Anda di halaman 1dari 7

Naat

(Hlm. 51-53)

1. Naat adalah tabi yang menunjukkan sifat bagi isim sebelumnya.


Contoh:



Telah datang seorang pria yang mulia.

adalah naat bagi


( marfu dengan dhammah karena mengikuti isim
marfu)

2. Naat ada dua macam:


-Naat haqiqi, yaitu naat yang menunjukkan kepada sifat bagi yang diikuti.

Contoh:



Telah datang seorang pria yang mulia.

-Naat sababi, yaitu naat yang menunjukkan kepada sifat bagi isim yang
mempunyai kaitan dengan isim yang diikutinya.

Contoh:




Telah datang seorang pria yang mulia saudaranya.

3. Naat haqiqi mengikuti isim sebelumnya dalam hal tarif dan tankir-nya, dalam
hal jumlah dan dalam hal jenis kelamin.[1]
Contoh:



Telah datang seorang pria yang mulia.



Telah datang dua orang pria yang mulia.






Telah datang dua sayyidah yang mulia.



Telah datang para lelaki yang mulia.





Telah datang para sayyidah yang mulia.

Apabila manut (yang disifati) berupa jama bagi yang tidak berakal, maka naat
haqiqinya boleh mufrad muannats atau jama muannats.
Contoh:



Atau



Gunung yang tinggi.

Adapun naat sababi selalu mufrad dan mengikuti isim sebelumnya dalam
hal tarifdan tankir[2] dan mengikuti isim setelahnya dalam hal tadzkir dan tanits.
Contoh:




Telah datang seorang pria yang mulia saudaranya.




Telah datang seorang pria yang mulia dua saudaranya.



Telah datang dua lelaki yang mulia dua saudaranya.




Telah datang para lelaki yang mulia saudara-saudara perempuannya.




Telah datang para sayyidah yang mulia saudara-saudara perempuannya.[3]
4. Naat haqiqi ada tiga macam:
a. Isim zhahir[4], contoh:

Kairo adalah kota yang besar.

( : Naat)

b. Syibhu Jumlah (zharaf atau jar wa majrur)[5], contoh:




Bagi kebenaran ada suara di atas segala suara.

( : Zharaf sebagai naat bagi


)



c. Jumlah ismiyah atau jumlah filiyah (Jumlah tidak menjadi naat kecuali apabila
manutnya nakirah[6]), contoh:



: Naat bagi )
(



Ini adalah amalan yang bermanfaat.

( : Jumlah filiyah sebagai naat bagi )

(Akan datang penjelasan hal tersebut pada pembahasan jumlah dan posisinya
dalam irab di bab ke empat)

[1] Ke empat dalam hal irab.


[2] Dan dalam hal irab.
[3] Lafadz naat sababi berasal dari isim musytaq yang bisa beramal seperti fiil,
yaitu: isim fail, isim maful, shifah musyabbahah, shighah mubalaghah, isim
tafdhil, dan isim nasab.Isim setelahnya diirab sebagai fail atau naibul fail.
Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat pembahasan isim-isim yang beramal seperti
fiil.
[4] Isim zhahir yang bisa menjadi naat ada 11, yaitu:
1. Isim fail, contoh:



Ini adalah seorang lelaki yang memukul.

2. Isim maful, contoh:

Ini adalah budak yang dipukul.

3. Syifah musyabbahah, contoh:



Aku telah melihat seorang lelaki yang baik.

4. Isim tafdhil, contoh:



Aku berpapasan dengan seorang lelaki yang lebih berilmu darimu.

5. Shighah mubalaghah, contoh:




Aku berpapasan dengan seorang lelaki yang suka memukul.

6. Isim isyarah, contoh:



Aku berpapasan dengan Zaid ini.

7. Isim maushul, contoh:



Aku berpapasan dengan Zaid yang telah berdiri.

8. Kata ( ) , contoh:



Aku berpapasan dengan seorang pria yang berharta.

9. Isim nisbah, contoh:



Aku berpapasan dengan seorang pria Damaskus.

10. Lafadz yang menunjukkan kesempurnaan misalnya ( ) , contoh:



Zaid pria benar-benar pria.

11. Bilangan, contoh:



Ini adalah pokok-pokok yang tiga.

(Al Kawakib ad Durriyyah, hlm. 519-522)

[5] Syibhu jumlah tidak menjadi naat kecuali apabila manutnya nakirah.
Apabilah marifah maka irabnya sebagai hal.
[6] Apabilah marifah maka irabnya sebagai hal.

Anda mungkin juga menyukai