اَ ْل ُمنَادَى
Munada
Munada adalah isim yang disebutkan setelah huruf nida’ (huruf yang digunakan untuk
memanggil).
Contoh:
ْ ِ( يَا نَائِ ًما اِ ْستَ ْيقWahai orang yang tidur, bangunlah)
ظ
Huruf-huruf Nida’:
Contoh:
Contoh:
Contoh:
ع ْال ُمنَادَى
ُ أَ ْن َوا
(Macam-macam Munada)
1. ٌَم ْنصُوْ ب
Munada selalu manshub dalam 3 (tiga) keadaan.
ٌ ض
a. اف َ ( ُمmudhof)
Contoh:
b. اف
ِ ضَ ( َشبِ ْيهٌ بِ ْال ُمMirip dengan mudhof)
Contoh:
( يَا َسا ِعيًا فِي ْالخَ ي ِْرWahai orang yang berusaha berbuat baik)
ً( يَا َحا ِمالً َحقِ ْيبَةWahai orang yang membawa tas)
Contoh:
Contoh:
b. ٌ( نَ ِك َرةٌ َم ْقصُوْ َدةNakirah yang sudah tertuju pada orang tertentu)
Contoh:
يَا َر ُج ُل
Faidah Munada:
Nakirah ghairu maqshudah dan nakirah maqshudah dapat terlihat dengan jelas
perbedaannya dengan memperhatikan kasus-kasus berikut ini:
1. Orang yang tercebur di sungai padahal ia tidak bisa berenang. Ia meminta tolong pada
orang-orang di sekitarnya untuk dapat menolongnya. Ia tidak peduli siapa yang akan
menolongnya, yang jelas ia minta tolong dan berteriak barangkali ada orang yang
mendengar dan mau menolongnya.
Maka orang ini dalam panggilannya menggunakan bentuk nakirah ghairu maqshudah.
Contoh:
2. Ada orang berkebangsaan Saudi dating ke Indonesia, setelah turun dari pesawat ia
hendak membawa barang-barang bawaannya. Mengingat barang bawaannya cukup
banyak, ia menoleh ke sebelah kanan dan meminta kepada seorang laki-laki yang berada
di sampingnya untuk dapat membantunya. Ia belum begitu kenal siapa orang yang
disampingnya itu, namun ia menginginkan orang di sampingnya yang akan
membantunya.
Maka orang Saudi ini dalam panggilannya menggunakan bentuk nakirah maqshudah.
Contoh:
اع ْدنِي
ِ ( يَا َر ُج ُل َسWahai lelaki bantulah aku)
Untuk kata yang terdapat “ ”الnya, ada beberapa ketentuan dalam pemanggilannya.
Faidah:
1. Khusus untuk lafazh jalalah Allah هللا, hanya boleh menggunakan huruf nida’ يَا.
Contoh:
ُ يَا هللَا
Biasanya untuk memanggil lafzhul jalalah Allah digunakan ( اَللّهُ َّمYa Allah)
Contoh:
3. Jika munada’ mudhof kepada ya’ mutakallim maka ya’ boleh dibuang.
Contoh:
َ !ولَ ِد تَ َع
ال َ Asalnya يَا َولَ ِدي