Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN OSTEOARTRITIS

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Osteoartritis

Tema : Latihan Fisik pada Osteoartritis

Sasaran : Ny.A dan Keluarga

Hari/Tanggal : Jum’at, 01 Januari 2014

Jam : 14.00 WIB

Waktu : 50 menit

Tempat : Rumah Ny.A

A. LATAR BELAKANG

Osteoartritis lutut adalah gangguan muskuloskeletal yang paling umum terjadi di masyarakat yang
mempengaruhi 30-40% dari populasi pada usia 65 tahun. Satu dari empat pasien berusia lebih dari
55 tahun telah mengeluh nyeri lutut, dan pada usia 65 tahun, 30% laki-laki dan 40% wanita memiliki
kelainan radiograpi lutut. Sekitar 56,75 pasien di klinik rawat jalan Reumatologi Departemen, di
RSCM telah didiagnosa dengan salah satu varian OA. Pada pasien OA lutut, ada beberapa perubahan,
tidak hanya dalam jaringan intracapsular tetapi juga dalam periarticular jaringan seperti ligamen,
kapsul sendi, tendon, dan otot. Individu dengan OA lutut juga dikenal dengan gangguan
proprioseptif dibandingkan dengan individu normal pada usia yang sama, dan berdasarkan histologi
fitur jaringan ligamen ada penurunan yang signifikandari mechanoreceptor. OA lutut juga
berhubungan dengan 50-60% pengurangan dalam kekuatan quadriceps yang mungkin disebabkan
oleh tidak digunakan atrofi dan inhibition artrogenic. (Tri Juli Edi Tarigan,dkk,2009. The Degree of
Radiographic Abnormalities and Postural Instability in Patients with Knee Osteoarthritis, Acta Med
Indones-Indones J Intern Med. Vol 41 , Number 1,January 2009)

Osteoartritis ditemukan oleh American College of Rheumatology sebagai sekelompok kondisi


heterogen yang mengarah kepada tanda dan gejala sendi. Osteoarthritis merupakan penyakit
degeneratif dan progresif yang mengenai dua per tiga orang yang berumur lebih dari 65 tahun,
dengan prevalensi 60,5% pada pria dan 70,5% pada wanita. Di seluruh dunia, osteoartritis (OA)
diperkirakan menjadi penyebab utama keempat kecacatan. Osteoartritis terjadi pada lebih dari 27
juta penduduk amerika (Helmick et al, 2008). Di Inggris dan Wales sekitar 1,3 hingga 1,75 juta orang
menderita simptom osteoartritis. Di Amerika, 1 dari 7 penduduk menderita osteoartritis. Dimana,
Badan Kesehatan Dunia (WHO), penduduk yang mengalami Osteoartritis tercatat 8,1% dari
penduduk total. Pravelansi mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan 65%
pada usia 61 tahun.
Osteoarthritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini ditandai oleh adanya abrasi
rawan sendi dan adanya pembentukantulang baru yang irreguler pada permukaan persendian. Nyeri
menjadi gejala utama terbesar pada sendi yang mengalami osteoarthritis. Rasa nyeri diakibatkan
setelah melakukan aktivitas dengan penggunaan sendi dan rasa nyeri dapat diringankan dengan
istirahat. Trauma dan obesitas dapat meningkatkan resiko osteoarthritis. Namun penyeban maupun
pengobatannya belum sepenuhnya diketahui. (Angela Sarah S,dkk.2013.Pengaruh Berat Badan
Terhadap Gaya Gesek Dan Timbulnya Osteoarthritis Pada Orang Diatas 45 Tahun. Jurnal e-
Biomedik,Vol 1, No 1, Maret 2013)

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan selama 50 menit diharapkan Ny.A dapat mengetahui tentang
osteoarthritis, pencegahan dan cara mengatasinya di rumah.

