Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi, sholawat serta salam semoga
dicurahkan kepada nabi besar kita Nabi Muhammad saw, keluarganya, sahabatnya, dan
para pengikutnya yang selalu taat dan patuh terhadap ajaran yang dibawa oleh Rasullullah sa
whingga akhir zaman.Alhamdulillah, berkat izin dan pertolongan dari Allah SWT, saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulisan laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi
salah satu tugas mandiri mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Pada kesempatan kali ini,
saya ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini dan semoga mendapat balas
an pahala yang berlipat ganda dari Allah swt. Amin.Saya menyadari bahwa laporan ini masih
jauh dari sempurna, mengingatketerbatasan kemampuan dan pengetahuan yang saya miliki.
Oleh karena itu, tidak menutupkemungkinan adanya kritik dan saran yang sifatnya
membangun terhadap penulisan makalahini.Akhirnya saya berharap, mudah-mudahan
makalah ini bermanfaat dan bisadimanfaatkan, khususnya bagi saya dan umumnya bagi
semua pihak yang berkepentingan.Semoga Allah swt meridhoi atas segala usaha hamba-Nya.
Amin.

Cirebon, 18 Mei 2017

PenyusunWulan Marlina
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masalah integrasi nasional merupakan persoalan yang dialami hampir semua negara,terutama
negara-negara yang usianya masih relatif muda dalam membangun negara bangsa(nation
state), ikatan antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam negara masih rentandan mudah
tersulut untuk terjadinya pertentangan antarkelompok. Disamping itu, masyarakatdi negara
berkembang umumnya memiliki ikatan primordial yang masih kuat. Kuatnya
ikatan primordial menjadikan masyarakat lebih terpancang pada ikatan
ikatan primer yang lebih sempit seperti ikatan keluarga, ikatan kesukuan, ikatan sesama
pemeluk agama, dansebagainya. Dengan demikian, upaya mewujudkan integrasi nasional
yang notabene mendasarkan pada ikatan yang lebih luas dan melewati batas-batas
kekeluargaan, kesukuan,dan keagamaan menjadi lebih sulit diwujudkan. Hal ini disebabkan
karena mendirikan negara berarti menyatukan orang
orang dengan segala perbedaan yang ada menjadi satu entitas kebangsaan yang baru
menyertai berdirinya negara tersebut. Begitu juga negara Indonesiayang usianya masih relatif
muda, sejak proklamasi kemerdekaan sampai sekarang, negaraIndonesia masih menghadapi
persoalan bagaimana menyatukan penduduk Indonesia yangdidalamnya terdiri atas berbagai
macam suku, pemeluk agama yang berbeda-beda, bahasadaerah yang beranekaragam, serta
memiliki kebudayaan daerah yang berbeda satu sama lain,untuk menjadi satu entitas baru
yang dinamakan bangsa Indonesia.Pengalaman menunjukkan bahwa dalam perjalanan
membangun kehidupan bernegaraini, kita masih sering dihadapkan pada kenyataan adanya
konflik antar kelompok dalammasyarakat, baik konflik yang berlatar belakang kesukuan,
konflik antarpemeluk agama,konflik karena kesalahpahaman budaya, dan semacamnya. Hal
itu menunjukkan
bahwa persoalan integrasi nasional Indonesia sejauh ini masih belum tuntas, perlu terus dilak
ukan pembinaan, walaupun harus juga disadari bahwa integrasi nasional dalam arti sepenuhy
atidak mungkin terwujudkan, dan konflik diantara sesama warga bangsa tidak
dapatdihilangkan sama sekali.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di kemukakan rumusan masalah sebagai
berikut:

1. Jelaskan apa yang dimaksud integrasi nasional


2. Jelaskan pluralitas masyarakat Indonesia?
3. Bagaimana strategi integrasi nasional?
4. Bagaimana strategi integrasi nasional indonesia yang berbhineka tunggal ika?
1.3 Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :

1. Mengetahui pengertian Integrasi Nasional dan pluralitas masyarakat Indonesia


2. Mengetahui pluralitas masyarakat Indonesia
3. Mengetahui bagaimana strategi integrasi nasional
4. Mengetahui bagaimana strategi integrasi nasional indonesia yang berbhineka tunggal
ika
BAB II

LANDASAN TEORI

Integrasi nasional adalah upaya menyatukan seluruh unsur suatu bangsa


dengan pemerintah dan wilayahnya (Saafroedin Bahar, 1998). Mengintegrasikan berarti mem
buatuntuk atau menyempurnakan dengan jalan menyatukan unsur-unsur yang semula
terpisah- pisah. Menurut Howard Wrigins (1996), integrasi berarti penyatuan bangsa-
bangsa yang berbeda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang
lebih utuh atau memadukanmasyarakat-masyarakat kecil yang banyak menjadi satu bangsa.
Jadi, menurutnya,
integrasi bangsa dilihatnya sebagai peralihan dari banyak masyarakat kecil menjadi satu masy
arakat besar

Menurut beberapa ahli bahwa integrasi memiliki pengertian yaitu sebagai berikut:

1. Howard Wriggins

Howard Wriggins (1996) menyebut ada lima pendekatan atau cara bagaimana
para pemimpin politik mengembangkan integrasi bangsa. Kelima pendekatan yang selanjutny
adisebut sebagai faktor yang menentukan tungkat integrasi suatu negara adalah:

1) Adanya ancaman dari luar.


2) Gaya politik kepemimpinan.
3) Kekuatan lembaga-lembaga politik.
4) Ideologi nasional.
5) Kesempatan pembangunan ekonomi
2. Myron Weiner

Myron Weiner 1971 memberikan lima definisi mengenai integrasi seperti berikut ini:

a. Integrasi menunjuk pada proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial
dalam satuwilayah dan prosen pembentukan identitas nasional, membangun rasa
kebangsaan dengancara menghapus kesetiaan pada ikatan-ikatan yang lebih sempit.
b. Integrasi menunjuk pada masalah pembentukan wewenang kekuasaan nasional pusat
diatasunit-unit sosial yang lebih kecil yang beranggotakan kelompok-kelompok sosial
budayamasyarakat tertentu.
c. Integrasi menunjuk pada masalah menghubungkan antara pemerintah dengan
yangdiperintah. Mendekatkan perbedaan-perbedaan mengenai aspirasi dan nilai pada
kelompokelit dan massa.
d. Integrasi menunjuk pada adanya konsensus terhadap nilai yang minimum yang
diperlukandalam memelihara tata tertib sosial.
e. Integrasi menunjuk pada penciptaan tingkah laku yang terintegrasi dan yang diterima
demimencapai tujuan bersama.
Sejalan dengan definisi tersebut, Myron Weiner membedakan lima tipe integrasi,yaitu
integrasi nasional, integrasi wilayah, integrasi nilai, integrasi elit-massa, dan
integrasitingkah laku (tindakan integratif). Integrasi merupakan upaya menyatukan
bangsa-bangsayang berbeda dari suatu masyarakat menjadi satu keseluruhan yang lebih
utuh, ataumemadukan masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi satu bangsa.

3. Dr. Nazaruddin Sjamsuddin

Menurutnya, integrasi nasional ini sebagai proses penyatuan suatu bangsa yangmencakup
semua aspek kehidupannya, yaitu aspek sosial, politik, ekonomi, dan budaya.Integrasi juga
meliputi aspek vertikal dan horizontal.
BAB III

PEMBAHASAN

Pengertian Integrasi Nasional

Integrasi nasional berasal dari dua kata, yaitu “Integrasi” dan “Nasional”.
Integrasi berasal dari bahas inggris, Integrate artinya menyatupadukan, menggabungkan,me
mpersatukan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Integrasi artinya pembauran
hinggamenjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh. Kata Nasional berasal dari bahasa Inggris,
nationyang artinya bangsa.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, integrasi nasional mempunyai arti politis dan
antropologis.

1. Secara Politis

Integrasi secara politis berarti penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial
dalamkesatuan wilayah nasional yang membentuk suatu identitas nasional.

2. Secara Antropologis

Integrasi secara antropologis berarti proses penyesuaian di antara unsur-unsur


kebudayaanyang berbeda sehingga mencapai suatu keserasian fungsi dalam kehidupan
masyarakat

Integrasi masyarakat dalam negara dapat tercapai apabila :

a. Terciptanya kesepakatan dari sebagian besar anggotanya terhadap nilai-nilai


socialtertentu yang bersifat fundamental dan krusial.
b. Sebagian besar anggotanya terhimpun dalam berbagai unit social yang
salingmengawasi dalam aspek-aspek sosia yang potensial.
c. Terjadinya saling ketergantungan diantara kelompok-kelompok social yang
terhimpundidalam pemenuhan kebutuhan ekonomi secara menyeluruh

Intinya, arti dari integrasi nasional adalah proses penyatuan perbedaan dalam suatu negara
sehingga terjadi keselarasan secara nasional dalam suatu Negara.

Faktor-faktor Pendorong, Pendukung, dan Penghambat Integrasi Nasional

a. Faktor pendorong tercapainya integrasi nasional


 Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia sebagaimana dinyatakan
dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
 Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana dibuktikan
perjuangan merebut, menegakkan, dan mengisi kemerdekaan.
 Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara, sebagaimana
dibuktikan oleh banyak pahlawan bangsa yang gugur di medan perjuangan.
 Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan Proklamasi
Kemerdekaan, Pancasila dan UUD 1945, bendera Merah Putih, lagu kebangsaan
Indonesia Raya, serta bahasa kesatuan bahasa Indonesia.
 Adanya simbol kenegaraan dalam bentuk Garuda Pancasila dengan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika.
b. Faktor pendukung integrasi nasional
 Adanya rasa senasib dan seperjuangan yang diakibatkan oleh faktor-faktor
sejarah.
 Adanya ideologi nasional yang tercermin dalam simbol negara yakni Garuda
Pancasila dan Semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
 Adanya sikap tekad dan keinginan untuk kembali bersatu di dalam kalangan
bangsa Indonesia seperti yang telah dinyatakan di dalam Sumpah Pemuda.
 Adanya ancaman dari luar yang menyebabkan adanya persatuan dan munculnya
semangat nasionalisme dalam kalangan bangsa Indonesia.
c. Faktor penghambat integrasi nasional
 Masyarakat Indonesia yang heterogen (beraneka ragam) dalam faktor-faktor
kesukubangsaan dengan masing-masing kebudayaan daerahnya, bahasa daerah,
agama yang dianut, ras, dan sebagainya. (Kurangnya penghargaan terhadap
kemajemukan yang bersifat heterogen)
 Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh
lautan luas.
 Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang
merongrong keutuhan, kesatuan, dan persatuan bangsa, baik yang berasal dari dalam
maupun luar negeri.
 Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil
pembangunan menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di masalah
SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan), gerakan separatisme dan kedaerahan,
demonstrasi, dan unjuk rasa.
 Kurangnya toleransi antar golongan. Adanya paham "etnosentrisme" di antara
beberapa suku bangsa yang menonjolkan kelebihan-kelebihan budayanya dan
menganggap rendah budaya suku bangsa lain.
 Kurangnya kesadaran dari masyarakat Indonesia terhadap ancaman dan gangguan dari
luar karena lemahnya nilai-nilai budaya bangsa akibat kuatnya pengaruh budaya asing
yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa, baik melalui kontak langsung maupun
kontak tidak langsung.

