Anda di halaman 1dari 8

1.

Isim maushul adalah isim mabni yang menunjukkan kepada sesuatu yang
tertentu dengan perantara kalimat setelahnya yang dinamakan shilah
maushul.
2. Isim-isim maushul adalah:
– ‫اَلَّذِي‬: Untuk mufrad mudzakkar.

Contoh:

َ‫ض ََر الَّ ِذي نَ َج َح‬


َ ‫َح‬
Telah hadir satu pria yang berhasil.

– ‫الَّتِي‬: Untuk mufrad muannats.

Contoh:

َ‫ت ال َّطا ِلبَ َةُ الَّتِي تَفَ َّوقَت‬


َِ َ ‫كُوفِئ‬
Siswi yang unggul itu diberi hadiah.

ِ َ‫اللَذ‬: untuk mutsanna mudzakkar.


– ‫ان‬

Contoh:

َ‫ُق‬
ِ ‫د‬‫ن‬ُ ‫ف‬ ‫ال‬ ‫ي‬ ‫ف‬
ِ ‫ا‬‫م‬َ ‫ا‬َ ‫ق‬َ َِ َ‫سافَ ََر اللَذ‬
‫ان أ‬ َ
Dua pria yang tinggal di hotel itu telah safar.
ِ ‫اللَت‬: Untuk mutsanna muannats.
– ‫َان‬

Contoh:

‫ور نَ َج َحتَا‬
َِ ‫ض‬ َ ‫ان َوا َظبَتَا‬
ُ ‫علَى ال ُح‬ َِ َ ‫اللَت‬
Dua wanita yang selalu hadir itu berhasil.

– َ‫الَّذِين‬: Untuk jama’ laki-laki berakal.

Contoh:

َ‫ون ِبأَع َما ِل ِهم‬ ََ ‫ََل أ ُ ِحبَ الَّ ِذ‬


َ َ‫ين يَتَب‬
ََ ‫او ُه‬
Aku tidak suka kepada orang-orang yang berbangga dengan perbuatannya.

َ
– ‫الَلتِي‬dan َ Untuk jama’ perempuan.
‫الَلئِي‬:

Contoh:

َ‫الَلتِي ت َ َكلَّم َن‬


َ ‫َات‬
َُ ‫س ِيد‬
َّ ‫ت ال‬ َ ‫أَح‬
َِ َ‫سن‬
Para nyonya yang berbicara itu telah berbuat baik.
– ‫ َم ْن‬: Untuk yang berakal, laki-laki atau perempuan, mufrad, mutsanna atau
jama’.

Contoh:

َ‫َجا ََء َمنَ قَا َم‬


Lelaki yang berdiri itu telah datang.

َ‫َجا َءتَ َمنَ قَا َمت‬


Wanita yang berdiri itu telah datang.

‫َجا ََء َمنَ قَا َما‬


Dua lelaki yang berdiri itu telah datang.

‫َجا َءتَ َمنَ قَا َمتَا‬


Dua wanita yang berdiri itu telah datang.

‫َجا ََء َمنَ قَا ُموا‬


Para lelaki yang berdiri itu telah datang.
َ‫َجا َءتَ َمنَ قُم َن‬
Para wanita yang berdiri itu telah datang.

– ‫ َما‬: Untuk yang tidak berakal, laki-laki atau perempuan, mufrad, mutsanna
atau jama’.

Contoh:

َّ ‫أَع َجبَ ِني َما َكتَبتََ ِمنَ ِق‬


َ‫صة‬
Satu kisah yang telah engkau tulis mengagumkan aku.

Atau:

ِ َ ‫صت‬
َ‫ين‬ َّ ِ‫َما َكتَبتََ ِمنَ ق‬
Dua kisah yang telah engkau tulis…

َ َ‫َما َكتَبتََ ِمنَ ق‬


َ‫صص‬
Kisah-kisah yang telah engkau tulus…

3. Isim maushul adalah isim mabni ( kecuali ‫ان‬ ِ َ‫اللذ‬dan ‫َان‬


ِ ‫اللت‬, keduanya
mu’rab seperti i’rabnya mutsanna). Bersamaan dengan tetapnya huruf
terakhir isim maushul tanpa adanya perubahan, maka isim maushul
mabni pada posisi rafa’, nashab atau jar sesuai kedudukannya dalam
kalimat.
Contoh:

ََ ‫ئ الَّ ِذ‬
‫ين نَ َج ُحوا‬ ََ ِ‫كُوف‬
Para lelaki yang berhasil itu diberi hadiah.

