Anda di halaman 1dari 14

Septi Dwi Cahyani, Rendra Suprobo Aji, Strategi Pembangunan Berwawasan Lingkungan Kawasan Permukiman Segi Empat Emas

115
Tunjungan Surabaya

STRATEGI PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN


KAWASAN PERMUKIMAN SEGI EMPAT EMAS TUNJUNGAN
SURABAYA
Septi Dwi Cahyani(1), Rendra Suprobo Aji(2)
(1)Program Studi Arsitektur Universitas Merdeka Malang, septi.cahyani@unmer.ac.id
(2)Program Studi Perencanaan Wilayah Kota, Universitas Jember

ABSTRAK
Pembangunan berwawasan lingkungan merupakan suatu upaya memaksimalkan potensi Sumber Daya Alam yang ada secara terencana,
bertanggung jawab, dan sesuai dengan daya dukungnya. Kemakmuran rakyat, kelestarian fungsi, dan keseimbangan lingkungan hidup
merupakan hal yang utama dalam mendukung pembangunan berwawasan lingkungan sebagai wujud penerapan keberlanjutan.
Pembentukan suatu kota sebenarnya diawali oleh keberadaan kampung, tak terkecuali Kota Surabaya. Seiring berjalannya waktu,
permukiman penduduk asli yang terbentuk sebagai cikal bakal kampung berkembang dengan kemunculan ragam etnis dari berbagai
wilayah. Sekelompok masyarakat dengan latar sosial budaya tertentu membentuk kampung-kampung yang keberadaanya masih dapat
dipertahankan dari pihak-pihak yang berkepentingan. Permukiman di Kawasan Segi Empat Emas Tunjungan Surabaya merupakan salah
satu kawasan permukiman yang masih mampu bertahan di tengah-tengah area percepatan pertumbuhan bisnis. Permukiman ini dinilai
memiliki karakter yang patut dipertahankan karena turut menjadi saksi bersejarah dari identitas kawasannya berada pada cakupan wilayah
konservasi. Untuk menjaga eksistensi dari kawasan permukiman tersebut, pentingnya menyusun strategi pembangunan permukiman
berwawasan lingkungan melalui temuan masalah yang ditangani berdasarkan konsep lingkungan (permukiman ekologis, arsitektur hijau),
ekonomi (pembangunan ekonomi berwawasan lingkungan), dan peran masyarakat setempat sehingga dapat menunjang pembangunan
optimal.

Kata kunci – Kampung Kota, Pembangunan Berwawasan Lingkungan, Permukiman, Tunjungan.


___________________________________________________
PENDAHULUAN segera ditindaklanjuti (Nursyahbani & Pigawati, 2015;
1.1. Latar Belakang Widjaja, 2013). Bagaimanapun, penyelesaian
Pembentukan suatu kota sebenarnya diawali oleh permasalahan teknis yang ada di permukiman kampung
keberadaan kampung (Djau, 2010). Kampung terbentuk kota tidak hanya sekedar pada wacana lingkungan
dari cikal bakal penduduk asli dimana perkembangannya kumuh dan liar, namun lebih menyeluruh pada
menarik pendatang baru dengan beragam latar belakang pembangunan berwawasan lingkungan (Hamidah,
etnis budaya untuk bermukim. Seiring dengan pesatnya Rijanta, Setiawan, & Marfai, 2016).
pertambahan penduduk permukiman kampung di Pembangunan berwawasan lingkungan memberi
wilayah perkotaan, wacana permasalahan slum dan keberimbangan perhatian tidak hanya pada lingkungan
squatter menjadi masalah stereotipe yang penting untuk fisik, namun juga pada aspek perekonomian dan
116 MINTAKAT Jurnal Arsitektur, Volume I Nomor II, September 2017, p:115-128, ISSN 1411-7193

