Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT. karena dengan rahmat dan hidayahnya

penyusun dapat menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan Leukemia Pada Anak, yang di

buat S untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah Keperawatan Anak.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam

penyusunan makalah ini.

Kami sadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari

itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang telah membaca makalah ini, demi

perbaikan dimasa yang akan datang.

Bukit tinggi, Oktober 2015


DAFTAR ISI

halaman

KATA PENGANTAR …………………………………………………… i

DAFTAR ISI …………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………….... 1

A. LATARBELAKANG …………………………………. 1

B. TUJUAN PENYUSUNAN…………………………….. 1

C. MANFAAT PENULISAN …………………………….. 1

BAB II PEMBAHASAN LEUKEMIA ………………………………. 3

A.1. DEFINISI …………………………………………. 3

B.2. ETOLOGI …………………………………………. 3

C.3. PATOFISIOLOGI …………………………………. 7

D.4. MANIFESTASI KLINIS …………………………. 8

E.5. PEMERIKSAAN PENUNJANG …………………. 9

D.6. PENATALAKSANAAN …………………………. 10

BAB III PENUTUP …………………………………………………… 26

A. KESIMPULAN ……………………………………….. 26

B. SARAN ……………………………………………….. 27

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 28


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATARBELAKANG

Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang berarti putih dan haima yang

berarti darah. Jadi leukemia dapat diartikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh sel

darah putih. Proses terjadinya leukemia adalah ketika seldarah yang bersifat kanker

membelah secara tak terkontrol dan mengganggupembelahan sel darah normal.

Di Indonesia kasus leukemia sebanyak ± 7000 kasus/tahun dengan angkakematian mencapai

83,6% (Herningtyas, 2004). Data dari International Cancer Parent Organization (ICPO)

menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat 120 anak yang mengidap kanker dan 60

% diantaranya disebabkan oleh leukemia(Sindo, 2007).

Data dari WHO menunjukkan bahwa angka kematian di AmerikaSerikat karena

leukemia meningkat 2 kali lipat sejak tahun 1971 (Katrin, 1997).Di Amerika Serikat setiap 4

menitnya seseorang terdiagnosa menderita leukemia.Pada akhir tahun 2009 diperkirakan

53.240 orang akan meninggal dikarenakan leukemia (TLLS, 2009).

B. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

2. Mengetahui Proses Terjadinya Leukemia

C. MANFAAT PENULISAN

Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak,

khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang asuhan

keperawatan Leukemia. Manfaat lain dari penulisan makalah ini adalah dengan adanya

penulisan makalah ini diharapkan dapat memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah

Keperawatan Anak.
BAB II

PEMBAHASAN LEUKAMIA

1. DEFINISI

Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai “darah putih” pada tahun

1874, adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi sel induk

hematopoetik.

Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik pada satu atau banyak

sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal akan tertekan pada waktu sel

leukemia bertambah banyak sehingga akan menimbulkan gejala klinis. Keganasan

hematologik ini adalah akibat dari proses neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada

berbagai tingkatan sel induk hematopoetik sehingga terjadi ekspansi progresif kelompok sel

ganas tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia beredar secara sistemik.

Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit

yang lain daripada normal dengan jumlah yang berlebihan, dapat menyebabkan kegagalan

sumsum tulang dan sel darah putih sirkulasinya meninggi.

2. ETIOLOGI

Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. Menurut hasil

penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko timbulnya penyakit

leukemia.

a. Host

 Umur, jenis kelamin, ras

Insiden leukemia secara keseluruhan bervariasi menurut umur. LLA merupakan leukemia

paling sering ditemukan pada anak-anak, dengan puncak insiden antara usia 2-4 tahun, LMA

terdapat pada umur 15-39 tahun, sedangkan LMK banyak ditemukan antara umur 30-50
tahun. LLK merupakan kelainan pada orang tua (umur rata-rata 60 tahun). Insiden leukemia

lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita. Tingkat insiden yang lebih tinggi terlihat di

antara Kaukasia (kulit putih) dibandingkan dengan kelompok kulit hitam.

Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua jenis kanker. Menyerang 9 dari setiap 100.000

orang di Amerika Serikat setiap tahun. Orang dewasa 10 kali kemungkinan terserang

leukemia daripada anak-anak. Leukemia terjadi paling sering pada orang tua. Ketika

leukemia terjadi pada anak-anak, hal itu terjadi paling sering sebelum usia 4 tahun.

Penelitian Lee at all (2009) dengan desain kohort di The Los Angeles County-University of

Southern California (LAC+USC) Medical Centre melaporkan bahwa penderita leukemia

menurut etnis terbanyak yaitu hispanik (60,9%) yang mencerminkan keseluruhan populasi

yang dilayani oleh LCA + USA Medical Center. Dari pasien non-hispanik yang umum

berikutnya yaitu Asia (23,0%), Amerika Afrika (11,5%), dan Kaukasia (4,6%).

 Faktor Genetik

Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali lebih banyak

daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan leukemia akut. Insiden

leukemia akut juga meningkat pada penderita dengan kelainan kongenital misalnya

agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van Creveld, penyakit seliak, sindrom Bloom,

anemia Fanconi, sindrom Wiskott Aldrich, sindrom Kleinefelter dan sindrom trisomi D.

Pada sebagian penderita dengan leukemia, insiden leukemia meningkat dalam keluarga.

Kemungkinan untuk mendapat leukemia pada saudara kandung penderita naik 2-4 kali.19

Selain itu, leukemia juga dapat terjadi pada kembar identik.

Berdasarkan penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control menunjukkan

bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga positif leukemia berisiko untuk menderita LLA

(OR=3,75; CI=1,32-10,99) artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 3,75 kali
memiliki riwayat keluarga positif leukemia dibandingkan dengan orang yang tidak menderita

leukemia.

b. Agent

 Virus

Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada binatang. Ada

beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus sebagai salah satu penyebab leukemia

yaitu enzyme reserve transcriptase ditemukan dalam darah penderita leukemia. Seperti

diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus onkogenik seperti retrovirus tipe C yaitu jenis

RNA yang menyebabkan leukemia pada binatang.

Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi terjadinya leukemia.

HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus jenis cRNA, telah ditunjukkan oleh

mikroskop elektron dan kultur pada sel pasien dengan jenis khusus leukemia/limfoma sel T

yang umum pada propinsi tertentu di Jepang dan sporadis di tempat lain, khususnya di antara

Negro Karibia dan Amerika Serikat.

 Sinar Radioaktif

Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat menyebabkan leukemia.

Angka kejadian LMA dan LGK jelas sekali meningkat setelah sinar radioaktif digunakan.

Sebelum proteksi terhadap sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli radiologi mempunyai risiko

menderita leukemia 10 kali lebih besar dibandingkan yang tidak bekerja di bagian tersebut.

Penduduk Hirosima dan Nagasaki yang hidup setelah ledakan bom atom tahun 1945

mempunyai insidensi LMA dan LGK sampai 20 kali lebih banyak. Leukemia timbul

terbanyak 5 sampai 7 tahun setelah ledakan tersebut terjadi. Begitu juga dengan penderita

ankylosing spondylitis yang diobati dengan sinar lebih dari 2000 rads mempunyai insidens 14

kali lebih banyak.


 Zat Kimia

Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol, fenilbutazon) diduga dapat

meningkatkan risiko terkena leukemia.18 Sebagian besar obat-obatan dapat menjadi

penyebab leukemia (misalnya Benzene), pada orang dewasa menjadi leukemia

nonlimfoblastik akut.

Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control menunjukkan bahwa orang

yang terpapar benzene dapat meningkatkan risiko terkena leukemia terutama LMA (OR=2,26

dan CI=1,17-4,37) artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,26 kali terpapar

benzene dibandingkan dengan yang tidak menderita leukemia.

 Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk berkembangnya leukemia. Rokok

mengandung leukemogen yang potensial untuk menderita leukemia terutama LMA.

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa merokok meningkatkan risiko LMA. Penelitian

Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control memperlihatkan bahwa merokok lebih

dari 10 tahun meningkatkan risiko kejadian LMA (OR=3,81; CI=1,37-10,48) artinya orang

yang menderita LMA kemungkinan 3,81 kali merokok lebih dari 10 tahun dibanding dengan

orang yang tidak menderita LMA. Penelitian di Los Angles (2002), menunjukkan adanya

hubungan antara LMA dengan kebiasaan merokok. Penelitian lain di Canada oleh Kasim

menyebutkan bahwa perokok berat dapat meningkatkan risiko LMA. Faktor risiko terjadinya

leukemia pada orang yang merokok tergantung pada frekuensi, banyaknya, dan lamanya

merokok.

c. Lingkungan (Pekerjaan)

Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan antara pajanan pekerjaan dengan kejadian

leukemia. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Jepang, sebagian besar kasus berasal

dari rumah tangga dan kelompok petani. Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control
meneliti hubungan ini, pasien termasuk mahasiswa, pegawai, ibu rumah tangga, petani dan

pekerja di bidang lain. Di antara pasien tersebut, 26% adalah mahasiswa, 19% adalah ibu

rumah tangga, dan 17% adalah petani. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

orang yang bekerja di pertanian atau peternakan mempunyai risiko tinggi leukemia (OR =

2,35, CI = 1,0-5,19), artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,35 kali bekerja

di pertanian atau peternakan dibanding orang yang tidak menderita leukemia.

3. PATOFISIOLOGI

Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi.

Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan

tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari

normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti

biasanya. Sel leukemi memblok produksi sel darah normal, merusak kemampuan tubuh

terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang

termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada

jaringan.

Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi kromosomal yang

terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom dapat meliputi perubahan

angka, yang menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan struktur

termasuk translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi ini, dua

kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan perkembangan gen yang berubah

dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal.

Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih mengalami

gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan tersebut seringkali

melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks).

Translokasi kromosom mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel
membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum

tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah yang normal.

Kanker ini juga bias menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah

bening, ginjal, dan otak.

4. MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah anemia, trombositopenia,

neutropenia, infeksi, kelainan organ yang terkena infiltrasi, hipermetabolisme.

a. Leukemia Limfositik Akut

Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan kegagalan sumsum tulang.

Gejala klinis berhubungan dengan anemia (mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada),

infeksi dan perdarahan. Selain itu juga ditemukan anoreksi, nyeri tulang dan sendi,

hipermetabolisme.21 Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada sternum, tibia dan femur.

b. Leukemia Mielositik Akut

Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang disebabkan oleh sindrom

kegagalan sumsum tulang. perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk purpura atau petekia.

Penderita LMA dengan leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm3) biasanya

mengalami gangguan kesadaran, napas sesak, nyeri dada dan priapismus. Selain itu juga

menimbulkan gangguan metabolisme yaitu hiperurisemia dan hipoglikemia.

c. Leukemia Limfositik Kronik

Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK yang mengalami

gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan berat badan dan kelelahan.

Gejala lain yaitu hilangnya nafsu makan dan penurunan kemampuan latihan atau olahraga.

Demam, keringat malam dan infeksi semakin parah sejalan dengan perjalanan penyakitnya.
d. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik

LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas. Pada fase kronik

ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat desakan limpa dan lambung.

Penurunan berat badan terjadi setelah penyakit berlangsung lama. Pada fase akselerasi

ditemukan keluhan anemia yang bertambah berat, petekie, ekimosis dan demam yang disertai

infeksi

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi dan pemeriksaan

sumsum tulang.

 Pemeriksaan Darah Tepi

Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%) dan kadang-kadang

leukopenia (25%). Pada penderita LMA ditemukan penurunan eritrosit dan trombosit. Pada

penderita LLK ditemukan limfositosis lebih dari 50.000/mm3, sedangkan pada penderita

LGK/LMK ditemukan leukositosis lebih dari 50.000/mm3.

 Pemeriksaan Sumsum Tulang

Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut ditemukan keadaan

hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia (blast), terdapat

perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang tanpa sel antara (leukemic gap).

Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang. Pada penderita LLK

ditemukan adanya infiltrasi merata oleh limfosit kecil yaitu lebih dari 40% dari total sel yang

berinti. Kurang lebih 95% pasien LLK disebabkan oleh peningkatan limfosit B. Sedangkan

pada penderita LGK/LMK ditemukan keadaan hiperselular dengan peningkatan jumlah

megakariosit dan aktivitas granulopoeisis. Jumlah granulosit lebih dari 30.000/mm3.


6. PENATALAKSANAAN

a. Kemoterapi

 Kemoterapi pada penderita LLA

1. Tahap 1 (terapi induksi)

Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh sebagian besar sel-sel

leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Terapi induksi kemoterapi biasanya

memerlukan perawatan di rumah sakit yang panjang karena obat menghancurkan banyak sel

darah normal dalam proses membunuh sel leukemia. Pada tahap ini dengan memberikan

kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin, vincristin, prednison dan asparaginase.

2. Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)

Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi intensifikasi yang bertujuan untuk

mengeliminasi sel leukemia residual untuk mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang

resisten terhadap obat. Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan kemudian.

3. Tahap 3 ( profilaksis SSP)

Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP. Perawatan yang

digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada dosis yang lebih rendah. Pada tahap ini

menggunakan obat kemoterapi yang berbeda, kadang-kadang dikombinasikan dengan terapi

radiasi, untuk mencegah leukemia memasuki otak dan sistem saraf pusat.

4. Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)

Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi. Tahap ini biasanya

memerlukan waktu 2-3 tahun.

Angka harapan hidup yang membaik dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak hanya 95%

anak dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60% menjadi sembuh. Sekitar 80% orang dewasa

mencapai remisi lengkap dan sepertiganya mengalami harapan hidup jangka panjang, yang

dicapai dengan kemoterapi agresif yang diarahkan pada sumsum tulang dan SSP.
 Kemoterapi pada penderita LMA

1. Fase induksi

Fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif, bertujuan untuk mengeradikasi sel-sel

leukemia secara maksimal sehingga tercapai remisi komplit. Walaupun remisi komplit telah

tercapai, masih tersisa sel-sel leukemia di dalam tubuh penderita tetapi tidak dapat dideteksi.

Bila dibiarkan, sel-sel ini berpotensi menyebabkan kekambuhan di masa yang akan datang.

2. Fase konsolidasi

Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase induksi. Kemoterapi konsolidasi

biasanya terdiri dari beberapa siklus kemoterapi dan menggunakan obat dengan jenis dan

dosis yang sama atau lebih besar dari dosis yang digunakan pada fase induksi.

Dengan pengobatan modern, angka remisi 50-75%, tetapi angka rata-rata hidup masih 2

tahun dan yang dapat hidup lebih dari 5 tahun hanya 10%.

 Kemoterapi pada penderita LLK

Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena menetukan strategi terapi dan prognosis. Salah

satu sistem penderajatan yang dipakai ialah klasifikasi Rai:

 Stadium 0 : limfositosis darah tepi dan sumsum tulang

 Stadium I : limfositosis dan limfadenopati.

 Stadium II : limfositosis dan splenomegali/ hepatomegali.

 Stadium III : limfositosis dan anemia (Hb < 11 gr/dl).

 Stadium IV : limfositosis dan trombositopenia <100.000/mm3 dengan/tanpa gejala

pembesaran hati, limpa, kelenjar.

Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan terapi bersifat konvensional,

terutama untuk mengendalikan gejala. Pengobatan tidak diberikan kepada penderita tanpa

gejala karena tidak memperpanjang hidup. Pada stadium I atau II, pengamatan atau

kemoterapi adalah pengobatan biasa. Pada stadium III atau IV diberikan kemoterapi intensif.
Angka ketahanan hidup rata-rata adalah sekitar 6 tahun dan 25% pasien dapat hidup lebih

dari 10 tahun. Pasien dengan sradium 0 atau 1 dapat bertahan hidup rata-rata 10 tahun.

