Oleh :
KELOMPOK 2
Anggota :
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Keberadaan ilmu pengetahuan merupakan hasil dari penelitian, tanpa
adanya penelitian ilmu pengetahuan tidak akan berkembang. Dengan
diadakannya penelitian, dapat ditemukan sesuatu yang baru, atau untuk
mengembangkan sesuatu agar lebih maju. Sesuatu di sini dapat berupa ilmu
pengetahuan maupun produk. Penelitian tersebut dapat dilakukan oleh siapa
saja, di seluruh bidang ilmu.
Titik tolak penelitian jenis apapun tidak lain bersumber pada masalah.
Tanpa masalah, penelitian itu tidak dapat dilaksanakan. Masalah itu, sewaktu
akan mulai memikirkan suatu penelitian, sudah harus dipikirkan dan dirumuskan
secara jelas, sederhana, dan tuntas. Hal itu disebabkan oleh seluruh unsur
penelitian lainnya akan berpangkal pada perumusan masalah tersebut.
Untuk mengadakan penelitian diperlukan beberapa langkah atau
prosedur yang harus dilalui. Salah satunya yaitu penelusuran kepustakaan dan
studi pendahuluan. Langkah ini merupakan langkah kedua setelah memilih
masalah. Studi pendahuluan ini merupakan langkah yang penting dan harus
dilalui peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitiannya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara melakukan penelusuran kepustakaan ?
2. Bagaimana cara melakukan studi pendahuluan ?
C. TUJUAN
Untuk mengetahui cara melakukan penelusuran pustaka dan studi pendahuluan
sebagai dasar dalam metodologi penelitian.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENELUSURAN KEPUSTAKAAN
Bila sumber pustaka harus ditulis tangan ,mengikuti salah satu dari dua cara
,yaitu sistem kartu dan sistem lembaran atau sistem kuarto. Sistem kartu
menggunakan kertas gambar berukuran kartu pos,sedangkan sistem lembaran
(kuarto) menggunakan HVS ukuran kuarto. Keuntungan sistem kartu adalah
bahwa kartu ini mudah diatur,disimpan dan dibawa kemana-mana.
Kelemahannya, informasi yang dapat direkam pada setiap kartu sangat terbatas,
hanya yang tertulis dalam katalog/abstrak. Sebaliknya pada sistem lebaran
masing-masing lembar dapat memuat informasi yang lebih banyak dari
ringkasan/intisari, namun mengatur, menyimpan dan membawanya lebih sukar.
Namun dengan tersedianya alat pelubang dan map yang sesuai ukuran kuarto,
kelemahan sistem kuarto ini dapat diatasi.
Dalam menyusun kutipan – Supardi juga mengutib tulisan Moh. Nazir– dapat
melakukannya dalam berbagai bentuk yang diantaranya adalah sebagai berikut:
Quotasi, adalah mengutib secara langsung tanpa mengubah satu
katapun dari kata-kata pengarang. Dalam hal ini harus digunakan dua
tanda kutib.
Paraphrase, adalah mengutib seluruh isi bacaan dengan
menggunakan kata-kata si peniliti atau si pembaca sendiri.
Summary atau Ikhtisar, adalah mencatat sinopsis atau kependekan
dari keseluruhan pemikiran yang ada dalam bacaan dengan
menggunakan kata-kata sendiri.
Precis (baca:praisi), adalah kependekan isi yang lebih padat dari
summary, dengan memilih secara hati-hati materi yang akan
dipendekkan dengan menggunakan kata-kata sendiri yang tidak lari
dari rencanna orisinal artikel.
Agar hasil mebaca dapat didokumentasikan, maka kutipan yang
disusun tadi perlu dilakukan pencatatan secara sistematis dan praktis.
Mencatat hasil bacaan diseyogyakan menggunakan model kartu.