2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan, Ny.A mampu:

a. Ny.A dapat menyebutkan pengertian osteoartritis

b. Ny.A dapat menyebutkan penyebab osteoartritis

c. Ny.A dapat menyebutkan tanda dan gejala osteoartritis

d. Ny.A dapat menyebutkan cara pencegahan pada osteoartritis

e. Ny.A dapat menyebutkan dan mempraktekan cara latihan fisik dirumah

C. MATERI

Terlampir

D. METODE

1. Ceramah

2. Simulasi

3. Tanya jawab

E. MEDIA

1. Leaflet

2. Alat peraga (latihan fisik: matras atau kasur)

F. KEGIATAN PENYULUHAN
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA

1. 5 Pembukaan :

Menit 1. Membuka kegiatan dengan Menjawab salam


mengucapkan salam

2. Memperkenalkan diri
Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan Memperhatikan

4. Menyebutkan materi yang akan


diberikan Memperhatikan

2. 30 Pelaksanaan :

Menit 1. Menjelaskan tentang : Memperhatikan

a. Pengertian Osteoartritis

b. Penyebab Osteoartritis

c. Manifistasi klinis Osteoartritis

d. Pencegahan Osteoartritis

2. Memberi kesempatan kepada


peserta untuk bertanya
Bertanya dan menjawab
pertanyaan yang diajukan

3. Menjelaskan dan
mendemonstrasikan latihan fisik
pada osteoartritis Memperhatikan

4. Memberi kesempatan kepada


peserta untuk bertanya dan Bertanya dan
mempraktekan perawatan mendemonstrasikan
osteoarthritis perawatan OA

3. 10 Evaluasi :

menit Menanyakan kepada peserta


tentang materi yang telah diberikan,
dan reinforcement kepada Menjawab pertanyaan
pengunjung yang dapat menjawab
pertanyaan.
4. 5 Terminasi :

menit 1. Mengucapkan terima kasih Mendengarkan


atas peran serta peserta.

2. Mengucapkan salam penutup


Menjawab salam

G. EVALUASI

Metode evaluasi : Diskusi tanya jawab

Jenis pertanyaan : Lisan

Jumlah soal : 3 soal

LAMPIRAN MATERI

OSTEOARTRITIS

A. Definisi

Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun terdapat
inflamasi ) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan
ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087)

Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang menduduki urutan
pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia di
bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis
kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997).

Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (1995) osteoartritis merupakan kelainan sendi
non inflamasi yang mengenai sendi yang dapat digerakkan, terutama sendi penumpu badan, dengan
gambaran patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang rawan sendi serta terbentuknya
tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang membentuk sendi, sebagai hasil akhir
terjadi perubahan biokimia, metabolisme, fisiologis dan patologis secara serentak pada jaringan
hialin rawan, jaringan subkondrial dan jaringan tulang yang membentuk persendian.( R. Boedhi
Darmojo & Martono Hadi ,1999)

B. Klasifikasi
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi :

a. Tipe primer ( idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan
osteoartritis

b. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur

(Long, C Barbara, 1996 hal 336)

C. Penyebab

Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut:

1. Umur

Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan penurunan
jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.

2. Pengausan (wear and tear)

Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui dua mekanisme
yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus dikandungnya.

3. Kegemukan

Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan, sebaliknya nyeri atau
cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan dapat
menambah kegemukan.

4. Trauma

Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang menimbulkan kerusakan
pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.

5. Keturunan

Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya ditemukan pada pria yang
kedua orang tuanya terkena osteoartritis, sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya
yang terkena.

6. Akibat penyakit radang sendi lain

Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi peradangan dan
pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran sinovial dan sel-sel radang.

7. Joint Mallignment

Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan membal dan
menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga mempercepat proses degenerasi.
8. Penyakit endokrin

Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang berlebihan pada
seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan
kulit.

Pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglikan menurun.

9. Deposit pada rawan sendi

Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat mengendapkan hemosiderin,


tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.

D. Gambaran Klinis

1. Rasa nyeri pada sendi

Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang melakukan
sesuatu kegiatan fisik.

2. Kekakuan dan keterbatasan gerak

Biasanya akan berlangsung 15 – 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat memulai kegiatan
fisik.

3. Peradangan

Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi akan
menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa
nyeri.

4. Mekanik

Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan berkurang pada
waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana
rawan sendi telah rusak berat.

Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis
coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas.

Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.

5. Pembengkakan Sendi

Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan dalam ruang sendi
biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.

6. Deformitas

Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.


7. Gangguan Fungsi

Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi

E. Penatalaksanaan

a. Tindakan preventif

- Penurunan berat badan

- Pencegahan cedera

- Screening sendi paha

- Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja

- Menghindari setiap faktor resiko osteoartritis, seperti mencegah obesitas / kegemukan

- Berdiri, berjalan, mengangkat barang harus pada posisi yang benar

- Berhati-hati agar terhindar dari berbagai kecelakaan yang dapat mengakibatkan sendi rusak

- Berolah raga harus dengan cara yang benar, sesuai petunjuk

- Olah raga yang tepat (termasuk peregangan dan penguatan) sebetulnya dapat membantu
mempertahankan kesehatan tulang rawan, meningkatkan daya gerak sendi, dan kekuatan otot-otot
di sekitarnya, sehingga otot dapat menyerap benturan dengan lebih baik.

- Dianjurkan pula untuk menggunakan kursi dengan sandaran keras, kasur yang tidak terlalu
lembek, dan tempat tidur yang dialas dengan papan.

- Menjaga nutrisi agar selalu baik dan seimbang, agar pertumbuhan sendi dan tulang rawan
sempurna dan normal

- Menjaga berat badan agar ideal

c. Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncul

d. Irigasi tidal ( pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen artroscopik,

e. Pembedahan; artroplasti

f. Terapi konservatif ; kompres hangat, mengistirahatkan sendi, latihan gerak sendi

LATIHAN FISIK OSTEOARTRITIS

Hal yang harus diperhatikan dalam mendesain program latihan fisik untuk osteoartritis adalah
memahami masalah fungsional yang paling menggangu pasien. Pada tahap awal program diarahkan
pada latihan untuk mengatasi keluhan yang menimbulkan masalah fungsional seperti nyeri,
keterbatasan ruang gerak sendi, atau kelemahan otot. Latihan fisik disesauikan dengan kondisi
pasien. Apabila ada gejala-gejala seperti nyeri sendi selama aktivitas, nyeri masih terasa 1-2 jam
sesudah latihan, bengkak dan rasa lelah yang berlebihan, program latihan harus dievaluasi lagi
(American geriatric society,2001:810). Tujuan latihan fisik yaitu memperbaiki fungsi sendi, proteksi
sendi dari kerusakan dengan mengurangi stres pada sendi, meningkatkan kekuatan sendi, mencegah
disabilitas, mengurangi nyeri dan meningkatkan kebugaran jasmani.

JENIS LATIHAN FISIK

A. Terapi Manual

Terapi manual adalah


gerakan pasif yang dilakukan oleh fisioterapis dengan tujuan meningkatkan gerakan sendi dan
mengurangi kekakuan sendi. Teknik yang dipakai adalah melatih ROM secara pasif, melatih jaringan-
jaringan sekitar sendi secara pasif, meregangkan otot atau mobilisasi jaringan lunak, dan massage
(Fitzgerald,2004:143)

Gb.1 Latihan ROM lutut pasif

B. Latihan Fleksibilitas (ROM)

Mobilitas sendi sangat penting untuk memaksimalkan ruang gerak sendi, meningkatkan kinerja otot,
mengurangi cidera dan memperbaii nutrisi kartilago. Latihan fleksibilitas yang dilakukan pada latihan
fisik tahap pertama dapat bmeningkatkan panjang dan elastisitas otot dan jaringan sekitar sendi.
Untuk pasien osteoartritis, latihan fleksibiitas ditujuakan untuk mengurangi kekakuan, meningkatkan
mobilitas sendi, dan mencegah kontraktur jaringan lunak latihan fleksibilitas sering dilakukan selama
periode pemanasan atau tergabung dalam latihan ketahanan atau aktivitas aerobik (Lee
dkk2005:11).

Teknik peregangan dilakukan untuk memperbaiki ruang gerak sendi. Latihan peregangan ini
dilakukan dengan menggunakan otot-otot, sendi-sendi, dan jaringan sekitar sendi. Semua gerakan
sebaiknya menjangkau ruang gerak sendi yang tidak menimbulkan rasa nyeri aplikasi terapi panas
sebelum peregangan dapat mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan gerakan.

Latihan
fleksibilitas dapat dimulai dari latihan peregangan tiap kelompok otot, setidaknya tiga kali seminggu.
Apabila sudah terbiasa, latihan ditingkatkan repetisinya per kelompok otot secara bertahap. Latihan
harus melibatkan kelompok otot dan tendon utama pada ekstremitas atas dan bawah (American
society geriatrics, 2001:815).
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang Sudi : Asuhan Kebidanan pada Ibu dengan Kisata ovarium

Topik : Kisata ovarium

Sasaran : Pasien yang dalam perawatan di ruang Kandungan Di RSU Dr. Soetomo Surabaya

Tempat : Ruang Kandungan Di RSU Dr. Soetomo Surabaya

Hari / Tanggal : Kamis, 11 April 2013

Waktu : 1 x 30 menit

Penyuluh :

1. Novi Khoirotun Nisak (7210043)

2. Siti Aminah (7209019)

3. Siti Masruroh (7210059)

4. Ita setyawati (7210081)

I. Tujuan Interaksional Umum

Setelah mendapatkan penyuluhan, diharapkan ibu bisa mengerti tentang penyakit Kista Ovarium.

II. Tujuan Interaksional Khusus

Setelah diberikan penyuluhan diharapkan ibu dapat :

1. Mengetahui pengertian tentang Kista Ovarium

2. Mengetahui dan memahami tentang penyebab terjadinya Kista Ovarium

3. Mengetahui gejala-gejala yang timbul pada Kista Ovarium

4. Mengetahui beberapa pemeriksaan yang harus dilakukan pada penderita Kista Ovarium

5. Mengetahui pengobatan yang diberikan pada penderita Kista Ovarium

6. Mengetahui dan mengerti tentang komplikasi yang mungkin terjadi pada Kista Ovarium

III. Sasaran

Pasien yang dalam perawatan di ruang Kandungan RSU Dr. Soetomo Surabaya
IV. Metode yang Dilakukan

1. Ceramah tanya jawab

V. Media yang Digunakan

1. Leaflet

VI. Materi Penyuluhan

1. Pengertian Kista Ovarium

2. Penyebab terjadinya Kista Ovarium

3. Gejala Kista Ovarium

4. Macam-macam pemeriksaan pada Kista Ovarium

5. Pengobatan yang diberikan pada Kista Ovarium

VII. Kriteria Evaluasi

1. Evaluasi struktur

a. Ibu hadir dalam acara penyuluhan

b. Penyelenggaraan penyuluhan diselenggarakan di Ruang Kandungan RSU Dr. Soetomo Surabaya

c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan sebelumnya

2. Evaluasi proses

a. Ibu antusias terhadap materi penyuluhan

b. Ibu tidak meninggalkan tempat penyuluhan

c. Ibu mengajukan pertanyaan dan menjawab dengan lancar

3. Evaluasi Hasil

a. Ibu mengetahui dan memahami tentang kista ovarium

b. Ibu hadir saat penyuluhan


VIII. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta

1 5 menit PEMBUKAAN

- Membuka kegiatan dengan mengucap salam Menjawab salam

- Memperkenalkan diri Mendengarkan

- Menyampaikan tujuan penyuluhan Memperhatikan

- Menyebutkan materi yang akan disampaikan Memperhatikan

2 15 menit PELAKSANAAN

- Menyampaikan materi tentang :

a. Pengertian Kista Ovarium

b. Penyebab terjadinya Kista Ovarium

c. Gejala Kista Ovarium

d. Macam-macam pemeriksaan pada Kista


Ovarium
Memperhatikan
e. Pengobatan yang diberikan pada Kista
Ovarium
- Memberi kesempatan bertanya

3 10 menit EVALUASI

Membuka kesempatan diskusi Bertanya dan menjawab


pertanyaan
Doorperize

4 5 menit - Menyampaikan terima kasih atas Memperhatikan


kerjasamanya

- Mengucapkan salam penutup

Menjawab salam

LAMPIRAN

KISTA OVARIUM

KISTA OVARIUM

1.1. Pengertian

Kista ovarium merupakan tumor jinak berupa kantong abnormal berisi cairan atau setengah cair
yang tumbuh dalam indung telur (ovarium). Indung telur adalah rongga berbentuk kantong berisi
cairan di dalam jaringan ovarium. Kista tersebut disebut juga kista fungsional karena terbentuk
setelah telur dilepaskan sewaktu ovulasi. Kista fungsional akan mengkerut dan menyusut setelah
beberapa waktu (setelah 1-3 bulan).