Sedangkan pada pasien dengan stadium III atau IV rata-rata dapat bertahan hidup kurang dari

2 tahun.

 Kemoterapi pada penderita LGK/LMK

1. Fase Kronik

Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yag mampu menahan pasien bebas dari

gejala untuk jangka waktu yang lama. Regimen dengan bermacam obat yang intensif

merupakan terapi pilihan fase kronis LMK yang tidak diarahkan pada tindakan transplantasi

sumsum tulang.

2. Fase Akselerasi,

Sama dengan terapi leukemia akut, tetapi respons sangat rendah.

b. Radioterapi

Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia.

Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian lain dalam tubuh tempat

menumpuknya sel leukemia. Energi ini bisa menjadi gelombang atau partikel seperti proton,

elektron, x-ray dan sinar gamma. Pengobatan dengan cara ini dapat diberikan jika terdapat

keluhan pendesakan karena pembengkakan kelenjar getah bening setempat.

c. Transplantasi Sumsum Tulang

Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang rusak

dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat disebabkan oleh dosis

tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu, transplantasi sumsum tulang juga berguna

untuk mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker. Pada penderita LMK, hasil terbaik

(70-80% angka keberhasilan) dicapai jika menjalani transplantasi dalam waktu 1 tahun

setelah terdiagnosis dengan donor Human Lymphocytic Antigen (HLA) yang sesuai. Pada
penderita LMA transplantasi bisa dilakukan pada penderita yang tidak memberikan respon

terhadap pengobatan dan pada penderita usia muda yang pada awalnya memberikan respon

terhadap pengobatan.

d. Terapi Suportif

Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag ditimbulkan penyakit

leukemia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi darah untuk penderita

leukemia dengan keluhan anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan dan

antibiotik untuk mengatasi infeksi.


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang berarti putih dan haima yang

berarti darah. Jadi leukemia dapat diartikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh sel

darah putih. Proses terjadinya leukemia adalah ketika seldarah yang bersifat kanker

membelah secara tak terkontrol dan mengganggupembelahan sel darah normal.

Leukemia ada 4 jenis berdasarkan asal dan kecepatan perkembangan selkanker yaitu

Leukemia Mieloblastik Akut (LMA), Leukemia Mielositik Kronik (LMK), Leukemia

Limfoblastik Akut (LLA), dan Leukemia Limfositik Kronik (LLK) (Medicastore, 2009).

Gejala – gejala yang dirasakan antara lain anemia,wajah pucat, sesak nafas, pendarahan gusi,

mimisan, mudah memar, penurunanberat badan, nyeri tulang dan nyeri sendi.

Di Indonesia kasus leukemia sebanyak ± 7000 kasus/tahun dengan angkakematian mencapai 83,6

% (Herningtyas, 2004). Data dari International Cancer Parent Organization (ICPO)

menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat120 anak yang mengidap kanker dan 60

% diantaranya disebabkan oleh leukemia(Sindo, 2007). Data dari WHO menunjukkan bahwa

angka kematian di AmerikaSerikat karena leukemia meningkat 2 kali lipat sejak tahun 1971

(Katrin, 1997).Di Amerika Serikat setiap 4 menitnya seseorang terdiagnosa menderita

leukemia.Pada akhir tahun 2009 diperkirakan 53.240 orang akan meninggal dikarenakan

leukemia (TLLS, 2009).

Kemoterapi merupakan jenis pengobatan yang menggunakan obat - obatan

untuk membunuh sel - sel leukemia, tetapi juga berdampak buruk karena membunuh sel- sel

normal pada bagian tubuh yang sehat..


B. SARAN

Bagi para pembaca kami berharap agar tidak merasa puas dengan makalah yang kami tulis ini

sehingga menambah minat untuk mencari sumber lain. Karena kami pun menyadari bahwa

dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.


DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. EGC

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC

Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Merdeka.

http://catatanperawat.byethost15.com/asuhan-keperawatan/asuhan-keperawatan-anak-

leukimia/

Anda mungkin juga menyukai