MAKALAH
TEKANAN PANAS
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Higiene
Industri
Oleh:
Kelompok : 3
Kelas K3
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Tekanan
Panas.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
1.3. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada makalah ini ialah :
1.4. Manfaat
Adapun manfaat yang akan diperoleh dari pembahasan makalah sebagai
berikut:
4
5
panas, tidak nyaman karena pergerakan jadi terbatas, dan jumlah APD
kurang memadai sehingga harus digunakan secara bergantian. Oleh karena
itu, jumlah pakaian reflektif perlu ditambah agar seluruh pekerja dapat
menggunakan APD masing-masing.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluhan yang paling
signifikan dirasakan oleh responden adalah banyak mengeluarkan keringat
(96,1%) dan sering haus (70,6%) dengan frekuensi sangat sering dan
sering. Keluhan mengalami kelelahan (74,5%), lemah/ lemas (70,6%),
suhu tubuh meningkat (70,6%), serta kulit terasa kering dan panas (66,7%)
cukup signifikan dirasakan responden dengan frekuensi sering dan jarang.
Sedangkan keluhan yang hampir tidak pernah dirasakan oleh responden
adalah merasa mau pingsan (94,1%), kram/ kejang otot perut (86,3%), dan
hilang keseimbangan (84,3%).
2. Kasus kedua
Bekerja di lingkungan kerja yang mempunyai suhu tinggi atau
suhu ekstrim panas dapat memberikan dampak, baik dampak ekonomi,
kesehatan maupun keselamatan pekerja.Berdasarkan laporan Dara, pada
tahun 2012 negara USA diperkirakan mengalami kerugian sebesar 300
Miliar US Dollar akibat penurunan produktivitas pekerja.Angka tersebut
akan mencapai 2.500 Miliar US Dollar pada tahun 2030 (Lemke &
Kjellstrom, 2013). Sebanyak 13 orang meninggal dunia akibat heat stress
di Amerika pada periode 2009-2011 (NCDOL, 2011).
Dampak yang lebih besar terjadi di negara Yunani dan Perancis.
Lebih dari 2.000 orang meninggal dunia di Yunani pada tahun 1987 dan
14.802 orang meninggal dunia dalam rentang waktu 20 hari pada tahun
2003 di Perancis akibat heat stress (Kovats & Hajat, 2008).
Pada tahun 2010, BLS dalam NIOSH, 2013 mencatat terjadi 4.190
kasus penyakit dan kecelakaan yang berhubungan dengan pajanan panas
8
3. Kasus Ketiga
Seorang pemuda 20 tahun baru 10 hari bekerja sebagai pengangkut
pasir. Ia jatuh sakit karena kelelahan dan ototnya terasa pegal semua. Di
tempat kerjanya udaranya sangat panas dan berdebu. Saat ia bekerja
jantungnya berdenyut sangat cepat 120 X permenit.
Dari kasus tersebut, Pemuda merasa kelelahan, otot pegal dan
denyut jantung mencapai 120 kali per menit dapat disebabkan karena
berbagai faktor di tempat kerja. Salah satu faktor penyebab pemuda
merasakan berbagai keluhan tersebut adalah paparan panas. Karena
pemuda dalam melakukan pekerjaannya terpapar panas dari lingkungan .
Kelelahan dan otot terasa pegal dapat terjadi karena tubuh manusia
yang berdarah panas, mempunyai sistem untuk mempertahankan suhu
tubuh agar tetap konstan, meskipun tubuh terpajan oleh berbagai tingkat
temperatur dari lingkungan. Untuk menjaga agar suhu tubuh berada pada
batas yang aman, tubuh harus melepaskan atau membuang kelebihan
panasnya. Proses yang utama adalah melalui sirkulasi darah dan
pengeluaran keringat. Respon otomatis pengaturan panas tubuh biasanya
9
tubuh manusia secara normal akan dipertahankan pada suhu diantara 36oC
dan 38oC. Ketika tubuh berada pada lingkungan dengan suhu yang panas,
maka suhu tubuh akan mengalami peningkatan dan sistem thermostat
menjaga suhu tubuh pada keadaan normal dengan tubuh bereaksi untuk
menghilangkan kelebihan panas. Jika panas dalam tubuh lebih cepat dari
pada proses hilangnya kelebihan panas, maka seseorang tersebut
mengalami heat stress (WorkSafeBC., 2007).
Ketika bekerja di tempat dengan iklim kerja yang panas, suhu
tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas
tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin.
Begitu juga sebaliknya, lingkungan yang panas dapat mempengaruhi suhu
tubuh manusia. Panas akan dipindahkan ke kulit melalui darah yang
melewati pembuluh darah kulit, kemudian dari kulit akan ditransfer ke
lingkungan eksternal melalui konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi
(King J, 2004).
Heat stress dapat menyebabkan perubahan mekanis dan fungsi
jantung pada tubuh. Beban sirkulasi darah akan meningkat yang
menyebabkan perubahan hemodinamik dalam sirkulasi darah (Wilson TE.
and Crandall CG., 2011). Apabila suhu tubuh meningkat melebihi rentang
nilai normal maka pembuluh darah kulit akan mengalami vasodilatasi
untuk membuang panas dalam tubuh. Hal ini disebabkan oleh hambatan
pusat simpatis di hipotalamus posterior yang menyebabkan
vasokonstriksi.Tekanan panas dapat menyebabkan gangguan toleransi
ortosatik dibandingan dengan keadaan normotermia.Meskipun
berkurangnya toleransi ortostatik belum jelas mungkin berhubungan
dengan faktor-faktor yang langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi tekanan perfusi otak, aliran darah otak dan oksigenasinya
sehingga tekanan panas dapat menurunkan kecepatan aliran darah serebral
yang berkontribusi terhadap intoleransi ortostatik. Pada manusia di bumi,
sirkulasi darah melawan gaya gravitasi. Gravitasi mempengaruhi distribusi
cairan.Pada saat berdiri, volume darah bergeser menuju pembuluh darah
12
splanknikus, panggul dan kaki. Akan tetapi sistem saraf otonom akan
menjaga agar tekanan darah tetap terjaga pada saat perubahan posisi
sehingga mencegah penurunan lebih lanjut dalam pengembalian darah
vena ke jantung (Janneke G., 2005).
Komponen primer dalam regulasi tekanan darah selama
keadaanrtostatik/berdiri tegak adalah meningkatkan tahanan vaskular.
Tahanan vaskuler dapat meningkat melalui beberapa cara seperti
peningkatan saraf simpatik eferen dan mekanisme lokal seperti respon
venoarteriolar. Vasokonstriksi pembuluh darah dibangkitkan melalui
respon venoarteriolar ketika tekanan vena transmural meningkat pada
kulit, subkulit dan sistem vaskular otot. Pada uji pembebanan panas
seluruh tubuh dapat melemahkan respon venoarteriolar yang akan
memberikan kontribusi terhadap penurunan kontrol tekanan darah dan
mengurangi teleransi ortostatik (Brothers RM,dkk., 2009).
Seorang karyawan dapat bekerja secara efisien dan produktif bila
lingkungan kerja nyaman. Para pekerja yang bekerja dalam lingkungan
panas akan mengalami gejala klinis secara subjektif yakni kelelahan,
dengan gejala kelelahan yang meningkat sesuai dengan tingkat paparan
panas (Chen M, dkk., 2003).
Selain itu dapat menyebabkan cidera secara serius seperti: heat
stroke, heat cramp, heat exhaustion, dan heat rush (Center for Disease
Control and Prevention, 2010). Lingkungan yang sangat panas dapat
mengarahkan ke berbagai kondisi yang serius dan mungkin fatal. Kondisi
ini tergantung dari sensitivitas tubuh terhadap panas yang dipengaruhi oleh
usia, aklimatisasi, kesehatan dan konsumsi alkohol serta obat-obatan
(Davis G., 2007).
3. Heat rush
Heat rush atau miliaria rubra atau biang keringatditandai dengan
pinpoint eritema papular yang sering kali disertai dengan rasa gatal, dan
dapat terjadi erupsi pada daerah yang tertutup pakaian.Biasanya terjadi di
daerah pinggang atau daerah yang sering berkeringat seperti wajah,
13
9. Diamkan 10 menit setiap selesai menekan salah satu tombol untuk waktu
adaptasi.
Catatan :
1. Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100-200 Kkal/jam
2. Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200-350 Kkal/jam
3. Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350-500 Kkal/jam
yang berat yang dilakukan pada lingkungan kerja yang panas, tubuh
memerlukan istirahat yang cukup dan tidur sekitar 7 jam sehari.
