Anda di halaman 1dari 10

KEPERAWATAN HIV-AIDS

Artikel Trend Issue Dan Perilaku Beresiko Tertular Atau Menularkan HIV-AIDS Pada
Pengguna Napza Suntik

Dosen pengampu : Ns.Pira Prahmawati,S.Kep,Mkes

Disusun oleh :

Kelompok 5

1. Artha Ilham Raliktian (1420120180


2. Delima Romadona (1420120180
3. Harun Alpatoni (1420120180
4. Nandika Pangestu (1420120180
5. Nur Afifah (1420120180
6. Rahma Isti Mahfuza (1420120180
7. Ratih Kusuma Dewi (1420120180
8. Rika Asmita (1420120180
9. Titin Triyanti (142012018040)
10. Wanda Amelia Darmawati (1420120180

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
TAHUN AJARAN 2019/2020
BNN: Penggunaan Narkotika di Kalangan Remaja
Meningkat
Bangun Santoso | Yosea Arga Pramudita
Rabu, 26 Juni 2019 | 13:25 WIB

Ilustrasi narkoba
Peningkatan penggunaan narkoba di kalangan remaja di Indonesia mencapai 24 hingga 28
persen
Suara.com - Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisiaris Jenderal Polisi Heru
Winarko menyebut, penyalahgunaan narkotika di kalangan remaja makin meningkat. Di
mana ada peningkatan sebesar 24 hingga 28 persen remaja yang menggunakan narkotika.
"Hasil dari penelitian kita bahwa penyalahgunaan itu beberapa tahun lalu, milenial atau
generasi muda hanya sebesar 20 persen dan sekarang meningkat 24 -28 persen itu adalah
kebanyakan pengguna anak-anak dan remaja," kata Heru di The Opus Grand Ballroom At
The Tribrata, Jakarta Selatan, Rabu (26/6).

Heru menerangkan, kalangan remaja yang terpapar narkotika lebih rentan sebagai
pengguna jangka panjang. Sebab, mereka memiliki waktu yang cukup panjang dalam
mengkonsumsi narkoba.
"Karena kalau milenial yang sudah menggunakan, maka rentan penggunaan jangka
panjang. Sehingga market mereka terjaga dan mereka enggak pusing lagi. Misalnya umur
15 tahun mengunakan narkoba sampai umur 40 tahun, berapa jangka waktu mereka
menggunakan narkoba," ujarnya.

Heru juga mempunyai sebuatan lain dari penggunaan narkotika, yakni imun. Ha l itu
disebabkan karena penggunaan narkotika semakin meningkat.

"Mengunakan narkoba ada namanya imun. Jadi akan meningkat, yang tadi mungkin
sebutir bisa fly, jadi nanti ditingkatkan 1,5 hingga 2 butir karena itu kebutuhan akan
semakin meningkat. Ini yang kita khawatir mengenai narkoba," papar Heru.

Untuk itu, ia mengajak segenap pihak untuk memerangi narkotika. Hal itu dilakukam agar
tak ada lagi kaum remaja yang mengkonsumsi narkoba.

World Drugs Reports 2018 yang diterbitkan United Nations Office on Drugs and Crime
(UNODC), menyebutkan sebanyak 275 juta penduduk di dunia atau 5,6 % dari penduduk
dunia (usia 15-64 tahun) pernah mengonsumsi narkoba. Sementara di Indonesia, BNN
selaku focal point di bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) mengantongi angka penyalahgunaan narkoba tahun
2017 sebanyak 3.376.115 orang pada rentang usia 10-59 tahun.
Sedangkan angka penyalahgunaan Narkoba di kalangan pelajar di tahun 2018 (dari 13
ibukota provinsi di Indonesia ) mencapai angka 2,29 juta orang. Salah satu kelompok
masyarakat yang rawan terpapar penyalahgunaan narkoba adalah mereka yang berada pad
a rentang usia 15-35 tahun atau generasi milenial.
Bagaimana Anda Bisa Terkena HIV dari Narkotika dan Obat-obatan
Terlarang
Oleh Lika Aprilia Samiadi

Menurut laporan WHO tahun 2014, ada sekitar 36,9 juta orang yang hidup dengan HIV. Salah
satu faktor risiko Anda untuk terkena HIV adalah konsumsi narkotika dan obat-obatan terlarang,
alias narkoba.

Bagaimana bisa konsumsi narkoba menyebabkan seseorang terkena HIV?

Konsumsi obat-obatan terlarang lebih berperan penting dalam penularan HIV


daripada penggunaan obat melalui suntikan. Alasannya, seseorang yang berada di bawah
pengaruh obat tertentu lebih cenderung melakukan perilaku berisiko, seperti melakukan seks
tanpa kondom dengan orang yang terinfeksi dan berbagi obat atau alat suntik dengan orang yang
memiliki HIV.

Faktanya, darah yang terinfeksi HIV juga dapat masuk ke larutan obat dengan berbagai cara. Di
antaranya:

 Menggunakan alat suntik yang terkontaminasi darah untuk menyiapkan obat


 Menggunakan kembali air untuk melarutkan obat
 Menggunakan kembali tutup botol, sendok, atau wadah lainnya untuk melarutkan obat dalam air
dan untuk memanaskan larutan obat
 Menggunakan kembali sebagian kecil kapas atau filter rokok untuk menyaring partikel yang
dapat menyumbat jarum

Bandar narkoba dapat mengemas kembali alat suntik bekas dan menjualnya sebagai alat suntik
yang steril. Untuk alasan ini, orang yang perlu menyuntikkan obat harus mendapatkan alat suntik
dari sumber terpercaya, seperti apotek atau program resmi pertukaran jarum.

Penting diketahui bahwa berbagi jarum atau alat suntik untuk keperluan apapun, seperti skin
popping atau menyuntikkan steroid, hormon atau silikon, dapat berisiko terhadap HIV dan
infeksi yang ditularkan melalui darah.

Selain itu, penyalahgunaan dan kecanduan obat juga dapat memperburuk gejala HIV, seperti
menyebabkan cedera saraf dan kerusakan kognitif. Selain itu, mengonsumsi alkohol atau obat-
obatan lain dapat mempengaruhi sistem imun dan mempercepat perkembangan penyakit.

Perawatan untuk penyalahgunaan obat dapat efektif untuk mencegah penyebaran penyakit,
akibat kaitan kuat antara penyalahgunaan obat dan penyebaran HIV. Perawatan untuk
penyalahgunaan obat meliputi pengurangan risiko HIV, seperti menghentikan atau mengurangi
penggunaan obat dan perilaku yang berisiko.

Zat dan obat-obatan yang sering disalahgunakan

Alkohol

Apabila Anda menenggak banyak alkohol sekaligus, seperti di pesta miras, ada beberapa
konsekuensi yang terkait dengan kesehatan dan sosial seperti seks bebas tanpa kondom. Karena
alkohol dapat sangat mengaburkan fungsi kognitif otak dalam membuat keputusan, seks di
bawah pengaruh alkohol lebih cenderung minim penggunaan kondom, dan dilakukan jumlah
pasangan seksual yang berbeda-beda. Inilah mengapa konsumsi alkohol dapat menjadi faktor
risiko penting terhadap infeksi HIV.
Kokain

Kokain dapat menghabiskan tenaga Anda dengan cepat dan jadi mendorong Anda untuk
melakukan 1001 cara demi kembali mendapatkan obat. Penyalahgunaan kokain meningkatkan
risiko infeksi HIV dengan perilaku berisiko, seperti pasangan seksual yang berbeda, minim
penggunaan kondom, meningkatnya gairah seks, serta penggunaan lebih dari satu zat.

Methamphetamine

Mirip dengan dua zat di atas, penyalahgunaan methamphetamine (atau meth) juga meningkatkan
risiko aktivitas seks bebas tanpa kondom. Selain itu, zat ini dapat menyebabkan ketagihan dan
digunakan lewat jarum suntik. Seseorang yang menggunakan meth cenderung
memiliki kekeringan pada kulit penis dan jaringan lendir pada anus dan vagina. Organ genital
yang kering dapat memudahkan terjadinya luka dan lecet saat seks di mana virus HIV dapat
masuk ke dalam tubuh. Beberapa pria gay dan biseksual mengombinasikan meth dengan obat
kuat yang terkait dengan seks anal yang tidak terlindungi.

Inhalansia (solven)

Inhalansia nitrit terkait dengan perilaku seksual berisiko, penggunaan obat terlarang, dan infeksi
menular seksual pada pria homoseksual dan biseksual. Inhalansia juga kerap
digunakan oleh remaja, seperti untuk meningkatkan kepuasan seksual, membantu seks anal
dengan meningkatkan sensitivitas dan merilekskan otot anus, yang menyebabkan lebih banyak
hubungan seksual yang tidak terproteksi.

Obat-obatan lain juga terkait dengan peningkatan risiko infeksi HIV, seperti:

 Penggunaan obat bius “rape drugs” seperti ekstasi, ketamine, dan GHB dapat
mengaburkan logika dan keputusan Anda terhadap seks dan penggunaan obat. Anda akan
cenderung memiliki hubungan seks yang tidak terencana atau terlindungi, atau menggunakan
obat lain, seperti obat suntikan atau meth. Perilaku tersebut dapat meningkatkan risiko terhadap
paparan HIV. Apabila Anda memiliki HIV, hal ini juga dapat meningkatkan risiko penyebaran
HIV.
 Penggunaan amyl nitrite (inhalansia yang dikenal juga sebagai “poppers”) telah terkait dengan
risiko HIV. Poppers, yang kadang digunakan untuk seks anal karena merilekskan otot anus, telah
dikaitkan dengan perilaku seksual berisiko, penggunaan obat ilegal, dan penyakit menular
seksual di antara pria gay dan biseksual. Penggunaan obat tersebut juga baru-baru ini dikaitkan
dengan peningkatan penggunaan pada remaja.