Pluralitas Masyarakat Indonesia

Pluralitas bisa diartikan sifat dari sekumpulan kelompok nilai atau sub-kultur yang diikat oleh
suatu kekuatan nilai lebih tinggi yang memungkinkan masing-masing kelompok dan
subkultur itu menyatu di dalam suatu wadah kebersamaan. Sedangkan heterogenitas sifat dari
sekumpulan kelompok nilai atau sub-kultur yang berdiri sendiri tanpa diikat satu kesatuan
nilai yang lebih tinggi.
Indonesia lebih tepat disebut sebagai negara plural dari pada negara heterogen, karena
Indonesia, meskipun terdiri atas berbagai suku, etnik, bahasa, dan agama namun tetap
merupakan satu kesatuan budaya dan ideologis sebagaimana tercermin dalam motto
"Bhinneka Tunggal Ika", bercerai-berai tetapi tetap satu. Segenap warga bangsa Indonesia
bersepakat untuk menghimpunkan diri dalam satu wadah kesatuan yang disebut Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kenyataan bahwa masyarakat Indonesia merupakan masyarakat pluralis atau
masyarakat majemuk merupakan suatu hal yang sudah sama-sama dimengerti. Dengan
meminjam istilah yang digunakan oleh Clifford Geertz, masyarakat majemuk adalah
merupakan masyarakat yang terbagibagi ke dalam sub-sub sistem yang kurang lebih berdiri
sendiri-sendiri, dalam mana masing-masing sub sistem terikat ke dalam oleh ikatan-ikatan
yang bersifat primordial. (Geertz, 1963: 105 dst.)
Apa yang dikatakan sebagai ikatan primordial di sini adalah ikatan yang muncul dari
perasaan yang lahir dari apa yang ada dalam kehidupan sosial, yang sebagian besar berasal
dari hubungan keluarga, ikatan kesukuan tertentu, keanggotaan dalam keagamaan tertentu,
budaya, bahasa atau dialek tertentu, serta kebiasaan-kebiasaan tertentu, yang membawakan
ikatan yang sangat kuat dalam kehidupan masyarakat.

Menurut Pierre L. van den Berghe masyarakat majemuk memiliki karakteristik (Nasikun,
1993: 33):

1. Terjadinya segmentasi ke dalam bentuk kelompok-kelompok yang seringkali


memiliki sub-kebudayaan yang berbeda satu sama lain;
2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembagalembaga yang bersifat
non-komplementer;
3. Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggotanya terhadap nilai-nilai
yang bersifat dasar;
4. Secara relatif seringkali mengalami konflik di antara kelompok yang satu dengan
kelompok yang lain;
5. Secara relatif integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion) dan saling
ketergantungan dalam bidang ekonomi;

Strategi integritas nasional

Dalam rangka mengupayakan terwujudnya integrasi nasional yang mantap ada beberapa
strategi yang mungkin ditempuh, yaitu sebagai berikut :

1. Strategi Asimilasi

Asimilasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebih menjadi
satukebudayaan yang baru, dimana dengan percampuran tersebut maka masing-masing
unsur budaya melebur menjadi satu sehingga dalam kebudayaan yang baru itu tidak tampak l
agiidentitas masing-masing budaya pembentuknya. Ketika asimilasi ini menjadi sebuah
strategiintegrasi nasional, berarti bahwa negara mengintegrasikan masyarakatnya
denganmengupayakan agar unsur-unsur budaya yang ada didalam negara itu benar-benar
meleburmenjadi satu dan tidak lagi menampakkan identitas budaya kelompok atau budaya
lokal.

2. Strategi Akulturasi

Akulturasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebih


sehinggamemunculkan kebudayaan yang baru, dimana ciri-ciri budaya asli pembentuknya
masihtampak dalam kebudayaan baru tersebut. Dengan demikian, berarti bahwa kebudayaan
baru yang terbentuk tidak “melumat” semua unsur budaya pembentuknya. Apabila akulturasi
ini menjadi strategi integrasi yang diterapkan oleh pemerintah suatu negara, berarti
bahwanegara mengintegrasikan masyarakatnya dengan mengupayakan adanya identitas
budaya bersama, namun tidak menghilangkan seluruh unsur budaya kelompok atau budaya
lokal.

3. Strategi Pluralis

Paham pluralis merupakan paham yang menghargai terdapatnya perbedaan


dalammasyarakat. Paham pluralis pada prinsipnya mewujudkan integrasi nasional dengan
memberikesempatan pada segala unsur perbedaan yang ada dalam masyarakat untuk hidup
dan berkembang. Ini berarti bahwa dengan strategi pluralis, dalam mewujudkan integrasi
nasional negara memberi kesempatan kepada semua unsur keragaman dalam negara, baik
suku,agama, budaya daerah, dan perbedaan-perbedaan lainnya untuk tumbuh dan
berkembang,serta hidup berdampingan secara damai. Jadi, integrasi nasional diwujudkan
dengan tetap menghargai terdapatnya perbedaan-perbedaan dalam masyarakat.

Strategi integrasi nasional indonesia yang berbhineka tunggal ika

Kebhinnekaan Bangsa Indonesia


Kebhinnekaan bangsa Indonesia meliputi :
1) Kebhinnekaan Mata Pencaharian
Indonesia merupakan negara kepulauan dan memiliki kondisi alam yang berbeda-beda,
seperti dataran tinggi atau pegunungan maupun dataran rendah atau pantai sehingga
masyarakat yang tinggal di daerah tersebut harus menyesuaikan cara hidupnya dengan alam
disekitarnya. Kondisi alam juga mengakibatkan perbedaan mata pencaharian ada yang
sebagai petani, nelayan, pedagang pegawai, peternak dan lain-lain sehingga kebhinnekaan
mata pencaharian tersebut dapat menjalin persatuan, karena satu sama lain saling
membutuhkan.
2) Kebhinnekaan Ras
Letak Indonesia sangat strategis sehingga Indonesia menjadi tempat persilangan jalur
perdagangan. Banyaknya kaum pendatang ke Indonesia mengakibatkan terjadinya akulturasi
baik pada ras, agama, kesenian maupun budaya. Ras di Indonesia terdiri dari Papua
Melanesoid yang berdiam di Pulau Papua, dengan ciri fisik rambut keriting, bibir tebal dan
kulit hitam. Ras Weddoid dengan jumlah yang relatif sedikit, seperti orang Kubu, Sakai,
Mentawai, Enggano dan Tomuna dengan ciri-ciri fisik, perawakan kecil, kulit sawo matang
dan rambut berombak. Selain ras tersebut, ada ras Malayan Mongoloid yang berdiam di
sebagian besar kepulauan Indonesia, khususnya di Kepulauan Sumatera dan Jawa dengan
ciri-ciri rambut ikal atau lurus, muka agak bulat, kulit putih sampai sawo matang.
Kebhinnekaan tersebut tidak mengurangi persatuan dan kesatuan, karena tiap ras saling
menghormati dan tidak menganggap ras nya paling unggul.
3) Kebhinnekaan Suku Bangsa
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dipisahkan oleh perairan. Pulau-pulau terisolasi
dan tidak saling berhubungan. Akibatnya setiap pulau atau wilayah memiliki keunikan
tersendiri baik dari segi budaya, adat istiadat, kesenian, maupun bahasa. Adanya
kebhinnekaan tersebut menjadikan Indonesia sangat kaya. Walaupun berbeda tetapi tetap
menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan. Terbukti dengan menempatkan bahasa Indonesia
menjadi bahasa resmi dan persatuan.
4) Kebhinnekaan Agama
Masuknya kaum pendatang baik yang berniat untuk berdagang maupun menjajah membawa
misi penyebaran agama yang mengakibatkan kebhinnekaan agama di Indonesia. Ada agama
Islam, Kristen Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu serta aliran kepercayaan.
Kebhinnekaan agama sangat rentan akan konflik, tetapi dengan semangat persatuan dan
semboyan bhinneka tunggal ika konflik tersebut dapat dikurangi dengan cara saling toleransi
antar umat beragama. Setiap agama tidak mengajarkan untuk menganggap agamanya yang
paling benar tetapi saling menghormati dan menghargai perbedaan sehingga dapat hidup
rukun saling berdampingan dan tolong menolong di masyarakat.
5) Kebhinnekaan Budaya
Budaya adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan miliki diri manusia dengan cara belajar. Budaya
memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku SDM kearah yang lebih
baik. Masuknya kaum pendatang juga mengakibatkan kebhinnekaan budaya di Indonesia
sehingga budaya tradisional berubah menjadi budaya yang modern tanpa menghilangkan
budaya asli Indonesia sendiri seperti budaya sopan santun, kekeluargaan dan gotong royong.
Budaya tradisional dan modern hidup berdampingan di masyarakat tanpa saling merendahkan
satu sama lain.
6) Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin adalah sesuatu yang sangat alami tidak menunjukkan adanya
tingkatan. Anggapan kuat bagi laki-laki dan lemah bagi perempuan adalah tidak benar.
Masing-masing mempunyai peran dan tanggung jawab yang saling membutuhkan dan
melengkapi. Zaman dahulu kaum perempuan tidak diberi kesempatan yang sama untuk
mengembangkan potensinya dan seringkali tugasnya dibatasi hanya sekitar rumah saja.
Pekerjaan rumah yang itu-itu saja, dianggap tidak banyak menuntut kreatifitas, kecerdasan
dan wawasan yang luas, sehingga perempuan dianggap lebih bodoh dan tidak terampil.
Sekarang perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk sekolah, mengembangkan
bakat, dan kemampuannya. Banyak kaum wanita yang menduduki posisi penting dalam
jabatan publik.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------???

1. Perilaku inklusif.
Dalam kehidupan bersama yang menerapkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika memandang
bahwa dirinya, baik itu sebagai individu atau kelompok masyarakat merasa dirinya hanya
merupakan sebagian dari kesatuan dari masyarakat yang lebih luas. Betapa besar dan penting
kelompoknya dalam kehidupan bersama, tidak memandang rendah dan menyepelekan
kelompok yang lain. Masing-masing memiliki peran yang tidak dapat diabaikan, dan
bermakna bagi kehidupan bersama.

2. Mengakomodasi sifat pluralistik.

Bangsa Indonesia sangat pluralistik ditinjau dari keragaman agama yang dipeluk oleh
masyarakat, aneka adat budaya yang berkembang di daerah, suku bangsa dengan bahasanya
masing-masing, dan menempati ribuan pulau yang tiada jarang terpisah demikian jauh pulau
yang satu dari pulau yang lain. Tanpa memahami makna pluralistik dan bagaimana cara
mewujudkan persatuan dalam keanekaragaman secara tepat, dengan mudah terjadi
disintegrasi bangsa. Sifat toleran, saling hormat menghormati, mendudukkan masing-masing
pihak sesuai dengan peran, harkat dan martabatnya secara tepat, tidak memandang remeh
pada pihak lain, apalagi menghapus eksistensi kelompok dari kehidupan bersama, merupakan
syarat bagi lestarinya negara-bangsa Indonesia. Kerukunan hidup perlu dikembangkan
dengan sepatutnya. Suatu contoh sebelum terjadi reformasi, di Ambon berlaku suatu pola
kehidupan bersama yang disebut pela gandong, suatu pola kehidupan masyarakat yang tidak
melandaskan diri pada agama, tetapi semata-mata pada kehidupan bersama pada wilayah
tertentu. Pemeluk berbagai agama berlangsung sangat rukun, bantu membantu dalam
kegiatan yang tidak bersifat ritual keagamaan. Mereka tidak membedakan suku-suku yang
berdiam di wilayah tersebut, dan sebagainya. Sayangnya dengan terjadinya reformasi yang
mengusung kebebasan, pola kehidupan masyarakat yang demikian ideal ini telah tergerus
arus reformasi.

3. Tidak mencari menangnya sendiri.

Menghormati pendapat pihak lain, dengan tidak beranggapan bahwa pendapatnya sendiri
yang paling benar, dirinya atau kelompoknya yang paling hebat perlu diatur dalam
menerapkan Bhinneka Tunggal Ika. Dapat menerima dan memberi pendapat merupakan hal
yang harus berkembang dalam kehidupan yang beragam. Perbedaan ini tidak untuk dibesar-
besarkan, tetapi dicari titik temu. Bukan dikembangkan divergensi, tetapi yang harus
diusahakan adalah terwujudnya konvergensi dari berbagai keanekaragaman. Untuk itu perlu
dikembangkan musyawarah untuk mencapai mufakat.

4. Musyawarah untuk mencapai mufakat.

Dalam rangka membentuk kesatuan dalam keanekaragaman diterapkan pendekatan


“musyawa-rah untuk mencapai mufakat.” Bukan pendapat sendiri yang harus dijadikan
kesepakatan bersama, tetapi common denominator, yakni inti kesamaan yang dipilih sebagai
kesepakatan bersama. Hal ini hanya akan tercapai dengan proses musyawarah untuk
mencapai mufakat. Dengan cara ini segala gagasan yang timbul diakomodasi dalam kesepa-
katan. Tidak ada yang menang tidak ada yang kalah. Inilah yang biasa disebut sebagai win
win solution.
5. Dilandasi rasa kasih sayang dan rela berkorban.

Dalam menerapkan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara perlu
dilandasi oleh rasa kasih sayang. Saling curiga mencurigai harus dibuang jauh-jauh. Saling
percaya mempercayai harus dikembangkan, iri hati, dengki harus dibuang dari kamus
Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini akan berlangsung apabila pelaksanaan Bhnneka Tunggal Ika
menerap-kan adagium “leladi sesamining dumadi, sepi ing pamrih, rame ing gawe, jer basuki
mowo beyo.” Eksistensi kita di dunia adalah untuk memberikan pelayanan kepada pihak lain,
dilandasi oleh tanpa pamrih pribadi dan golongan, disertai dengan pengorbanan. Tanpa
pengorbanan, sekurang-kurangnya mengurangi kepentingan dan pamrih pribadi, kesatuan
tidak mungkin terwujud.

6. Toleran dalam perbedaan.

Setiap penduduk Indonesia harus memandang bahwa perbedaan tradisi, bahasa, dan adat-
istiadat antara satu etnis dengan etnis lain sebagai, antara satu agama dengan agama lain,
sebagai aset bangsa yang harus dihargai dan dilestarikan. Pandangan semacam ini akan
menumbuhkan rasa saling menghormati, menyuburkan semangat kerukunan, serta
menyuburkan jiwa toleransi dalam diri setiap individu.

Bila setiap warga negara memahami makna Bhinneka Tunggal Ika, meyakini akan
ketepatannya bagi landasan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta mau dan mampu
mengimplementasikan secara tepat dan benar, Negara Indonesia akan tetap kokoh dan bersatu
selamanya.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Negara tidak memihak kepada sesuatu golongan yang paling kuat atau yang paling
besar tidak menganggap kepentingan seseorang sebagai pusat, akan tetapi negara menjamin
keselamatan hidup bangsa seluruhnya sebagai persatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Kebhinnekaan mata pencaharian, kebhinnekaan ras, kebhinnekaan suku bangsa,


kebhinnekaan agama, kebhinnekaan budaya, dan perbedaan jenis kelamin terbukti menjadi
perekat yang kuat bangsa Indonesia dalam memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan.

Integrasi Nasional bermakna bahwa pentingnya mempersatukan pemerintah pusat


dengan pemerintahan di tingkat daerah dan mempersatukan rakyat yang majemuk, hidup
dalam berbagai golongan primordial yang beranekaragam nilai lembaga serta adat
kebiasaannya, sehingga merasa bagian dari satu bangsa yang sama.

Wujud konsep Integrasi Nasional berimplikasi pada Tujuan Nasional bangsa Indonesia, yaitu:

1. melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;


2. memajukan kesejahteraan umum;
3. mencerdaskan kehidupan bangsa;
4. ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.

Dapat kita bayangkan apabila Negara kita tidak memiliki integritas nasional yang
berperan sebagai penyatu bangsa itu sendiri tentu saja membahayakan kesolidaritasan Negara
Indonesia, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa.

3.2 Saran

Sebagai warga Indonesia yang baik kita harus memiliki integritas. kita harus bersama-
sama menjaga integrasi nasional. Contoh kecilnya dengan menjaga lingkungan sekolah dan
ikut serta membantu menciptakan suasana yang kondusif di lingkungan sekolah maupun di
lingkungan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Wibowo, I, 2000, Negara dan Mayarakat : Berkaca dari Pengalaman Republik Rakyat Cina,
gramedia, Jakarta.

Winarno. 2007, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Di Perguruan Tinggi. Bumi


aksara, jakarta.

Buku Panduan Kewarganegaraan Tahun 2014. Universitas Sriwijaya. UPT Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian.

Bohlan, (2005). Integrasi nasional. (http://www.basic-integrasi-nasional.org)


Diakses pada tanggal 12 februari 2015.

Nikolas, (2007). Pentingnya integrasi nasional indonesia. (http://www.education-


penteingnya-integrasi-nasional.org/wiki)
Diakses pada 13 februari 2015

Anda mungkin juga menyukai