Buatlah kartu ukuran (misalnya) 7,5 X 12,5 cm atau lebih kecil/besar
(sesuai dengan tingkat kepraktisan masing-masing) dari kertas manila
atau linen baik berwarna putih maupun berwarna-warni.Walaupun
hal ini tergantung pada selera, namun bagian-bagian terpenting harus
dituliskan, antara lain :
Nama variable
Nama pengarang atau pencetus ide tentang pokok masalah
Nama sumber dimana dimuat penjelasan tentang variable atau
pokok masalah
Tahun yang menunjukan pada waktu sumber tersebut dibuat atau
diterbitkan
Nama instansi (lembaga, unit, penerbit, dan sebagainya) yang
bertanggung jawab atas penulisan atau penerbitan suber kajian.
Nama kota tenpat penulisan atau penerbitan sumber kajian.
Isi penjelasan tentang variabel atau pokok masalah.
Kutipan yang berisi kurang dan 40”kata ditulis di antara tanda kutip
(“…“) sebagai bagian yang terpadu dalam teks utama, dan diikuti nama penulis,
tahun dan nomor halaman. Nama penulis dapat ditulis secara terpadu dalam teks
atau menjadi satu dengan tahun dan nomor halaman di dalam kurung. Lihat
contoh berikut. Nama penulis disebut dalanm teks secara terpadu. Contoh:
Soebronto (1990:123) menyimpulkan “ada hubungan yang erat antara faktor
sosial ekonomi dengan kemajuan belajar”.
“. . . . . . Mittra (1986) . . . . . .”
Dalam daftar pustaka, tertulis: Mittra, S. S., 1996, Decision Support System:
Tools and Techniques, John Wiley & Sons, New York, N. Y. Sering terjadi,
seorang penulis (usulan penelitian atau karya tulis) ingin menunjukan bahwa
bahan bacaannya banyak; meskipun tidak dibahas dan tidak diacu dalam
tulisannya, semuanya ditulis dalam daftar pustaka. Maksud yang baik ini
sebaiknya ditunjukan dengan membahas dan mengemukakan secara jelas
(menurut aturan pengacuan) apa yang diacu dari pustaka-pustaka tersebut dalam
tulisannya. Tentunya hal yang sebaliknya, yaitu menyebut nama pengarang yang
diacu dalam kajian pustaka tanpa menuliskannya dalam daftar pustaka (karena
lupa) tidak perlu terjadi.
Berikut ini salah satu petunjuk tentang penulisan nama untuk pengacuan
dalam tinjauan pustaka dan daftar pustaka:
(1) Penulisan Nama
Penulisan nama mencakup narna penulis yang diacu dalam uraian, daftar pustaka,
nama yang lebih dan satu suku kata, nama dengan garis penghubung, nama yang
diikuti dengan singkatan, dan derajat kesarjanaan.
(2) Nama penulis yang diacu dalam uraian
Penulis yang tulisannya diacu daiam uraian hanya disebutkan narna akhimya saja,
dan kalau lebih dari 2 orang, hanya nama akhir penulis pertama yang dicantumkan
dlikuti dengan dkk atau et al:
1. Menurut Calvin (1978) ….
2. Pirolisis ampas tebu (Othmer dan Fernstrom, 1943) menghasilkan..
3. Bensin dapat dibuat dari metanol (Meisel dkk, 1976) …
Yang membuat tulisan pada contoh (c) berjumiah 4 orang, yaitu Meisel, S.L.,
McCullough, J.P., Leckthaler, C.H., dan Weisz, P.B.
(3) Nama penulis dalam daftar pustaka
Dalam daftar pustaka, semua penulis harus dicantumkan namanya, dan tidak
boleh hanya penulis pertama diambah dkk atau et al. saja.
Contoh:
Meisei, S.L., McCullough, J.P., Leckthaler, C.H., dan Weisz, P.B., 1 976, ….
Tidak boleh hanya:
Meisel, S.L. dkk atau Meisel, S.L. et al.
(4) Nama penulis lebih dari satu sutu kata
Jika nama penulis ierdiri dari 2 suku kata atau lebih, cara penulisannya ialah narna
akhir diikuti dengan koma, singkatan nama depan, tengah dan seterusnya, yang
semuanya diberi titik, atau nama akhir dilkuti dengan suku kata nama depan,
tengah, dan seterusnya.
Contoh:
1. Sutan Takdir Alisyahbana ditulis: Alisyahbana S.T., atau Alisyahbana, Sutan
Takdir.
2. Donald Fitzgerald Othmer ditulis: Othmer, D.F.
(5) Nama dengan garis penghubung
Kalau nama penulis dalam sumber aslinya ditulis dengan garis penghubung di
antara dua suku katanya, rraka keduanya dianggap sebagai satu kesatuan.
Contoh:
Sulastin-Sutrisno ditulis Sulastin-Sutrisno.
(6) Nama yang diikuti dengan singkatan
Nama yang diikuti dengan singkatan, dianggap bahwa singkatan itu menjadi satu
dengan suku kata yang ada di depannya.
Contoh:
1. Mawardi A.l. ditulis: Mawardi A.l.
2. Williams D. Ross Jr. ditulis: Ross Jr., W.D..
Dalam penulisan karya ilmiah dibutuhkan ide, gagasan, dan/atau teori orang lain
yang kita kutip untuk mendukung argumen yang kita bangun. Kutipan dapat
diambil dari media cetak, online, audio, maupun dari audio visual berupa video
atau radio. Cara melakukan pengutipan dalam sebuah tulisan dapat dilakukan
melalui kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.
2. Teknik Menulis Parafrase
B. PENDAHULUAN PENELITIAN
Latar belakang adalah dasar atau titik tolak untuk memberikan pemahaman
kepada pembaca atau pendengar mengenai apa yang ingin kita sampaikan. Latar
belakang yang baik aharus disusun dengan sejelas mungkin dan bila perlu
disertai dengan data atau fakta yang mendukung.
Pada dasarnya, latar belakang masalah merupakan uraian informasi penting
yang berhubungan dengan timbulnya masalah penelitian. Beberapa hal yang
terdapat dalam latar belakang adalah:
a. Kondisi ideal mencakup keadaan yang dicita-citakan, atau diharapkan
terjadi. Kondisi ideal ini biasa dituangkan dalam bentuk visi dan misi yang
ingin diraih.
b. Kondisi aktual merupakan kondisi yang terjadi saat ini. Biasa menceritakan
perbedaan situasi antara kondisi saat ini dengan kondisi yang dicita-citakan
terjadi. Solusi merupakan saran singkat atau penawaran penyelesaian
terhadap masalah yang dialami sebelum melangkah lebih lanjut ke pokok
bahasan.
2. Batasan Masalah
3. Rumusan Masalah
4. Tujuan Penelitian
5. Manfaat Penelitian
6. Pertanyaan Penelitian
A. KESIMPULAN
Penelusuran kepustakaan harus, dilakukan oleh seorang peneliti.
Kegiatan ini dilakukan baik ,sebelum maupun ,sesudah penelitian
berhasil mengidentifikasikan masalah. Dengan melakukan,penelusuran
kepustakaan penelitian dapat mengkaji teori-teori dalam bilang. Kegiatan
penelusuran kepustakaan ini sangat menunjang ,suatu penelitian.
Untuk mengadakan pendahuluan penelitian, dilakukan dengan berbagai
cara antara lain :
1. Dengan membaca literatur, baik teori maupun penemuan (hasil
penelitian terdahulu).
2. Mendatangi ahli-ahli atau manusia sumber untuk berkonsultasi dan
memperoleh informasi.
3. Mengadakan peninjauan ke tempat atau lokasi penelitian untuk
melihat benda atau peristiwa.
B. SARAN
Banyak lebih dari keterbatasan bagi pemakalah dalam menyelesaikan
makalah metodologi penelitian . Ini baik dari segi refrensi serta bacaan buku
yang ada di perpustakaan, serta dari pemahaman pemakalah sendiri. Kami
berharap atas pemahaman yang ada bermanfaat bagi kita semua. Dan bagi
instansi diharapkan untuk memfasilitasi kebutuhan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA