Anda di halaman 1dari 2

PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Pada kasus yang telah dianalisis keluhan utama pasien mengeluh kejang 5 kali selama 10
menit sejak semalam secara tiba-tiba.Kejang dirasakan pada seluruh tubuh, pada saat
kejang sempat menimbulkan kebiruan.Setelah kejang pasien sadar kembali.Pasien
mengalami batuk sejak 2 hari SMRS. Dan pada literatur menunjukkan klien yang
mengalami penurunan kesadaran secara tiba-tiba disertai mulut berbuih. Kadang-
kadang klien / keluarga mengeluh anaknya prestasinya tidak baik dan sering tidak
mencatat. Klien atau keluarga mengeluh anaknya atau anggota keluarganya sering
berhenti mendadak bila diajak bicara serta kejang. Sehingga pada kasus pasien yang
telah dikaji tidak menyeluruh pengkajian sesuai dengan keadaan pada yang dijelaskan
di literatur. Tetapi pada pengkajian kasus menunjukkan pasien dengan keluhan kejang
saja tanpa terjadinya penurunan kesadaran sedangkan pada literatur pasien
menunjukkan keadaan kejang disertai penurunan kesadaran. Sehingga dalam
pengkajian dapat dilakukan asuhan keperawatan yang sesuai dengan pengkajian yang
telah didapat.

B. Diagnosa
Pada kasus yang telah dianalisis diagnosa yang diangkat pada pasien yaitu defisiensi
pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, dan risiko cedera. Sedangkan
pada sumber literatur, diagnosa yang diangkat yaitu risiko tinggi cedera yang
berhubungan dengan kejang berulang serta Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan sumbatan lidah di endotrakea, peningkatan sekresi saliva. Pada kasus
diagnosa risiko cidera sesuai dengan literatur karena pada pengkajian terihat jelas poin
penting pada karakteristik yang menunjang diagnosa risiko cidera sehingga kelompok
mengambil diagnosa risiko cidera. Dan pada diagnosa defisiensi pengetahuan karena pada
pengkajian keluarga pasien tidak mengerti akan tata cara dan tanda tanda yang dialami
pasien sehingga kelompok mengambil diagnosa tersebut. Kelompok tidak menggunakan
diagnosa ketidak efektifan bersihan jalan nafas yang dijelaskan pada literatur karena pada
pengkajian pasien tidak terlihat masalah pada kebersihan jalan nafas dan keadaan status
pernafasan pasien dalam batas normal.
C. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan sumber literatur, intervensi tidak dibuat berdasarkan manajemen
tindakan akan tetapi sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ada. Sementara, pada
kasus, intevensi dibuat per manajemen tindakan dan sesuai dengan NIC. Untuk tujuan
dan kriteria hasil dibuat berdasarkan NOC dan menggunakan data objektif dan data
subjektif. Tindakan keperawatan diterapkan selama 3x24 jam sesuai dengan kondisi
pasien. Intervensi yang diberikan kepada pasien untuk mengatasi kejang yang terjadi,
karena pasien lebih sering mengalami kejang.

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada pasien berdasarkan intervensi yang telah
kelompok buat dan berdasakan pada keadaan pasien. Implementasi yang lebih sering
dilakukan untuk mengatasi gejala kejang yang terjadi, karena pasien lebih sering
mengalami kejang atau mengalami kejang berulang. Untuk implementasi pada
diagnosa defisiensi pengetahuan dilakukan hanya 1 kali saja karena keluarga pasien
sudah mengerti bagaimana penanganan yang dapat dilakukan pada pasien jika sedang
mengalami kejang yag dibuktikan dengan keluarga pasien mampu mengulangi
informasi yang telah diberikan dan mampu menjawab 3 pertanyaan dari 3 pertanyaan
secara tepat.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan selama 3 hari berdasarkan implementasi keperawatan setiap akhir
shift dengan format SOAP (subjektif, objektif, analisis dan planning). Pada hari ke
lima perawatan atau hari ke 3 implementasi keperawatan, kejadian kejang yang di
alami oleh pasien sudah mulai berkurang yang dibuktikan dengan hanya 1 kali kejang
dengan waktu kejadian selam 2 detik dari ± 10 kali kejang pada hari senin dengan
waktu kejadian 10 detik.

Anda mungkin juga menyukai