SKIZOFRENIA PARANOID
Pembimbing :
dr. Hubertus Kasan Hidayat , Sp.KJ (K)
Disusun oleh:
I. IDENTITAS PASIEN:
Nama (inisial) : Tn. S
Tempat & tanggal lahir : Jakarta, 7 Oktober 1986
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Betawi
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Status Perkawinan : Belum Menikah
RIWAYAT PSIKIATRIK
Autoanamnesis : Selasa, 16 Juli 2019, pukul 13.30 WIB
Alloanamnesis : -
A. KELUHAN UTAMA
WBS ditangkap oleh satpol PP saat sedang jalan dipinggir jalan
B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG
WBS dibawa ke panti oleh satpol PP saat sedang jalan di pinggir jalan, sebelumnya
WBS tinggal dirumah ibu bersama dengan saudaranya, setelah itu WBS berkelahi dengan
kakak laki-lakinya karena kakaknya marah kalo WBS membagi-bagikan uangnya kepada
tetangga dan teman-temannya dan kemudian WBS pergi dari rumah yang berada di bekasi
berjalan dan menumpang mobil orang sampai ke jakarta dan akhirnya tinggal, tidur di
jalanan serta meminta-minta ke orang-orang.
Setelah berada dipanti WBS suka menyendiri, murung dan diam dikarenakan WBS
tidak tahu arah tujuan sebenarnya mau kemana. Sehingga WBS hilang minat buat bekerja,
mudah lelah, tidur berkurang, untuk nafsu makan baik .
WBS merasa senang selama dipanti karena badan WBS mengatakan badannya lebih
gendut dan terawat dibandingkan pada saat tinggal di jalanan, WBS dengan teman-teman
baik, hanya saja WBS merasakan teman-temannya ada yang iri dan tidak suka padanya. WBS
bisa melakukan komunikasi ke sesama penghuni panti apabila di ajak berbicara terlebih
dahulu, selama berada di panti, WBS pernah mendengar suara bisikan tetapi tidak pernah
melihat wujud dari bisikan tersebut.
3. Riwayat pendidikan:
a. Selama di Taman kanak-kanak baik
b. Di SD selalu naik tingkat tidak pernah ketinggalan kelas
c. Di SMP selalu naik tingkat tidak pernah ketinggalan kelas
d. Di SMA pasien tidak lulus karena tidak ada biaya
4. Riwayat pekerjaan
WBS pernah bekerja sebagai petani selama 6 tahun
5. Kehidupan beragama
WBS rajin beribadah dan juga berpuasa
E. RIWAYAT KELUARGA
Pasien merupakan anak ke pertama dari 5 bersaudara. Tidak terdapat riwayat gangguan jiwa
pada keluarga.
Ket :
Perempuan
Laki – Laki
WBS
II . STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan Umum
WBS seorang laki-laki berusia 33 tahun, berpenampilan fisik sesuai usianya, postur tubuh
normal,warna kulit sawo matang, rambut hitam, pasien terlihat baik, kontak mata (-)
2. Kesadaran
a. Kesadaran sensorium/neurologik : Compos mentis
b. Kesadaran psikiatrik : Tampak tidak terganggu
3. Perilaku dan Aktivitas Motorik
Sebelum wawancara : WBS berada di dalam ruangan sedang melakukan kegiatan
bersama pengurus panti
Selama wawancara : WBS tenang, diam ditempat, rileks
Setelah wawancara : WBS bersedia untuk diajak bertemu kembali dan bersedia
untuk diwawancara kembali
4. Sikap terhadap Pemeriksa
Pasien cukup kooperatif.
5. Pembicaraan
a. Cara berbicara : Tidak terlalu banyak bicara,, lantang, intonasi baik dan
artikulasi cukup jelas, volume suara cukup
b. Gangguan berbicara : Tidak ada gangguan
E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
Produktivitas : Cukup Ide
Kontinuitas : Koheren
Hendaya bahasa : Tidak ada
2. Isi pikir
Preokupasi dalam pikiran : Tidak ada
Waham : Curiga
Obsesi : Tidak ada
Fobia : Tidak ada
Gagasan rujukan : Tidak ada
Gagasan pengaruh : Tidak ada
Idea of suicide : Tidak ada
F. PENGENDALIAN IMPULS : Baik
G. DAYA NILAI
Daya nilai sosial : Tidak terganggu
Uji daya nilai : Tidak terganggu
Daya nilai realita : Tidak terganggu
H. TILIKAN : Derajat 1 (Pasien tidak menyadari dan menyangkal
bahwa dirinya sakit).
I. RELIABILITAS:
WBS dapat dipercaya, WBS dapat menceritakan apa yang dirsakan dan terbuka
B. STATUS NEUROLOGIK
1. Saraf kranial (I-XII) : Dalam batas normal
2. Tanda rangsang meningeal : Tidak ada kelainan
Refleks fisiologis : (+) normal
Refleks patologis : (-) negatif
3. Mata : Tidak ada kelainan
4. Pupil : Isokor
5. Oftalmoscopy : Belum dilakukan
6. Motorik : Dalam batas normal
7. Sensibilitas : Dalam batas normal
8. Sistim saraf vegetatif : Tidak dilakukan
9. Fungsi luhur : Baik
10. Gangguan khusus : Tidak ada
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan karena tidak ada indikasi