Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

METODOLOGI PENELITIAN KIMIA

“Penelusuran Kepustakaan dan Pendahuluan Penelitian”

Oleh :

KELOMPOK 2

Anggota :

1. Alfina Yuliana (17036041)


2. Isriza Mahendra (17036118)
3. Melati (17036053)
4. Resi Gusmarlina (17036031)

Dosen Pembimbing : Dr. Mawardi, M. Si

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Keberadaan ilmu pengetahuan merupakan hasil dari penelitian, tanpa
adanya penelitian ilmu pengetahuan tidak akan berkembang. Dengan
diadakannya penelitian, dapat ditemukan sesuatu yang baru, atau untuk
mengembangkan sesuatu agar lebih maju. Sesuatu di sini dapat berupa ilmu
pengetahuan maupun produk. Penelitian tersebut dapat dilakukan oleh siapa
saja, di seluruh bidang ilmu.
Titik tolak penelitian jenis apapun tidak lain bersumber pada masalah.
Tanpa masalah, penelitian itu tidak dapat dilaksanakan. Masalah itu, sewaktu
akan mulai memikirkan suatu penelitian, sudah harus dipikirkan dan dirumuskan
secara jelas, sederhana, dan tuntas. Hal itu disebabkan oleh seluruh unsur
penelitian lainnya akan berpangkal pada perumusan masalah tersebut.
Untuk mengadakan penelitian diperlukan beberapa langkah atau
prosedur yang harus dilalui. Salah satunya yaitu penelusuran kepustakaan dan
studi pendahuluan. Langkah ini merupakan langkah kedua setelah memilih
masalah. Studi pendahuluan ini merupakan langkah yang penting dan harus
dilalui peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitiannya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara melakukan penelusuran kepustakaan ?
2. Bagaimana cara melakukan studi pendahuluan ?
C. TUJUAN
Untuk mengetahui cara melakukan penelusuran pustaka dan studi pendahuluan
sebagai dasar dalam metodologi penelitian.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENELUSURAN KEPUSTAKAAN

Penelitian dimulai dengan penelusuran pustaka yang berhubungandengan


subyek penelitian tersebut. Penelusuran pustaka merupakan langkah pertama
untuk mengumpulkan informasi yang relevan untuk penelitian. Penelusuran
pustaka dapat menghindarkan duplikasi pelaksanaan penelitian. Dengan
penelusuran pustaka dapat diketahui penelitian yang pernah dilakukan dan
dimana hal itu dilakukan.
Bagi seorang peneliti membaca hasil penelitian orang lain, selain mutlak
harus dilakukan untuk membantu mengorientasikan dirinya, juga akan
memberikan berbagai keuntungan. Karena hal itu akan memberi informasi
tentang kegiatan yang pernah dikerjakan orang dan menunjukkan batas
perkembangan yang dicapai ilmu. Kepustakaan akan memberikan daerah yang
belum diketahui ilmu.
Pada penelusuran kepustakaan peneliti melakukan uji awal, atas
gagasan-gagasan awalnya, atas formulasi awalnya untuk menyelesaikan masalah
penelitian. Pada saat ini, (hampir) tidak mungkin ada salah satu masalah dalam
cabang ilmu tertentu yang belum pemah diteliti sama sekali. Selalu akan
dijumpai, penelitian-penelitian terdahulu yang sejalan/sejenis/dekat dengan
penelitian yang sedang dilakukan. Oleh karena itu peneliti harus sangat hati-hati
menempatkan penelitiannya pada 'jalur' yang tepat sehingga tidak terjadi
duplikasi.
Pada penelusuran kepustakaan diuraikan secara sistematik semua
keterangan yang diperoleh dari pustaka. Perlu diperhatikan bahwa 'pendapat
pribadi' tentang penelitian yang sedang dilakukan tidak boleh 50 diikutkan
dalam tinjauan pustaka, kecuali kalau 'pendapat pribadi' itu diacu dari peneliti
terdahulu.
Setelah masalah dirumuskan, maka langkah selanjutnya adalah mencari
teori-teori, konsep-konsep, generalisasi-generalisasi yang dapat dijadikan
landasan teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan. Landasan ini perlu
ditegakkan agar penelitian mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar
perbuatan coba-coba (trial and error). Untuk mendapatkan informasi mengenai
berbagai hal yang disebutkan di atas itu orang harus melakukan penelahaan
kepustakaan. Memang, pada umumnya lebih dari lima puluh persen kegiatan
dalam seluruh proses penelitian itu adalah membaca. Karena itu sumber bacaan
merupakan bagian penunjang yang esensial.
Secara garis besar, sumber bacaan itu dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu
sumber acuan umum, dan sumber acuan khusus. Teori-teori dan konsep-konsep
pada umumnya dapat diketemukan dalam sumber acuan umum, yaitu
kepustakaan yang berwujud buku-buku teks, ensiklopedia, monograp, dan
sejenisnya. Generalisasi-generalisasi dapat ditarik dari laporan hasil-hasil
penelitian terdahulu yang relevan bagi masalah yang sedang digarap. Hasil-hasil
penelitian terdahulu itu pada umumnya dapat diketemukan dalam sumber acuan
khusus, yaitu kepustakaan yang bersifat jurnal, buletin penelitian,. tesis,
disertasi, dan lain-lain sumber bacaan yang memuat laporan hasil penelitian.
Dua kriteria yang biasa digunakan untuk memilih sumber bacaan adalah (a)
prinsip kemutakhiran (recency), dan (b) prinsip relevansi (relevance).
Dari teori-teori atau konsep-konsep umum dilakukan pemerincian atau
analisis melalui penalaran deduktif, sedangkan dari hasil-hasil penelitian
dilakukan pemaduan atau sintesis dan generalisasi melalui penalaran induktif.
Proses deduksi dan deduksi itu dilakukan secara interaktif, dan dari deduksi dan
induksi yang berulang-ulang itu diharapkan dapat dirumuskan jawaban terhadap
masalah yang telah dirumuskan, yang paling mungkin dan paling tinggi taraf
kebenarannya. jawaban inilah yang dijadikan hipotesis penelitian.
Seperti telah sebutkan dimuka, sebagian besar kegiatan dalam
keseluruhan proses penelitian adalah membaca, dan membaca itu hampir
seluruhnya terjadi pada langkah penelahaan kepustakaan ini. Orang harus
membaca dan membaca, dan menelaah yang dibaca itu setuntas mungkin agar
dia dapat menegakkan landasan yang kokoh bagi langkah langkah berikutnya.
Membaca merupakan keterampilan yang harus dikembangkan dan dipupuk.
Untuk ini kegemaran membaca harus dibuat membudaya; membaca harus
merupakan kegemaran, pada akhirnya harus merupakan kebutuhan.
Penyusunan landasan teoritis tidak akan produktif sebelum bahannya
cukup banyak. Karena itu perlu lebih dahulu dibaca banyak -banyak sumber-
sumber bacaan, baru kemudian ditelaah, dibanding-bandingkan, lalu diambil
kesimpulan-kesimpulan teoritis. Supaya hasil pembacaan itu dapat dimanfaatkan
sebaik-baiknya, perlulah hal tersebut direkam (dicatat) dengan cara yang mudah
pemanfaatannya. Informasi nama yang perlu dicatat, tidak ada aturan umumnya.
Sementara orang menganggap informasi minimal, yaitu informasi yang berisi
hal-hal seperti yang tertulis dalam katalog di perpustakaan, telah cukup,
sementara orang-orang yang lain menganggap bahwa catatan itu perlu memuat
intisari atau garis-garis besar isi bacaan. Untuk Indonesia, kiranya pendapat yang
ke dua itulah yang lebih sesuai, karena pada umumnya sumber bacaan sangat
terbatas, sehingga ada kemungkinan sumber yang pernah dibaca tidak lagi
tersedia di perpustakaan sewaktu diperlukan kembali.
Dari informasi-informasi yang telah terkumpul sebagai hasil kegiatan
membaca itulah peneliti melakukan penelahaan lebih lanjut terhadap masalah
yang digarapnya. Dengan deduksi dia berusaha melakukan pemerincian atau
pengkhususan, dengan induksi dia melakukan pemaduan dan pembuatan
generalisasi-generalisasi, dan akhirnya meramu kesemua bahan itu ke dalam
suatu sistem yang berupa kesimpulan-kesimpulan teoritis, yang akan menjadi
landasan bagi penyusunan hipotesis penelitian. Di dalam kesimpulan-
kesimpulan teoritis itu peneliti harus mengidentifikasikan hal-hal atau faktor-
faktor utama yang akan digarap dalam penelitiannya. Faktor-faktor inilah yang
akan menjadi variabel-variabel yang akan digarap dalam penelitiannya.
Peramuan ini penting, karena di situlah letak mutu sistem pemikiran teoritis si
peneliti. Penyatuan hasil-hasil bacaan secara kronologis dan kompilatif saja
tidak cukup. Hasil-hasil itu harus diramu berdasarkan suatu garis pemikiran
yang konsisten. Garis pemikiran inilah yang melandasi kesimpulan-kesimpulan
teoritis yang menjadi dasar hipotesis penelitian.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa penelusuran kepustakaan :

1. Bertujuan untuk mendapatkan landasan yang kokoh dalam merumuskan


masalah diperlukan studi pendahuluan
2. Sebagai indikator kemajuan yang diperoleh dibandingkan dengan laju
kepesatan perkembangan iptek secara universal.
3. Pangkalan bertolak dan berlabuh
4. Sebagai acuan dalam pengajuan dana untuk mendapatkan informasi mutakhir
yang diperlukan demi kesempumaan penelitian.
5. Sebagai sarana untuk merumuskan Kajian Teori dan Kerangka Konseptual

1. Manfaat Penelusuran Kepustakaan

Berikut beberapa manfaat dari penelusuran kepustakaan :


- untuk menggali informasi mengenai teori-teori yang telah ditemukan para ahli.
- untuk menghindari plagiat
- untuk mengikuti perkembangan penelitian
- untuk mengungkapkan ide secara sistematis dan kritis
- mengkaji sejarah permasalahan;
- membantu pemilihan prosedur penelitian;
- mendalami landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan;
- mengkaji kelebihan dan kekurangan hasil penelitian terdahulu;
- menghindari duplikasi penelitian; dan
- menunjang perumusan permasalahan

2. Macam – macam sumber bacaan


1. Buku teks : Merupakan tulisan ilmiah yg dijilid rapi yg diterbitkan dengan
interval yang tidak tentu. Buku teks berkenaan dengan suatu bidang ilmu yg
isinya menyeluruh dan biasanya digunakan sebagai buku wajib dalam mata
kuliah tertentu.
2. Jurnal : Merupakan majalah ilmiah yang berisi tulisan ilmiah atau hasil-hasil
seminar yg diterbitkan oleh Himpunan Profesi Ilmiah. Biasanya terbit sekali
tiga bulan atau 3 – 4 jilid setahun.
3. Periodical : Merupakan majalah ilmiah yg diterbitkan secara berkala oleh
lembaga-lembaga baik pemerintah atau swasta yg berisi hasil penelitian yg
dikerjakan. Banyak periodical yang diterbitkan oleh perguruan tinggi.
4. Yearbook : Merupakan buku mengenai fakta-fakta, statistik ataupun
membahas suatu masalah bidang ilmu yang diterbitkan oleh lembaga
pemerintah atau swasta setiap tahun.
5. Bulletin : Merupakan tulisan ilmiah pendek yang terbit secara berkala yang
berisi catatan-catatan ilmiah ataupun petunjuk-petunjuk ilmiah tentang satu
kegiatan operasional. Biasanya dikeluarkan oleh Lembaga Negara ataupun
Organisasi Profesi Ilmiah. Tiap buletin berisi satu artikel mengenai hasil
penelitian yang sering disebut “Contribution”.
6. Circular : Merupakan tulisan ilmiah pendek dan praktis biasanya
dikeluarkan oleh lembaga negara atau swasta seperti Universtias, lembaga
riset, dinas-dinas dan sebagainya dengan interval tak tentu.
7. Leaflet : Berisi karangan kecil yang sifatnya ilmiah praktis. Diterbitkan oleh
lembaga-lembaga negara atau swasta dengan interval yang tidak tetap.
8. Annual Review : Berisi ulasan-ulasan tentang literatur yang telah
diterbitkan selama masa setahun atau beberapa tahun yang lampau. Dalam
menggunakan Annual Review, carilah dari terbaru kemudian mundur ke
jilid-jilid sebelumnya.
9. Off Print : Suatu artikel ilmiah yang terlepas dari majalah atau buku teks
dan dikirimkan ke perpustakaan.
10. Reprint : Artikel yang telah dimuat dalam satu majalah ilmiah dan dicetak
ulang oleh penerbit secara terpisah dan diberi sampul.
11. Recent Advances : Sejenis majalah ilmiah yang berisi artikel-artikel yang
tidak diperoleh dalam Review Journals.
12. Bibliografi : Buku yang berisi judul-judul artikel yang membahas bidang
ilmu tertentu. Dalam buku tersebut diberikan judul, pengarang, tahun
penerbitan, nama penerbitan serta halaman dari sumber dimana artikel
tersebut dimuat.
13. Handbook : Buku kecil yang diterbitkan oleh lembaga negara atau swasta
yang biasanya berisi petunjuk-petunjuk tentang suatu masalah tertentu atau
tentang suatu fenomena yang bersifat umum.
14. Manual : Buku petunjuk mengenai tata cara melakukan sesuatu secara
terperinci. Biasanya mengenai suatu masalah praktis, baik dalam mengukur,
malakukan maupun memakai sesuatu secara benar.
15. Review Journal Majalah ilmiah yang berisi artikel-artikel yg dipersingkat
dalam suatu cabang pengetahuan dan diterbitkan secara berkala. Singkatan
artikel tersebut bukan saja berisi ikhtisar dari hasil penemuan tetapi dimulai
dari masalah termasuk metode penelitian.
16. Abstract Journal: Majalah ilmiah yg berisi singkatan atau ikhtisar dari
artikel-artikel dari jurnal-jurnal terbaru. Artikel singkatan berisi judul,
metode serta kesimpulan. Contoh: Biological abstract (terbit sejak tahun
1926), Field Crops abstract (terbit sejak 1939), Plant Breeding abstract
(terbit sejak 1930), International Abstract of Biological Sciences (terbit
sejak tahun 1956).
17. Off Print : Suatu artikel ilmiah yang terlepas dari majalah atau buku teks
dan dikirimkan ke perpustakaan.
18. Reprint : Artikel yang telah dimuat dalam satu majalah ilmiah dan dicetak
ulang oleh penerbit secara terpisah dan diberi sampul.
19. Recent Advances : Sejenis majalah ilmiah yang berisi artikel-artikel yang
tidak diperoleh dalam Review Journals.

3. Pengolahan Hasil Bacaan

Setelah kita mengatahui sumber-sumber bahan bacaan, kita pun perlu


mengatahui langkah-langkah mengkaji dan mengumpulkan hasil kajian, dua hal
yang kami rangkumkan adalah membaca dan mencatat, serta mengenal
perpustakaan.
a. Membaca dan Mencatat
Membaca dan mencatat adalah bagian terpenting dalam kajian
teks/pustaka. Membaca adalah melakukan kegiatan studi pustaka yang
mempunyai fungsi dan kegunaan memperoleh ilmu pengetahuan dan
metodologi serta data-data yang relevan dengan rencana penelitian yang
akan dilakukan.
Membaca dalam arti sekedarnya saja tentu mudah dilakukan, namun
membbaca untuk memperoleh dalil, konsep, variable, hasil-hasil
penelitian dan lain sebagainya yang dibutuhkan dalam membuat rencana
penelitian tentu tidak mudah seperti yang dibayangkan. Untuk
memudahkan kegiatan membaca yang “berhasil guna”, Supardi
memberikan petunjuk sebagai berikut:
 Bacalah secara sepintas dari keseluruhan sumber pustaka yang telah
ditentukan.
 Ulangi secara mendalam untuk masing-masing bab yang terdapat pada
sumber pustaka yang dibaca dan segera buatlah kutipan informasi dan
data yang kiranya diperoleh yang relevan dengan yang dibutuhkan untuk
rencana penelitian yang akan disusun.
 Kemudian buatlah kutipan sebagai hasil kegiatan membaca dengan
mencatat apa yang akan diambil atau dikutip.
b. Mengenal Perpustakaan (Library)
Sumber bacaan (teks/pustaka), sebagian besar akan diketemukan di
perpustakaan. Perpustakaan secara umum dapat diartikan sebagai tempat
pengelolahan bahan-bahan bacaan yang dilembagakan dan dikelola
secara professional. Namun bukan berarti sumber bacaan hanya
ditemukan di perpustakaan perguruan tinggi, lembaga penelitian dan
instansi lainnya. Akkan tetapi pustaka lebih luas dapat juga diperoleh
dari perpustakaan pribadi, took buku, museum dan sebagian.
Seorang peneliti juga sedikit banyak harus mengenal seluk beluk tentang
perpustakaan. Mengenal perpustakaan berarti akan mengenal tentang
sistem pelayannan dan catalog. Sistem pelayanan. sistem pelayanan
perpustakaan pada umumnya dibagi menjadi dua macam sistem yaitu,
sistem terbuka (self servicce) dan sistem tertutup.
Sistem terbuka adalah system pelayanan yang para peminat baca dapat
langsung menunjuk tempat penyimpan dan penyediaan buku atau bahan
yang diperlukan. Sedangkan sistem tetutup adalah pelayanan
perpustakaan dimana para peminat baca tidak dapat secara langsung
melihat, memilih dan mengambil bahan bacaan yang diperlukan.Dari
kedua sistem tersebut paling tidak pembaca/peminjam buku harus
mengenal sistem katalog yang diatur oleh perpustakaan tersebut. Pada
dasaranya katalog merupakan kartu-kartu daftar koleksi bacaan yang
dapat disediakan oleh perpustakaan tetentu. Kartu katalog biasanya
memberi informasi tentang nama penulis, judul, edisi (kalau ada), nama
penerbit, tahun penerbitan, maupun data-data dari bahan bacaan tersebut
lainnya.Dewasa ini katalogisasi perpustakaan pada institusi yang mampu
telah dilaksanakna dengan berbasis komputerisasi catalog perpustakaan.
Sehingga secara cepat dan akurat pengunjung memperoleh referensi yang
sesuai keinginan

4. Cara Pencatatan Sumber Bacaan

Bila sumber pustaka harus ditulis tangan ,mengikuti salah satu dari dua cara
,yaitu sistem kartu dan sistem lembaran atau sistem kuarto. Sistem kartu
menggunakan kertas gambar berukuran kartu pos,sedangkan sistem lembaran
(kuarto) menggunakan HVS ukuran kuarto. Keuntungan sistem kartu adalah
bahwa kartu ini mudah diatur,disimpan dan dibawa kemana-mana.
Kelemahannya, informasi yang dapat direkam pada setiap kartu sangat terbatas,
hanya yang tertulis dalam katalog/abstrak. Sebaliknya pada sistem lebaran
masing-masing lembar dapat memuat informasi yang lebih banyak dari
ringkasan/intisari, namun mengatur, menyimpan dan membawanya lebih sukar.
Namun dengan tersedianya alat pelubang dan map yang sesuai ukuran kuarto,
kelemahan sistem kuarto ini dapat diatasi.

5. Cara Penulisan Kutipan

Dalam menyusun kutipan – Supardi juga mengutib tulisan Moh. Nazir– dapat
melakukannya dalam berbagai bentuk yang diantaranya adalah sebagai berikut:
 Quotasi, adalah mengutib secara langsung tanpa mengubah satu
katapun dari kata-kata pengarang. Dalam hal ini harus digunakan dua
tanda kutib.
 Paraphrase, adalah mengutib seluruh isi bacaan dengan
menggunakan kata-kata si peniliti atau si pembaca sendiri.
 Summary atau Ikhtisar, adalah mencatat sinopsis atau kependekan
dari keseluruhan pemikiran yang ada dalam bacaan dengan
menggunakan kata-kata sendiri.
 Precis (baca:praisi), adalah kependekan isi yang lebih padat dari
summary, dengan memilih secara hati-hati materi yang akan
dipendekkan dengan menggunakan kata-kata sendiri yang tidak lari
dari rencanna orisinal artikel.
Agar hasil mebaca dapat didokumentasikan, maka kutipan yang
disusun tadi perlu dilakukan pencatatan secara sistematis dan praktis.
Mencatat hasil bacaan diseyogyakan menggunakan model kartu.
Buatlah kartu ukuran (misalnya) 7,5 X 12,5 cm atau lebih kecil/besar
(sesuai dengan tingkat kepraktisan masing-masing) dari kertas manila
atau linen baik berwarna putih maupun berwarna-warni.Walaupun
hal ini tergantung pada selera, namun bagian-bagian terpenting harus
dituliskan, antara lain :
 Nama variable
 Nama pengarang atau pencetus ide tentang pokok masalah
 Nama sumber dimana dimuat penjelasan tentang variable atau
pokok masalah
 Tahun yang menunjukan pada waktu sumber tersebut dibuat atau
diterbitkan
 Nama instansi (lembaga, unit, penerbit, dan sebagainya) yang
bertanggung jawab atas penulisan atau penerbitan suber kajian.
 Nama kota tenpat penulisan atau penerbitan sumber kajian.
 Isi penjelasan tentang variabel atau pokok masalah.

Kutipan yang berisi kurang dan 40”kata ditulis di antara tanda kutip
(“…“) sebagai bagian yang terpadu dalam teks utama, dan diikuti nama penulis,
tahun dan nomor halaman. Nama penulis dapat ditulis secara terpadu dalam teks
atau menjadi satu dengan tahun dan nomor halaman di dalam kurung. Lihat
contoh berikut. Nama penulis disebut dalanm teks secara terpadu. Contoh:
Soebronto (1990:123) menyimpulkan “ada hubungan yang erat antara faktor
sosial ekonomi dengan kemajuan belajar”.

6. Cara Penulisan Daftar Pustaka

Penulisan daftar pustaka umumnya tersusun menurut abjad nama akhir


penulis; dengan format: nama penulis, tahun penerbitan dan seterusnya. Susunan
dan format daftar pustaka tersebut memudahkan untuk membaca informasi yang
lengkap tentang yang diacu dalam kajian pustaka. Misal, dalam kajian pustaka:

“. . . . . . Mittra (1986) . . . . . .”

Dalam daftar pustaka, tertulis: Mittra, S. S., 1996, Decision Support System:
Tools and Techniques, John Wiley & Sons, New York, N. Y. Sering terjadi,
seorang penulis (usulan penelitian atau karya tulis) ingin menunjukan bahwa
bahan bacaannya banyak; meskipun tidak dibahas dan tidak diacu dalam
tulisannya, semuanya ditulis dalam daftar pustaka. Maksud yang baik ini
sebaiknya ditunjukan dengan membahas dan mengemukakan secara jelas
(menurut aturan pengacuan) apa yang diacu dari pustaka-pustaka tersebut dalam
tulisannya. Tentunya hal yang sebaliknya, yaitu menyebut nama pengarang yang
diacu dalam kajian pustaka tanpa menuliskannya dalam daftar pustaka (karena
lupa) tidak perlu terjadi.

Berikut ini salah satu petunjuk tentang penulisan nama untuk pengacuan
dalam tinjauan pustaka dan daftar pustaka:
(1) Penulisan Nama
Penulisan nama mencakup narna penulis yang diacu dalam uraian, daftar pustaka,
nama yang lebih dan satu suku kata, nama dengan garis penghubung, nama yang
diikuti dengan singkatan, dan derajat kesarjanaan.
(2) Nama penulis yang diacu dalam uraian
Penulis yang tulisannya diacu daiam uraian hanya disebutkan narna akhimya saja,
dan kalau lebih dari 2 orang, hanya nama akhir penulis pertama yang dicantumkan
dlikuti dengan dkk atau et al:
1. Menurut Calvin (1978) ….
2. Pirolisis ampas tebu (Othmer dan Fernstrom, 1943) menghasilkan..
3. Bensin dapat dibuat dari metanol (Meisel dkk, 1976) …
Yang membuat tulisan pada contoh (c) berjumiah 4 orang, yaitu Meisel, S.L.,
McCullough, J.P., Leckthaler, C.H., dan Weisz, P.B.
(3) Nama penulis dalam daftar pustaka
Dalam daftar pustaka, semua penulis harus dicantumkan namanya, dan tidak
boleh hanya penulis pertama diambah dkk atau et al. saja.
Contoh:
Meisei, S.L., McCullough, J.P., Leckthaler, C.H., dan Weisz, P.B., 1 976, ….
Tidak boleh hanya:
Meisel, S.L. dkk atau Meisel, S.L. et al.
(4) Nama penulis lebih dari satu sutu kata
Jika nama penulis ierdiri dari 2 suku kata atau lebih, cara penulisannya ialah narna
akhir diikuti dengan koma, singkatan nama depan, tengah dan seterusnya, yang
semuanya diberi titik, atau nama akhir dilkuti dengan suku kata nama depan,
tengah, dan seterusnya.
Contoh:
1. Sutan Takdir Alisyahbana ditulis: Alisyahbana S.T., atau Alisyahbana, Sutan
Takdir.
2. Donald Fitzgerald Othmer ditulis: Othmer, D.F.
(5) Nama dengan garis penghubung
Kalau nama penulis dalam sumber aslinya ditulis dengan garis penghubung di
antara dua suku katanya, rraka keduanya dianggap sebagai satu kesatuan.
Contoh:
Sulastin-Sutrisno ditulis Sulastin-Sutrisno.
(6) Nama yang diikuti dengan singkatan
Nama yang diikuti dengan singkatan, dianggap bahwa singkatan itu menjadi satu
dengan suku kata yang ada di depannya.
Contoh:
1. Mawardi A.l. ditulis: Mawardi A.l.
2. Williams D. Ross Jr. ditulis: Ross Jr., W.D..

7. Cara Menghindari Plagiat

Sebagaimana defisini plagiat yang telah disebutkan, maka penting untuk


memahami cara mencantumkan gagasan, ide, dan/atau teori orang lain untuk
menyusun sebuah tulisan ilmiah yang baik. Adapun untuk menghindari plagiarisme
setidaknya ada dua hal yang bisa dilakukan yaitu:

1. Mempelajari Teknik Menulis Mengutip yang Benar

Dalam penulisan karya ilmiah dibutuhkan ide, gagasan, dan/atau teori orang lain
yang kita kutip untuk mendukung argumen yang kita bangun. Kutipan dapat
diambil dari media cetak, online, audio, maupun dari audio visual berupa video
atau radio. Cara melakukan pengutipan dalam sebuah tulisan dapat dilakukan
melalui kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.
2. Teknik Menulis Parafrase

Teknik menulis Parafrase adalah mengungkapkan ide/gagasan orang lain dengan


menggunakan kata-kata sendiri, tanpa merubah maksud atau makna ide/gagasan
dengan tetap menyebutkan sumbernya. Untuk melakukan parafrase terhadap
satu kalimat dari penulis asli memerlukan ketrampilan teknis yang harus sering
dipraktekkan, karena dalam satu tulisan ilmiah seorang penulis harus lebih
banyak melakukan paraphrase dibanding dengan pengutipan (citation). Merujuk
kepada panduan yang dikembangkan dalam buku “Handbook for Student” di
MIT, USA., setidaknya adalah enam cara/teknis sekaligus diterapkan dalam
membuat parafrase dari kalimat-kalimat yang disampaikan dalam karangan asli,
yaitu:

- Menggunakan kata sinonim pada semua kata yang tidak umum


digunakan dalam karangan asli. Kata-kata seperti orang, dunia, makanan
adalah kata-kata umum yang tidak perlu lagi dicari sinonimnya.
- Mengubah struktur kalimat.
- Mengubah tekanan kalimat dari aktif menjadi pasif atau sebaliknya.
- Mengurangi anak-anak kalimat yang tidak perlu untuk diuraikan atau
dimaknakan kembali oleh penulis (pengutip).
- Mengubah bagian-bagian pembicaraan yang diurai penulis asli.
- Menulis sumber bacaan dengan lengkap. Lebih lanjut mengenai
paraphrase dapat dilihat di Selain 2 tips di atas, seiring dengan
perkembangan teknologi sudah banyak aplikasi yang diciptakan untuk
mengurangi tindakan plagarisme dengan aplikasi antiplagiarisme.
Dengan aplikasi ini dapat diketahui presentase kemiripan antara tulisan
yang kita buat dengan tulisan-tulisan yang telah lebih dulu dipublikasian,
sehingga penulis tidak perlu khawatir terhadap hasil karyanya.

B. PENDAHULUAN PENELITIAN

1. Latar Belakang Masalah

Latar belakang adalah dasar atau titik tolak untuk memberikan pemahaman
kepada pembaca atau pendengar mengenai apa yang ingin kita sampaikan. Latar
belakang yang baik aharus disusun dengan sejelas mungkin dan bila perlu
disertai dengan data atau fakta yang mendukung.
Pada dasarnya, latar belakang masalah merupakan uraian informasi penting
yang berhubungan dengan timbulnya masalah penelitian. Beberapa hal yang
terdapat dalam latar belakang adalah:
a. Kondisi ideal mencakup keadaan yang dicita-citakan, atau diharapkan
terjadi. Kondisi ideal ini biasa dituangkan dalam bentuk visi dan misi yang
ingin diraih.
b. Kondisi aktual merupakan kondisi yang terjadi saat ini. Biasa menceritakan
perbedaan situasi antara kondisi saat ini dengan kondisi yang dicita-citakan
terjadi. Solusi merupakan saran singkat atau penawaran penyelesaian
terhadap masalah yang dialami sebelum melangkah lebih lanjut ke pokok
bahasan.

2. Batasan Masalah

Batasan masalah adalah ruang lingkup masalah atau upaya membatasi


ruang lingkup masalah yang terlalu luas atau lebar sehingga penelitian itu lebih
bisa fokus untuk dilakukan. Hal ini dilakukan agar pembahasannya tidak terlalu
luas kepada aspek-aspek yang jauh dari relevansi sehingga penelitian itu bisa
lebih fokus untuk dilakukan. Berdasarkan sekian banyak masalah tersebut
dipilihlah satu atau dua masalah yang akan dipermasalahkan, tentu yang akan
diteliti (lazim disebut dengan batasan masalah, limitation). Batasan masalah,
dengan demikian, adalah pemilihan satu atau dua masalah dari beberapa masalah
yang sudah teridentifikasi.
Batasan masalah itu dalam arti kata lain sebenarnya menegaskan atau
memperjelas apa yang menjadi masalah. Dengan kata lain, upaya merumuskan
pengertian dan menegaskan batasan dengan dukungan data hasil penelitian
pendahuluan seperti apa “sosok” masalah tersebut. Misalnya, jika yang dipilih
itu mengenai “prestasi kerja karyawan yang rendah” dipaparlah
(dideskripsikanlah) “kerendahan” prestasi kerja itu seperti apa (misalnya
kehadiran kerja seberapa rendah, keseriusan kerja seberapa rendah, kuantitas
hasil kerja seberapa rendah, kualitas kerja seberapa rendah).
Batasan masalah dapat pula dipahami sebagai batasan pengertian
masalah, yaitu penegasan secara operasional (definisi operasional) masalah
tersebut yang akan memudahkan untuk melakukan penelitian (pengumpulan
data) tentangnya. Misalnya, dalam contoh di atas, prestasi kerja mengandung
aspek kehadiran kerja (ketepatan waktu kerja), keseriusan atau kesungguhan
kerja (benar-benar melakukan kegiatan kerja ataukah malas-malasan dan buang-
buang waktu, banyak menganggur), kuantitas hasil kerja (banyaknya karya yang
dihasilkan berbanding waktu yang tersedia), dan kualitas hasil kerja (kerapihan,
kecermatan dan sebagainya dari hasil karya). Pilihan makna yang mana yang
akan diikuti sebenarnya itu tidak masalah.
Idealnya adalah bahwa: (1) membatasi (memilih satu atau dua) masalah
yang akan diteliti (pilih satu atau dua dari yang sudah teridentifikasi); (2)
menegaskan pengertiannya; dan (3) memaparkan data yang memberikan
gambaran lebih rinci mengenai “sosoknya.”. Umpamanya: jika masalah itu
berupa “prestasi kerja karyawan yang rendah” (yang dipilih dari, misalnya:
kreativitas kerja yang rendah, kemampuan berinisiasi yang rendah, kerja sama
(kolegialitas) yang rendah, loyalitas yang rendah, dan lainnya), maka yang akan
diteliti (dipilih, dibatasi) tentu mengenai kerendahan prestasi kerja karyawan,
bukan mengenai faktor penyebab rendahnya prestasi kerja karyawan, atau upaya
memotivasi karyawan. Jika yang jadi masalah itu kekurangan fasilitas (sarana
prasarana) pendidikan, maka yang disebutkan (dituliskan) adalah bahwa yang
akan diteliti (dipilih, dibatasi) adalah masalah kekurangan fasilitas, bukan
pengelolaan fasilitas. Kekurangan fasilitas dan pengelolaan fasilitas merupakan
dua hal yang berbeda [Ada masalah apa juga dengan pengelolaan fasilitas?
“Pengelolaan fasilitas” bukan masalah, itu topik atau tema! Lain jika “salah
kelola fasilitas” atau “ketidakefektivan pengelolaan fasilitas”].

3. Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap


penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan
penelitian. Tanpa perumusan masalah, suatu kegiatan penelitian akan menjadi
sia-sia dan bahkan tidak akan membuahkan hasil apa-apa.

4. Tujuan Penelitian

Tujuan terujung suatu penelitian adalah untuk merumuskan pertanyaan-


pertanyaan dan menemukan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan penelitian
tersebut. Tujuan dapat beranak cabang yang mendorong penelitian lebih lanjut.
Tidak satu orangpun mampu mengajukan semua pertanyaan, dan demikian pula
tak seorangpun sanggup menemukan semua jawaban bahkan hanya untuk satu
pertanyaan saja. Maka, kita perlu membatasi upaya kita dengan cara membatasi
tujuan penelitian.

5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian sendiri yaitu untuk menyelidiki keadaan , alasan maupun


konsekuensi terhadap keadaan tertentu. Keadaan tersebut dapat dikontrol dengan
melalui eksperimen maupun berdasarkan observasi. Sebab penelitian berperan
penting untuk memberikan fondasi atas tindak dan juga keputusan dalam semua
aspek.

6. Pertanyaan Penelitian

Pada hakikatnya pertanyaan penelitian dirumuskan dengan melihat


kesenjangan yang terjadi antara:
1. Apa yang seharusnya terjadi (prescriptive) dan yang sebenarnya terjadi
(descriptive)
2. Apa yang diperlukan (what is needed) dan apa yang tersedia (what is
available)
3. Apa yang diharapkan (what is expected) dan apa yang dicapai (what is
achieved).
Pertanyaan penelitian selalu diawali dengan munculnya masalah yang
sering disebut sebagai fenomena atau gejala tertentu. Tetapi tidak semua
masalah bisa diajukan sebagai masalah penelitian. Ada syarat-syarat tertentu
yang harus dipenuhi agar bisa diangkat sebagai masalah penelitian. Berdasarkan
kajian referensi buku-buku metodologi peneltian, setidaknya terdapat tujuh
syarat yang harus dipenuhi, yaitu:

1. Tersedia data atau informasi untuk menjawabnya,


2. Data atau informasi tersebut diperoleh melalui metode ilmiah,
seperti wawancara, observasi, kuesioner, dokumentasi,
partisipasi, dan evaluasi/tes
3. Memenuhi persyaratan orisinalitas, diketahui melalui pemetaan
penelitian terdahulu (state of the arts),
4. Memberikan sumbangan teoretik yang berarti bagi
pengembangan ilmu pengetahuan
5. Menyangkut isu kontroversial dan unik yang sedang hangat
terjadi,
6. Masalah tersebut memerlukan jawaban serta pemecahan segera,
tetapi jawabannya belum diketahui masyarakat luas, dan
7. Masalah itu diajukan dalam batas minat (bidang studi) dan
kemampuan peneliti.

Untuk mencapai maksud tersebut di atas, peneliti perlu melakukan


pertanyaan reflektif sebagai pemandu. Menurut Raco (2010: 98-99), ada
beberapa pertanyaan awal untuk dijawab sebagai berikut:

1. Mengapa masalah tersebut penting untuk diangkat,

2. Bagaimana kondisi sosial di sekitar peristiwa, fakta atau gejala yang


akan diteliti,

3) Proses apa yang sebenarnya terjadi di sekitar peristiwa tersebut,

4) Perkembanghan atau pergeseran apa yang sedang berlangsung pada


waktu peristiwa terjadi, dan

5) Apa manfaat penelitian tersebut baik bagi pengembangan ilmu


pengetahun dan masyarakat secara luas di masa yang akan datang.

Dilihat dari jenis pertanyaannya, para ahli metodologi penelitian seperti


Marshall & Rossman (2006), dan Creswell (2007: 107) setidaknya membaginya
menjadi tiga macam pertanyaan, yaitu:

1) Deskriptif (yakni mendeskripsikan fenomena atau gejala yang diteliti


apa adanya), dengan menggunakan kata tanya ‘apa’. Lazimnya diajukan
untuk pertanyaan penelitian kualitatif.

2) Eksploratoris (yakni untuk memahami gejala atau fenomena secara


mendalam), dengan menggunakan kata tanya “bagaimana”. Lazimnya
diajukan untuk pertanyaan penelitian kualitatif.

3) Eksplanatoris (yakni untuk menjelaskan pola-pola yang terjadi terkait


dengan fenomena yang dikaji, dengan mengajukan pertanyaan ‘apa ada
hubungan atau korelasi, pengaruh antara faktor X dan Y). Lazimnya
untuk pertanyaan penelitian kuantitatif.

Contoh untuk masing-masing pertanyaan penelitian tersebut adalah sebagai


berikut:

1. Pertanyaan deskriptif: Apa aja strategi yang dipakai Kepala Sekolah


dalam memajukan sekolah yang dipimpinnya?

2. Pertanyaan eksploratif : Bagaimana model kepemimpinan Kepala


Sekolah tersebut dalam upaya memajukan sekolah?

3. Pertanyaan eksplanatif: Bagaimana pengaruh model kepemimpinan


otoriter terhadap kepatuhan staf?
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Penelusuran kepustakaan harus, dilakukan oleh seorang peneliti.
Kegiatan ini dilakukan baik ,sebelum maupun ,sesudah penelitian
berhasil mengidentifikasikan masalah. Dengan melakukan,penelusuran
kepustakaan penelitian dapat mengkaji teori-teori dalam bilang. Kegiatan
penelusuran kepustakaan ini sangat menunjang ,suatu penelitian.
Untuk mengadakan pendahuluan penelitian, dilakukan dengan berbagai
cara antara lain :
1. Dengan membaca literatur, baik teori maupun penemuan (hasil
penelitian terdahulu).
2. Mendatangi ahli-ahli atau manusia sumber untuk berkonsultasi dan
memperoleh informasi.
3. Mengadakan peninjauan ke tempat atau lokasi penelitian untuk
melihat benda atau peristiwa.

B. SARAN
Banyak lebih dari keterbatasan bagi pemakalah dalam menyelesaikan
makalah metodologi penelitian . Ini baik dari segi refrensi serta bacaan buku
yang ada di perpustakaan, serta dari pemahaman pemakalah sendiri. Kami
berharap atas pemahaman yang ada bermanfaat bagi kita semua. Dan bagi
instansi diharapkan untuk memfasilitasi kebutuhan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsim.1989. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta.


Azwar, Saiffudin. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Emzir, 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta
J. Lexy, Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Nana, Sukmadinata Syaodih. 2011. Metode Penelitan Pendidikan. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Salim, Peter dan Yenny Salim. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta:
Modern English Press.
Sedarmayanti dan Hidayat. 2011. Metodologi Penelitian. Bandung: CV Mandar Maju.
Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan kompetensi dan praktikan. Jakarta:Bumi
Aksara

Anda mungkin juga menyukai