NIM : 175100100111011
Kelas :A
No. Absen :7
Berdasarkan pasal 1 ayat 2 tentang Pengawasan Pangan Olahan untuk Keperluan Gizi
Khusus, yang dimaksud Pangan Olahan untuk Keperluan Gizi Khusus (PKGK) adalah Pangan
Olahan yang diproses atau diformulasi secara khusus untuk memenuhi kebutuhan gizi tertentu
karena kondisi fisik/fisiologis dan penyakit/ gangguan tertentu. Pangan dapat digunakan melalui
2 cara yaitu parenteral atau enteral. Penggunaan secara parenteral adalah pemberian pangan
yang dilakukan dengan menyuntikan pangan ke jaringan tubuh, dapat berupa subkutan,
intramuskular, atau intravena. Sedangkan penggunaan secara enteral adalah pemberian pangan
melalui saluran pencernaan dapat diberikan secara oral atau menggunakan selang makanan
(naso gastric tube).
Menurut pasal 2 bab II tentang Jenis PKGK, PKGK dikelompokkan menjadi PDK (Pangan
Olahan Diet Khusus) dan PKMK (Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus). PDK untuk
kelompok bayi dan anak berupa formula bayi, formula lanjutan, formula pertumbuhan, dan MP-
ASI. Sedangkan PDK untuk kelompol dewasa berupa minuman khusus ibu hamil/menyusui,
pangan olahragawan, dan pangan untuk kontrol berat badan. PKMK juga dikelompokkan menjadi
2 yaitu untuk kelompok bayi dan anak serta untuk kelompok dewasa.
Menurut bab III tentang Persyaratan, setiap orang yang memproduksi dan/atau
mengimpor PKGK untuk diperdagangkan wajib memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan gizi
sesuai dengan lampiran 1. PKGK tidak boleh diberikan secara parenteral, sedangkan PKMK
dapat diberikan secara enteral. PKMK dapat digunakan sebagai makanan pengganti dan/atau
makanan tambahan. PKMK sebagai makan pengganti harus sesuai dengan ketentuan dokter.
Menurut bab IV tentang Produksi, PKGK wajib diproduksi dengan Cara Produksi Pangan
Olahan yang Baik (CPPOB) dan dengan pengendalian HACCP. Penerapan CPPOB dibuktikan
dengan berita acara hasil audit sarana produksi atau sertifikat CPPOB atau sertifikat Program
Manajemen Risiko yang diterbitkan oleh BPOM. Sedangkan penerapan sistem pengendalian
bahaya pada titik kritis dibuktikan dengan sertifikat dari lembaga sertifikasi yang terakreditasi.
Menurut pasal 10, PKGK yang diperuntukkan bagi bayi, anak, ibu hamil dan ibu menyusui tidak
boleh mendapatkan perlakuan iradiasi.
Menurut bab V tentang Label dan Iklan, PKGK wajib mencantumkan label dengan
keterangan nama jenis, peruntukan, cara penyiapan (jika produk memerlukan penyiapan
khusus), cara penyajian, cara penyimpanan, peringatan bagi yang dipersyaratkan, dan informasi
nilai gizi. Pada label PDK wajib dicantumkan tulisan “KONSULTASIKAN DENGAN TENAGA
KESEHATAN”. Sedangkan pada label PKMK wajib dicantumkan keterangan “HARUS DENGAN
RESEP DOKTER” dan “Produk bukan untuk Penggunaan Secara Parenteral”. Ketentuan
pelabelan khusus untuk setiap jenis PKGK tercantum dalam lampiran 1. Menurut bab VI tentang
Peredaran, produk PKMK hanya dapat diedarkan di apotek, instalasi farmasi rumah sakit,
dan/atau puskesmas. PKGK yang belum diatur dalam peraturan ini harus mendapat persetujuan
tertulis dari KBPOM. Pelanggaran terhadap ketentuan dapat dikenai sanksi administratif berupa
denda, penghentian sementara dari kegiaan, produksi, dan/atau peredaran, penarikan pangan
dari peredaran, dan/atau pencabutan izin.
Nama : Sherlly Natalie Angel
NIM : 175100100111011
Kelas :A
No. Absen :7
Peraturan KBPOM No. 3 Tahun 2018 tentang Pangan Iradiasi adalah peraturan
penyesuaian dari peraturan KBPOM No. 26 Tahun 2013 tentang Pengawasan Pangan Iradiasi.
Peraturan ini terdiri dari 18 pasal yang terbagi dalam 9 bab. Menurut pasal 1 No. 3 Tahun 2018
tentang Pangan Iradiasi, yang dimaksud dengan pangan iradiasi adalah setiap pangan yang
dengan sengaja dikenai radiasi ionisasi tanpa memandang sumber atau jangka waktu iradiasi
ataupun sifat energi yang digunakan. Sedangkan iradiasi pangan merupakan metode
penanganan pangan, baik dengan menggunakan zat radioaktif maupun akselerator untuk
mencegah terjadinya pembusukan dan kerusakan, membebaskan pangan dari jasad renik
patogen, serta mencegah pertumbuhan tunas. Dari pengertian ini dapat dilihat bahwa tujuan dari
perlakuan iradiasi pada produk pangan adalah mencegah penurunan kualitas pangan dan
memperpanjang umur simpan produk pangan.
Pangan iradiasi harus memenuhi persyaratan yang berlaku sesuai dengan Bab II tentang
Persyaratan. Menurut pasal 3, sumber radiasi yang diperbolehkan adalah irradiator gamma
dengan kobalt-60 atau sesium-137, mesin pembangkit sinar-X dengan energi ≤7,5 MeV, dan
mesin berkas elektron dengan energi ≤10 MeV. Kemasan pangan iradiasi wajib menggunakan
bahan kontak pangan yang diizinkan sesuai yang tercantum dilampiran 1, dimana terdapat 17
bahan kontak pangan yang diizinkan seperti kertas kraft, kertas glasin, nilon 6, PET, dan lain-lain.
Dosis Serap Maksimum Jenis Pangan yang diradiasi juga harus sesuai dengan batas maksimum
(dalam satuan kGy) yang telah ditentukan untuk masing – masing jenis pangan sesuai dengan
lampiran 1. Menurut pasal 7, pangan iradiasi dilarang diiradiasi ulang kecuali untuk pangan
berkadar air rendah yang diradiasi untuk membasmi serangga. Menurut pasal 9, iradiasi pangan
hanya dapat dilakukan pada Fasilitas Iradiasi yang telah memiliki izin pemanfaatan tenaga nuklir
dari BAPETEN dan dalam pelaksanaannya iradiasi pangan wajib memenuhi Cara Iradiasi
Pangan yang Baik yang diatur pada ayat (2) Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Menurut pasal 12, pangan iradiasi yang tersebar di Indonesia harus diberi Keterangan
Iradiasi yang diterbitkan oleh Kepala Badan. Setiap pangan iradiasi wajib mencantumkan
informasi mengenai iradiasi pada label yang memuat (1) tulisan “IRADIASI” yang dicantumkan
setelah nama jenis Pangan; (2) tulisan “TIDAK BOLEH DIIRADIASI ULANG” apabila tidak boleh
diiradiasi ulang (3) tanggal, bulan, dan tahun iradiasi; (4) nama negara tempat iradiasi dilakukan;
dan (5) Logo Pangan Iradiasi. Pengawasan keamanan, mutu, gizi, label, dan iklan Pangan
Iradiasi dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Menurut pasal 16,
setiap orang yang melanggar ketentuan yang telah ditetapkan akan dikenai sanksi administratif
berupa denda, penghentian sementara kegiatan produksi dan/atau peredaran, penarikan pangan
dari peredaran; dan/atau pencabutan izin.
Berdasarkan Bab IX pasal 18, pada saat Peraturan KBPOM No. 3 Tahun 2018 tentang
Pangan Iradiasi mulai berlaku, maka peraturan KBPOM No. 26 Tahun 2013 tentang Pengawasan
Pangan Iradiasi dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Nama : Sherlly Natalie Angel
NIM : 175100100111011
Kelas :A
No. Absen :7