Assalamualaikum wr.wb
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi, sholawat serta salam semoga
dicurahkan kepada nabi besar kita Nabi Muhammad saw, keluarganya, sahabatnya, dan
para pengikutnya yang selalu taat dan patuh terhadap ajaran yang dibawa oleh Rasullullah sa
whingga akhir zaman.Alhamdulillah, berkat izin dan pertolongan dari Allah SWT, saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulisan laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi
salah satu tugas mandiri mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Pada kesempatan kali ini,
saya ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini dan semoga mendapat balas
an pahala yang berlipat ganda dari Allah swt. Amin.Saya menyadari bahwa laporan ini masih
jauh dari sempurna, mengingatketerbatasan kemampuan dan pengetahuan yang saya miliki.
Oleh karena itu, tidak menutupkemungkinan adanya kritik dan saran yang sifatnya
membangun terhadap penulisan makalahini.Akhirnya saya berharap, mudah-mudahan
makalah ini bermanfaat dan bisadimanfaatkan, khususnya bagi saya dan umumnya bagi
semua pihak yang berkepentingan.Semoga Allah swt meridhoi atas segala usaha hamba-Nya.
Amin.
PenyusunWulan Marlina
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah integrasi nasional merupakan persoalan yang dialami hampir semua negara,terutama
negara-negara yang usianya masih relatif muda dalam membangun negara bangsa(nation
state), ikatan antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam negara masih rentandan mudah
tersulut untuk terjadinya pertentangan antarkelompok. Disamping itu, masyarakatdi negara
berkembang umumnya memiliki ikatan primordial yang masih kuat. Kuatnya
ikatan primordial menjadikan masyarakat lebih terpancang pada ikatan
ikatan primer yang lebih sempit seperti ikatan keluarga, ikatan kesukuan, ikatan sesama
pemeluk agama, dansebagainya. Dengan demikian, upaya mewujudkan integrasi nasional
yang notabene mendasarkan pada ikatan yang lebih luas dan melewati batas-batas
kekeluargaan, kesukuan,dan keagamaan menjadi lebih sulit diwujudkan. Hal ini disebabkan
karena mendirikan negara berarti menyatukan orang
orang dengan segala perbedaan yang ada menjadi satu entitas kebangsaan yang baru
menyertai berdirinya negara tersebut. Begitu juga negara Indonesiayang usianya masih relatif
muda, sejak proklamasi kemerdekaan sampai sekarang, negaraIndonesia masih menghadapi
persoalan bagaimana menyatukan penduduk Indonesia yangdidalamnya terdiri atas berbagai
macam suku, pemeluk agama yang berbeda-beda, bahasadaerah yang beranekaragam, serta
memiliki kebudayaan daerah yang berbeda satu sama lain,untuk menjadi satu entitas baru
yang dinamakan bangsa Indonesia.Pengalaman menunjukkan bahwa dalam perjalanan
membangun kehidupan bernegaraini, kita masih sering dihadapkan pada kenyataan adanya
konflik antar kelompok dalammasyarakat, baik konflik yang berlatar belakang kesukuan,
konflik antarpemeluk agama,konflik karena kesalahpahaman budaya, dan semacamnya. Hal
itu menunjukkan
bahwa persoalan integrasi nasional Indonesia sejauh ini masih belum tuntas, perlu terus dilak
ukan pembinaan, walaupun harus juga disadari bahwa integrasi nasional dalam arti sepenuhy
atidak mungkin terwujudkan, dan konflik diantara sesama warga bangsa tidak
dapatdihilangkan sama sekali.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di kemukakan rumusan masalah sebagai
berikut:
LANDASAN TEORI
Menurut beberapa ahli bahwa integrasi memiliki pengertian yaitu sebagai berikut:
1. Howard Wriggins
Howard Wriggins (1996) menyebut ada lima pendekatan atau cara bagaimana
para pemimpin politik mengembangkan integrasi bangsa. Kelima pendekatan yang selanjutny
adisebut sebagai faktor yang menentukan tungkat integrasi suatu negara adalah:
Myron Weiner 1971 memberikan lima definisi mengenai integrasi seperti berikut ini:
a. Integrasi menunjuk pada proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial
dalam satuwilayah dan prosen pembentukan identitas nasional, membangun rasa
kebangsaan dengancara menghapus kesetiaan pada ikatan-ikatan yang lebih sempit.
b. Integrasi menunjuk pada masalah pembentukan wewenang kekuasaan nasional pusat
diatasunit-unit sosial yang lebih kecil yang beranggotakan kelompok-kelompok sosial
budayamasyarakat tertentu.
c. Integrasi menunjuk pada masalah menghubungkan antara pemerintah dengan
yangdiperintah. Mendekatkan perbedaan-perbedaan mengenai aspirasi dan nilai pada
kelompokelit dan massa.
d. Integrasi menunjuk pada adanya konsensus terhadap nilai yang minimum yang
diperlukandalam memelihara tata tertib sosial.
e. Integrasi menunjuk pada penciptaan tingkah laku yang terintegrasi dan yang diterima
demimencapai tujuan bersama.