kehidupan masyarakat. Oleh karenanya, kemakmuran Sementara di sisi lainnya, permukiman ini dinilai
rakyat, kelestarian fungsi, dan keseimbangan lingkungan memiliki karakter yang penting untuk dipertahankan
hidup merupakan indikator keberhasilan utama dalam karena turut menjadi saksi sejarah dan identitas kawasan
keberlanjutan pembangunan berwawasan lingkungan (Damayanti, 2017; Djau, 2010).
(Hall & Pfeiffer, 2013; Jazuli, 2015). Dalam hal ini, Menyusun strategi pembangunan berwawasan
pembangunan berwawasan lingkungan mengedepankan lingkungan pada permukiman merupakan hal mendasar
pengelolaan potensi Sumber Daya Alam yang ada di sebagai bentuk penjagaan eksistensi kawasan.
suatu kawasan secara terencana, bertanggung jawab, dan Berdasarkan hal tersebut, beberapa upaya yang berusaha
sesuai dengan daya dukungnya agar tidak memunculkan dilakukan ialah dengan merumuskan konsep ekologis/
problematika degradasi pada kualitas lingkungan hidup berwawasan lingkungan melalui pendekatan lingkungan
dan kehidupan manusianya (Daniels, 2017). fisik (arsitektur hijau), ekonomi berwawasan lingkungan,
Pengelolaan perekonomian sebagai bagian dari serta sosial masyarakat (peran masyarakat setempat).
pembangunan berwawasan lingkungan perlu mendapat
pemikiran lebih ketika permukiman kampung berada 1.2. Wilayah Studi
pada lingkungan perekonomian masif, seperti di pusat Lokasi amatan berada di Unit Pengembangan (UP)
perkotaan. Percepatan pertumbuhan ekonomi dalam Tunjungan yang terletak di Pusat Kota Surabaya
suatu kawasan perkotaan menuntut adanya perubahan (Kecamatan Genteng, Kelurahan Genteng) (Bappeko,
atau perkembangan tatanan ruang yang kontinu 2010). Kawasan ini terdiri dari 4 RW dengan 32 RT
(Daniels, 2017). Untuk dapat mengimbangi kondisi dimana secara historis karakteristik permukiman
lingkungan, keberadaan kampung kota harus dapat kampungnya terbentuk secara mandiri. Secara umum,
memberi kontribusi positif terhadap lingkungannya kawasan permukiman ini berada pada luasan ± 20 Ha
termasuk peningkatan sosio-kultural sejalan dengan dengan batas wilayah fisik yaitu Jalan Praban (batas
pertumbuhan perekonomian di kawasan eksternal Utara), Jalan Embong Malang (batas Selatan), Jalan
(Nazaruddin, 2015) agar tidak tercipta kesenjangan. Blauran (batas Barat), dan Jalan Tunjungan (batas
Permukiman di Kawasan Segi Empat Emas Tunjungan Timur). Gambar 1. merupakan peta pemanfaatan lahan
Surabaya, misalnya, merupakan salah satu permukiman kawasan Segi Empat Emas Tunjungan (area
kampung kota yang memerlukan pengelolaan permukiman diberi tanda warna kuning).
berkelanjutan dalam pembangunan berwawasan Kawasan permukiman Segi Empat Emas Tunjungan
lingkungan. Wilayahnya berada di tengah-tengah area dikelilingi oleh sektor – sektor komersial dengan skala
percepatan pertumbuhan bisnis. Cukup mendesak ketika pelayanan lokal hingga regional. Kegiatan ekonomi skala
kawasan permukiman berada pada “kawasan emas” regional diperlihatkan pada kegiatan perdagangan mall,
dengan dominasi pusat kegiatan perekonomian kota ruko, perkantoran, dan perbankan. Sementara itu, skala
sebagai area perdagangan, jasa, dan perkantoran. pelayanan lokal ditunjukkan melalui kegiatan
Septi Dwi Cahyani, Rendra Suprobo Aji, Strategi Pembangunan Berwawasan Lingkungan Kawasan Permukiman Segi Empat Emas 117
Tunjungan Surabaya

perdagangan toko kelontong, pasar tradisional, dan Bagaimanapun, penurunan ini tidak dipandang sebagai
lainnya. Oleh karenanya, wiraswasta, pedagang, suatu permasalahan dalam melihat potensi
pelayanan jasa, dan karyawan perusahaan menjadi mata perekonomian setempat. Sebagian besar pemilik hunian
pencaharian mayoritas penduduk kawasan permukiman memanfaatkan lahan hunian mereka sebagai lahan usaha
Tunjungan. (Tabel 1.) sebagai imbas dari nilai komersial lingkungan.
Tidak hanya memberi keuntungan pada pemilik hunian,
namun juga memberi nilai guna hunian untuk
masyarakat sekitar. Sebagai misal, hunian digunakan
sebagai area bermukim sementara bagi para pekerja yang
Jalan Praban Jalan Tunjungan bekerja di kawasan komersial Tunjungan. Tanpa
---- jalan
praban
----- disadari, kondisi ini jugalah yang menimbulkan
Perbelanjaan
pergerakan heterogen dari etnis kelompok yang secara
LEGENDA:

turun temurun mendiami lokasi permukiman.


SIOLA
RW 1
----

perkantoran
perbelanjaan AURORA
n--

bangunan khusus
ura

perdagangan-jasa

Tabel 1. Jenis Kegiatan Perekonomian Masyarakat


Bla

fasilitas umum
pergudangan
lan

empire permukiman
-Ja

palace
----

Permukiman Segi Empat Tunjungan


-
----

Jala
nT

RW 4
unju

JENIS LOKASI SKALA


nga

FIAT motor
RW 2
n--
-- --

KEGIATAN KEGIATAN PELAYANAN


RW 3
Usaha rumah Masing-masing
----
-jala lokal
J.W. marriot ne
mb
ong
ma
tangga rumah
lang
---- --
Usaha sewa (kos) Masing-masing
lokal
gedung
Sumber: rumah
wartawan
Survey 2009 Usaha pedagang Lingkungan
Judul peta: peta pemanfaatan lahan lokal
keliling permukiman
N

W E Skala:
kawasan Segi Empat Tunjungan 1:2000
Usaha pedagang Sekitar jalan
S

Jalan Embong Malang menetap/ toko Tunjungan,


Lokal-regional
Blauran, Praban,
Tanjung Anom.
Sumber: hasil survei

Jalan Blauran Berdasarkan kondisi iklimnya, wilayah permukiman


Gambar 1. Peta Pemanfaatan Lahan Kawasan Segi Empat Tunjungan memiliki kisaran temperatur antara 22,7°C –
Emas Tunjungan (sumber: hasil survei) 33,7°C, meskipun ada kalanya mencapai nilai temperatur
maksimum hingga 35,7°C. Kelembapan maksimumnya
Usia produktif diketahui menduduki sebaran dominan di
mencapai 100% (di musim penghujan) dan kelembapan
dalam kawasan, meskipun laju pertumbuhan penduduk
minimumnya mencapai titik 25%, dimana tekanan udara
memperlihatkan angka penurunan (Bappeko, 2010).
berada di kisaran 1.005,8 - 1.016,1 mbs (Bappeko, 2010).
118 MINTAKAT Jurnal Arsitektur, Volume I Nomor II, September 2017, p:115-128, ISSN 1411-7193

Berdasarkan topografinya, wilayah kajian memiliki ditelusuri masalah yang ditemui di lapangan beserta
karakter lahan yang relatif datar dan rendah (5 meter di usaha-usaha penanganan yang telah dilakukan.
atas permukaan air laut) dengan arah aliran permukaan
dan saluran drainase sebagian besar menuju ke Utara. 2.1. Kondisi Eksisting Permukiman
Hampir sebagian besar wilayah permukiman UP Tata ruang permukiman di kawasan Segi Empat Emas
Tunjungan merupakan kawasan perkerasan terbangun Tunjungan berkembang secara sporadis dengan jalan
berkepadatan tinggi (daya serap permukaan tanah < lingkungan yang tergolong sempit hampir di seluruh
limpasan air hujan). Kondisi ini dirasa kurang berimbang bagian kawasan (Gambar 2). Secara fisik, seluruh sistem
dengan tingginya curah hujan di lokasi amatan (rata-rata jaringan jalannya sudah berupa perkerasan paving dan
hariannya mencapai 250mm) dimana seluruh aliran beton, meskipun ditemukan ada bagian jalan yang
permukaan harus dialirkan oleh saluran drainase. mengalami kerusakan (retak dan berlubang). Minimnya
alokasi keberadaan ruang terbuka hijau di permukiman
PEMBAHASAN menambah daftar permasalahan permukiman. Sejauh
Pendekatan ekologis/ berwawasan lingkungan ini, terasan kecil/ tepian hunian dimanfaatkan sebagai
merupakan pendekatan ilmu yang mengkaji hubungan ruang penyediaan pot-pot tanaman.
timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya
(Ardiani, 2015; Yuliani, 2012). Dalam penerapan prinsip
ekologis perkotaan, optimalisasi tidak hanya dilakukan
pada pemanfaatan Sumber Daya Alam yang tersedia
saja, namun juga pada ruang kota sebagai sumber daya
alam kota untuk kesejahteraan masyarakat dan
lingkungan (Suganda, Ananda, & Rahmayanti, 2014).
Tuntutan penerapan permukiman sebagai bagian dari
rancangan ekologis mengedepankan keberlanjutan
jangka panjang kota di berbagai aspek ekonomi, sosial,
dan lingkungan. Oleh karenanya, diperlukan analisis
strategi penyelesaian masalah ekologis melalui
pendekatan konsep lingkungan (arsitektur hijau), Gambar 2. Kondisi Fisik Permukiman Segi Empat Emas
Tunjungan (sumber: hasil survei)
ekonomi berwawasan lingkungan, serta sosial (peran
serta masyarakat dalam pembangunan). Sebelum
Hampir seluruh badan jalan permukiman Tunjungan
mengkaji ketiga aspek tersebut, terlebih dahulu perlu
memiliki lebar rata-rata 1-2meter (aksesibilitas hanya
dicapai kendaraan beroda dua dan pejalan kaki), namun
Septi Dwi Cahyani, Rendra Suprobo Aji, Strategi Pembangunan Berwawasan Lingkungan Kawasan Permukiman Segi Empat Emas 119
Tunjungan Surabaya

ada juga yang memiliki lebar 3-4meter di salah satu (didominasi 1 lantai) dengan penataan yang tidak
bagian koridornya. Meskipun demikian, ruang beraturan. Dampak penataan bangunan dengan
aksesibilitas koridor jalan tidak bisa efektif karena kerapatan tinggi ini disinyalir mampu mempengaruhi
terhambat penggunaan area parkir kendaraan, tempat permasalahan kesehatan penghuni, seperti dikarenakan
jaringan utilitas (kelistrikan), aktivitas menjemur pakaian faktor kelembaban bangunan, perolehan sinar matahari,
dan kasur, berdagang, serta penempatan kandang dan pengudaraan yang tidak optimal (Breuste,
peliharaan dimana tentu saja mempengaruhi estetika Feldmann, & Uhlmann, 2013; Udofia, Yawson, Aduful,
perwajahan kampung. & Bwambale, 2014). Ketidaktersediaan jalur evakuasi
Pengaliran sistem drainase lingkungan ternyata juga dan penyelamatan kebakaran juga menjadi kendala
tidak diimbangi oleh jalan akses menuju permukiman keamanan berhuni akibat dampak dari rapatnya hunian
yang layak. Jalan lingkungan permukiman memiliki terhadap aksesibilitas.
kedudukan yang lebih rendah dari jalan utama (arteri
primer pada Jalan Praban, Tunjungan, Embong Malang,
dan Blauran) (Gambar 3.). Kondisi ini semakin
diperlemah dengan keadaan saluran drainase
permukiman yang mayoritas terdiri atas sistem tertutup
permanen dan semi permanen (buka-tutup) selebar 20-
30 cm. Ketika curah hujan tinggi terjadi, timbul
genangan banjir tepat di tengah – tengah kawasan
permukiman yang mana kerap mengganggu aktivitas di Gambar 3. Jalan Masuk Lingkungan Permukiman yang
dalam lingkungan permukiman. Menurun (sumber: hasil survei)
Keadaan sanitasi di sebagian permukimannya pun
Secara non-fisik, keterlibatan partisipatorik masyarakat
terkesan kumuh dan kotor. Keadaan tersebut
diperoleh dari kegiatan gotong royong dan kerja bakti
dimungkinkan karena faktor tingkat ekonomi penghuni
warga. Keaktifan masyarakat tergerakkan oleh program
yang berbeda-beda dan keterbatasan lahan dalam
kegiatan yang dirancang atas keterlibatan warga, bahkan
penyediaan sanitasi lingkungan yang belum memadai,
adapula yang dilakukan secara spontanitas. Masih
sehingga berimplikasi pada kemampuan dalam merawat
adanya hubungan bertetangga merupakan bentuk
fasilitas yang ada (Nursyahbani & Pigawati, 2015).
kepedulian antar sesama dikarenakan aktivitas warga
Lebih jauh lagi, kondisi fisik antar bangunannya
yang erat dan saling berdekatan.
diperlihatkan saling berdempet tanpa adanya sempadan
Kegiatan perdagangan dan jasa yang bersifat komersial-
bangunan. Bangunan jarang memiliki teras halaman dan
regional lebih banyak didominasi pada jaringan jalan
didirikan tepat di samping bahu jalan. Bangunan
utama di sekitar Segi Empat Emas Tunjungan (area
memiliki ketinggian lantai berkisar antara 1 – 3 lantai
120 MINTAKAT Jurnal Arsitektur, Volume I Nomor II, September 2017, p:115-128, ISSN 1411-7193

Central Bussiness District/ CBD). Sementara di dalam hijau memiliki peranan dalam mengawal rancangan
kawasan permukimannya dimanfaatkan untuk kegiatan lingkungan binaan, kawasan, dan bangunan (aspek fisik
berdagang (di pagi hari), meskipun aktivitas cenderung lingkungan) ke dalam tatanan yang lebih komprehensif
sepi karena sebagian besar penghuni bekerja di luar dan berlanjut (Karyono, 2010a). Sejumlah elemen
rumah. Pada malam hari, masyarakat juga rancangan di Kawasan Segi Empat Emas Tunjungan
memanfaatkan ruang untuk aktivitas berdagang dan perlu dievaluasi untuk selanjutnya dikaji berdasarkan
berinteraksi. kriteria-kriteria tertentu dalam strategi yang dicanangkan
Sejauh ini, usaha dalam meningkatkan kualitas dalam parameter Ecological Design dan Green Architecture
kebersihan, keamanan, peran serta masyarakat terhadap (Karyono, 2010a; Ryn & Cowan, 2013) berikut.
pembangunan lingkungan, serta penghijauan telah 1) Strategi pemberdayaan warisan lingkungan
dilakukan oleh Pemerintah Kota dan beberapa a. Pemberdayaan cultural landscape
Perusahaan Swasta melalui perlombaan kebersihan Pemberdayaan lingkungan berarti mengoptimalkan
lingkungan. Upaya ini belum mendapatkan hasil yang keterlibatan budaya, kultur, dan kebiasaan setempat di
maksimal sebab minimnya pelopor penggerak dalam pembangunan kawasan. Strategi yang dapat
masyarakat dalam menjaga kontinuitas. dilakukan di dalam permukiman yaitu pengadaan
Beberapa penanganan infrastruktur di wilayah kajian di festival seni dan budaya, serta penggalian dan
antaranya juga memperlihatkan pembersihan saluran penjaringan komunitas seni dan kerajinan. Selain untuk
drainase secara berkala, peninggian lantai rumah sekitar menjaga nilai-nilai kelestarian, pemberdayaan mampu
10-20 cm sehingga kondisi rumah aman ’sementara’ dari memunculkan identitas permukiman yang berkarakter.
masuknya air genangan hujan. Sebagai tambahannya, Sejauh ini, belum terbentuk komunitas seni yang secara
penanganan masalah persampahan juga telah dilakukan giat menghidupkan nilai kultur setempat secara
secara periodik dan kolektif melalui pengangkutan berlanjut.
sampah. Tumpukan sampah menjadi berkurang dan b. Penghargaan terhadap sejarah
memperbaiki estetika kawasan permukiman terkait Permukiman kawasan Segi Empat Emas Tunjungan
persampahan. merupakan bagian dari landmark kolonial bersejarah.
Keberadaannya masih dipertahankan hingga sekarang
2.2. Strategi Permukiman Ekologis melalui termasuk keberadaan situs makam tokoh masyarakat.
Pendekatan Arsitektur Hijau Perhatian lebih terhadap penjagaan habitat yang ada dari
Strategi permukiman berwawasan lingkungan sebagai sektor hunian dan area situs perlu ditekankan melalui
upaya mengoptimalkan potensi kampung kota dapat peremajaan kawasan agar ekosistem tidak terdegradasi
dijembatani secara fisik dengan strategi pembangunan dan bertransformasi penuh ke sektor perdagangan dan
kota ekologis, salah satunya melalui pendekatan jasa.
arsitektur hijau (Sinthia, 2013). Dalam hal ini, arsitektur
Septi Dwi Cahyani, Rendra Suprobo Aji, Strategi Pembangunan Berwawasan Lingkungan Kawasan Permukiman Segi Empat Emas 121
Tunjungan Surabaya

Jalur pedestrian
Jalur pedestrian yang ada di permukiman Tunjungan
memiliki fungsi ganda dengan penggunaan jalur lalu
lalang kendaraan, pedagang keliling, serta kegiatan
bersosialisasi dan menjemur pakaian. Ukuran lebar jalan
yang sempit memberi kesempatan pejalan kaki
Gambar 4. Penyediaan Sarana Komunitas (kiri); Eksistensi menerima manfaat lebih dalam peneduhan koridor di
Situs Makam Tokoh Masyarakat (sumber: hasil survei) siang hari. Namun, di sisi lain, kondisi ini tetap dirasa
mengganggu aktivitas berjalan kaki karena terhambat
2) Strategi penerapan arsitektur hijau sebagai aktivitas yang lain secara bersamaan. Strategi yang
faktor pembangunan fisik ditawarkan ialah mentertibkan lagi fungsi koridor lebih
a. Penyeimbangan lingkungan terdegradasi tepat guna agar tidak mengganggu sirkulasi pejalan kaki.
Lokasi, pengolahan, dan peningkatan Transportasi kawasan
kualitas tapak Penggunaan sarana transportasi masal dapat
Permukiman diapit oleh jalan-jalan utama Surabaya (Jl mengoptimalkan perpindahan manusia serta mereduksi
Praban, Jl Tunjungan, dan Jl Embong Malang). dimana kebutuhan energi dan pencemaran polusi udara.
jalan menuju kawasan permukiman diarahkan ke gang- Kondisi ini telah didukung oleh keberadaan transportasi
gang sempit yang diakses melalui jalan-jalan utama. umum di luar permukiman dimana di dalam lingkungan
Kondisi infrastruktur yang demikian diketahui telah permukimannya diakomodasi dengan berjalan kaki dan
memicu permasalahan banjir di beberapa titik kawasan. kendaraan beroda dua (meskipun keadaan ini
Srategi yang dapat dilakukan ialah melakukan terkondisikan karena sempitnya lahan dan rendahnya
pemantauan berkala terhadap saluran infrastruktur yang status kepemilikan kendaraan).
ada, seperti melakukan pembersihan drainase di tiap b. Pendayagunaan energi, kesehatan, dan
saluran permukiman. Selain itu, sistem drainase keamanan
tertutupnya dibuatkan saluran pipa/ tampungan air Pereduksian panas matahari
sebagai upaya pengaliran buangan ke saluran drainase Perolehan panas matahari yang masuk ke dalam hunian
terbuka. Di sisi lain, penerapan material berpori/ dapat direduksi dengan pemanfaatan vegetasi (tanaman
conblock/ grassblock juga dipertimbangkan untuk
rambat), pemberian teduhan di sisi dinding bangunan
membantu penyerapan genangan dan keberlanjutan yang terpapar panas, serta pengaturan ulang organisasi
perbaikan jalan. ruang. Ketidaktepatan pengaturan ruang (maupun
penempatan orientasi bangunan) dapat berdampak pada
peningkatan suhu di ruang yang sisinya mendapatkan
122 MINTAKAT Jurnal Arsitektur, Volume I Nomor II, September 2017, p:115-128, ISSN 1411-7193

panas berlebih. Hal inilah yang terjadi pada kondisi berongga pada sisi dinding lainnya untuk
eksisting akibat dari keterbatasan lahan dan kerapatan memaksimalkan sirkulasi udara.
bangunan. Pemanfaatan cahaya matahari sebagai
Pelepasan panas bangunan penerangan ruang
Hunian di permukiman kampung Tunjungan belum Cahaya matahari yang masuk ke dalam bangunan
memiliki manajemen pelepasan panas bangunan yang melalui bidang transparan juga dapat berfungsi sebagai
optimal dikarenakan unit-unit huniannya tumbuh secara penerangan alami. Kerapatan dan keterhalangan
acak, tidak teratur, dan serba terbatas. Strategi yang bangunan menyebabkan penghuni permukiman tidak
dapat dilakukan ialah pendekatan ke masing-masing unit dapat mengoptimalkan sumber cahaya alami. Hal ini
bangunan untuk memaksimalkan sirkulasi udara silang memperlihatkan bahwa terjadi dominasi penggunaan
(jika memungkinkan) dan memberikan ruang sirkulasi cahaya buatan dalam bangunan permukiman di siang
udara pada atap baik secara alami ataupun mekanis hari. Strategi yang dapat diupayakan yaitu melakukan
melalui turbin ventilator. penataan ulang pada unit-unit hunian secara
Penghindaran radiasi matahari mengenai menyeluruh; pembuatan lubang cahaya (pada atap
bidang kaca maupun sisi dinding yang tidak terkena radiasi secara
Banyak sisi transparan pada hunian tidak langsung) dan dihubungkan dengan ruang-ruang yang
memperhatikan arah perletakkannya terhadap membutuhkan pencahayaan; serta penerapan teknologi
keterimaan panas. Kondisi hunian yang terbangun light pipes/ light shelves sebagai upaya pengaliran cahaya
secara rapat dan tak beraturan di lahan yang sempit tidak langsung.
menyebabkan terbatasnya sisi dinding untuk Pengaplikasian warna dan tekstur dinding
berhubungan langsung dengan ruang luar. Sejauh ini, luar bangunan
solusi yang telah dilakukan ialah memasang tirai pada sisi Penggunaan warna dinding di luar bangunan
bidang transparan tersebut. Bagaimanapun, bila ruang di permukiman cenderung mengaplikasikan warna terang.
sisi dalam bidang transparan tidak mempunyai Cukup menguntungkan ketika efek psikologis yang
pengaliran sirkulasi udara yang baik, maka panas yang terjadi di lingkungan menjadi positif dikarenakan kesan
masuk tetap terperangkap di dalam ruangan. Oleh ruang yang lebih luas, aman, dan terang terhadap jalur-
karenanya, strategi yang ditawarkan ialah memberi jalur jalan yang sempit.
naungan (selasar/ kanopi/ transisi ruang/ vegetasi) pada Perancangan ruang dalam
area bidang transparan di sisi keterimaan panas matahari Dalam arsitektur hijau, kenyamanan fisik manusia yang
berlebih (sisi Barat-Barat Laut-Barat Daya, (Latifah, terkait aspek spasial, termal, visual, auditorial, serta
2015)) agar tidak terkena panas matahari langsung dan olfactual harus mampu dipenuhi ruang dalam bangunan
atau memberi/ menambah bukaan jendela/ dinding (Karyono, 2010b). Upaya ini dimaksudkan sebagai
Septi Dwi Cahyani, Rendra Suprobo Aji, Strategi Pembangunan Berwawasan Lingkungan Kawasan Permukiman Segi Empat Emas 123
Tunjungan Surabaya

cerminan derajat keberhasilan bangunan dalam mandiri’ agar radiasi yang diterima tidak sepenuhnya
memfasilitasi pengguna beraktivitas, sebagai contoh dipantulkan ke kawasan, melainkan terserap lebih
pada penilaian kualitas udara ruang. banyak ke elemen softscape. Sebagai tambahannya,
Arsitektur hijau menggarisbawahi pentingnya udara elemen softscape juga bermanfaat dalam penyerapan
dengan kualitas yang baik dalam menunjang kehidupan polusi udara lingkungan.
manusia. Sejumlah aktivitas manusia secara langsung c. Pembangunan kembali bio-region
atau tidak langsung dapat mencemari udara. Kegiatan Material terbarukan
yang terkait dengen merokok, pembakaran bahan bakar Material terbarukan memiliki inovasi yang tidak sekedar
minyak, atau bahan lain melepaskan sejumlah gas CO2 ’baru’, melainkan berupaya menjaga keberlangsungan
dan polutan lain dapat menurunkan kualitas udara. lingkungan melalui penerapan bahan-bahan yang ramah
Kendaraan bermotor pun secara langsung dapat lingkungan. Kondisi yang terjadi ialah penggunaan
mencemari udara dalam kadar yang variatif tergantung material terbarukan (renewable materials) belum
dari jenis kendaraannya. Selain itu, penurunan kualitas terimplementasikan karena minimnya pengetahuan dan
udara juga dapat disebabkan oleh ruang yang tertutup kesadaran warga dalam menanggapi potensi dan
tanpa banyak mendapatkan pertukaran udara dari luar. keberadaan material. Sosialisasi dan dukungan kepada
Strategi yang dapat diupayakan yaitu seperti halnya warga diperlukan dalam hal memanfaatkan bahan-
mengoptimalkan pertukaran udara melalui penerapan bahan alam sekitar sebagai material terbarukan secara
bukaan yang tepat. tepat guna.
Perancangan ruang luar (selaras dalam Material bekas
meminimalkan efek ”heat urban island”) Hunian pada permukiman Segi Empat Emas Tunjungan
Pembangunan kawasan secara fisik perlu diimbangi belum melakukan pemanfaatan material bekas secara
dengan pembangunan lingkungan sekitar agar tidak menyeluruh. Padahal penggunaan ulang dari bahan
terjadi penurunan kualitas lingkungan. Hampir seluruh dapat dijadikan pilihan warga karena faktor
rancangan ruang luarnya menggunakan elemen keekonomisan. Strategi pengelolaan diperlukan agar
hardscape/ material keras seperti plesteran semen, cor, pemanfaatannya dapat dikendalikan dan memiliki
dan paving yang rata yang sebenarnya bertujuan demi keberlanjutan, yaitu berupa sosialisasi percontohan
kenyamanan berjalan kaki. Penghijauannya pun sebatas tentang pemisahan bahan-bahan bekas (sebagai langkah
perletakkan pot-pot di depan rumah. Bagaimanapun, awal). Pada limbah bangunan khususnya, beberapa
rancangan tersebut perlu diimbangi dengan rancangan material yang masih layak dapat digunakan kembali atau
softscape yang memadai (penyediaan lahan/ area sebagai diolah sebagai bahan non-struktural bangunan.
fungsi pertamanan, penerapan koridor hijau,
pemanfaatan bilik/ area vertikal/ atap sebagai ’kebun
124 MINTAKAT Jurnal Arsitektur, Volume I Nomor II, September 2017, p:115-128, ISSN 1411-7193

Material sehat (tidak mengkontaminasi 2.3. Strategi Pembangunan Ekonomi Berwawasan


lingkungan) Lingkungan
Bangunan di permukiman Tunjungan dibangun Pembangunan berwawasan lingkungan tidak terlepas
seadanya tanpa memperhatikan batas kemampuan post- dari pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi
occupancy bahan. Bahan cenderung digunakan dalam yang sporadis tanpa memperhatikan kondisi lingkungan
kurun waktu lama sampai mengalami kerusakan akibat yang ada dapat berdampak pada penurunan kualitas
purna huni dimana tentu saja dapat memberi dampak lingkungan yang drastis. Pembangunan ekonomi harus
tak langsung pada kesehatan. Beberapa pengaplikasian memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan dan
materialnya pun masih ada yang tambal sulam saling berkolaborasi dalam pembangunan kawasan.
dikarenakan faktor perekonomian masyarakat. Strategi Kesemuanya ini tentu saja dapat memberi dampak
yang dapat dilakukan ialah melakukan sosialisasi dan positif pada peningkatan ekonomi masyarakat.
kontrol lapangan terhadap penggunaan bahan-bahan, Pembangunan ekonomi kawasan studi dibagi menjadi
serta memberikan solusi pemilihan dan penerapan dua bagian didasarkan.
bahan material. 1) Pengelolaan lingkungan yang berdampak
d. Perbaikan biosfer langsung pada kelestarian lingkungan dan
Perbaikan biosfer dapat diupayakan dengan melakukan peningkatan ekonomi masyarakat jangka
restorasi maupun konservasi sumber daya pada udara, pendek dan menengah
air, lahan, energi, biomass, makanan, keanekaragaman, a. Memelihara lingkungan alam
habitat, ecolinks, maupun limbah. Pada air hujan dan air Pemeliharaan lingkungan dapat dilakukan dengan
limbah di permukiman (misalnya), kondisinya terbuang pengolahan area/ koridor/ sisi bangunan sebagai Ruang
secara sia-sia tanpa dikelola dan dimanfaatkan secara Terbuka Hijau. Selain berupaya membantu program
maksimal. penghijauan kawasan padat, strategi ini dapat memberi
Strategi yang dapat dilakukan ialah melakukan nilai ekonomi lingkungan sebagai daya tarik kawasan.
pengelolaan air hujan dengan mengunakan sistem b. Mendukung pertanian lokal
penampungan air warga sehingga dapat digunakan Wilayah kampung dapat menggalakkan penghijauan
untuk mengairi tanaman dan berbagai keperluan rumah yang berorientasi kepada tanaman pangan. Sistem yang
tangga. Di sisi lain, limbah buangan cair rumah tangga dapat diterapkan ialah sistem aeroponik dan hidroponik
dapat dikontrol dan difilterisasi melalui sistem sederhana yang ditempatkan pada sebagian hunian yang
pengolahan limbah komunal yang disiapkan di memiliki lahan cukup lapang/ vertical farming/ bagian
lingkungan permukiman sehingga dapat meminimalisir atap rumah (dengan penyesuaian struktur).
pencemaran lingkungan. c. Memaksimalkan konservasi di segala bidang
Perencanan konservasi kawasan dapat dilakukan pada
air dan tanah, jenis vegetasi, kuliner, historis. Perlu
Septi Dwi Cahyani, Rendra Suprobo Aji, Strategi Pembangunan Berwawasan Lingkungan Kawasan Permukiman Segi Empat Emas 125
Tunjungan Surabaya

ditelusuri karakteristik dan potensi lingkungan yang 2) Peningkatan ekonomi masyarakat secara
mampu dioptimalkan untuk keberlanjutan lingkungan tidak langsung dan dalam waktu jangka
dan nilai ekonomi kawasan. menengah dan jangka panjang
d. Pemerataan sistem fasilitas kawasan a. Perhitungan cermat untuk pembangunan
Sistem fasilitas kawasan merupakan hal yang penting ekonomi
dalam mendukung pergerakan manusia. Penekanan Perhitungan dapat dilakukan dengan menganalisis
dapat difokuskan pada perbaikan kualitas infrastruktur peluang industri pasar di area pusat kota Surabaya untuk
yang memberi kemudahan, membuat nyaman, dan selanjutnya dikembangkan menjadi potensi keunggulan
aman baik bagi para penghuni maupun pengunjung industri permukiman Segi Empat Emas Tunjungan.
kawasan. Infrastruktur tersebut misalnya: penerangan Ketika sudah dikembangkan, penyediaan lapangan
jalan umum, telepon umum darurat, fire hydran pekerjaan yang padat karya akan terbuka lebar sehingga
lingkungan, rambu ramah lansia dan difabel, serta mural secara khusus dapat mengurangi tingkat pengangguran
pesan. di permukiman.
e. Menggunakan energi terbaharukan b. Membangun dengan mix-use berorientasi
Penggunaan energi terbaharukan dimungkinkan dengan pada pedestrian dan komunitas
pemanfaatan sistem pemurnian air berbasis vegetasi Wilayah kampung terletak dalam posisi strategis yang
yang sekaligus berperan sebagai penyelaras estetika jalur menghubungkan tiga jalan utama (Tunjungan, Praban,
pedestrian; serta sistem produksi listrik tenaga kinetik Embong Malang). Jalur setapak di dalam kampung
pada jalur pedestrian ataupun penyerapan sel surya pada dirancang sedemikian rupa sehingga ’memaksa’
area-area yang dikenai panas matahari. Keseluruhan penghuni maupun pengunjung mengakses dengan
upaya ini tetap memerlukan dukungan dari pihak yang berjalan kaki. Namun tetap memperhatikan
berkompenten. keberlangsungan pelaku usaha di sentra-sentra yang
f. Mengetrapkan program 3R sudah dialokasikan dalam lingkup permukiman.
Dalam mengurangi dampak lingkungan terhadap
pencemaran, penerapan metode Reduce, Reuse, Recycle Sosialisasi dalam mengelola lingkungan dan kesadaran
diperlukan dalan kawasan. Strategi 3R dilakukan melalui terhadap lingkungan sangat penting dalam
penerapan material bangunan dan pengolahan limbah keberlanjutan perekonomian sebuah kawasan. Dengan
domestik permukiman. Dengan adanya sosialisasi dan meningkatnya perekonomian kawasan, artinya
pelatihan yang memadai diharapkan konsep 3R dapat permukiman secara mandiri sudah mampu
menghasilkan produk yang berdaya guna kembali dan melangsungkan kontinuitas kehidupannya.
bernilai ekonomi.
126 MINTAKAT Jurnal Arsitektur, Volume I Nomor II, September 2017, p:115-128, ISSN 1411-7193

2.4. Strategi Peran Masyarakat Setempat dalam 1. Tokoh masyarakat, ketua RW/RT, dan
Pembangunan Berwawasan Lingkungan pemerintah (dinas terkait), yaitu sebagai fasilitator
Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan berarti terhadap perencanaan program.
ada peran serta masyarakat secara partisipatif dalam 2. Kader lingkungan dan LSM, yaitu sebagai
proses penyusunan rencana pembangunan, proses pendamping selama berjalannya proses
pembangunan, dan pengendalian/kontrol pasca pembangunan.
pembangunan. Pembangunan berkelanjutan dapat 3. Swasta, yaitu sebagai pendukung (finansial
tercapai jika semua stakeholder berperan aktif dalam khususnya) dalam kegiatan perencanaan.
pembangunan di lingkungan tersebut. Beberapa tahapan Dalam pemahaman partisipatif, penanaman kesadaran
pembangunan partisipatif yang dilakukan untuk dan kepekaan masyarakat dalam pembangunan
mencapai pembangunan yang ideal di antaranya: Proses berwawasan lingkungan juga penting dan dapat
penyusunan partisipasi masyarakat dalam perencanaan; digencarkan sejak usia dini melalui pendekatan-
Peran kelembagaan masyarakat dalam pembangunan pendekatan komunitas.
partisipatif; serta Implementasi pembangunan
partisipatif (Gambar 5.) KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Penelitian yang telah dilakukan pada area studi
pemukiman padat penduduk di Segi Empat Emas
Tunjungan menghasilkan temuan berbagai macam
potensi sekaligus problematika lingkungan.
Permasalahan yang paling mendasar dari pemukiman
tersebut adalah tidak adanya regulasi yang mengatur
tumbuh kembangnya pemukiman secara ketat sehingga
pertumbuhan permukiman tumbuh tak terkendali. Perlu
adanya pengaturan sistem yang jelas tidak hanya pada
aspek lingkungan fisik, namun juga pengaturan kendali
Gambar 5. Tahap Partisipasi Masyarakat (sumber: hasil analisis) dan dukungan penuh di bidang ekonomi dan
masyarakat. Sistem, kendali, dan dukungan harus
Stakeholder pada sektor pembangunan ini terdiri dari terencana, bertanggung jawab, dan sesuai dengan daya
tokoh masyarakat, ketua RT/RW, kader lingkungan, dukung lingkungannya demi perbaikan kualitas
dan LSM serta masyarakat itu sendiri dimana masing- lingkungan menjadi berwawasam lingkungan.
masing fungsi dijabarkan sebagai berikut.
Septi Dwi Cahyani, Rendra Suprobo Aji, Strategi Pembangunan Berwawasan Lingkungan Kawasan Permukiman Segi Empat Emas 127
Tunjungan Surabaya

3.2. Saran (2016). Kampung Sebagai Model Permukiman


Pengambilan tema pembangunan berwawasan Berkelanjutan. INERSIA, XII(2), 114–124.
lingkungan ini berusaha mencari solusi yang membawa Jazuli, A. (2015). Dinamika Hukum Lingkungan Hidup
dan Sumber Daya Alam Dalam Rangka
keuntungan bagi lingkungan di area penelitian sekaligus
Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal Rechtsvinding,
membawa dampak positif bagi lingkungan sekitarnya. 4(2), 181–197.
Oleh karenanya, solusi yang ditawarkan masih berupa Karyono, T. H. (2010a). Green Architecture: Pengantar
gambaran konsep secara keseluruhan yang Pemahaman Arsitektur Hijau di Indonesia. Jakarta:
memungkinkan dikaji lebih lanjut berdasarkan penilaian Raja Grafindo Persada.
urgensi dalam penerapan di lapangan. Karyono, T. H. (2010b). Kenyamanan Termal dan
Penghematan Energi: Teori dan Realisasi dalam
Desain Arsitektur. In Seminar dan Pelatihan Ikatan
REFERENSI Arsitek Indonesia (IAI), Gedung Jakarta Desain
Ardiani, Y. M. (2015). Sustainable Architecture, Arsitektur Center, 20 Maret 2010. Jakarta.
Berkelanjutan. Jakarta: Erlangga. Latifah, N. L. (2015). Fisika Bangunan 1 (I). Jakarta: Griya
Bappeko. (2010). Rencana Detail Tata Ruang Kota Kreasi (Penebar Swadaya Group).
Surabaya, Unit Pengembangan Tunjungan. Nazaruddin, T. (2015). Perencanaan Kota secara
Breuste, J., Feldmann, H., & Uhlmann, O. (2013). Urban Komprehensif Berbasis Hukum Integratif
Ecology. Leipzig: Springer Science & Business menuju Pembangunan Kota Berkelanjutan. Jurnal
Media. Cita Hukum, II(2).
Damayanti, R. (2017). “Kampung Kota” as Third Space Nursyahbani, R., & Pigawati, B. (2015). Kajian
in an Urban Setting: The Case Study of Surabaya, Karakteristik Kawasan Pemukiman Kumuh di
Indonesia. In Q. M. Zaman & I. Troiani (Eds.), Kampung Kota (Studi Kasus: Kampung
The Urban Book Series (pp. 127–139). Springer Gandekan Semarang). Teknik PWK, 4(2), 267–
International Publishing, Cham (First online 09 281.
July 2017). Ryn, S. Van der, & Cowan, S. (2013). Ecological Design,
Daniels, T. (2017). Environmental Planning Handbook. Tenth Anniversary Edition (revised). Washington,
Oxon: Routledge. DC: Island Press.
Djau, B. (2010). Konservasi Kawasan Segi Empat Emas Sinthia, S. A. (2013). Sustainable Urban Development
Tunjungan Surabaya. In Seminar Nasional tentang of Slum Prone Area of Dhaka City. In Poceedings of
Arsitektur [di] Kota “Hidup dan Berkehidupan di World Academy of Science, Engineering and Technology
Surabaya” (pp. 60–68). Surabaya: Jurusan (Vol. 7, pp. 701–708). World Academy of Science,
Arsitektur Universitas Kristen Petra. Engineering and Technology (WASET).
Hall, P., & Pfeiffer, U. (2013). Urban Future 21: A Global Suganda, E., Ananda, S., & Rahmayanti, H. (2014).
Agenda for Twenty-First Century Cities. London: Konsep Kota Ekologis sebagai Kota Ekonomis yang
Routledge. Berkelanjutan (Kajian Infrastruktur Kota). Jakarta:
Hamidah, N., Rijanta, R., Setiawan, B., & Marfai, M. A. Program Studi Ilmu Lingkungan, Universitas
128 MINTAKAT Jurnal Arsitektur, Volume I Nomor II, September 2017, p:115-128, ISSN 1411-7193

Indonesia-Program Pascasarjana.
Udofia, E. A., Yawson, A. E., Aduful, K. A., &
Bwambale, F. M. (2014). Residential
characteristics as correlates of occupants’ health
in the greater Accra region, Ghana. BMC Public
Health, 14(1), 1–13.
Widjaja, P. (2013). Kampung-Kota Bandung. Yogjakarta:
Graha Ilmu.
Yuliani, S. (2012). Paradigm of Ecological Architecture
of Kenneth Yeang As a Design Method of
Environmental Friendly. In 2nd CONVEEESH
& 13Th SENVAR International Conference.
Yogyakarta: Architecture Department DWCU
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai