Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

QUNUT, ADZAN, IQOMAH, DZIKIR DAN DOA

Di ajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi mata kuliah Fiqih yang diampu:

Yuliyanti, M.Pd.I

Disusun Oleh :

1.Eka Yulia Indah Sari

2.Maudi Eka Priyanti

3.Reni Sanjaya

JURUSAN: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) E

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang qunut,
adzan, iqomah, dzikir dan do‟a.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Qunut, azan, iqomah, dzikir dan do‟a adalah hal yang saling berhubugan.Dzikir
sebagai sebutan dan ingat kepada Allah merupakan pendahuluan do‟a. Orang dapat berdo‟a
bila ia menyebut nama Allah dan ingat kepada-Nya, yang merupakan tujuan kepada siapa ia
memanjatkan do‟a. Dengan mulut dan hati yang berdzikir, diharapkan orang yang berdo‟a
tergerak melakukan perbuatan yang sesuai dengan kehendak nama yang ia sebut dalam
dzikir.

Dzikir menempati sentral amaliah jiwa hamba Allah yang beriman, karena dzikir
adalah keseluruhan getaran hidup yang digerakkan oleh kalbu dalam totalitas ilahi.Totalitas
inilah yang mempengaruhi aktivitas hamba, gera-gerik hamba, kediaman hamba, kontemplasi
hamba, dan saat-saat hamba istirab dalam tidurnya.Dzikir yang memenuhi ruang-ruang kalbu
kita adalah dzikir yang tidak pernah dibatasi oleh ruang dan waktu. Jika waktu muncul akibat
gerakan-gerakan empisi, maka dzikir yang hakiki tidak pernah memiliki waktu, kecuali
waktu ilahi itu sendiri

B.Rumusan Masalah

a) Apa pengertian qunut, azan, iqomah, dzikir dan do‟a ?


b) Apa saja manpaat – manpaat qunut, azan, iqomah, dzikir dan do‟a ?
c) Apa hukum membaca qunut, azan, iqomah, dzikir dan do‟a ?
d) Apa kelebihan mengamalkannya ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Adzan

Asal makna azan ialah “memberitahukan”. Yang dimaksud disini ialah


“memberitahukan bahwa wakyu shalat telah tiba dengan lafadz yang telah ditentukan dengan
syara”. Azan dimaksudkan untuk memberitahukan bahwa waktu shalat telah tiba dan
menyerukan untuk melakukan shalat berjamaah.

Adzan menurut arti bahasa berarti pemberitahuan, sedangkan menurut terminology


syara‟, adzan adalah pemberitahuan khusus yang bertujuan untuk melakukan shalat, baik
pada waktunya maupun waktunya telah lewat, dengan kalimat-kalimat tertentu dan dengaan
cara tertentu, dilakukan ditempat yang tinggi dengan suara yang keras untuk memberitahukan
waktu shalat.

1.Hukum Adzan
Kalangan ahli fiqih berselisih pendapat mengenai hukum adzan, apakah fardu kifayah
ataukah fardu ain, dalam rangka untuk melaksanakan shalat jamaah ataukah sunnah
muakkadah. Pangkal perselisihan mereka bersumber pada makna perintah dalam beberapa
hadist yang memerintahkan adzan, apakah perintah dalam hadis tersebut berarti wajib
ataukah sunnah.

Kalangan yang menyatakan wajib berpegang pada prinsip bahwa hukum asal dalam

kata perintah adalah wajib, dan ini dikuatkan dengan kebiasaan nabi yang selalu
melakukannya, baik ada saat bepergian maupun tidak. Sedangkan kalangan yang
menyatakan sunnah muakkadah memberi penekanan bahwa tujuan adzan adalah untuk
mengumpulkan orang-orang dalam rangka melakukan shalat jamaah dan Nabi pernah
meninggalkannya pada malam di Muzdhalifah.

