A. Pendahuluan
Hipertensi atau secara awam disebut tekanan darah tinggi. Hipertensi merupakan salah
satu penyakit tidak menular (PTM) dan menjadi prioritas masalah kesehatan di Indonesia
maupun di seluruh dunia. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah nilai pengukuran
tekanan darah sistolik (TDS) ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik (TDD) ≥ 90
mmHg. Hipertensi tidak memberikan keluhan dan gejala khas sehingga banyak penderita
tidak menyadarinya. Oleh sebab itu hipertensi dijuluki the silent killer atau “pembunuh
diam-diam”. Hipertensi akan menyebabkan kerusakan sejumlah organ penting, yaitu
jantung, otak, ginjal, dan retina mata, bahkan hipertensi dapat menyebabkan disfungsi
ereksi.
Penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua, yaitu : Hipertensi primer (esensial) atau
tidak diketahui penyebabnya (idiopatik) merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi.
Hipertensi sekunder merupakan 10 % dari seluruh kasus hipertensi. Peningkatan tekanan
darah sekunder karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit parenkim
ginjal (glomerulonefritis, stenosis arteri renalis), tumor kelenjar adrenal, penyakit tiroid,
coarctatio aorta, obat-obatan, alkohol, kokain dan hipertensi kehamilan.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menemukan beberapa hal penting,
yaitu : Prevalensi hipertensi umur > 18 tahun di Indonesia mencapai 31,7%, tetapi tak
lebih dari seperempat kasus yang terdiagnosis dan mendapat terapi. Tingginya prevalensi
hipertensi dan rendahnya proporsi kasus yang ditangani dengan baik, adalah cermin
pelayanan kesehatan yang kurang baik, khususnya pengendalian PTM di Indonesia.
Penyebab kematian tertinggi di Indonesia adalah stroke (15,4%), diikuti penyakit jantung
iskemik dan penyakit jantung lainnya (9,7%). Tuberkulosis (7,5%), hipertensi (6,8%),
cedera akibat kecelakaan (6,5%), perinatal (6,0%), diabetes mellitus (5,7%), tumor
(5,7%), penyakit hati (5,2%), penyakit saluran napas bawah (5,1%). Namun, perlu diingat
bahwa hipertensi dan DM adalah factor risiko yang menyebabkan kematian melalui
infark miokard, gagal jantung, stroke atau gagal ginjal. Rendahnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya pola hidup sehat menjadi factor risiko
terjadinya hipertensi. Faktor risiko hipertensi yang tidak dapat diubah; umur, jenis
kelamin, keturunan, sedangkan factor risiko hipertensi yang dapat diubah;
kegemukan/obesitas, kurangnya aktifitas fisik, asupan garam (natrium) berlebihan,
kurang konsumsi sayur dan buah, dislipidemia, stres psikologis (cemas, marah, depresi,
koping mekanisme), merokok dan konsumsi alcohol.
Salah satu tugas dosen dalam melaksanakan Catur Dharma Perguruan Tinggi
Muhammadiyah (PTM) adalah pengabdian masyarakat. Seorang dosen wajib melakukan
pengabdian masyarakat sesuai keahlian di bidangnya. Pendidikan kesehatan adalah upaya
memberikan informasi kepada individu, keluarga dan masyarakat. Hal ini sangat penting
untuk memberikan wawasan kepada pasien dan keluarga dalam upaya promotif dan
preventif terjadinya hipertensi dan komplikasinya.
B. Tujuan
Tujuan kegiatan pendidikan kesehatan pada penderita hipertensi adalah :
1. Meningkatkan pengetahuan dan perubahan perilaku penderita hipertensi
2. Meningkatkan upaya promotif dan preventif serta kepatuhan penderita hipertensi
3. Mencegah komplikasi hipertensi lebih lanjut
C. Nama Kegiatan
Kegiatan ini bernama “Pendidikan Kesehatan Pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Pringsewu”.
D. Sasaran Kegiatan
Sasaran dalam kegiatan ini adalah penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Pringsewu.
H. Metode Kegiatan
Metode kegiatan pendidikan kesehatan pada penderita hipertensi ini adalah :
1. Mengukur tekanan darah
2. Ceramah
3. Tanya jawab
4. Diskusi
I. Media/Alat Kegiatan
Media/alat yang digunakan untuk kegiatan ini adalah : laptop, LCD, layar/slide, sound
system, buku saku.
J. Pengorganisasian Kegiatan
Demi kelancaran pelaksanaan kegiatan pendidikan ini maka disusun struktur organisasi
(terlampir).
L. Penutup
Demikianlah proposal ini kami buat, agar kiranya kegiatan ini bermanfaat bagi
masyarakat, khususnya penderita hipertensi dan penyuluhan kesehatan sebagai salah satu
kegiatan pengabdian masyarakat bagi dosen. Amin.
Mengetahui
Ketua STIKes Muhammadiyah Pringsewu
Lampiran 1
STRUKTUR ORGANISASI
KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN PASIEN HIPERTENSI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PRINGSEWU
Lampiran 2
Mengetahui
Ketua STIKes Muhammadiyah Pringsewu
Lampiran 3
PENDIDIKAN KESEHATAN
PADA PENDERITA HIPERTENSI
d. Ras
Tekanan darah tinggi lebih umum diderita warga kulit hitam ketimbang ras lainnya, dan itu
menimpa mereka di usia yang lebih muda.
a. Stroke
Jika arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, maka aliran darah
ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami
aterosklerosis dapat melemah shg meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma dan
rupturnya pembuluh darah (robeknya aneurisma).
b. Infark miokardium (MCI), terjadi bila arteri koroner yang mengalami aterosklerosis tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat
aliran darah melalui pembuluh tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertropi ventrikel, maka
kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemik jantung
yang menyebabkan infark. Demikian juga, hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-
perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel shg terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan
peningkatan resiko pembentukan bekuan.
c. Gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal,
glomerolus sehingga darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu
dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus,
protein akan keluar melalui urin shg tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan
edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.
d. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang
meningkat cepat) menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam
ruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron di sekitarnya kolaps dan terjadi
koma serta kematian.
Keterangan :
ACEI (Angiotensin converting enzyme inhibitor), ARB (Angiotensi Receptor Blocker), BB ( Beta
Blocker), CCB ( Calcium Channel Blocker).†Terapi kombinasi awal harus digunakan hati-hati pada
mereka yang berisiko untuk hipotensi ortostatik. ‡ Mengobati pasien dengan penyakit ginjal kronis
atau diabetes untuk tujuan tekanan darah <130/80 mmHg.
Daftar modifikasi gaya hidup menurut Joint National Committee Seventh (JNC VII) 2003
DAFTAR PUSTAKA