1. Rekayasa Tehnik
a. Ventilasi umum
Cara ini dilakukan untuk mencampurkan udara yang panas
dengan udara yang dingin dari luar ruangan. Sistem ventilasi permanen
biasanya dipakai untuk mendinginkan seluruh ruangan. Sementara
pada ruangan kerja yang lebih kecil biasanya dipakai sistem ventilasi
local atau portabel.Ventilasi umum dinilai tidak dapat menanggulangi
panas radiasi yang tinggi.
b. Ventilasi setempat yang bertujuan untuk mengendalikan panas
konveksi yaitu dengan menghisap keluar udara yang panas.
c. Isolasi terhadap benda-benda yang panas akan mencegah keluarnya
panas ke lingkungan. Ini dapat dilakukan misalnya dengan membalut
pipa-pipa yang panas, menutupi tangki –tangki yang berisi air panas
18
sehingga dapat mengurangi aliran panas yang timbul. Cara ini adalah
paling praktis untuk membatasi pemaparan seseorang terhadap panas
dan merupakan cara pengendalian yang dianjurkan bila ditempat kerja
terdapat sumber panas yang sangat tinggi.
d. Pendinginan lokal yang dilakukan dengan cara mengalirkan udara
yang sejuk ke sekitar pekerja dengan tujuan menggantikan udara yang
panas dengan udara yang sejuk dan dialirkan pada kecepatan tinggi.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil yakni sebagai beriut :
1. Tekanan Panas (Heat Stress) adalah batasan kemampuan penerimaan
panas yang diterima pekerja dari kontribusi kombinasi metabolisme tubuh
akibat melakukan pekerjaan dan faktor lingkungan (temperatur udara,
kelembapan, pergerakan udara, dan radiasi perpindahan panas) dan
pakaian yang digunakan pada saat heat stress mendekati batas toleransi
tubuh, resiko terjadinya kelainan kesehatan menyangkut panas akan
meningkat.
2. Dampak dan mekanisme tekanan panas yaitu, dehidrasi yang merupakan
penguapan yang berlebihan akan mengurangi volume darah, dan Heat
stress dimana batasan tubuh menerima beban panas yang menghasilkan
panas saat melakukan pekerjaan dan faktor lingkungan (seperti temperatur
udara, kelembaban, pergerakan udara, dan radiasi perpindahan panas) serta
pakaian yang digunakan. Serta Heat rush atau miliaria rubra atau biang
keringat ditandai dengan pint-point eritema papular yang sering kali
disertai dengan rasa gatal, dan dapat terjadi erupsi pada daerah yang
tertutup pakaian.
3. Alat ukur tekanan panas adalah kombinasi suhu udara, kelembapan udara,
kecepatan gerak udara, suhu radiasi yang dihubungkan dengan produksi
panas oleh tubuh diukur
4. Cara mengukur area heat stress monitor adalah dengan menggunakan
Area Heat Stress Monitor.
5. Pengendalian dan pencegahan tekanan panas menurut Depkes RI (2003),
pencegahan terhadap gangguan panas meliputi : pemberian air minum,
garam, makanan, istirahat, tidur dan pakaian.
3.2. Saran
Seharusnya setiap pekerja harus lebih memperhatikan keadaan tempat
kerja sebelum bekerja untuk mengurangi risiko yang akan terjadi dan bagi
perusahaan seharusnya lebih memperhatikan suhu yang ada di temppat kerja.
19
DAFTAR PUSTAKA
Brothers RM., Wingo JE., Hubing KA., Del Coso J., Crandall CG., 2009. Effect
of Whole Body Heat Stress on Peripheral Vasoconstriction during Leg
Dependency, J Appl Physiol 107:1704-1709.
Chen M., Chen C., Yeh W., Huang J., Mao I., 2003. Heat Stress Evaluation and
Worker Fatigue in a Steel Plant, AIHA Journal, Volume 64, 352 – 359
Resya, Havidz Aly. 2010. Perbedaan Tekanan Darah Pada Paparan Tekanan
Panas Di Atas Dan Di Bawah Nab Pada Pekerja Bagian Cor Cetak Pt.
Suyuti Sidomaju Ceper Klaten. Surakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret.
Wilson TE. and Crandall CG, 2011. Effect of Thermal Stress on Cardiac
Function, Exerc Sport Sci Rev. 39(1):12-17