Banyak pengidap HIV mengalami infeksi karena kondisi sistem imunnya yang melemah. Cara
terbaik untuk mencegah penularan dan penyebaran HIV adalah dengan mencari perawatan medis
dan menggunakan obat HIV sesuai petunju
HIV dan Alat Suntik Narkoba

Sejak sekitar 10 tahun lalu, terjadi perubahan sangat mencolok pada pola penularan HIV di
Indonesia, yaitu melalui penggunaan alat suntik yang tidak steril secara bergantian pada
kelompok konsumen atau pengguna NAPZA suntik (penasun). Seiring dengan hal tersebut,
muncul pemikiran bahwa sudah waktunya Indonesia menerapkan program pencegahan
penularan HIV pada kelompok penasun. Pengurangan dampak buruk NAPZA suntik
sebagai sebuah konsep intervensi pada penasun mulai ditambahkan untuk diterapkan di
Indonesia (Pedoman Pelaksanaan Pengurangan Dampak Buruk NAPZA, Depkes RI, 2006)
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendeskripsikan Pengurangan Dampak Buruk NAPZA
atau Harm Reduction sebagai konsep yang digunakan dalam wilayah kesehatan masyarakat
yang bertujuan mencegah atau mengurangi konsekuensi negatif kesehatan yang berkaitan
dengan perilaku penggunaan NAPZA dengan jarum suntik dan perlengkapannya.
Komponen pengurangan dampak buruk NAPZA merupakan intervensi holistik/
komprehensif yang bertujuan mencegah penularan HIV dan infeksi lain melalui penggunaan
perlengkapan menyuntikkan NAPZA yang tidak steril dan digunakan bersama-sama.
Penularan HIV di Kalangan Konsumen Narkoba Suntik

Pemakaian alat suntik secara bergantian sangat umum terjadi di kalangan penasun. Jika
salah satunya terinfeksi HIV, dia dapat menularkan virus ini kepada siapapun yang memakai
peralatan suntik bergantian bersamanya. Penggunaan alat bergantian juga menularkan virus
hepatitis B, virus hepatitis C, dan penyakit lain.

Darah yang terinfeksi terdapat pada semprit (insul) kemudian disuntikkan bersama dengan
narkoba saat pengguna berikutnya memakai semprit tersebut. Ini adalah cara termudah
untuk menularkan HIV karena darah yang terinfeksi langsung dimasukkan pada aliran darah
orang lain.
Data kumulatif kasus HIV-AIDS di Jawa Barat dari Dinkes Jabar hingga September 2011
menunjukkan terdapat 6.279 kasus HIV-AIDS. Dari data itu, penularan terbesar HIV (lebih
dari 60 %) di Jawa Barat terjadi akibat pertukaran jarum suntik tidak steril di kalangan
pengguna NAPZA suntik (penasun).

Untuk menanggulangi masalah tersebut, KPAP Jawa Barat mengembangkan program harm
reduction di berbagai layanan medis, termasuk puskesmas. Saat ini lebih dari 40 puskesmas
di Jawa Barat yang menjalankan program pencegahan HIV untuk pengguna NAPZA suntik.
Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM)

Salah satu kegiatan dalam pengurangan dampak buruk NAPZA suntik (harm reduction)
adalah Pogram Terapi Rumatan Metadon (PTRM). Melalui program ini, penasun menjalani
terapi untuk mengalihkan (substitusi) kebiasaannya menyuntikkan narkoba dengan
meminumnya (oral). Obat yang diminum adalah metadon cair yang diberikan melalui
supervisi medis. Dengan demikian risiko penularan HIV dapat ditekan.
Saat ini klinik PTRM di Jawa Barat beroperasi di RS Hasan Sadikin Bandung, RSUD
Bekasi, RSUD Sukabumi, RSUD Tasikmalaya, RSUD Cirebon, Puskesmas Bogor Timur,
Lapas Banceuy, dan Rutan Kebon Waru.

Layanan Alat Suntik Steril

Layanan Alat Suntik Steril (LASS) bertujuan agar penasun tidak lagi menggunakan suntikan
secara bergantian. Mereka bisa menukarkan alat suntik bekas yang mereka pakai di
puskesmas untuk mendapatkan suntikan baru dan steril. Dengan demikian, risiko penularan
HIV di kalangan penasun dapat ditekan

Terdapat sedikitnya 43 puskesmas di 15 kabupaten/ kota di Jawa Barat yang melaksanakan


LASS. Seluruh puskesmas tersebut ditunjuk oleh dinas kesehatan kabupaten/ kota setempat.

Hal yang sangat penting diketahui adalah bahwa program harm reduction ini sesungguhnya
juga meliputi pendidikan, pemberian informasi dan komunikasi untuk mengubah perilaku
berisiko dalam rangka pencegahan infeksi menular lewat darah. Selain itu, melalui program
ini juga dilakukan pemusnahan limbah jarum suntik bekas yang telah diamankan.

Anda mungkin juga menyukai