1. FALSAFAH
2. TUJUAN KEPERAWATAN
a. Memberikan bantuan yang paripurna dan efektif kepada semua orang yang
memerlukan pelayanan kesehatan sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional.
b. Menjamin bahwa semua bantuan diarah untuk memenuhi kebutuhan
pasien dan mengurangi/menghilangkan kesenjangan.
c. Mengembangkan standar asuhan keperawatan yang ada.
d. Memberikan kesempatan kepada semua tenaga keperawatan untuk
mengembangkan tingkat kemampuan profesionalnya.
e. Memelihara hubungan kerja efektif dengan semua anggota tim kesehatan.
f. Melibatkan pasien dalam perencanaan dan pelaksanaan pelayanan
kesehatan.
g. Menciptakan iklim yang menunjang proses belajar mengajar dalam
kegiatan bagi perkembangan tenaga keperawatan.
h. Menunjang program pendidikan berkelanjutan bagi pertumbuhan
perkembangan pribadi tenaga keperawatan.
3. PENGERTIAN :
a. Adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan , tata cara dan
metode yang disusus berdasarkan konsesus semua pihak yang terkait dengan
memperhatikan keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup
perkembangan IPTEK.
b. Adalah suatu catatan minimum dimana terdapat terdapat kelayakan isi dan
akhirnya masyarakat menggakui bahwa standar sebagai model untuk ditiru.
c. Adalah suatu pernyataan tertulis tentang harapan yang spesifik.
d. Adalah suatu patokan pencapaian berbasis pada tingkat.
e. Adalah suatu pedoman atau model yang disusun dan disepakati bersama
serta dapat diterima pada suatu tingkat praktek untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
f. Adalah nilai-nilai (values) yang tertulis meliputi peraturan-peraturan
dalam mengaplikasi proses-proses kunci, proses itu terdiri dari hasil sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan.
1. Pengumpulan data :
Kreteria :
a. Mengunakan format yang baku.
b. Sistematis.
c. Actual (baru).
d. Absah (valid).
2. Pengelompokan data :
Kreteria :
a. Data biologis.
b. Data psikologis.
c. Data social.
d. Data spiritual.
3. Perumusan masalah :
Kreteria :
a. Kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi
kehidupan.
b. Perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah di kumpulkan.
Kreteria :
1. Prioritas masalah :
Kretaria :
a. Masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas utama.
b. Masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah prioritas
kedua
c. Masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas
ketiga.
3. Rencana tindakan :
Kreteria :
a. Disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan.
b. Melibatkan pasien/keluarga.
c. Mempertimbangkan latar belakang budaya pasien/keluarga.
d. Menentukan alternative tindakan yang tepat.
e. Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku,
lingkungan , sumber daya dan fasilitas yang ada.
f. Menjamin rasa aman dan nyamam bagi pasien.
g. Kalimat instruksi, ringkas, tegas dengan bahasanya mudah di mengerti.
Kretaria :
Kretaria :
1. Menyiapkan alat sesuai dengan jenis tindakan dan umur pasien.
2. Mengatur posisi pasien
3. Memberikan obat/ o2 dengan prinsip 5 tepat dan 1 W (tepat pasien,
obat , dosis, cara, waktu dan waspada terhadap reaksi).
Kreteria :
1. Menyiapkan alat sesuai dengan jenis tindakan dan umur pasien.
2. Mengatur posisi pasien sesuai jenis tindakan.
3. Memberikan cairan dan makanan sesuai program.
4. Mencocokan jenis cairan dan mengobservasi tetesan infuse.
5. Memeriksa kondisi darah dan golongan darah sebelum memberikan
transfuse darah.
6. Mengobservasi reaksi pasien, tanda-tanda vital selama pasien mendapat
transfusi darah.
Kriteria :
1. Menyiapkan alat sesuai dengan jenis tindakan dan umum pasien.
2. Memperhatikan suhu cairan (pada pemberian hukna).
3. Menjaga privacy pasien.
4. Mengobservasi dan mencatat kensistensi faeces dan keadaan urine.
5. Mengobservasi reaksi pasien dan keberhasilan huknah.
Kriteria :
1. Menerapkan pelaksanaan aseptic dan anti septic dalam setiap tindakan.
2. Memasang alat pengaman pada pasien yang tidak sadar, gelisah, anak dan
pasien usia lanjut.
3. Memberi label ibu dan bayi, sidik jari kaki kanan dan kiri.
4. Menyimpan alat-alat dan obat berbahaya ditempat yang disediakan.
5. Menyiapkan lingkungan yang aman, lantai tidak licin, cukup
penerangan/cahaya.
6. Menyediakan alat dalam keadaan siap pakai.
Kriteria :
1. Memperhatikan privacy pasien.
2. Memperlihatkan kebersihan perorangan
3. Mengganti alat-alat tenun sesuai dengan kebutuhan
Kriteria :
1. Mengatur posisi yang tepat
2. Mengatur ventilasi dan penerangan/cahaya
3. Mencegah kebisingan suara
4. Memperhatikan kebersihan lingkungan
5. Mengatur pelaksanaan pengobatan/tim dalam keperawatan
6. Mengatur kunjungan visite
7. Mencegah tamu diluar jam kunjungan
8. Mengobservasi respon pasien
Kriteria :
1. Mengatur posisi sesuai dengan kebutuhan
2. Memperhatikan reaksi pasien
Kriteria :
1. Menyediakan sarana ibadah sesuai kebutuhan pasien
2. Membantu pasien beribadah
3. Mendampingi pasien saat mendapat bimbingan spiritual
Kriteria :
1. Memperhatikan kebutuhan pasien
2. Mendengarkan keluhan pasien
3. Memberikan penjelasan tentang tindakan, pengobatan yang akan
dilakukan
4. Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarga
Kriteria :
1. Menggunakan bahasa sederhana dan mudah dimengerti
2. Memberi penjelasan dengan singkat dan jelas
3. Memperhatikan intonasi suara
4. Memperhatikan pesan-pesan pasien
5. Membantu dan memberikan kemudahan kepada pasien dan keluarga untuk
berkomunikasi.
Kriteria :
1. Mengobservasi tanda-tanda vital sesuai kebutuhan dan kondisi pasien
2. Melakukan test allergi pada setiap pemberian obat tertentu dan dicatat
hasilnya
3. Mengobservasi reaksi allergi
L. MEMENUHI KEBUTUHAN PENGOBATAN DAN MEMBANTU
PROSES PENYEMBUHAN.
Kriteria :
Melaksanakan tindakan perawatan dan program pengobatan dengan
memperhatikan prinsip 5 T dan I W (tepat pasien, obat, waktu, cara, dosis, dan
waspada terhadap reaksi) ekonomis aman bagi pasien.
Kriteria :
1. Mengidentifikasi kebutuhan penyuluhan
2. Melaksanakan penyuluhan sesuai dengan kebutuhan
3. Menggunakan bahasa yang dapat dimengerti
Kriteria :
1. Menyiapkan alat sesuai dengan kebutuhan.
2. Melatih pergerakan, mobilisasi pasien sedini mungkin sesuai kondisi
pasien, baik secara aktif maupun pasif.
3. Membantu dan melatih pasien menggunakan alat bantu sesuai kondisi
4. Mengobservasi reaksi pasien
Kretertia :
Kreteria :
NO JUDUL HALAMAN
1. PENGERTIAN
Adalah penyakit demam berdarah dengue yang disebabkan oleh virus dengue,
masuk ke dalam tubuh penderita melalui factor gigitan nyamuk aedes aegypti
(betina), terjadi kebocoran plasma yang mengakibatkan syok atau sindroma syok
dengue (SSD).
2. ETIOLOGI
Disebabkan oleh virus dengue, masuk ke dalam tubuh penderita melaluai factor
gigitan nyamuk aedes aegypti (betina).
3. PATOFISIOLOGI
Fenomena patologis yang utama pada DBD adalah meningkatnya permeabilitas
dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang
ekstra seluler, selanjutnya akan mengakibatkan berkurangnya volume plasma,
terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan
renjatan (syok).
Gangguan hemostasis pada DBD menyangkut 3 faktor yaitu perubahan vaskuler,
trombositopenis, dan gangguan koagulasi.
Virus masuk ke dalam tubuh menimbulkan gejala viremia yaitu demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik
merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin
terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, hepatomegali, dan
splenomegali.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
DATA LABORATORIUM :
Trombositopenia : Trombosit <100.000 uL
Peningkatan Hematokrit sebesar 20% atau lebih, penurunan Ht
lebih dari 20% setelah mendapat terapi cairan
Imunoglobulin G dan M dengue (+)
Hb meningkat >20%
Hipoproteinemia, hiponatremia
Lekosit dapat normal atau menurun
SGOT , SGPT : dapat meningkat
CT/BT memanjang
DATA RADIOLOGIS/USG
Foto dada adanya efusi pleura
Asites
6. ASUHAN KEPERAWATAN
6.1. Pengkajian keperawatan
DATA SUBJEKTIF :
Demam
Perdarahan hidung/gusi
Mual, Muntah
BAB berdarah
Nyeri ulu hati
Nyeri sendi
Sakit kepala
Lemah
Pasien/keluarga bertanya-tanya tentang penyakit dan terapi
DATA OBJEKTIF
Demam, bersifat bifasik, menggigil
Tanda-tanda perdarahan : Uji bending (+), petekie, purpura,
ekimosis, hematom, epistaksis, perdarahangusi, perdarahan saluran
cerna, hematuria
Tanda-tanda syok : gelisah; penurunan kesadaran; nadi lemah,
cepat dan kecil sampai tak teraba; tekanan nadi turun menjadi 20
mmHg atau kurang; kulit teraba dingin dan lembab terutama daerah
akral seperti ujung hidung, jari dan kaki
Tanda kebocoran plasma : Efusi pleura, asites
Tampak sangat lemah
Pasien/keluarga tampak cemas
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesis
Data identitas pasien meliputi umur, jenis kelamin, hubungan dalam
keluarga, riwayat kesehatan dalam keluarga
Riwayat demam dan pola demam
Keluhan lain : mual, muntah, nyeri sendi, nyeri ulu hati, keluhan lain
berak berdarah, perdarahan gusi dan hidung.
Pengaruh penyakit terhadap individu dan keluarga serta masyarakat (sikap
individu, keluarga, dan masyarakat)
Data demografi lingkungan tempat tinggal/ sekolah/ kerja
2. Pemeriksaan Fisisk
Keadaan umum (TB. BB, kesadaran)
Tanda – tanda vital :
- Suhu tubuh
- Frekuensi nadi
- Test tourniquet
- Frekuensi pernafasan
Tanda – tanda perdarahan :
- Hasil uji tourniquet (Rumpia Leede) + (positif)
- Adakah petechie, purpura, ekimosis, hematom?
- Adakah perdarahan gusi atau mulut?
- Adakah perdarahan dari hidung (epistaksis)?
- Adakah perdarahan saluran cerna (melena)?
- Adakah hematuria?
