Anda di halaman 1dari 3

Humanisme

A. Pengertian Humanisme

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, humanisme merupakan aliran yang bertujuan
menghidupkan rasa perikemanusiaan dan mencita-citakan pergaulan hidup yang lebih baik
dan menganggap manusia sebagai objek pembelajaran terpenting. Humanisme berasal dari
kata humanitas yang berarti pendidikan manusia. Humanisme pertama kali lahir dan
diterapkan di Italia yang kemudian menyebar ke seluruh Eropa. Humanisme berawal dari
aliran sastra, budaya, pemikiran, dan pendidikan yang menempatkan manusia dalam
kehidupan yang khusus.

Tokoh yang mempelopori teori humanisme adalah Abraham Maslow. Maslow merupakan
seorang Yahudi yang lahir di Brooklyn, New York, 1 April 1908. Beliau sangat gemar
dengan psikologi. Beliau mejadi pelopor teori aliran humanisme psikologis yang terbentuk
pada sekitar tahun 1950 hingga 1960-an. Menurut Abraham Maslow di dalam teori
humanisme, di dalam diri manusia terdapat dua hal yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan yang hirarki yaitu:

1. Suatu usaha yang positif untuk berkembang;

2. Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.

Maslow Berfokus pada individu secara keseluruhan, bukan hanya satu aspek individu, dan
menekankan kesehatan daripada sekedar penyakit dan masalah. Maslow mengajikan hipotesis
bahwa kebutuhan dasar piramida manusia haruslah dipenuhi terlebih dahulu, kemudian
kebutuhan ditingkat selanjutnya akan mengikuti. Lingkungan hidup yang berkembang di
sekitar individu akan mempengaruhi tingkat motivasi dari individu tersebut, sehingga
membuat suatu perbedaan antar individu.

B. Faktor-faktor Kemunculan Humanisme

1. Melemahnya sistem teologi dan nilai Kristen, penyimpangan sebagian nilai nilai Kristen,
dan mendahulukan keimanan atas pemahaman agama membuat mereka di dalam kondisi
keterasingan dari agama yang berkuasa, dan kebanyakan dari mereka menjadikan Romawi
dan Yunani Kuno sebagai panutan mereka;

2. Para humanis yang memiliki hubungan dengan pusat pusat kekuasaan memandang
perbedaan agamalah yang menjadi titik masalahnya. Mereka bermaksud mencari jalan keluar
permasalahan ini.

C. Aliran dalam Humanisme

Humanisme dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Humanisme keagamaan atau religi, humanis dalam aliran ini masih berpegang pada
tradisi tradisi dan menganggap martabat individu serta keluhuran menjadi fokus mereka.
2. Humanisme sekular, humanis pada aliran ini sudah mengarah ke zaman yang
lebih modern. Humanis pada aliran ini juga percaya pada martabat dan nilai seseorang.
Namun, kepercayaan ini tumbuh melalui kesadaran dan logika. Sehingga mereka
menganggap bahwa diri mereka bebas. Bebas dalam artian tidak dibatasi oleh perbedaan
adat-istiadat, agama, maupun kebudayaan.

D. Pengaruh Humanisme dalam Sains Modern

Humanisme bukanlah paham yang menjadikan individu menjadi ateis. Namun humanisme
adalah gagasan yang mengutamakan tentang martabat manusia sebagai seorang manusia dan
manusia yang berhak memperoleh hak asasi manusia. Humanisme tidak mempunyai ikatan
yang erat dengan Tuhan ataupun agama. Manusia bukan Tuhan yang patut disembah, bukan
pula binatang yang yang bisa ditunggangi, dan bukan pula robot yang tidak kenal lelah.
Manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling sempurna dan tidak bisa dibandingkan
dengan kecanggihan ciptaan manusia, sekalipun itu robot.

E. Implementasi Teori Humanisme

Teori humanisme lebih mengutamakan tentang kebebasan setiap individu. Dalam


implementasinya kita bisa mengambil contoh dalam proses pembelajaran siswa dan guru di
sekolah. Peran siswa adalah sebagai sentral atau pelaku. Siswa diharapkan untuk menjadi
pelajar yang aktif yang bisa menemukan potensinya dan mengembangkannya secara
maksimal. Jadi, siswa tidak menjadi siswa yang pasif dan hanya menerima informasi yang
disediakan oleh guru. Sedangkan peran guru adalah sebagai seorang fasilitator. Jadi, dalam
proses belajar mengajar guru memfasilitasi siswa dengan strategi, pengalaman, dan motivasi
yang dimiliki oleh guru.

Adapun beberapa hal berikut yang bisa diterapkanoleh guru sebagai fasilitator:

1. Menciptakan suasana yang menyenangkan di dalam kelas;

2. Menciptakan suasana belajar yang tidak monoton;

3. Menerapkan kebersamaan antar peserta didik sehingga guru dan siswa memiliki hubungan
yang erat.

4. Menyediakan referensi belajar yang luas;

5. Memposisikan diri sebagai sumber yang fleksibel. Guru menjadikan dirinya sebagai
tempat untuk bertanya dan membimbing siswa dalam proses belajar untuk mencapai
tujuannya;

6. Meluruskan pemahaman siswa yang dianggap kurang relevan;

7. Memberikan motivasi kepada siswa yang bertujuan untuk membuat mereka lebih semangat
untk mencapai tujuannya;
8. Membimbing siswa dalam proses pembelajarannya. Guru memposisikan dirinya sebagai
pembimbing bukan penuntun bagi siswa.

Anda mungkin juga menyukai