Lapak PKM 1
Lapak PKM 1
Kelompok : IV
Sarah Syafira
260110160110
II. Prinsip
1. Koefisien partisi adalah perbandingan konsentrasi suatu zat
terlarut yang dilarutkan dalam dua pelarut yang tidak saling
bercampur dengan perbandingan tersebut adalah tetap atau
konstan. (Cairns, 2004)
2. Titrasi asam basa adalah titrasi berdasarkan penetralan asam-basa,
larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa yang
telah diketahui kadarnya dan sebaliknya kadar larutan basa
ditentukan dengan menggunakan larutan asam yang telah diketahui
kadarnya. (Seager, 2011)
3. Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat
larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan
menggunakan pelarut cair. (Ditjen POM, 2000)
4. Like dissolve like merupakan sifat kecenderungan senyawa pelarut
yang hanya melarutkan senyawa dengan sifat kepolaran sama.
senyawa polar akan larut dalam senyawa polar dan tidak larut
dalam senyawa nonpolar, demikian juga sebaliknya. (James, 2001)
III. Reaksi
c.
O OH O O
C2 H5
OH O
+ C2H5 - O - C2H5 C2 H5 + H2O
H-Ind ⇔ H+ + Ind-
warna A
5.2. Bahan
1. Asam Oksalat
2. Asam Salisilat
3. Etanol
4. Fenolftalein
5. NaOH
VI. Prosedur
6.1 Pembuatan larutan NaOH
Siapkan alat dan bahan. 1000 ml aquadest dituang ke dalam
gelas beaker. Aquadest dipanaskan sampai cukup panas atau hangat.
Timbang NaOH sebanyak 0,4 gr. NaOH yang telah ditimbang
dimasukkan ke dalam 1000 ml aquadest yang telah dipanaskan. Aduk
campuran NaOH dan aquadest sampai larut.
6.4 Bagian 1
Siapkan alat dan bahan. 15 ml larutan asam salisilat
dimasukkan kedalam erlenmeyer. 20 ml aquades dan dua tetes
indikator fenolftalein ditambahkan kedalam larutan tersebut. NaOH
dimasukkan kedalam buret. Larutan asam salisilat dititrasi dengan
larutan standar NaOH melalui buret sampai berubah warna menjadi
merah muda.
6.5 Bagian 2
Siapkan alat dan bahan. 15 ml larutan asam salisilat
dimasukkan ke dalam corong pemisah. Tambahkan kloroform ke
dalam corong pemisah. Kocok selama 20 menit sampai terlihat adanya
dua bagian cairan. Lapisan bagian bawah dimasukkan ke dalam
erlenmeyer. 20 ml aquades dan 2 tetes indikator fenolftalein
ditambahkan ke dalam erlenmeyer. Dilakukan titrasi dengan NaOH
standar sampai berubah warna menjadi merah muda.
VII. Hasil Pengamatan
No Perlakuan Hasil Gambar
.
Pembakuan
1. NaOH - Larutan
1. - 15 ml asam oksalat berubah
dituangkan ke dalam warna
erlenmeyer menjadi
- tambahkan 2 tetes merah muda
indikator fenolftalein
- lakukan dua kali titrasi
(duplo) sampai larutan
berubah warna menjadi
merah muda
2. Pembuatan larutan asam - Dihasilkan
salisilat larutan 0,1 N
- Timbang asam asam salisilat
salisilat 1,38 gr - Asam
- Larutkan dengan salisilat larut
25ml etanol dalam etanol
- Larutkan dengan - Terbentuk
75 ml aquadest fase air dan
fase kristal
VIII. Perhitungan
8.1 Pembakuan NaOH
- Volume titrasi NaOH I : 17,3 ml
- Volume titrasi NaOH 2: 16,5 ml
17,3+16,5
- rata-rata volume NaOH : = 16, 9
2
-titrasi I
N1 . V1 = N2 . V2
0,1 . 15= N2 . 17,3
N2= 0,087
-titrasi II
N1 . V1 = N2 . V2
0,1 . 15 = N2 . 16,5
N2 = 0,09
0,087+0,09
-N rata-rata hasil titrasi = = 0,0885
2
IX. Pembahasan
Pada praktikum ini yang dibahas adalah mengenai koefisien
partisi dari minyak/air asam salisilat. koefisien partisi minyak/air
didefinisikan untuk larutan encer, yaitu rasio konsentrasi zat tunggal
(A) antara dua fase (organik dan air) pada kesetimbangan.
Hal yang pertama-tama dilakukan adalah membuat larutan
NaOH. Larutan NaOH dibuat dari 0,4 gr NaOH dan 1000 ml aquades.
NaOH ditimbang menggunakan timbangan analitik. Aquades
diletakkan didalam beaker glass dan dipanaskan terlebih dahulu sampai
hangat. Tujuan dari dipanaskannya aquades ini adalah agar 0,4 gr
NaOH yang telah ditimbang dapat larut dengan lebih mudah. Setelah
aquades telah dalam suhu yang cukup hangat, masukkan NaOH lalu
aduk sampai benar-benar melarut.
Setelah membuat larutan NaOH, hal selanjutnya adalah
melakukan pembakuan atau standardisasi NaOH. Standardisasi NaOH
perlu dilakukan karena NaOH merupakan zat yang mudah
terkontaminasi dan bersifat higroskopis sehingga mudah menarik uap
air dari udara dan juga mudah bereaksi dengan CO2 dalam udara.
Definisi dari higroskopis adalah suatu zat dengan kemampuan
menyerap molekul air dari lingkungannya dengan baik, dapat dengan
adsorpsi atau absorpsi. Dalam hal ini, NaOH melalui absorpsi
(masuknya gas ke dalam padatan). Dengan demikian, untuk
menggunakan NaOH sebagai pereaksi dalam suatu titrasi, harus
dilakukan standardisasi terlebih dahulu.
Pertama-tama, bilas terlebih dahulu buret dengan larutan
NaOH dan biarkan mengalir. Membilas buret dengan larutan NaOH
bertujuan agar buret bersih dari zat-zat lain atau debu-debu yang
sekiranya dapat mempengaruhi hasil titrasi. setelah membilas buret,
pastikan telah menutup kembali buret dengan rapat. Masukkan larutan
NaOH yang telah dibuat tadi kedalam buret sebanyak 50 ml. Tuangkan
larutan asam oksalat 15 ml yang berada di labu ukur ke dalam
erlenmeyer. Dalam standardisasi NaOH, larutan asam oksalat
digunakan sebagai titrat karena larutan asam oksalat merupakan larutan
primer yang konsentrasinya diketahui secara pasti dan tidak bersifat
higroskopis. Selanjutnya, tambahkan 2 tetes indikator fenolftalein ke
dalam larutan asam oksalat. indikator fenolftalein cenderung sering
digunakan karena fenolftalein tidak mempengaruh titrasi itu sendiri,
melainkan hanya proses titrasinya dan mengubah warna larutan tersebut
pada saat titik ekuivalen. Setelah ditambahkan 2 tetes fenolftalein,
lakukan titrasi menggunakan larutan NaOH dalam metode pengocokan
sampai larutan tersebut berubah warna menjadi merah muda yang
berarti larutan tersebut telah mencapai titik ekuivalen.
Dari titrasi tersebut, akan didapatkan volume dari titrasi yang
pertama untuk menghitung nilai normal dari NaOH yang pertama .
Lalu, lakukan titrasi lagi untuk yang kedua kalinya dan akan didapatkan
pula volume titrasi yang kedua yang juga digunakan untuk menghitung
nilai normal. Titrasi dilakukan sebanyak dua kali atau diplo dengan
tujuan untuk mencari rata-rata dari nilai normal dari kedua NaOH. Dan
rata-rata nilai normal NaOH adalah 0,0885.
Selanjutnya adalah pembuatan larutan asam salisilat. Asam
salisilat sebanyak 1,38 gr ditimbang menggunakan timbangan analitik,
untuk meletakkan asam salisilat diatas timbangan analitik, dialasi oleh
kertas perkamen. Asam salisilat dimasukkan ke dalam labu ukur dengan
ukuran 100 ml dan ditambahkan etanol 25 ml lalu dikocok, alasan
mengapa digunakan etanol terlebih dahulu dalam melarutkan asam
salisilat adalah dikarenakan etanol merupakan salah satu pelarut yang
baik untuk asam salisilat selain eter. Dan mengapa yang digunakan
sebagai wadah dalam hal ini adalah labu ukur, karena labu ukur
mempunyai keakuratan yang tinggi dibandingkan dengan alat ukur
lainnya seperti gelas ukur. Lalu, tuangkan 75 ml aquades ke dalam labu
ukur tersebut, lalu kocok kembali.
Dalam pembuatan larutan asam salisilat ini akan terjadi dua
fase, yaitu fase kristal dan fase air. Karena asam salisilat merupakan
senyawa yang sukar larut di dalam air (aquades) sehingga terjadilah dua
fase pada saat membuat larutan asam salisilat. Yang digunakan untuk
langkah percobaan selanjutnya adalah fase air sehingga fase tersebut
harus diambil menggunakan pipet ukur.
Setelah melakukan pembuatan larutan asam salisilat, fase air
asam salisilat yang telah diambil menggunakan pipet ukur sebanyak 15
ml akan digunakan untuk melakukan titrasi selanjutnya.
Masukkan 15 ml larutan asam salisilat ke dalam erlenmeyer,
lalu tambahkan 20 ml aquades dan dua tetes indikator fenolftalein.
Siapkan buret dan statif untuk melakukan titrasi, menuangkan 50 ml
NaOH ke dalam buret. Setelah itu, lakukan titrasi dengan metode
pengocokan sampai larutan tersebut berubah menjadi warna merah
muda. Metode pengocokan selama larutan standar ditambahkan sangat
perlu karena dapat mempercepat tercapainya titik ekuivalen. Yang kita
lakukan adalah mencari konsentrasi asam salisilat dengan pereaksi air,
karena untuk mengetahui koefisien partisi dari suatu senyawa, kita
harus mengetahui fase air dari senyawa tersebut. Konsentrasi dari asam
salisilat yang didapatkan adalah 0,0177.
Dalam perhitungan koefisien partisi dibutuhkan konsentrasi
asam salisilat dengan pereaksi air dan konsentrasi asam salisilat dengan
pereaksi organik. Pereaksi organik yang digunakan adalah kloroform
(CHCl3). Kloroform termasuk senyawa yang bersifat non polar.
Larutan asam salisilat fase air yang telah dipisahkan, diambil
15 ml dan dimasukkan ke dalam corong pemisah. Lalu, ke dalam
corong pemisah dimasukkan 10 ml kloroform. Lalu corong pemisah
dikocok sampai didalamnya terdapat dua bagian yang berpisah. Corong
pemisah digunakan dalam ekstraksi cair-cair untuk memisahkan
komponen-komponen dalam suatu campuran antara dua fase pelarut
dengan densitas berbeda yang tak campur. Setelah terpisah, bagian atas
merupakan fase organik, dan bagian bawah adalah fase air. Pada
umumnya, fase organik memang berada di bagian atas. Fase air yang
akan digunakan dikeluarkan dengan cara mengontrol keran dari corong
pemisah tersebut.
Lapisan air atau lapisan bawah sebanyak 10 ml dipisahkan
dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Setelah itu, ditambahkan 20 ml
aquades dan dua tetes indikator fenolftalein ke dalam erlenmeyer.
Titrasi dilakukan dengan NaOH standar sampai larutan berubah warna
menjadi merah muda.
Konsentrasi yang didapatkan pada bagian ini adalah
konsentrasi asam salisilat dengan pereaksi organik, yaitu kloroform.
Konsentrasinya adalah 0,04175. Konsentrasi dari pelarut organiknya
sendiri adalah 0,0177 – 0,01475 = 2,95. 10-3.
Koefisien partisi asam salisilat yang kami dapatkan dari
praktikum ini adalah 0,7. Sedangkan, koefisien partisi asam salisilat
menurut literatur adalah 1.
X. Kesimpulan
Dapat disimpulkan dari percobaan ini, koefisien partisi asam
salisilat yang didapatkan adalah 0,7. Sedangkan, koefisien partisi asam
salisilat menurut literatur adalah 1.