Tanda – tanda syok
- Nadi lemah, cepat dan kecil sampai tak teraba
- Gangguan sirkulasi : kulit teraba dingin dan lembab terutama
daerah akral seperti tangan dan kaki
- Frekuensi kencing dan jumlahnya
B. Diagnosis Keperawatan
Derajat I :
Dengan manifestasi klinis demam, sakit kepala, nyeri orbita, nyeri otot dan sendi, uji
tourniquet positif, trombositopenia (- 100.000) dan hematokrit 20% akan
menimbulkan masalah keperawatan sebagai berikut :
Derajat II :
Dengan Manifestasi klinis demam, sakit kepala, nyeri orbita, nyeri otot dan sendi, uji
tourniquet positif, perdarahan spontan seperti epistaksis, perdarahan gusi, melena,
hematemesis, trombositopenia ( 100.000) dan hematokrit ≥ 20% akan menimbulkan
masalah keperawatan sebagai berikut :
Derajat III :
Dengan manifestasi klinis demam, sakit kepala, nyeri orbita, nyeri otot dan sendi, uji
tourniquet positif, gangguan sirkulasi seperti nadi lemah, hipotensi, kelemahan,
perubahan kesadaran, akral dingin, trombositopenia (< 100.000) dan hematokrit ≥
20% akan menimbulkan masalah keperawtan sebagai berikut :
Derajat IV :
Dengan manifestasi klinis demam, sakit kepala, nyeri orbita, nyeri otot dan sendi, uji
tourniquet positif, gangguan sirkulasi seperti nadi lemah, hipotensi, kelemahan,
perubahan kesadaran, akral dingin, perdarahan massif, trombositopenia (<100.000)
dan hematokrit ≥20% akan menimbulkan masalah keperawatan sebagai berikut :
c. Intervensi :
1. Kaji tingkat kecemasan keluarga
2. Sediakan waktu untuk mendampingi klien pada saat kritis
3. Berikan kesempatan keluarga untuk mengekspresikan
kecemasannya
4. Identifikasi strategi koping yang efektif pada keluarga
5. Jelaskan berbagai alternatif koping yang efektif
6. Berikan kesempatan untuk menetapkan koping yang sesuai
7. Fasilitasi pemanfaatan support system lain : teman, keluarga, ahli,
profesi lain
8) Kolaborasi :
antibiotic
PENYAKIT MALARIA
1. PENGERTIAN
Malaria adalah infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh suatu
protozoa spesies plasmodium yang ditularkan ke manusia melalui air liur nyamuk.
2. PENYEBAB
Disebabkan oleh suatu protozoa spesies plasmodium yang ditularkan oleh gigitan
nyamuk anopheles.
3. PATOFISIOLOGI
Penyakit ini bersifat akut yang dapat menjadi kronik disertai serangan berulang
yang menyebabkan kelemahan.
Parasit pertamakali menginfeksi sel-sel hati dan kemudian berpindah ke eritrosit.
Infeksi menyebabkan hemolisis berat sel-sel darah merah. Pada titik ini semakin
banyak parasit yang dibebaskan ke dalam sirkulasi dan timbul siklus infeksi
berikutnya, biasanya berlangsung 72 jam. Pasien biasanya pulih, tetapi dapat
mengalami kekambuhan.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb menurun
Ht menurun
Lekosit meningkat
Plasmodium positif
6. ASUHAN KEPERAWATAN
6.1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Data subjektif :
Demam tinggi, menggigil
Sakit kepala, pusing
Penglihatan kabur
Mual, muntah
Nafsu makan kurang
Lemah
Data objektif
Suhu meningkat : > 38 ℃
Menggigil
Banyak keringat
Muntah
Limpa/hepar membesar
Takikardia
Pucat, ekstremitas dingin
Gelisah, kesadaran dapat menurun, disorientasi
Pasien tampak sangat lemah
Perubahan TD, pengisian kapiler lambat
6.2. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PENYAKIT
MALARIA
4) Anjurkan ban
minum 2-2,5 liter /
jam
5) Kolaborasi :
Pembe
n antipiretik
Obat
malaria
Resiko gangguan status nutrisi kurang Gangguan status nutrisi kurang 1) Kaji riw
dari kebutuhan tubuh b/d masukan dari kebutuhan tubuh tidak nutrisi, term
tidak adekuat akibat mual, muntah, terjadi makanan yang disuka
anoreksia Kriteria hasil :
Berat badan 2) Observasi
normal catat masukan maka
Tidak ada tanda
pasien
– tanda malnutrisi
3) Timbang b
Pasien badan tiap hari
menghabiskan porsi
makannya 4) Anjurkan ber
makan sedikit
frekuensi sering
5) Observasi
catat adanya m
muntah, flatus dan ge
lain yang berhubunga
6) Berikan
bantu oral hygiene pa
sebelum dan sesu
makan pasien
7) Kolaborasi
konsul ahli gizi ber
NPT enteral/parentera
8) Kolaborasi
berikan obat se
indikasi, misalnya
vitamin dan suple
mineral
4) Berikan
lingkungan yang ten
pertahankan tirah ba
bila diindikasikan
5) Tingkatkan
tingkat baktivitas se
toleransi
Resiko tinggi infeksi b/d pertahanan Infeksi tidak terjadi 1) Cuci tangan sebelum
utama tidak adekuat akibat prosedur Kriteria hasil : sesudah aktivitas
invasive, penyakit kronis, malnutrisi, Tidak adanya tanda- pasien
penurunan Hb, leukosit tanda infeksi 2) Pertahankan tek
aseptic dan steril p
prosedur pemasan
tindakan invas
misalnya pemasan
infuse, kateter urin
4) Observasi da
pemasangan pros
invasive dari ada
tanda-tanda infeksi
5) Ganti set alat invas
infuse set setiap 3
jam, kateter urin 7
jam
6) Cabut infuse
terdapat tanda-ta
phlebitis infeksi
7) Ganti balutan in
setiap hari
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
PENYAKIT DISPEPSIA
1. PENGERTIAN
Adalah kumpulan gejala atau keluhan yang terdiri atas rasa tidak enak/sakit di
perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan.