Gambar 1.1 : kisata ovarium

1.2. Macam-macam kisata ovarium

Kista ovarium dibagi menjadi empat, yaitu :


a. Kista Folikuler :

Kista yang terjadi dari folikel normal yang melepaskan ovum yang ada di dalamnya. Terbentuk
kantung berisi cairan atau lendir di dalam ovarium.

b. Kista Corpus Luteum

Kista jenis ini lebih jarang terjadi, ukurannya lebih besar dari kista fungsional. Kista ini timbul karena
waktu pelepasan sel telur terjadi perdarahan, dan lama-lama bisa pecah dan timbul perdarahan yang
terkadang perlu tindakan operasi untuk mengatasinya. Keluhan biasanya timbul rasa sakit yang berat
di rongga panggul.

c. Kista Teka Lutein

Kista jenis ini lebih jarang terjadi dan sering dihubungkan dengan terjadinya kehamilan di luar
kandungan (ektopik pregnansi). Kista ini akan hilang sendiri tanpa pengobatan atau tindakan begitu
kehamilan diluar kandungan dikeluarkan

d. Polikistik kista

Kista jenis ini banyak yang mengandung cairan jernih. Bisa timbul di kedua ovarium kiri dan kanan,
berhubungan dengan gangguan hormon dan gangguan menstruasi. Wanita yang mengandung
polikistik dapat diketahui antara lain :

1. Mengeluh darah menstruasi yang keluar sedikit (oligomennorhea)

2. Tidak keluar darah menstruasi (amenorrhea)

3. Tidak terjadi ovulasi

4. Mandul

5. Berjerawat

1.3. Kista Ovarium dan Kehamilan

Kista ovarium dapat menjadi komplikasi serius selama kehamilan. Kista adalah kantung yang tumbuh
di dalam rahim. Kehamilan dengan kista ovarium jarang dijumpai. Pada kehamilan yang disertai
kistoma ovarii seolah-olah terjadi perebutan ruangan, dimana kehamilan makin membesar.

Oleh karena itu, kehamilan dengan kista dilakukan operasi untuk mengangkat kista tersebut pada
umur hamil 16 minggu. Bahaya melangsungkan kehamilan bersamaan dengan kista ovarii adalah
dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin yang akhirnya mengakibatkan abortus, kematian dalam
rahim. Pada kedudukan kista dipelvis minor, persalinan dapat terganggu dan memerlukan
penyelesaian dengan jalan operasi seksio sesarea. Pada kedudukan kista ovarii di daerah fundus
uteri, persalinan dapat berlangsung normal, tetapi bahaya postpartum mungkin terjadi torsi kista,
infeksi sampai abses. Oleh karena itu, segera setelah persalinan normal bila diketahui terdapat kista
ovarii dilakukan laparotomi untuk mengangkat kista tersebut.

Kista ovarium dapat tumbuh di dalam indung telur yang merupakan tempat yang paling banyak
ditumbuhi tumor. Tumornya berupa kistik, padat, kecil/besar dan berpengaruh pada mekanisme
kerja hormon. Tumor jenis ini bisa jinak atau ganas. Kista ovarium dapat tumbuh besar dan
menghambat pertumbuhan janin. Akibatnya, akan terjadi abortus/bayi lahir prematur. Pada kasus
ini, jika kondisi ibu baik, dokter akan mempertahankan kehamilan dengan cara melakukan tindakan
pemeriksaan dan perawatan secara intensif.

Umumnya, proses persalinan dilakukan dengan tindakan operasi. Dokter akan mengangkat kista
setelah persalinan selesai. Sebaliknya, jika kondisi ibu dan janin buruk, beberapa dokter tidak akan
mempertahankan kehamilan untuk menyelamatkan kondisi sang ibu.

1.4. Gejala Kista Ovarium

Kanker Ovarium sebagian besar berbentuk tumor kistik (kista ovarium) dan sebagian kecil berbentuk
tumor padat. Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulkan gejala dalam waktu
yang lama. Bila gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik pada stadium awal dapat berupa
ganguan haid. Jika tumor sudah menekan rectum atau kandung kemih mungkin terjadi konstipasi
atau sering berkemih. Dapat juga terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang
menyebabkan nyeri spontan atau nyeri pada saat bersenggama.

Pada stadium lanjut gejala yang terjadi berhubungan dengan adanya asites (penimbunan cairan
dalam rongga perut) penyebaran ke omentum (lemak perut), dan organ-organ didalam rongga perut
lainya seperti usus-usus dan hati seperti perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
gangguan buang air besar dan buang air kecil. Penumpukan cairan bisa juga terjadi pada rongga
dada akibat penyebaran penyakit ke rongga dada yang mengakibatkan penderita sangat merasa
sesak nafas.

Karena sebagian besar dari kanker ovarium bermula dari suatu kista, maka apabila pada seorang
wanita ditemukan suatu kista ovarium harus diakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan
apakah kista tersebut bersifat jinak atau ganas (kanker ovarium) kewaspadaan terhadap kista yang
bersifat ganas dilakukan pada keadaan :

a. Kista cepat membesar

b. Kista pada usia remaja atau pasca menopause

c. Kista dengan dinding yang tebal dan tidak berurutan

d. Kista dengan bagian padat

e. Tumor pada ovarium

Bila ditemukan sifat kista seperti tersebut diatas, harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk
memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium seperti tindakan USG dengan Doppler untuk
menentukan arus darah dan bahkan mungkin diperlukan untuk menunjang diagnosis adalah
pemeriksaan tumor marker seperti Ca-125 dan Ca 72-4, beta – HCG dan alfafetoprotein. Semua
pemeriksaan diatas belum bisa memastikan diagnosis kanker ovarium, akan tetapi hanya sebagai
pegangan untuk melakukan tindakan operasi. Prosedur operasi pada pasien yang tersangka kanker
ovarium sangat berbeda dengan kista ovarium biasa.

Hal terpenting pada operasi pasien yang tersangka kanker ovarium adalah semaksimal mungkin
berusaha agar kista tersebut keluar secara utuh, kemudian dilakukan periksaan ke laboratorium
Patologi Anatomik (pemeriksaan potong beku). Apabila hasil pemeriksaan potong beku bukan suatu
kanker, maka operasi selesai. Sealiknya bila hasil pemeriksaan potong beku adalah kanker ovarium
maka operasi dilanjutkan dengan mengangkat rahim, ovarium sisi lain, usus buntu, omentum,
melakukan biopsy pada tempat yang dicurigai adanya penjalaran kanker di rongga perut dan
melakukan pengambilan kelenjar getah bening di panggul. Tindakan yang komplek ini disebut
sebagai Staging lapstotomy yang bertujuan untuk menentukan stadium penyakit sehingga dapat
ditentukan rencana pengobatan selanjutnya setelah operasi.

Pada pasien yang belum mempunyai keturunan atau masih menginginkan keturunan masih bisa
dipertimbangkan untuk tidak mengangkat rahim dan ovarium sisi lain. Perlu juga diketahui bahwa
akurasi dari hasil pemeriksaan potong beku tersebut hanya berkisar antara 90-95%, sehingga
diagnosis dari kanker ovarium baru diketahui setelah pemeriksaan Patologi Anatomik yang
definitive. Hal ini menyebabkan pada beberapa pasien dengan hasil potong beku menyatakan bukan
kanker ovarium, terpaksa dilakukan operasi Staging laparotomy.

Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit nyeri yang tidak
berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi besar dan menimbulkan nyeri yang
tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip
dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau
kanker ovarium.

Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh
untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala berikut yang mungkin muncul bila
mempunyai kista ovarium :

a. Perut terasa penuh, berat, kembung

b. Tekanan pada dubur dan kandungan kemih (sulit buang air kecil)

c. Haid tidak teratur

d. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke panggung bawah dan
paha

e. Nyeri senggama

f. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil

Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan segera :

a. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba


b. Nyeri bersamaan dengan demam

c. Rasa ingin muntah

1.5. Penyebab Kista Ovarium

Beberapa faktor resiko berkembangnya kista ovarium, adalah wanita yang biasanya memiliki:

1. riwayat kista ovarium terdahulu

2. siklus haid tidak teratur

3. perut buncit

4. menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih muda)

5. sulit hamil

6. penderita hipotiroid

7. penderita kanker payudara yang pernah menjalani kemoterapi (tamoxifen)

1.6. Pencegahan Kista Ovarium

Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi. Di Amerika
Serikat pada tahun 2001 diperkirakan jumlah penderita Kanker Ovarium sebanyak 23.400 orang yang
diperkirakan meninggal sebanyak 13.900 orang. Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karena
penyakit ini pada awalnya bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah
terjadi metastatis, sehinga 60% – 70% pasien datang pada stadium lanjut, sehingga penyakit ini
disebut juga sebagai “silent killer”. Angka kejadian penyakit ini di Indonesia belum diketahui dengan
pasti karena pencatatan dan pelaporan penyakit di negeri kita kurang baik. Sebagai gambaran di RS.
Kanker Dharmais ditemukan kira-kira 30 penderita setiap tahun.

Kanker Ovarium yang kebanyakan berawal dari kista ovarium yang diderita sebelumnya kemudian
berkembang menjadi kanker ovarium karena pengobatan yang terlambat dilakukan. Kanker Ovarium
erat hubungannya dengan wanita yang mempunyai tingkat kesuburan rendah atau Intenfertilitas.
Study epidemiologic menyatakan beberapa faktor resiko yang penting sebagai penyebab kanker
ovarium adalah wanita nullipara, melahirkan pertama kali pada usia diatas 35tahun dan wanita yang
mempunyai keluarga dengan riwayat ovarium, kanker payudara atau kanker kolon. Sedangkan
wanita dengan riwayat kehamilan pertama terjadi pada usia dibawah 25tahun, penggunaan pil
kontrasepsi dan menyusui akan menurunkan kanker ovarium seanyak 30% – 60%. Faktor lingkungan
seperti penggunaan talk, konsumsi galaktose dan sterilisasi ternyata tidak mempunyai dampak
terhadap perkembangan penyakit ini.

Tidak ada upaya pencegahan khusus yang dapat dilakukan agar terhindar dari penyakit ini. Upaya
yang bisa dilakukan adalah untuk mengetahui secara dini penyakit ini sehingga pengobatan yang
dilakukan memberikan hasil yang baik dengan komplikasi yang minimal. Upaya yang dapat dilakukan
adalah dengan melakukan pemeriksaan secara berkala yang meliputi :

1. Pemeriksaan klinis genekologik untuk mendeteksi adanya kista atau pembesaran ovarium
lainnya

2. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) bila perlu dengan alat Doppler untuk mendeteksi aliran darah

3. Pemeriksaan petanda tumor ( tumor marker )

4. Pemeriksaan CT-Scan / MRI bila dianggap perlu

Pemeriksaan tersebut diatas sangat dianjurkan terutama terhadap wanita yang mempunyai resiko
akan terjadi kanker ovarium, yaitu :

1. Wanita yang haid pertama lebih awal dan menopause lebih lambat

2. Wanita yang tidak pernah atau sulit hamil

3. Wanita dengan riwayat keluarga menderita kanker ovarium

4. Wanita penderita kanker payudara atau kolon

1.7. Penatalaksanaan

1. Observasi

Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau) selama 1-2 bulan, karena kista
fungsional akan menghilang dengan sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini
diambil jika tidak curiga ganas (kanker).

2. Operasi

Jika kista membesar, maka dilakukan tindakan pembedahan, yakni dilakukan pengambilan kista
dengan tindakan laparoskopi atau laparotomi. Biasanya untuk laparoskopi Anda diperbolehkan
pulang pada hari ke-3 atau ke-4, sedangkan untuk laparotomi Anda diperbolehkan pulang pada hari
ke-8 atau ke-9.

Anda mungkin juga menyukai