Sejalan dengan definisi tersebut, Myron Weiner membedakan lima tipe integrasi,yaitu
integrasi nasional, integrasi wilayah, integrasi nilai, integrasi elit-massa, dan
integrasitingkah laku (tindakan integratif). Integrasi merupakan upaya menyatukan
bangsa-bangsayang berbeda dari suatu masyarakat menjadi satu keseluruhan yang lebih
utuh, ataumemadukan masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi satu bangsa.
Menurutnya, integrasi nasional ini sebagai proses penyatuan suatu bangsa yangmencakup
semua aspek kehidupannya, yaitu aspek sosial, politik, ekonomi, dan budaya.Integrasi juga
meliputi aspek vertikal dan horizontal.
BAB III
PEMBAHASAN
Integrasi nasional berasal dari dua kata, yaitu “Integrasi” dan “Nasional”.
Integrasi berasal dari bahas inggris, Integrate artinya menyatupadukan, menggabungkan,me
mpersatukan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Integrasi artinya pembauran
hinggamenjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh. Kata Nasional berasal dari bahasa Inggris,
nationyang artinya bangsa.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, integrasi nasional mempunyai arti politis dan
antropologis.
1. Secara Politis
Integrasi secara politis berarti penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial
dalamkesatuan wilayah nasional yang membentuk suatu identitas nasional.
2. Secara Antropologis
Intinya, arti dari integrasi nasional adalah proses penyatuan perbedaan dalam suatu negara
sehingga terjadi keselarasan secara nasional dalam suatu Negara.
Pluralitas bisa diartikan sifat dari sekumpulan kelompok nilai atau sub-kultur yang diikat oleh
suatu kekuatan nilai lebih tinggi yang memungkinkan masing-masing kelompok dan
subkultur itu menyatu di dalam suatu wadah kebersamaan. Sedangkan heterogenitas sifat dari
sekumpulan kelompok nilai atau sub-kultur yang berdiri sendiri tanpa diikat satu kesatuan
nilai yang lebih tinggi.
Indonesia lebih tepat disebut sebagai negara plural dari pada negara heterogen, karena
Indonesia, meskipun terdiri atas berbagai suku, etnik, bahasa, dan agama namun tetap
merupakan satu kesatuan budaya dan ideologis sebagaimana tercermin dalam motto
"Bhinneka Tunggal Ika", bercerai-berai tetapi tetap satu. Segenap warga bangsa Indonesia
bersepakat untuk menghimpunkan diri dalam satu wadah kesatuan yang disebut Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kenyataan bahwa masyarakat Indonesia merupakan masyarakat pluralis atau
masyarakat majemuk merupakan suatu hal yang sudah sama-sama dimengerti. Dengan
meminjam istilah yang digunakan oleh Clifford Geertz, masyarakat majemuk adalah
merupakan masyarakat yang terbagibagi ke dalam sub-sub sistem yang kurang lebih berdiri
sendiri-sendiri, dalam mana masing-masing sub sistem terikat ke dalam oleh ikatan-ikatan
yang bersifat primordial. (Geertz, 1963: 105 dst.)
Apa yang dikatakan sebagai ikatan primordial di sini adalah ikatan yang muncul dari
perasaan yang lahir dari apa yang ada dalam kehidupan sosial, yang sebagian besar berasal
dari hubungan keluarga, ikatan kesukuan tertentu, keanggotaan dalam keagamaan tertentu,
budaya, bahasa atau dialek tertentu, serta kebiasaan-kebiasaan tertentu, yang membawakan
ikatan yang sangat kuat dalam kehidupan masyarakat.
Menurut Pierre L. van den Berghe masyarakat majemuk memiliki karakteristik (Nasikun,
1993: 33):
Dalam rangka mengupayakan terwujudnya integrasi nasional yang mantap ada beberapa
strategi yang mungkin ditempuh, yaitu sebagai berikut :
1. Strategi Asimilasi
Asimilasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebih menjadi
satukebudayaan yang baru, dimana dengan percampuran tersebut maka masing-masing
unsur budaya melebur menjadi satu sehingga dalam kebudayaan yang baru itu tidak tampak l
agiidentitas masing-masing budaya pembentuknya. Ketika asimilasi ini menjadi sebuah
strategiintegrasi nasional, berarti bahwa negara mengintegrasikan masyarakatnya
denganmengupayakan agar unsur-unsur budaya yang ada didalam negara itu benar-benar
meleburmenjadi satu dan tidak lagi menampakkan identitas budaya kelompok atau budaya
lokal.
2. Strategi Akulturasi
3. Strategi Pluralis
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------???
1. Perilaku inklusif.
Dalam kehidupan bersama yang menerapkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika memandang
bahwa dirinya, baik itu sebagai individu atau kelompok masyarakat merasa dirinya hanya
merupakan sebagian dari kesatuan dari masyarakat yang lebih luas. Betapa besar dan penting
kelompoknya dalam kehidupan bersama, tidak memandang rendah dan menyepelekan
kelompok yang lain. Masing-masing memiliki peran yang tidak dapat diabaikan, dan
bermakna bagi kehidupan bersama.
Bangsa Indonesia sangat pluralistik ditinjau dari keragaman agama yang dipeluk oleh
masyarakat, aneka adat budaya yang berkembang di daerah, suku bangsa dengan bahasanya
masing-masing, dan menempati ribuan pulau yang tiada jarang terpisah demikian jauh pulau
yang satu dari pulau yang lain. Tanpa memahami makna pluralistik dan bagaimana cara
mewujudkan persatuan dalam keanekaragaman secara tepat, dengan mudah terjadi
disintegrasi bangsa. Sifat toleran, saling hormat menghormati, mendudukkan masing-masing
pihak sesuai dengan peran, harkat dan martabatnya secara tepat, tidak memandang remeh
pada pihak lain, apalagi menghapus eksistensi kelompok dari kehidupan bersama, merupakan
syarat bagi lestarinya negara-bangsa Indonesia. Kerukunan hidup perlu dikembangkan
dengan sepatutnya. Suatu contoh sebelum terjadi reformasi, di Ambon berlaku suatu pola
kehidupan bersama yang disebut pela gandong, suatu pola kehidupan masyarakat yang tidak
melandaskan diri pada agama, tetapi semata-mata pada kehidupan bersama pada wilayah
tertentu. Pemeluk berbagai agama berlangsung sangat rukun, bantu membantu dalam
kegiatan yang tidak bersifat ritual keagamaan. Mereka tidak membedakan suku-suku yang
berdiam di wilayah tersebut, dan sebagainya. Sayangnya dengan terjadinya reformasi yang
mengusung kebebasan, pola kehidupan masyarakat yang demikian ideal ini telah tergerus
arus reformasi.
Menghormati pendapat pihak lain, dengan tidak beranggapan bahwa pendapatnya sendiri
yang paling benar, dirinya atau kelompoknya yang paling hebat perlu diatur dalam
menerapkan Bhinneka Tunggal Ika. Dapat menerima dan memberi pendapat merupakan hal
yang harus berkembang dalam kehidupan yang beragam. Perbedaan ini tidak untuk dibesar-
besarkan, tetapi dicari titik temu. Bukan dikembangkan divergensi, tetapi yang harus
diusahakan adalah terwujudnya konvergensi dari berbagai keanekaragaman. Untuk itu perlu
dikembangkan musyawarah untuk mencapai mufakat.
Dalam menerapkan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara perlu
dilandasi oleh rasa kasih sayang. Saling curiga mencurigai harus dibuang jauh-jauh. Saling
percaya mempercayai harus dikembangkan, iri hati, dengki harus dibuang dari kamus
Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini akan berlangsung apabila pelaksanaan Bhnneka Tunggal Ika
menerap-kan adagium “leladi sesamining dumadi, sepi ing pamrih, rame ing gawe, jer basuki
mowo beyo.” Eksistensi kita di dunia adalah untuk memberikan pelayanan kepada pihak lain,
dilandasi oleh tanpa pamrih pribadi dan golongan, disertai dengan pengorbanan. Tanpa
pengorbanan, sekurang-kurangnya mengurangi kepentingan dan pamrih pribadi, kesatuan
tidak mungkin terwujud.
Setiap penduduk Indonesia harus memandang bahwa perbedaan tradisi, bahasa, dan adat-
istiadat antara satu etnis dengan etnis lain sebagai, antara satu agama dengan agama lain,
sebagai aset bangsa yang harus dihargai dan dilestarikan. Pandangan semacam ini akan
menumbuhkan rasa saling menghormati, menyuburkan semangat kerukunan, serta
menyuburkan jiwa toleransi dalam diri setiap individu.
Bila setiap warga negara memahami makna Bhinneka Tunggal Ika, meyakini akan
ketepatannya bagi landasan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta mau dan mampu
mengimplementasikan secara tepat dan benar, Negara Indonesia akan tetap kokoh dan bersatu
selamanya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Negara tidak memihak kepada sesuatu golongan yang paling kuat atau yang paling
besar tidak menganggap kepentingan seseorang sebagai pusat, akan tetapi negara menjamin
keselamatan hidup bangsa seluruhnya sebagai persatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Wujud konsep Integrasi Nasional berimplikasi pada Tujuan Nasional bangsa Indonesia, yaitu:
Dapat kita bayangkan apabila Negara kita tidak memiliki integritas nasional yang
berperan sebagai penyatu bangsa itu sendiri tentu saja membahayakan kesolidaritasan Negara
Indonesia, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa.
3.2 Saran
Sebagai warga Indonesia yang baik kita harus memiliki integritas. kita harus bersama-
sama menjaga integrasi nasional. Contoh kecilnya dengan menjaga lingkungan sekolah dan
ikut serta membantu menciptakan suasana yang kondusif di lingkungan sekolah maupun di
lingkungan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Wibowo, I, 2000, Negara dan Mayarakat : Berkaca dari Pengalaman Republik Rakyat Cina,
gramedia, Jakarta.
Buku Panduan Kewarganegaraan Tahun 2014. Universitas Sriwijaya. UPT Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian.