Anda di halaman 1dari 5

Soal Prof.

Supancana

1. Implikasi dan Implementasi ICT pada bisnis

Dalam dunia bisnis, teknologi informasi mulai dirasa mempunyai peran yang penting karena dengan
berkembangnya teknologi informasi, banyak bisnis yang mulai memperlihatkan perubahan yang
cukup signifikan. Banyak hal yang dirasa berbeda dan berubah dibandingkan dengan cara yang
berkembang sebelumnya. Saat sekarang ini jarak dan waktu bukanlah sebagai masalah yang berarti
untuk mendukung pertumbuhan bisnis, berbagai aplikasi tercipta untuk memfasilitasinya. bisnis
dapat dilihat dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang digunakan. Semakin tinggi
perkembangan teknologi informasi maka semakin tinggi pula pertumbuhan bisnis. Namun
perkembangan teknologi informasi ini juga memiliki sisi negatif, dimana banyak penyalahgunaan
teknologi dalam melakukan tindak kriminal.

Dampak Positif:

1. Terjadinya industrialisasi
2. Produktifitas dunia industri semakin meningkat. Kemajuan teknologi akan meningkatkan
kemampuan produktivitas dunia industri baik dari aspek teknologi industri maupun pada
aspek jenis produksi.
3. Membuka peluang lapangan pekerjaan dan profesi baru terekait ICT, contohnya data security
expert
4. Dengan fasilitas pemasangan iklan di internet pada situs-situs tertentu akan mempermudah
kegiatan promosi dan pemasaran suatu produk.
5. Perusahaan dapat menjangkau pasar lebih luas, karena pembeli yang mengakses internet
tidak dibatasi tempat dan waktu
6. Perusahaan tidak perlu membuka cabang distribusi.
7. Pengeluaran lebih sedikit, karena pegawai tidak banyak.
8. Harga barang lebih murah, karena biaya operasionalnya murah.
9. e-commerce dapat mempermudah transaksi-transaksi bisnis suatu perusahaan atau
perorangan.
10. Pemanfaatan TIK untuk membuat layanan baru dalam perekonomian dan bisnis antara lain
internet banking, SMS banking, dan e-commerce.

Dampak Negatif

1. Dengan mudahnya melakukan transaksi di internet menyebabkan akan semakin


memudahkan pula transaksi yang dilarang seperti transaksi barang selundupan atau
transaksi narkoba.
2. Hal yang sering terjadi adalah pembobolan rekening suatu lembaga atau perorangan yang
mengakibatkan kerugian financial yang besar.
3. Dengan kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan banyaknya terjadi
kasus penipuan dalam perdagangan online.
4. Resistensi Membeli Secara Online. Bagi orang awam yang belum pernah bertransaksi secara
online
5. Violance and Gore. Kekejaman dan kesadisan juga banyak ditampilkan dalam dunia bisnis di
internet.
6. Carding
7. Cybercrime
8. Hacking
9. Cracking
10. Saling menghujat di media sosial karena pengambilan foto-foto testimony ataupun foto-foto
produk yang dijual tanpa izin.

2. Sistem Nilai dalam Perspektif Etika:

Etika merupakan satu set kepercayaan standar atau pemikiran yang mengisi suatu individu,
kelompok, atau masyarakat.

Contoh penerapan etika:

1. Corporate credo, yaitu pernyataan ringkas mengenai nilai-nilai yang ditegakan perusahaan.
2. Program etika, yaitu suatu system yang terdiri dari berbagai aktifitas yang dirancang untuk
mengarahkan pegawai dalam melaksanakan corporate credo
3. Kode etik khusus perusahaan, biasanya diadaptasi dari kode etik industry tertentu.

Sistem Nilai dalam perspektif Hukum Berubah

Hukum berubah merupakan peraturan perilaku formal yang dipaksakan oleh otoritas yang
berwenang, seperti pemerintah, pada rakyat atau warga negaranya.

Contoh penerapan hukum:

1. Larangan bagi anggota dewan komisaris untuk memperoleh keuntungan pribadi (non
personal gain)
2. Larangan mengambil keuntungan pribadi oleh direksi
3. Pengangkatan dan penggajian eksekutif yang bukan direksi

3. Sikap terhadap perlindungan data pribadi

Sikap saya terkait dengan perlindungan data pribadi mengacu pada konsep dasar privasi yang
dikemukakan oleh abu bakar munir dan siti hajar mohd yasin dimana privasi meliputi

1. Information privacy: terkait dengan cara pengumpulan dan pengelolaan data


2. Bodily privacy: terkait dengan perlindungan yang bersifat fisik
3. Privacy of communication: terkait dengan keamanan dan privasi atas bentuk-bentuk
komunikasi
4. Territorial privacy: terkait dengan batas atas intrusi ke masalah dan lingkungan domestic

Dan hukum-hukum dan aturan terkait dengan privasi seperti OECD guidelines, EU data
protection directives, APEC privacy framework, dan lain sebagainya.

Maka terkait dengan perkembangan big data, dari sisi pengguna maupun pemberi jasa harus
menyadari dan menegakan prinsip-prinsip dasar perlindungan privasi (mengacu pada berbagai
instrument internasional baik yang bersifat multilateral, regional, maupun instrument hukum
nasional), dimana prinsip tersebut terdapat beberapa kesamaan antara lain:

1. Prinsip pembatasan dalam pengumpulan data


2. Prinsip menyangkut kualitas data
3. Prinsip adanya tujuan khusus mengenai pengumpulan data pribadi
4. Prinsip pembatasan dalam penggunaan data pribadi
5. Prinsip pengamanan maksimal terhdap data pribadi
6. Prinsip keterbukaan tentang praktek dan kebijakan menyangkut data pribadi
7. Prinsip antisipasi individual dari subjek data
8. Prinsip akuntanbilitas

Maka dari prinsip-prinsip diatas, sebagai pengguna dan penyedia jasa big data harus
menyadari prinsip diatas dan peran-peran sesuai dengan prinsip-prinsip diatas. Selama big data
berlandaskan prinsip tersebut maka kekhawatiran atas dampak negative dapat diatasi.

4. Upaya penataan fintech

Agar ijin usaha Fintech aman baik dari pengguna jasa maupun pemberi jasa maka perlu
dilakukan pembuatan mekanisme-mekanisme sebagai paying hukum antara lain:

1. Mekanisme Pencatatan dan Pendaftaran Fintech, Setiap penyedia jasa fintech harus
mendaftarkan dan melaporkan usahanya kepada OJK
2. Mekanisme Pemantauan dan Pengawasan Fintech, karena sebagai Lembaga penyalur dana
pihak ketiga maka harus dipantu dan diawasi setiap dana yang dhimpun maupun disalurkan
3. Pembentukan Ekosistem Fintech, tujuannya adalah agar terbentuk sebuah ekosistem bisnis
yang sehat dan tidak merugikan.
4. Membangun Budaya Inovasi, diperlukan untuk pengembangan aturan dan layanan yang
lebih baik
5. Inklusi dan Literasi, penyelenggara fintech harus melaksanakan kegiatan untuk
meningkatkan literasi dan inklusi keuangan kepada masyarakat
6. Bisnis dan Perlindungan Data, Penyelenggara fintech wajib menyediakan pusat pelayanan
konsumen berbasis teknologi sebagai bentuk penerapan edukasi dan perlindungan
konsumen beserta usahanya.
7. Manajemen Risiko yang Efektif, penting karena merupakan hal dasar yang harus dimiliki
setiap penyedia jasa keuangan untuk meningkatkan efisiensi dan kepatuhan terhadap
regulasi, serta memberikan keamanan.
8. Kolaborasi, diperlukan untuk meningkatkan sinergi antar industri, pemerintah, akademisi
dan innovation hub lain.
9. Perlindungan Konsumen, penting karena konsumen dilindungi oleh undang-undang yang
berlaku.
10. Transparansi, Penyelenggara fintech wajib menerapkan prinsip pengawasan berbasis disiplin
pasar, risiko dan teknologi terhadap inovasinya, yang antara lain harus memperhatikan
transparansi produk dan layanan, pasar yang kompetitif dan inklusif, yang sesuau dengan
kebutuhan konsumen, penanganan mekanisme keluhan yang segera, dan aspek keamanan
dan kerahasiaan data konsumen dan transaksi.
11. Anti-Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme, menngacu pada ketentuan Peraturan OJK
di bidang AML-CFT (Anti Money Laundering and Counter-Financing of Terrorism).

5. Implikasi EU-GDPR terhadap kepentingan Indonesia

GDPR mengatur bagaimana perusahaan internet, baik yang beroperasi di Eropa ataupun
tidak, memperlakukan data milik warga Uni Eropa. Indonesia sendiri memiliki regulasi terkait dengan
perlindungan data (Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan,
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, dan Undang-Undang
Nomor 16 tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik).

Secara prinsip GDPR dengan regulasi perlindungan data yang ada di Indonesia memiliki spirit
yang sama, yaitu menjaga keamanan data. Contohnya pada aturan aturan “Right to be forgotten”
pada GDPR, implementasi di Indonesia ada pada Pasal 26 ayat 3 revisi UU ITE. Tugas pemerintah
Indonesia adalah bagaimana menegakan regulasi yang sudah ada, GDPR lahir karena bagi mereka
data pribadi adalah hal yang sangat sensitive.

Era Globalisasi memang tidak dapat dibendung, Indonesia saat ini sedang mengalami
pertumbuhan ekonomi digital yang membuka peluang Indonesia melangkah lebih jauh, tidak hanya
secara nasional bahkan secara global. Pertumbuhan ini sejalan dengan resiko keamanan data, maka
pemerintah selaku regulator harus bisa beradaptasi dengan lingkungan global dengan tetap
mempertahankan kepentingan nasional.

GDPR pada dasarnya baik yaitu melindungi data warganya, tetapi aturan yang dibuat jika
tidak di imbangi oleh kekuatan hukum Indonesia maka Indonesia dirugikan, contoh kasus pada
skandal Cambridge Analytica dimana data warga Indonesia pun ikut dicuri (kasus ini ada sebelum
implementasi GDPR; aturan tidak berlaku surut) maka GDPR dalam hal ini tidak bisa membantu
Indonesia karena GDPR dikhususkan untuk warga EU. Sehingga perlu dibuat agreement antara
pemerintah Indonesia dan EU agar saling bersinergi dalam melindungi data dan menindak tegas
segala bentuk kejahatan terkait dengan keamanan data.

Anda mungkin juga menyukai