( َ‫الَّذِين‬: Isim maushul mabni atas fathah pada posisi rafa’ naibul fa’il – ‫نَ َج ُحوا‬:
Jumlah fi’liyah dari fi’il ‫نَ َج ُح‬dan fa’il wawu jama’ah , jumlah sebagai shilah
maushul)

Contoh:

َ‫ير ِب َجانِ ِبنَا ُمس ِرعَة‬ ِ َ ‫ار َةَ الَّتِي ت‬


َُ ‫س‬ َ َّ‫سي‬ ََّ ‫ِإ‬
َّ ‫ن ال‬
Sesungguhnya mobil yang berjalan di samping kami melaju cepat.

( ‫الَّتِي‬: Isim maushul mabni atas sukun pada posisi nashab badal bagi
isim inna – ‫ِير‬ُ ‫تَس‬: Jumlah fi’liyah dari fi’il dan fa’il, shilah maushul)
4. Shilah maushul bisa berupa:
a. Jumlah fi’liyah, sebagaimana pada contoh-contoh yang telah lewat.

b. Jumlah ismiyah, contoh:

‫ين ُهمَ أَص ِدقَا ِئي‬


ََ ‫ض ََر الَّ ِذ‬
َ ‫َح‬
Telah hadir para lelaki yang mereka adalah teman-temanku.

c. Zharaf, contoh:
َ‫ظرَ ِإلَى اللَو َح َِة الَّتِي أ َ َما َم َك‬
ُ ‫اُن‬
Lihatlah ke papan di depanmu.

d. Jar wa majrur, contoh:

ََ ‫ت األَز َه‬
َ‫ار الَّتِي فِي ال َح ِديقَ ِة‬ َُ ‫قَ َطع‬
Aku memetik bunga-bunga yang di kebun itu.

– Shilah maushul berupa jumlah fi’liyah atau ismiyah disyaratkan harus


mengandung dhamir yang mengikat jumlah tersebut dengan isim maushul
dan harus sesuai dalam hal jenis dan bilangannya. Dhamir ini dinamakan ((al
‘aid )).
Contoh:

َ‫الَل ِتي ت َ َكلَّم َن‬


َ ‫َات‬
َُ ‫س ِيد‬
َّ ‫ت ال‬ َ ‫أَح‬
َِ َ‫سن‬
Para nyonya yang berbicara itu telah berbuat baik.

(Shilah maushul mengandung nun niswah dimana ia mencocoki isim maushul


pada jenis dan bilangannya)
Boleh menghapus ‘aid apabila bisa dipahami dari konteks kalimat.
Contoh:

ُ ‫ين َكافَأ‬
َ‫ت‬ ََ ‫َجا ََء الَّ ِذ‬
Telah datang pria-pria yang telah aku beri hadiah.
(yaitu ‫)الَّذِينَ َكافَأْت ُ ُه ْم‬

Hal tersebut sering terjadi apabila ‘aid berupa dhamir muttashil pada posisi
nashab sebagaimana pada contoh yang lalu.
– Pada shilah maushul berupa zharaf atau jar wa majrur disiratkan fi’il yang
dihapus secara wajib, tersiratnya (( ‫))اِ ْستَقَ َّر‬, contoh:

ََ ‫ت األَز َه‬
َ‫ار الَّتِي فِي ال َح ِديقَ ِة‬ َُ ‫قَ َطع‬
Bunga-bunga yang di kebun itu telah dipetik.

Tersiratnya:

ََ ‫ت األَز َه‬
َ‫ار الَّ ِتي استَقَ َّرتَ فِي ال َح ِديقَ ِة‬ َُ ‫قَ َطع‬
Bunga-bunga yang terletak di kebun itu telah dipetik.

Catatan:
a. Perlu diperhatikan bahwa isim maushul (( َ‫الَّذِين‬, ‫الَلتِي‬dan
َ َ
‫))الَلئِي‬ digunakan
untuk semua jama’ berakal. Untuk jama’ tidak berakal menggunakan isim
maushul (( ‫الَّتِي‬dan ‫)) َما‬.

Contoh:

‫ت الَّتِي َكتَبت َ َها‬ َُ ‫قَ َرأ‬


َِ ‫ت ال َمقَ َال‬
Aku telah membaca makalah-makalah yang engkau tulis.
ِ ‫ن ال َمقَ َال‬
َ‫ت‬ َُ ‫قَ َرأ‬
ََ ‫ت َما َكتَبتََ ِم‬
b. Kata (( ‫ي‬ ُّ َ ‫ ))أ‬kadang menjadi isim maushul apabila memungkinkan
diletakkan pada posisinya isim maushul (( ‫ )) َم ْن‬atau (( ‫ )) َما‬kemudian pada
keadaan demikian ia mu’rab.

Contoh:

ِ ‫يُع ِجبُنِي أَيَ أَدَّى َو‬


ُ‫اجبَ َه‬
Siapa pun yang menunaikan kewajibannya ia mengagumkan aku.

ٌّ َ ‫أ‬: Isim maushul fa’il marfu’ dengan dhammah)


(‫ي‬

Anda mungkin juga menyukai