2. ETIOLOGI
Penyebab dispepsia terbanyak yang ditemukan adalah :
a. Tukak lambung
b. Tukak duodenum
c. Kanker esophagus/lambung
d. Gastritis, duodenitis, atau hiatus hernia
3. PATOFISIOLOGI
Dispepsia mempunyai keterlambatan pengosongan makanan dalam gaster yang
mengakibatkan terjadinya abnormalitas motorik gaster dan perubahan sensitifitas
terhadap distensi gaster atau intestinum ini timbul akibat distensi udara, gangguan
kontraksi gaster, intestinum atau distensi dini bagian antrum postprandial.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Endoskopi
b. Foto rontgen dada
c. Laboratorium darah : Hb, leukosit, trombosit, hematokrit
6. ASUHAN KEPERAWATAN
6.1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
DATA SUBJEKTIF :
Mual
Nyeri pada perut
Rasa penuh di perut dan merasa cepat kenyang
Tidak nafsu makan
Gembung
DATA OBJEKTIF :
4) Beri makan
sering
5) Identifikasi
makanan yang m
ketidaknyaman
merangsang lambun
Kolaborasi :
6) Konsul per
makanan
7) Berikan oba
a. Analgesik
b. Antasida
c. Asetaminofe
d. Antikolinerg
5) Berikan
parenteral total (IVF
6) Berikan oba
a. Vitamin
b. Asam folat/
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
PENYAKIT GASTROENTERITIS
1. PENGERTIAN
Gastroenteritis adalah suatu penyakit inflamasi di sepanjang saluran
gastrointestinal.
2. PENYEBAB
Agen lingkungan : pestisida, aditif makanan, tembakau, radiasi
Pengaruh imunologi
Mikrobakterium
Faktor psikologis
3. PATOFISIOLOGI
Terjadi inflamasi kronis yang meluas ke seluruh lapisan dinding usus dari mukosa
usus. Pembentukan fistula, fisura, dan abses terjadi sesuai luasnya inflamasi ke
dalam peritoneum. Lesi (ulkus) tidak pada kontak terus menerus satu sama lain
dan dipisahkan oleh jaringan normal. Granuloma terjadi pada setengah kasus.
Pada kasus lanjut mukosa usus mempunyai penampilan “cobblestone”. Dengan
berlanjutnya penyakit, dinding usus menebal dan menjadi fibrotic, dan lumen usus
menyempit.
Perdarahan terjadi sebagai akibat dari ulserasi.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Ct Abdomen dengan kontras : menunjukkan penebalan dinding
usus dan fistula saluran
Barium enema : adanya ulserasi dan cobblestone
Pemeriksaan feses : adanya darah samar, steatorea (kelebihan
lemak), mikrobakterium penyebab
Endoskopi memberikan visualisasi area yang terlibat
Hitung darah lengkap : Hb/Ht menurun, Lekosit meningkat,
trombositosis, Total protein/albumin menurun, CT?BT memanjang, LED
meningkat, alkali fosfatase meningkat, elektrolit kalium, magnesium
menurun, peningkatan kolesterol
Urine : mikroorganisme penyebab, hiperoksalaria, Bj urin
6. ASUHAN KEPERAWATAN
6.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Data subjektif :
Nyeri/kram abdomen bagian bawah
Diare atau dorongan fekal, disertai nyeri, tidak hilang setelah
defekasi
Mengejan saat defekasi (tenesmus)
Mual/muntah
Anoreksia, pasien menolak makan
Penurunan berat badan
Adanya riwayat keluarga menderita penyakit inflamasi usus
Pola diet : konsumsi alcohol, kafein, nikotin
Pola eliminasi : karakter feses cair (frekuensi > dari 5 kali perhari,
adanya darah, pus, lemak, atau mucus)
Riwayat alergi : intoleransi usus atau lactose, makanan berlemak
Sulit tidur (insomnia), karena nyeri atau diare terjadi pada malam
hari
Lemah, cepat lelah
Merasa gelisah, dan cemas
Pasien terfokus pada diri sendiri
Data objektif :
5) Identifikasi ma
cairan yang mencetus
misalnya sayuran segar
sereal, bumbu, minuma
produk susu.
6) Anjurkan dan
masukan cairan pero
bertahap, hindari minum
7) Observasi
takikardia, letargi (k
leukositosis, penuruna
cemas.
Kolaborasi :
8) Berikan obat
hidrofilik koloid, an
sesuai program medis
9) Berikan
kortikosteroid dan antib
program
5) Berikan lingkun
dan istirahat.
6) Anjurkan dan
keluarga/orang terdek
untuk menyatakan/m
perhatian
7) Anjurkan
mengidentifikasi prila
yang digunakan pada m
8) Bantu pasien
mekanisme koping ba
teknik mengatasi stress
9) Jelaskan tenta
penyakit, factor
menimbulkan
terapi/pengobatan
perawatannya
Kolaborasi :
10) Berikan oba
indikasi :
a. Sedatif
5) Anjurkan kelua
tindakan nyaman, mi
punggung, ubah posisi
6) Bersikan area re
sabun ringan dan air,
defekasi dan berikan
kulit
7) Berikan renda
dengan tepat.
Kolaborasi :
8) Pertahankan pua
nutrisi parenteral
diprogramkan
9) Berikan oba
indikasi :
a. Analgesic
b. Antikolinergik
c. Anodin supposit
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PENYAKIT DIABETES
MELITUS
1. PENGERTIAN
Diabetes melitus adalah : sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia
Dikenal 2 tipe diabetes yang utama adalah :
Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin
(NIDDM)
2. PENYEBAB
a. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
Etiologi : Kombinasi factor genetic, imunologi dan kemungkinan
lingkungan misal infeksi virus
b. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
Etiologi : Faktor genetic, factor resiko missal usia (di atas 65 tahun),
obesitas
3. PATOFISIOLOGI
a. TIPE I (IDDM)
Terdapat ketidak mampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta
pancreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi (hiperglikemia), ginjal tidak
dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya
glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebihan ini diekskresikan dalam urin, akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotic). Sebagai akibat dari kehilangan
cairan yang berlebihan, Pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliuria) dan rasa haus (polidipsi).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan
selera makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya
mencakup kelelahan dan kelemahan.
Akan terjadi juga proses glikogenolisis dan glukoneogenesis lebih lanjut
menimbulkan hiperglikemia, dan terjadi pemecahan lemak berlebihan
mengakibatkan peningkatan produksi badan keton (ketoasidosis) dapat
menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah,
hiperventilasi, napas berbau aseton, bila tidak ditangani akan menimbulkan
perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.
b. TIPE II (NIDDM)
Terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Terjadi penurunan reaksi intrasel untuk metabolism glukosa ke dalam sel,
dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan.
Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi
insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat
yang normal atau sedikit meningkat.
Jika se-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan
insulin, maka kadar glukosa akan meningkat (hiperglikemia). Jika tidak
terkontrol dapat menimbulkan masalah akut sindrom hiperglikemik
hiperosmoler nonketotik (HHNK). Gambaran klinis sindrom HHNK adalah
hipotensi, dehidrasi berat, takikardia, tanda-tanda neurologist yang
bervariasi(perubahan sensori, kejang-kejang, hemiparesis) sampai kematian
disertai dengan penyakitnya.
Intoleransi glukosa berlangsung lambat selama bertahun-tahun dan progresif,
mula-mula gejala bersifat ringan seperti kelelahan, iritabilitas, poliuria,
polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh, infeksi vagina dan pandangan
kabur (jika kadar glukosa sangat tinggi). Kemudian akan terjadi komplikasi
diabetes jangka panjang misalnya kelainan mata, neuropati perifer dan
kelainan vaskuler perifer.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Data Laboratorium :
Gula darah puasa > 140 mg/dl
Tes toleransi glukosa 2 jam pertama > 200 mg/dl
6. ASUHAN KEPERAWATAN
6.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Data subjektif :
Mudah lelah
Adanya luka /lesi/ulkus yang lama/tidak sembuh-sembuh
Kaki merasa baal/kesemutan
Sering BAK>6x sehari, urin encer, sering merasa haus dan
lapar
Penurunan berat badan
Penglihatan agak kabur
B. Data objektif :
Ekstremitas bawah dingin, warna pucat, pengisian kapiler
lambat
Tampak lemah, kurus, tonus otot buruk
Kuku kaki tampak tipis dan rapuh
Adanya luka/ulkus di ekstremitas yang sudah terinfeksi
Kulit kering, turgor buruk
Hipotensi, takikardia
7) Ukur be
badan tiap hari
8) Pertahankan
pemasukan cair
paling sedikit 25
ml/hari sesuai indikasi
9) Beri lingkung
yang nyaman, dan b
selimut/baju yang tipis
Kolaborasi :
13) Monitor
laboratorium seperti
Ht, BUN/Cr, Na, K
15) Berikan
bikarbonat jika p
kurang dari 7,0
5) Balut lu
dengan kassa keri
steril
Kolaborasi :
6) Periksa kult
dari drainase luka
7) Berikan ob
sesuai indikasi d
program medis
Antibiotik, Insulin
3) Berikan
makanan sesuai indika
4) Identifikasi
makanan yang disukai
5) Libatkan
keluarga pa
perencanaan makan
(diet yang ditentukan)
Kolaborasi :
6) Konsul ahli giz
7) Lakukan
pemeriksaan gula dar
dengan finger stick
8) Monitor
laboratorium : GD
9) Berikan ob
insulin secara teratur
1. PENGERTIAN
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
sistolik > 160 mmHg dan tekanan darah diastolic > dari 90 mmHg yang terjadi
pada seseorang paling sedikit pada tiga waktu yang berbeda (WHO, 1978).
2. PENYEBAB
Ada 2 jenis etiologi :
a. Hipertensi essensial (primer) : tidak dapat ditentukan penyebab medisnya,
misalnya factor keturunan, factor bertambahnya usia (>30 tahun), gangguan
emosi, obesitas, konsumsi alcohol yang berlebihan, rangsangan kopi yang
berlebihan, tembakau, dan obat-obatan yang merangsang.
b. Hipertensi sekunder : ada penyebab penyakit tertentu, misalnya
penyempitan arterirenalis, berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan
kehamilan.
3. PATOFISIOLOGI
Adanya rangsangan pada pusat vasomotor menyebabkan saraf simpatis
melepaskan asetilkolin merangsang serabut saraf pasca ganglion melepaskan
norepinefrin ke pembuluh darah menyebabkan konstriksi pembuluh darah,
kelenjer adrenal juga terangsang untuk mensekresi epinefrin di medulla adrenal
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi, korteks edrenal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor
pembuluh darah.
Vasokonstriksi mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat yang merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume inntravaskuler.
Semua factor ini mencetuskan keadaan hipertensi.
Pada proses penuaan (lansia) terjadi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan
ikat, dan penurunan relaksasi otot polos pembuluh darah akan mengakibatkan
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah
konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung, mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Darah :
Hb/Ht (hiperkoagulabilitas, anemia)
BUN/kreatinin : mungkin meningkat (perfusi/fungsi ginjal)
GD : dapat meningkat, merupakan pencetus hipertensi
Kolesterol, trigliserida : dapat meningkat
Kadar elektrolit : kalium, kalsium
Asam urat : hiperurisemia
b. Urinalisa : darah, protein, glukosa
c. Foto dada: hipertropi jantung
d. EKG : perbesaran jantung, gangguan konduksi
6. ASUHAN KEPERAWATAN
6.1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Data subjektif :
Sesak nafas
Mual, muntah
Kepala pusing, berdenyut, sakit kepala di suboksipital
Kaku pada leher
Kelemahan, bisa di salah satu sisi tubuh, merasa kebas
Wajah terasa panas dan merah
Mata berkunang-kunang / penglihatan kabur
Kadang-kadang epistaksis
Banyak berkeringat
Riwayat hipertensi/aterosklerosis/penyakit jantung koroner,
penyakit serebrovaskuler
Stress, kepribadian : mudah marah, cemas, gelisah, depresi
Riwayat merokok/minum alcohol/minum kopi
Pola diet tidak seimbang
Gaya hidup monoton
Data objektif :
6) Berikan lingkunga
nyamuk,
aktivitas/keributan lin
Batasi jumlah pengunjung
7) Pertahankan pe
aktivitas
8) Lakukan tindaka
nyaman, seperti pijatan
dan leher, meninggika
tempat tidur
9) Anjurkan teknik
panduan imaginasi,
pengalihan
10) Pantau respons
obat untuk mengontrol
darah
Kolaborasi :
4) Bantu pasien
ambulasi sesuai kebutuhan
5) Berikan cairan,
lunak, perawatan mul
teratur bila terjadi p
hidung atau kompres hidu
menghentikan perdarahan
Kolaborasi :
6) Berikan obat
indikasi, misal :
a. Analgesik
b. Anti ansietas
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PENYAKIT
HEPATITIS
1. PENGERTIAN :
Hepatitis adalah inflamasi (peradangan) dan cedera pada hepar (hati)
2. PENYEBAB :
Virus
Obat-obatan
Alcohol
3. PATOFISIOLOGI
Terjadi cedera dan kematian sel hati (hepatosit) dengan secara langsung
membunuh sel dan merangsang reaksi peradangan dan imun yang menghancurkan
hepatosit. Reaksi peradangan melibatkan degranulasi sel mast dan pelepasan
histamine, pengaktifan komplemen, lisis sel-sel yang terinfeksi dan sel-sel
sekitarnya, serta edema dan pembengkakan interstisium. Hati menjadi edematosa
sehingga kapiler-kapiler kolaps dan aliran darah berkurang yang menyebabkan
hipoksia jaringan. Akhirnya terbentuk jaringan ikat dan fibrosis hati, sehingga
terjadi gangguan fungsi hati.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Data laboratorium :
Darah : peningkatan bilirubin, SGOT, SGPT, protrombin time
Hb, protein : menurun
Urin : Bilirubin positif
Feses : Urobilin positif
USG, Biopsi jaringan hepar
6. ASUHAN KEPERAWATAN
6.1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Data subjektif :
Kelemahan/kelelahan
Perasaan tidak enak pada perut bagian atas
Mual, muntah
Tidak ada nafsu makan
Sakit kepala
Nyeri otot, persendian
Gatal-gatal pada kulit
Badan terasa panas
Adanya riwayat penyakit (pernah transfuse, suntikan, operasi)
Perut gembung
Diare/konstipasi
Berat badan menurun
Data objektif :
Sklera mata, kulit berwarna kuning (ikterik)
Warna urin gelap seperti air the
Feses berwarna pucat, seperti tanah liat
Nyeri tekan perut quadran kanan atas
Pembesaran hati, limpa
6.2. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN HEPATITIS
4) Dorong
penggunaan
manajemen stress
5) Awasi teru
anoreksia dan nye
pembesaran hati
Kolaborasi :
6) Berikan
atau bantu dalam p
sesuai indikasi
7) Berikan
sesuai indikasi : s
antiansietas
8) Awasi kada
hati
Kolaborasi :
5) Konsul ahl
6) Cek lab. G
darah
7) Berikan
sesuai indikasi :
a. Antiemetik
b. Antasida
c. Vitamin
d. Terapi stero
8) Berikan ta
makanan/nutrisi to
diperlukan
3. Resiko kekurangan volume Kekurangan volume cairan tidak 1) Awasi m
cairan b/d pengeluaran terjadi dan haluaran .
