Anda di halaman 1dari 5

PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

PUSKESMAS JOMBANG

I. PENDAHULUAN

HAI’s ini adalah kejadian infeksi yang lebih luas dari infeksi
nosokomial, tapi HAIs ini adalah kejadian infeksi yang tidak hanya berasal
dari rumah sakit tetapi juga didapat dari fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya, infeksi yang tidak terbatas dari infeksi kepada pasien namun dapat
juga kepada petugas kesehatan dan pengunjung.
Sesuai dengan Pedoman PPI tahun 2017, pencegahan pengendalian
infeksi meliputi kewaspadaan isolasi, pencegahan dengan bundles, audit
dan monitoring secara berkala atau surveilans HAIs, pengkajian risiko
infeksi yang disebut dengan Infection Control Risk Assesment (ICRA).
Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus melaksanakan PPI tersebut.
Pencegahan infeksi dilaksanakann melalui penerapan prinsip kewaspadaan
standar dan berdasarkan transmisi, penggunaan antimikroba secara bijak
dan bundles.

II. LATAR BELAKANG

Angka kejadian HAIs menurut data dari World Health Organizations


(WHO) terdapat 9% di United Kingdom tahun 2006, di Italy tahun 2005 3
sebanyak 6,7%, di Perancis Tahun 2006 sekitar 6,7 – 7,4%. Sementara
angka kejadian HAIs di Indonesia diambilkan dari 10 Rumah Sakit Umum
(RSU) Pendidikan yang mengadakan surveillance aktif didapatkan angka
kejadian HAIs sebanyak 6–16% dengan rerata 9,8%. HAIs merupakan
permasalahan yang terjadi di negara berkembang dan terus meningkat.
Gambaran HAIs di Indonesia hingga saat ini belum begitu jelas karena
penanganan secara nasional baru saja dimulai. Hasil survey point
prevalensi dari 11 Rumah Sakit (RS) di DKI Jakarta yang dilakukan oleh
Perdalin (Persatuan Pengendalian Infeksi) Jaya dan RS Penyakit Infeksi
Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta didapatkan angka infeksi nosokomial
untuk Infeksi Daerah Operasi (SSI) 18,9%, Infeksi Saluran Kemih (ISK)
15,1%, Infeksi Aliran Darah Primer (IDO) 26,4%, Pneumonia 24,5% dan
Infeksi Saluran Napas lain 25,1% serta Infeksi lain 32,1%. Terkait masalah
dan akibat infeksi nosokomial yang ditimbulkan, maka perlu ditingkatkan
pengendalian infeksi nosokomial dan kesehatan lingkungan. Kejadian
HAIs sebenarnya dapat dicegah bila tenaga kesehatan secara konsisten
melaksanakan pencegahan HAIs dengan menerapkan bundle ISK, IAD,
VAP, IDO serta plebithis diantaranya dengan menerapkan bundle.
Menurut Institute for Healthcare Improvement (IHI, 2005) angka VAP
turun 45%. Sedwick (2012) menjelaskan bahwa dari 9,47 kasus perhari
menjadi 1,9 kasus per hari. Menurut Resar (2005) angka VAP turun
sampai 58%, sedangkan angka Infeksi Daerah Operasi (IDO) menurut
CDC (2010) terjadi 4 25-40% setelah pembedahan, dan menghabiskan
biaya 30 million dollar pertahun atau setara Rp.411.390.077.000. ISK
merupakan urutan pertama pada beberapa rumah sakit di Amerika Serikat
dan Eropa setelah VAP, dengan angka infeksi sebesar 11%. Sedangkan
untuk data IAD terdapat angka infeksi sebanyak 20-26%. Infeksi di negara
berkembang semakin meningkat yang berdampak terhadap pelayanan di
rumah sakit

III. TUJUAN UMUM DAN KHUSUS:


1. Tujuan Umum

Meningkatkan mutu pelayanan puskesmas melalui pencegahan dan pengendalian


infeksi yang dilaksanakan oleh semua departemen/ unit dengan meliputi kualitas
pelayanan, management resiko, clinical governace, serta kesehatan dan
keselamatan kerja.

2. Tujuan Khusus
 Sebagai pedoman pelayanan bagi staf PPI dalam melaksanakan
tugas,wewenang dan tanggung jawab secara jelas.
 Menggerakan segala sumber daya yang ada dirumah sakit dan fasilitas
kesehatan lain secara efektif dan efisien.
 Menurunkan angka kejadian infeksi dirumah sakit secara bermakna.
 Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pelayanan PPI puskesmas.

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

a. Melaksanakan Surveilans :
1. menetapkan data surveilan yang dikumpulkan dan metoda
surveinya
2. Melakukan sensus harian
3. Membuat laporan bulanan
4. Melakukan analisis tiap tiga bulan

b. Membuat Infection Control Risk Assessment (ICRA):


1. Identifikasi risiko infeksi
2. Analisis risiko infeksi
3. Evaluasi risiko infeksi
4. Susun langkah-langkah pencegahan dan pengendalian
infeksi
5. Monitoring pelaksanaan kebijakan, prosedur, dan pedoman
PPI
6. Pencatatan dan pelaporan pajanan

c. Monitoring Sterilisasi di Puskesmas


1. Menyusun jadual audit
2. Melaksanakan audit
3. Analisis hasil audit
4. Laporan audit
d. Monitoring Manajemen laundry dan linen:
1. Menyusun jadual audit
2. Melaksanakan audit
3. Analisis hasil audit
4. Laporan audit

e. Monitoring Pembuangan sampah infectious, cairan tubuh & darah:


1. Menyusun jadual audit
2. Melaksanakan audit
3. Analisis hasil audit
4. Laporan audit

f. Monitoring pembuangan benda tajam & jarum :


1. Menyusun jadual audit
2. Melaksanakan audit
3. Analisis hasil audit
4. Laporan audit

g. Monitoring kegiatan pelayanan makanan dan permesanan:


1. Menyusun jadual audit
2. Melaksanakan audit
3. Analisis hasil audit
4. Laporan audit

h. Monitoring hand hygiene:


1. Menyusun jadual audit
2. Melaksanakan audit
3. Analisis hasil audit
4. Laporan audit

i. Monitoring kepatuhan penggunaan APD :


1. Menyusun jadual audit
2. Melaksanakan audit
3. Analisis hasil audit
4. Laporan audit

j. Pendidikan PPI pada karyawan

k. Pendidikan PPI pada pasien dan keluarga

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

1. Pertemuan-pertemuan PPI
2. Audit Kepatuhanterhadap PPI keruangandan unit kerja
3. Pendidikan PPI padakaryawan: Ceramah, Tanya Jawab, dan
Simulasi Pendidikan PPI pada pasien dan keluarga
(terutama untuk cuci tangan dan etika batuk): Ceramah
Tanya Jawab, Poster, Simulasi
VI. SASARAN:
a. Termonitornya pelaksanaan hand hygiene di semua
ruangan
b. Kepatuhan hand hygiene pada para petugas
kesehatan = 100 %
c. Etika batuk

VII. JADUAL PELAKSANAAN KEGIATAN

NO KEGIATAN J F M A M JN JL A S O N D

Pembentuk Tim PPI X

Surveilance X

Audit X
VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
Evaluasi pelaksanaan kegiatan adalah evaluasi dari skedul (jadwal)
kegiatan.
Skedul (jadwal) tersebut akan dievaluasi setiap berapa bulan sekali (kurun
waktu tertentu), sehingga bila dari evaluasi diketahui ada pergeseran
jadwal atau penyimpangan jadwal maka dapat segera diperbaiki sehingga
tidak mengganggu program secara keseluruhan.
Setiap bulan Tim melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan.
Laporan hasil audit PPI dibuat setiap bulan oleh Tim PPI Puskesmas
Laporan surveilance dibuat setiap bulan.

IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN:


Semua kegiatan PPI dicatat sesuai jenis kegiatan dan SPO nya.: Laporan
surveilance disusun berdasarkan laporan dari unit kerja dan setiap bulan
Tim PPI melaporkan kegiatan ke Kepala Puskesmas
Evaluasi kegiatan dilakukan melalui rapat Tim PPI setiap bulan

Anda mungkin juga menyukai