hse) Pt. Pertamina Ru ViBalongan. Vol. 14
No. 1

Hanum,2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelelehan Mata pada Karyawan


Kasir Swalayan dikota Gorontalo

DEPKES RI, 2003. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR


1202/MENKES/SK/VIII/2003.www.litbang.depkes.go.id/download/is201
0/ indikator.pdf. Diakses pada tanggal 22 Februari 2010.

Martiana,T dan Wiyanti,T.2015. Hubungan Intensitas Penerangan Dengan


Kelelahan Mata Pada Pengrajin Batik Tulis. The Indonesian Journal of
Occupational Safety and Health. Vol. 4, No 144–154

Pusat Hyperkes dan Keselamatan Kerja, 1995. Penelitian Pengaruh Komputer


Pada Mata.Departemen Tenaga Kerja. Pusat Hyperkes dan Keselamatan
Kerja.

Pangestika,P. Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan


keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan
produktivitas manusia
https://www.academia.edu/4056883/Pencahayaan_merupakan_salah_satu_
faktor_untuk_mendapatkan_keadaan_lingkungan_yang_aman_dan_nyama
n_dan_berkaitan_erat_dengan_produktivitas_manusia. Diakses pada
tanggal 27 April 2019

Santiari Sri Ayu Dewa. 2018. Studi Pencahayaan Ruang Kerja yang Sehat Untuk
Pengrajin Perak di Bali. Program Studi Teknologi Rekayasa
Elektromedik,Institut Ilmu Kesehatan Medika Persada Bali. BALI HEALT
JOURNAL. Vol 2(1) 2018. Hal. 1-5

Anda mungkin juga menyukai