berlebihan akibat muntah, Kriteria evaluasi : adanya muntah, da
diare, gangguan proses Tanda-tanda vital
pembekuan stabil 2) Kaji tanda
Turgor kulit baik
TD, nadi
Pengisian kapiler,
mpengisian kapile
nadi perifer kuat
turgor kulit
Haluaran urin membrane mukosa
sesuai
3) Anjurkan
gigi mengg
bahan/sikat gigi
lembut
4) Observasi
perdarahan,
hematuri/melena,
ekimosis, per
gusi/bekas injeksi
Kolaborasi :
5) Cek
laboratorium : H
Natrium, albumi
waktu pembekuan
6) Berikan
IV : glukosa , elek
7) Berikan ob
a. Vitamin K
b. Antasida
c. Anti diare
8) Berikan ta
plasma beku segar
4. Resiko tinggi infeksi b/d Infeksi tidak terjadi 1) Lakukan
pertahanan primer tidak Kriteria evaluasi : kebijakan RS, cuc
adekuat, depresi imun, Tidak ada tanda- efektif sebelum
malnutrisi, kurang pengetahuan tanda infeksi sesudah me
Pasien/keluarga
untuk menghindari pemajanan tindakan
menyatakan pemahaman
pada patogen
factor resiko infeksi
2) Batasi pen
sesuai indikasi
3) Jelaskan p
isolasi pada pasie
terdekat
Kolaborasi :
4) Berikan
sesuai indikasi :
a. Antivirus
b. Antibiotik
3) Hindari k
tentang penampilan
Kolaborasi :
4) Berikan ob
a. Antihistam
b. Antilipemi
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
PENYAKIT ANEMIA APLASTIK
1. PENGERTIAN
Anemia aplastik adalah anemia normokromik normositik yang disebabkan oleh
disfungsi sumsum tulang sedemikian sehingga sel-sel darah yang mati tidak diganti.
2. PENYEBAB
Kanker sumsum tulang
Pengrusakan sumsum tulang oleh proses autoimun
Defisiensi vitamin, misalnya asam folat, B12
Berbagai obat
Radiasi atau kemoterapi
3. PATOFISIOLOGI
Terjadi penurunan sel precursol dalam sumsum tulang dan penggantian sumsum
tulang dengan lemak, akibatnya terjadi kegagalan fungsi sumsum tulang yaitu
memproduksi sel-sel darah. Anemia aplastik mungkin hanya mengenai sel-sel darah
merah, atau mungkin berkaitan dengan defisiensi semua jenis sel darah
(pansitopenia). Karena terjadi penurunan jumlah selsel darah merah yang
mengangkut oksigen dan nutrisi, maka terjadi :
Peningkatan kecepatan denyut jantung karena tubuh berusaha member
oksigen lebih banyak ke jaringan
Peningkatan kecepatan pernafasan karena tubuh berusaha menyediakan
lebih banyak oksigen kepada darah
Pusing akibat berkurangnya aliran darah ke otak
Rasa lelah karena meningkatnya oksigenasi berbagai organ termasuk otot
jantung dan rangka
Kulit pucat karena berkurangnya oksigenasi
Mual akibat penurunan aliran darah saluran cerna dan susunan saraf pusat
Penurunan kualitas rambut dan kulit
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Biopsi sumsum tulang : penurunan sel darah
Jumlah darah lengkap :
Hemoglobin dan hematokrit menurun
Eritrosit : menurun
LED : meningkat
SDP : menurun
Trombosit : menurun
Masa perdarahan : memanjang
6. ASUHAN KEPERAWATAN
6.1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Data subjektif :
Mudah lelah
Sesak nafas setelah aktivitas
Lebih banyak tidur dan istirahat
Pusing
Mual
Anoreksia
Adanya penurunan berat badan
Penyembuhan luka buruk, sering anfeksi
Data objektif :
8) Berikan
transfuse SDM dara
lengkap/packed
(WB/PRC), sesua
indikasi. Awasi keta
untuk komplika
transfuse
9) Berikan
oksigen tambaha
sesuai indikasi
10) Siapkan
intervensi
pembedahan sesua
indikasi
Diagnosa keperawatan 2 : Intoleran aktivitas dapat diatasi 1) Kaji ulan
Intoleran aktivitas b/d Kriteria hasil : kemampuan aktivita
ketidakseimbangan antara Adanya peningkatan sehari-hari
suplai oksigen dan kebutuhan toleransi aktivitas sehari-hari
Ditandai dengan : Penurunan tanda
2) Observasi
D.S. : fisiologis intoleransi, mis : nadi,
TTV selama da
Lemah,lesu pernafasan dan TD dalam
Sesak nafas sesudah aktivita
rentang normal pasien
setelah aktivitas Catat dan laporka
Lebih banyak respon terhada
tidur/istirahat tingkat aktivitas.
D.O.:
3) Berikan
Palpitasi,
lingkungan yan
takikardi,
tenang. Pertahanka
peningkatan TD,
tirah baring bil
dispnea setelah
diindikasikan. Bata
aktifitas
jumlah pengunjung
4) Berikan
bantuan dalam
aktivitas sehar
hari/ambulasi bil
perlu
5) Tingkatkan
aktivitas sesua
toleransi pasien
6) Anjurkan
gunakan tekhni
penghematan energy
mis mandi denga
duduk
7) Anjurkan
pasien menghentika
aktivitas bila palpitas
nyeri dada, nafa
pendek, kelemaha
atau pusing terjadi
6) Cek
laboratorium : Hb/H
BUN, albumin
protein
7) Berikan oba
sesuai indikasi
8) Berikan
suplemen nutris
misal : Ensure, isocal
Diagnosa keperawatan 4 : Kerusakan integritas kulit tidak terjadi 1) Kaji ulan
Resiko tinggi kerusakan Kriteria hasil : integritas kulit, cata
integritas kulit b/d perubahan Integritas kulit adanya perubahan/
sirkulasi dan neurologist, dipertahankan Kerusakan
gangguan mobilitas, deficit Tidak ada luka
nutrisi (ulkus/dekubitus)
Dapat mengidentifikasi
factor resiko/prilaku individu 2) Ubah posi
untuk mencegah cedera kulit secara periodic (tiap
jam), lakuka
pemijatan permukaa
tulang bila pasie
tidak bergerak ata
ditempat tidur
3) Anjurkan aga
permukaan kul
kering dan bersih
Batasi penggunaa
sabun
4) Bantu untu
latihan rentang gera
pasif atau aktif
5) Gunakan ala
pelindung, misalny
bantalan pelindun
pada tumit/siku
1. PENGERTIAN
Gagal ginjal kronis adalah menurunnya fungsi ginjal secara progresif ireversibel,
biasanya timbul beberapa tahun setelah penyakit atau kerusakan ginjal.
2. PENYEBAB
a. Glomerulonefritis
b. Pielonefritis kronis
c. Penyakit-penyakit vaskuler renal
d. Kelainan metabolic
e. Nefrotoksik
f. Obstruksi
g. TBC ginjal
h. Sarkoidosis
i. Disproteinemia
j. Penyakit herediter/congenital
3. PATOFISIOLOGI
Terjadi penurunan progresif GFR dan haluaran urin sangat berkurang, menimbulkan
kelebihan cairan tubuh, terjadi edema, gagal jantung kongestif, dan hipertensi.
Produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin)
tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap system tubuh.
Semakin banyak timbunan produk sampah, maka gejala akan semakin berat.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Urin : oliguri/anuria, warna keruh/kecoklatan, klirens kreatinin menurun,
natrium meningkat, proteinuria (3-4+)
Darah : BUN/kreatinin meningkat, Ht menurun, Hb menurun, pH AGD
menurun (asidosis metabolic), Na menurun/normal, kalium meningkat,
Mg/fosfat meningkat, kalsium menurun, kadar protein/albumin menurun
USG ginjal : ukuran ginjal dan adanya massa, kista, obstruksi
Biopsi ginjal
EKG : abnormal, ketidakseimbangan elektrolit dan asam/basa
6. ASUHAN KEPERAWATAN
6.1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Data subjektif :
Kelelahan, kelemahan
Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap
pada mulut (bau nafas ammonia)
Kulit gatal
Palpitasi, nyeri dada (angina)
Data objektif :
5) Observasi
6) Kaji tingka
7) Pertahanka
berikan bantuan
aktivitas yang diin
Kolaborasi :
8) Berikan ta
indikasi
9) Pasang
glukosa/insulin
10) Cek
laboratorium, mi
(kalium, natriu
magnesium), BUN
12) Berikan ob
agen inotropik, k
jel aluminium hid
bikarbonat/sitrat
13) Bantu
perikardiosenstesi
14) Siapkan
(HD)
Kolaborasi :
6) Berikan ta
indikasi
7) Cek
laboratorium :
elektrolit serum, k
GDA
8) Siapkan un
5) Cek
laboratorium :
serum, kalium, nat
6) Konsulkan
7) Berikan
indikasi, missal z
vitamin D, vitam
antiemetic
1. PENGERTIAN
Hepatoma adalah suatu pertumbuhan sel-sel abnormal hati yaitu hepatosit
(karsinoma hepatoselular) atau dari duktus empedu (kolangiokarsinoma)
2. PENYEBAB
Hepatitis B
Hepatitis C
Sirosis
Penyakit hati kronis
Hemokromatosis
Mikotoksin tertentu (aflatoksin)
Penggunaan steroid anabolic
Terapi androgen jangka panjang
3. PATOFISIOLOGI
Kanker hati terjadi sebagai primer atau metastatic. Kanker hati primer dapat
timbul dari hepatosit (sel hati), jaringan penyambung, pembuluh darah, atau
saluran empedu. Kanker ini berupa benigna atau maligna. Kanker maligna
metastatic berasal dari saluran gastrointestinal (terutama kolon), payudara, dan
paru-paru.
Kanker metastase menyebar ke hati melalui (a) ekstensi langsung dari organ
sekitar (lambung dan kantong empedu), (b) system arterial hepatic, dan (c) system
vena porta, juga sebagai akibat migrasi sel, permukaan hati dipenuhi dengan sel
metastatic. Kanker metastase mungkin telah menyebar luas sebelum manifestasi
klinis atau temuan laboratorium menunjukkan keberadaannya.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Fosfatase alkali meningkat
SGOT/SGPT meningkat
Hipoproteinemia
Pembalikan rasio albumin-globulin
Cairan asites sedikit berwarna darah
Peningkatan serum alfa-fetoprotein
6. ASUHAN KEPERAWATAN
6.1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Data subjektif :
Kelemahan
Anoreksia
Penurunan berat badan
Nyeri abdomen
Mual, muntah
Data objektif :
Asites
Hepatomegali
Kelemahan, penurunan kesadaran
Berat badan kurang
6.2. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT HEPATOMA
Kolaborasi :
4) Berikan analgesic
sesuai indikasi
Kolaborasi :
6) Berikan obat
antiemetic sesuai indikasi
7) Cek laboratorium :
total protein, albumin
8) Berikan vitamin
tambahan
9) Berikan antacid
11) Pasang/pertahanka
n slang NGT, atau nutrisi
parenteral bila
diindikasikan
12) Pasang
IFVD/terapi parenteral
nutrisi
3) Anjurkan tidak
menggaruk kulit
4) Ubah posisi
dengan sering
5) Anjurkan
menggunakan pakaian
yang lembut dan longgar
6) Observasi keadaan
kulit di sisi pemasangan
IV dari tanda-tanda infeksi
Kolaborasi :
7) Berikan obat
antidote yang tepat bila
terjadi eksaserbasi
8) Berikan salep
topical untuk mencegah
infeksi