1. Keutamaan Adzan

Keutamaan adzan sangat besar dan pahalanya sangat banyak, sebagai mana yang dipaparkan
dalam beberapa hadis, diantaranya hadis narasi Mu‟awiyah bahwasanya Nabi bersabda “para
mu‟adzin adalah manusia yang paling panjang lehernyapada hari kiamat.”[1]
Diriwayatkan juga oleh Abdullah Bin Abdurahman bahwasanya Abu Sa‟id Al-Khudri pernah
berkata kepadanya, “jika kau sedang menggembala ditengah kerumunan kambingmu atau
berada dipadang pasirmu, maka kumandangkan adzan shalatdan keraskanlah suaramu
dalam mengumandangkannya. Sebab tidak ada jin, manusia, atau apaun yang mendengar
gaungadzan seorang muadzin kecuali iya akan bersaksi baik untuknya kelak di hari
kiama. Aku mendengar hal ini dari Rasulullah.”[2]

2. Lafadz Adzan

(2x) ‫ َا ُهلل َا ْك َابر‬،‫َا ُهلل َا ْكبَار‬


(2x) ‫َا ْ َا ُهلل َا ْ َا ِا َا َا ِا َّال ُهلل‬
(2x) ‫ِا‬ ‫َا ْ َا ُهلل َا َّال ُهللم َاح َّالم ً َا ُهلل ْ ُهلل‬
(2x) ‫ل َا ِا‬ ‫َا َّال َاعلَاى َّال‬
(2x) ‫َا َّال َاعلَاى ْ َا َا ِا‬
(1x) ‫ َا ُهلل َا ْكبَار‬, ‫َا ُهلل َا ْكبَار‬
(1x) ‫َا ِا َا َا ِا َّال‬

Allaahu Akbar Allaahu Akbar. (2X)


Asyhadu an laa illaaha illallaah. (2X)
Asyhadu anna Muhammadar rasuulullah. (2X)
Hayya 'alas-shalaah (2X)
Hayya 'alal-falaah. (2X)
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar (1x)
Laa ilaaha illallaah (1x)

Artinya :
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar.
Aku menyaksikan bahwa tiada Tuhan selain Allah.
Aku menyaksikan bahwa nabi Muhammad itu adalah utusan Allah.
Marilah Sembahyang (sholat).
Marilah menuju kepada kejayaan.
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar.
Tiada Tuhan selain Allah.
Untuk Adzan yang dikumandangkan saat akan sholat shubuh, maka tambahkan lafadz :

‫لَّص ْم ِم‬ ‫ِم َا‬ ‫َا ْم ٌر‬ ‫ل َاةُة‬


‫َا َّص‬ ( Ash-shalaatu khairum minan-nauum )

yang artinya “ Sholat itu lebih baik dari pada tidur ” dan dibaca 2x setelah
lafadz Hayya'alal-falaah ( ‫علَاى ْم َا َا ِم‬
‫) َا َّص َا‬.

Do’a sesudah adzan:


‫ث َا ِمّم َال َان ُة َاح َّص َال ن ْم َا ِم ْملَاتَا‬
‫ِم‬ ‫ْم َا اِم َا ِمت‬ ‫ل َا ِمة‬ ‫َا ِم ِم َّصل ْمع َا ِمة خ َّص ّم ِمت َا َّص‬ ‫لَّص ُة َّص َا َّص‬
‫ْما َال ْم ُة َا َا ً َّص ْمح ُة ْم َاد إ َّص ِم ْم َا َا‬
‫ع ْملح َا ُة‬ ‫َّص ِم َالتَا َا‬ ‫ل َا َا َا َّصل َا َا تَا َال ِم َاتَا‬ ‫َا َّص‬ ‫َا ْم َا ِم ْملَاتَا‬
‫ُة ْم ِم ْملَا ِمد‬ ‫إِمنَّص َا َاح ُة ْم ِمل‬

" Allahumma rabba haadzihid-da‟watit taammah wash-shalaatil-qaa'imah, aati sayyidinaa


Muhammadanil-wasiilata wal-fadhiilah wasy-syarofa wad-darojatal-'aaliyatar-rofii'ah, wab'
atshul-maqaamam-mahmuudanil-ladzii wa‟adtah innaka laa tukhliful-mii‟aad. "

Artinya : “Ya Allah, penguasa panggilan yang sempurna (adzan dan


qomat) dan shalat yang didirikan, berikanlah kepada nabi Muhammad
washilah, keanugerahan, kemulyaan, dan derajat yang luhur,
keistimewaan dan tempatkanlah di tempat yang mulia yang telah Engkau
janjikan. Sesungguhnya Engkau tidak (pernah) menyalahi janji. ”

2.2 CARA IQAMAH


Ada tiga cara dalam iqamah, yaitu sebagai berikut:

‫ َا ُة‬، ‫َا ْمكبَا َا ُة َا ْمكبَا‬


‫ِمإ َّص ُة ِم َا َا َا َا ْمن َا ْم َا ُةل‬
‫ِم َا ُة ْم ُة ُة َاح َّص ًل َا َّصن َا ْم َا ُةل‬
‫علَاى َا َّص‬ ‫ل َا ِمة َا‬ ‫َّص‬
‫علَاى َا َّص‬‫ْم َا َا ِم َا‬
‫ل َاةُة‬ ‫ل َاةُة َا َا ِم‬
‫ج َّص‬ ‫ َّص‬، ‫ج َا ْمل‬ ‫َا ْمل َا َا ِم‬
‫ َا ُة‬، ‫َا ْمكبَا َا ُة َا ْمكبَا‬
‫ِمإ َّص ِمإ َا َا َا‬
Note : Bacaan iqomah hanya dibaca 1x saja

Bacaan lafadz iqomah versi latin ( Tulisan indonesia )

Allaahu Akbar Allaahu Akbar (1x)


Asyhadu an laa illaaha illallaah (1x)
Asyhadu anna Muhammadar rasuulullah (1x)
Hayya 'alas-shalaah (1)
Hayya 'alal-falaah (1)
Qad qaamatish-shalaah, Qad qaamatish-shalaah (1)
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar (1)
Laa ilaaha illallaah (1)

Artinya :

Allah Maha Besar, Allah Maha Besar.


Aku bersaksi bahwa Tiada Tuhan melainkan Allah.
Aku bersaksi bahwa nabi Muhammad itu adalah utusan Allah.
Marilah Sembahyang (sholat).
Marilah menuju kepada kejayaan.
Sesungguhnya sudah hampir mengerjakan sholat.
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar.
Tiada Tuhan melainkan Allah.

Semua model atau cara adzan maupun iqamah ni sama-sama berasal dari Nabi, sehingga
barangsiapa yang mengerjakannya dengan salah satu cara tersebut, maka ia telah
mengamalkan sunnah dengan tepat.

1. SUNNAH-SUNNAH ADZAN DAN IQAMAH

Sunnah-sunnah adzan dan iqamah antara lain sebagai berikut:


a. Berdiri di tempat yang tinggi jika meman diperlukan, sambil menghadap kiblat, dan
menolehkan ke kanan sekali ketika mengumandangkan kalimat hayya „ala al-falaah. An-
Nawawi mengatakan:cara seperti ini adalah cara yang paling tepat. Abu Juhaifah
mengatakan: ketika Bilal sedang Adzan, aku perhatikan mulutnya ke sana sini, ke kanan dan
ke kiri saat mengumandangkan: hayya „ala ash-shalaat dan hayya „ala al-falah.[9]
b. Pengumandang adzan maupun iqamah disunnahkan sudah baliqh, adil, brsuara nyaring dan
merdu, namun suara iqamah sebaiknya lebih pelan dari pada adzan, dan juga suci dari hadats.
Karena itu, makruh hukumnya jika adzan dan iqamah dilakukan oleh anak kecilyang
sudah mumayyis sekalipun, orang fasik, dan orang yang berhadats, apalagi junub, terlebih lagi
ketika iqamah, karena ia sudah mendekati sahalat.
c. Khusus untuk adzan, disunnah agar suara adzan tersebar (terdengar luas) ke seluruh wilayah
desa.
d. Adzan dikumandangkan dengan ritme lambat, yaitu tiap dua kaliat adzan
dipisahsaktah(pemberhentian) yang sangat tipis. Sementara iqamah disunnahkan dibaca
dengan ritme cepat
e. Iqamah sebaiknya oleh orang yang sebelumnya mengumandangkan adzan, namun boleh
juga menurut kesepakatan ulama dilakukan oleh orang lain. Imm Syafi‟I berkata: Jika
seseorng mengumandangkan adzan, maka sebaiknya iya juga yang membaca iqamah. At-
Tarmidzi menambahkan: kebanyakan ahli ilmu mengamalkan hal ini, yaitu bahwa orang yang
adzan ia juga yang iamah”.

2. Berdzikir (berdoa) ketika adzan


Orang yang mendengarkan adzan dan iqamah dianjurkan untuk menirukan
ucapanmu‟adzin dan orang yang iqamah kecuali dalam dua ucapan; hayya „ala ash
shalat danhayya „ala al-falah.Di sini, orang yang mendengarka disunnahkan untuk
mengucapkanlaa haula wala quwata illaa billaah. Dalil mengenai hal tersebut cukup banyak
dari khazanah sunnah.[10]
An-Nawawi mengatakan: Sahabat-sahabat kami (dari kalangan mazhab Syafi‟i)
menyatakan, sunnah hukumnya bagi orang yang mendengarkan adzan untuk mengucapkan
sebagaimana yang diucapkan mu‟adzi kecuali ucapan hayyan‟ala ash-shalat dan hayya „ala
al-falah. Kesamaan ucapan ini menunjukkan keridhaanya atas kalimat yang terucap hayya
„ala ash-shalaat dan hayya „ala al-falaah adallh ajakan untuk shalat dan ini tidak pantas
diycapkan selain oleh mu‟adzin, sehingga pendengar disunnahkan untuk berzikir dengan
yang lain dan dzikir tersebut adalah laa haula walaa quwwata illa billaah. Dzikir tersebut
merupakan ekspresi kepasrahan kepada Allah”. Disebutkan dalam Shahiih Al-Bukharin dan
Shahiih Muslim dan Abu Musa Al-Asy-ari, bahwasanya Rasulullah besabda: Laa haula
Walaa quwwata illaa billah adalah salah satu harta simpanan surga.”[11]

3. Syarat Adzan dan Iqamah

· Tertib setiap bagiannya


· Orang yang adzan laki-laki
· Muslim
· Berakal
· Mumayyiz

C. DZIKIR
Dzikir berasal dari bahasa Arab: ZHIKR, mempunyai 3 arti, yaitu: ingat, sebut, dan
ajaran.Yang dimaksud dengan kata-kata dzikir dikalangan umat islam
ialah ZHIKRULLAH, yatu mengigat akan Allah, mempelajari dan membaca firman-firman
Allah (kitab suci al-Qur‟an).
Ingat adalah pekerjaan hati (akal) semata,sedangkan sebut ialah mengingat dengan
mengikut sertakan lidah. Mengingat Allah dengan hati atau akalsaja adalah baik, tetapi
dengan menurut sertakan lidah(sebutan) adalah lebih baik. Berati mengingat Allah dengan
jiwa dan raga bersama-sama.
Seluruh ayat kitab suci al Qur‟an bila kita ingat, sebut atau pelajari, itu adalah
zikir.Kita pikirkan atau pelajari kejdian langit dan bumi dengan segala isinya, alau teringat
kita kepada Allah yang mencptakan dan yang mengatunya, itu adalah zikir.Semua itu dapat
kita lakukan sedang duduk, berdiri (bekerja) atau berbaring. Tetapi cara yang paling hebat
berzikir itu ialah dengan mlakukan shalat. Shalat ialah mengingat Allah dengan cara
istimewa, sempurna sebab shalat itudilakukan dengan memenuhi 13 rukun, 6 syarat dan lebih
kurang 20 sunnat-sunnatnya. Bila salah satu dari rukun dan syaratnyaterlanggar dalam shalat,
maka tidaklah sah shalat itu.
Allah meerintahkan ita agar sebaiknya banyak-banyak mengingat Allah dengan hati,
sebanyak-banyaknya pula mengingat Allah degan lisan(kata-kata dan membaca ayat al-
Qur‟an) dan sebanyak-banyaknya pula melakukan shalatdan wajib dan yang sunnah.
Di antara ucapan-ucapan yang sangat besar artinyabila kita ucapkan ada lima kalimat,
yang kelimanya di dalam al-Qur‟an diberi nama “AL-BAQIYAATUS SHALIHAAT”, yaitu
manfaatnya akan terus menerus tidak akan putus selamanya.

D. QUNUT

1. Qunut Nazilah yaitu : Qunut yang dibaca dalam shalat fardu ketika umat islam
menghadapi bahaya, wabah penyakit, bencana atau tantangan dari orang kafir. 2. Qunut
subuh atau Qunut witir yaitu : qunut yang dikerjakan pada saat i‟tidal rakaat ke-2 dalam
shalat subuh atau witir Dalil-dalil Qunut1. Hukum Doa Qunut pada Shalat
Shubuh Beberapa perbedaan dalam membaca doa qunut pada shalat shubuh : Mazhab Syafi‟i
dan Maliki, membaca doa qunut setiap shalat subuh sesudah rakaat kedua dengan
menempatkan dalam posisi sunat muakkad dan ada pula pengikutnya mengatakan sunat
saja. Pendapat ini didasarkan pada beberapa hadis, antara lain hadis dari Anas bin
Malik “Sesungguhnya Anas bin Malik ditanya : Apakah Nabi AS membaca doa qunut pada
shalat Subuh ? Maka Anas mengatakan : Ya. Berkata lagi sahabat kepadanya : Apakah
sebelum ruku‟ atau sesudahnya ? Anas berkata : Sesudah ruku‟. Dan sebagaimana
diriwayatkan Ahmad dkk.bahwa Anas berkata : Rasulullah saw. tidak pernah berhenti
mengerjakan doa qunut pada shalat subuh sampai beliau meninggal dunia”.[12] Sebagian
pengikut mazhab Maliki menganggap harus ada doa qunut pada waktu Subuh dan apabila
tidak dikerjakan, mereka menganggap shalat itu tidak sah. Dalam kitab “Barang siapa
meninggalkan qunut pada shalat subuh, maka shalatnya batal”. Mazhab Abu Hanifah dan
Hambali, tidak ada doa qunut pada shalat subuh, didasarkan pada hadis Anas bin Malik
:“Sesungguhnya Nabi SAW. tidak pernah membaca doa qunut pada shalat Subuh kecuali
pada saat mrndoakan keselamatan suatu kaum. Dan diriwayatkan Zubair : Khulafaur
Rasyidin yang tiga (Abu Bakar, Umar dan Usman), sesungguhnya mereka tidak membaca
doa qunut pada shalat Subuh. Bacaan Doa Qunut:

‫ َا ح َا َا َّصلِم ْمى ِم ْم َا ْم ح َا َا َّص ْمجَا‬, ‫ع َا ْمجَا ِم ْم َا ْم‬ ‫ع ِملِمى َا‬ ‫ َا َا‬, ‫َا لّم ُة َّص َا َال ْمجَا‬ ‫ْم ِمل ِمن ْمى‬ ‫ِم ْم َا ْم‬
‫علَا ْم َا‬
‫ َا َّص َا َا ِملِم ْم َا‬، ‫ض ْمجَا‬ ‫ ُة ْم َاى َا َا ح َا ْم ِم ْمى نَّص َا َا ِم قَاََا َا‬, ‫ْم َا ْمع َا ْمجَا‬ ‫ِم ْمى ِم ْم َا َا اَا ِم‬
‫ َا ح َا َال َا ْمجَا َا اَّص َال حَابَا َا كْمجَا‬, ‫ع َاد ْمجَا‬
‫ َا ْم َا ِمل ُّز َا َا َا‬, ‫َا ْم َا ِم ُّز َا‬ ‫َّصن ُة َا ِم َا َا ْمجَا‬
‫ َا َا ْم خ َا ْم ِم ُة َا َا َاح ُة ْم ُة ِم َا ْم َا‬, ‫علَاى ْم َاح ْم ُةل‬ ‫َالَا َا َا َا ْمجَا َا َا‬
‫علَاى‬
‫علَاى ُة َا َا لَّصى ْم ُة ِمّم ِمّم َا َالَّص َا َا َاحْم ِمب ِم ِم ِم َا َا‬ ‫لَّصبِم ِمّم ُة َاح َّص ٍدل َا ِمّم َالنَا َا‬
Artinya :
Ya Allah tunjukkanlah akan daku sebagaiman mereka yang telah Engkau tunjukkan
Dan berilah kesihatan kepadaku sebagaimana mereka yang Engkau telah berikan kesihatan
Dan peliharalah daku sebagaimana orang yang telah Engkau peliharakan
Dan berilah keberkatan bagiku pada apa-apa yang telah Engkau kurniakan
Dan selamatkan aku dari bahaya kejahatan yang Engkau telah tentukan
Maka sesungguhnya Engkaulah yang menghukum dan bukan kena hukum
Maka sesungguhnya tidak hina orang yang Engkau pimpin
Dan tidak mulia orang yang Engkau memusuhinya
Maha Suci Engkau wahai Tuhan kami dan Maha tinggi Engkau
Maha bagi Engkau segala pujian di atas yang Engkau hukumkan
Ku memohon ampun dari Engkau dan aku bertaubat kepada Engkau
(Dan semoga Allah) mencurahkan rahmat dan sejahtera ke atas junjungan kami Nabi
Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

E. DO’A

Menurut bahasa Do‟a berasal dari Bahasa Arab ‫ عاء‬yang merupakan bentuk masdar
dari mufrad ‫د عى‬yang memiliki bermacam-macam arti. Dalam kamus Bahasa Arab di bawah
judul huruf ‫د‬, ‫ع‬, ‫و‬disebutkan sebagai berikut:
1. ‫د عى‬, ‫ي ع‬, ‫دع‬artinya menyeru, memanggil.
2. ‫د ع‬, ‫ي ع‬, ‫دعاء‬artinya memanggil, menDo‟a, memohon, meminta.
3. Dalam bentuk jama‟nya ‫ دعية‬artinya Do‟a, permohonan, permintaan.
4. ‫دعاء‬ artinya menDo‟akan kebaikan kepadanya.
5. ‫ علي دعاء‬artinya menDo‟akan keburukan atau kejahatan kepadanya.
6. ‫د ع‬artinya orang yang memanggil, orang yang menyeru, orang yang memohon.
7. Dan ‫ عاء‬adalah bentuk masdarnya, yang pada umumnya diartikan sebagai suatu keinginan
yang besar kepada Allah SWT dan pujian kepadaNya.
Sedang menurut istilah Do‟a berarti memohon kepada Allah SWT secara langsung
untuk memperoleh karunia dan segala yang diridhoiNya dan untuk menjauhkan diri dari
kejahatan atau bencana yang tidak dikehendakinya.Do‟a juga dapat diartikan permohonan
(harapan, permintaan, pujian) kepada Tuhan.
- Dasar Hukum
Menurut ajaran Islam, berDo‟a termasuk salah satu ibadah dan pengabdian kepada
Allah SWT. Yang menjadi dasar adalah :
Al-Quran Surat AL-Baqaroh ayat :186
Artinya : Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka
(jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang
berDo’a apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.
- Syarat-syarat agar terkabul Do’anya
a. Beriman dan memenuhi kewajiban kepada Alloh SWT(QS.AL-Baqarah:186)
b. Memperbanyak Istghfar (mohon ampun) kepada Allah SWT sebelum berdo‟a (QS.Nuh:10-
12)
Artinya:
Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -
sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-,11. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan
kepadamu dengan lebat,12. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan
Mengadakan untukmu kebun-kebun dan Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu
sungai-sungai.

c. Yakin bahwa do‟a yang diucapkan itu akan dikabulkan Alloh SWT(QS.AL Mukmin:60)
d. Berdo‟a disertai dengan usaha (QS.AL-Ra‟du:11)
Artinya :Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran,
di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya
Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768]
yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap
sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung
bagi mereka selain Dia.
e. Menolong orang lain yang membutuhkan.
f. Barangsiapa ingin agar do‟anya terkabul dan kesulitan-kesulitannya teratasi hendaklah dia
menolong orang yang dalam kesempitan. (HR. Ahmad).
- Waktu yang makbul untuk berdo’a
a. Pada hari jum‟at.(HR.At-Tis‟ah dengan lafadz Al-Bukhori;dan HR.Muslim dan Abu Daud
dengan lafadz dari Muslim)
b. Waktu berpuasa.(HR.At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
c. Waktu sepertiga malam terakhir. Rasulullah Saw ditanya, “Pada waktu apa Do‟a (manusia)
lebih didengar (oleh Allah)?” Lalu Rasulullah Saw menjawab, “Pada tengah malam dan pada
akhir tiap shalat fardhu (sebelum salam).” (Mashabih Assunnah)
d. Waktu antara adzan dan iqomat.
Dari Anas Radliyallaahu „anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu „alaihi wa Sallam
bersabda: “Do‟a antara adzan dan qomat tidak akan ditolak.” Riwayat Nasa‟i dan
selainnya.Hadits shahih menurut Ibnu Hibban.
e. Waktu sujud.(HR.Muslim,An-Nasa;i.Abu Daud,dan Ahmad,dengan lafadz dari Muslim)
- Adab Berdo’a
a. Mangangkat tangan ketika berdo‟a. Sesungguhnya Allah Maha Pemalu dan Maha Murah
hati. Allah malu bila ada hambaNya yang menengadahkan tangan (memohon kepada-Nya)
lalu dibiarkannya kosong dan kecewa.
b. Memulai dengan memuji Allah SWT dan bershalawat atas nabi Muhammad SAW serta
menutup dengan Hamdallah.(HR.Ashabud sunan dengan lafadz dari Abu Daud)
c. Berdo‟a dengan tadharru‟ (merendahkan diri) dan suara perlahan.(QS.Al-A‟rof:55)
d. Menutup dengan hamdallah.(QS.Yunus :10)
Ø Orang-orang yang makbul Do’anya
Ada tiga orang yang tidak ditolak Do‟a mereka:
a. Orang yang berpuasa sampai dia berbuka;
b. Seorang penguasa yang adil;
c. Dan Do‟a orang yang dizalimi (teraniaya). Do‟a mereka diangkat oleh Allah ke atas awan
dan dibukakan baginya pintu langit dan Allah bertitah, “Demi keperkasaanKu, Aku akan
memenangkanmu (menolongmu) meskipun tidak segera.” (HR. Tirmidzi)
- Tiga macam Do‟a dikabulkan tanpa diragukan lagi, yaitu Do‟a orang yang dizalimi, Do‟a
kedua orang tua, dan Do‟a seorang musafir (yang berpergian untuk maksud dan tujuan baik).
(HR. Ahmad dan Abu Dawud).
- Cara Allah SWT mengabulkan Do’a
Setiap do‟a pasti akan dikabulkan tetapi Allah mempunyai beberapa cara
mengabulkanya, baik secara langsung maupun ditangguhkan/ ditunda.
Tiada seorang berdo‟a kepada Allah dengan suatu Do‟a, kecuali dikabulkanNya, dan
dia memperoleh salah satu dari tiga hal, yaitu dipercepat terkabulnya baginya di dunia,
disimpan (ditabung) untuknya sampai di akhirat, atau diganti dengan mencegahnya dari
musibah (bencana) yang serupa. (HR. Ath-Thabrani).
Ø Lafadz-lafadz Do’a
Pada prinsipnya lafadz-lafadz do‟a yang dapat dan baik digunakan untuk berdo‟a
adalah do‟a yang terdapat dalam Al-Quran dan Sunnah Maqbukllah (Shahihah). Ini berkaitan
do‟a sebagai salah satu ibadah,kecuali untuk do‟a-do‟a tertentu yang memang tidak di
temukan dalam Al-Quran dan Sunnah maqbullah , maka boleh menggunakan lafadz dan
bahasa yang lain.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa Do‟a adalah
otaknya (sumsum/intinya) ibadah, selain itu
Do‟a adalah senjata seorang mukmin dan tiang (pilar) agama serta cahaya langit dan bumi.
Pengembalian diri seseorang hanyalah kepada Sang Pencipta Allah SWT dengan melakukan
ibadah,karena do‟a termasuk ibadah maka dapat dipanjatkan tatkala tidak dalam menghadapi
permasalahan yang rumit.
Sedangkan dzikir adalah mengingat Allah SWT dengan maksud untuk mendekatkan diri
kepadaNya. Kita diperintahkan untuk berdzikir kepada Allah untuk selalu mengingat akan
kekuasaan dan kebesaranNya sehingga kita bisa terhindar dari penyakit sombong dan
takabbur.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim Mahmud, Terapi Dengan Dzikir Mengusir Kegelisahan & MerengkuhKetenangan
Jiwa, Misykat (Jakarta: Mizan Publika, 2004).
Departemen Agama, Yayasan Penyelenggara Penterjemah al-Qur‟an, (Semarang: Tanjung Mas Inti,
1992).
In‟ammuzahiddin Masyhudi, Nurul Wahyu A, Berdzikir dan Sehat ala Ustad Haryono,
(Semarang: Syifa Press, 2006).
M. Amin, Aziz, Tirmidzi Abdul Majid, Analisa Zikir dan Doa, (Jakarta: Pinbuk Press, 2004).
M. Afif Anshori, Dzikir Demi Kedamaian Jiwa Solusi Tasawuf Atas Manusia Modern, (YogyakartaL
Pustaka Pelajar, 2003).

[1] HR. Muslim.


[2]HR. Malik dalam Al-Muwathatha‟ (1/69), Ahmad, Al-Bukhari, dan An-Nasa‟i.
[3] HR. Muslim
[4] HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Ibnu Khuzaimah dengan status
yang dinyatakannya shahih.
HR. Ahmad, Dawud (500), dan Al-Baihaqi (1/393). Didalam angkaian sanadnya ada
nama Muhammad bin Abdul Malikbin Abu Mahdzurah yang statusnya tidak diketahui, tetapi
ada bukti-bukti (syawahid) yang menguatkan.
[6] HR. Ahmad (III409), Abu Dawud (502), dan Ibnu Majah (709).
[7] Muttafaq‟alaih
[8] HR. Al-Bukhari.
[9]HR. Al-Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi (917), Ahmad (IV/308), dan Ibnu Khuzaimah
(387).
[10] HR. muslim.
[11]HR. AL-Bukhari dan Muslim.
[12] M. Hanif Muslih, Keshahihan Dalil Qunut dari Petunjuk Al-Qur‟an dan Al-Sunnah,
(Penerbit Santri, 1997). Hlm. 5.

Anda mungkin juga menyukai