Anda di halaman 1dari 21

PERILAKU KEORGANISASIAN

EMA 224 A
KONSEP KOMUNIKASI, HAMBATAN, DAN SOLUSI

Dosen pengampu :
A.A Sagung Kartika Dewi, M.M

Oleh Kelompok 6:
I Made Risky Prasetya (1707531087 / 07)
Made Satryawan Jelantik (1707531093 / 08)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan
membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu
hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama
dalam kelompok dan masyarakat. Di dalam kelompok ataupun organisasi selalu terdapat bentuk
kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok yang
terdiri dari atasan dan bawahannya.
Komunikasi tidak hanya penting untuk manusia tetapi juga penting untuk sistem
pengendalian manajemen yang merupakan alat untuk mengarahkan, memotivasi, memonitor atau
mengamati serta evaluasi pelaksanaan manajemen perusahaan yang mencoba mengarahkan pada
tujuan organisasi dalam perusahaan agar kinerja yang dilakukan oleh pihak manajemen
perusahaan dapat berjalan lebih efesien dan lancar, yang dimonitor atau yang diatur dalam sistem
pengendalian manajemen adalah kinerja dari perilaku manajer di dalam mengelola perusahaan.
Merchant mengatakan bahwa orientasi perilaku berhubungan dalam lingkungan
pengendalian manajemen. Perilaku berpengaruh dalam desain sistem pengendalian manajemen
untuk membantu mengendalikan, memotivasi manajemen dalam mengambil keputusan dan
memonitor perilaku yang dapat mengendalikan aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam sebuah
organisasi. Sistem pengendalian manajemen adalah sejumlah struktur komunikasi yang saling
berhubungan yang mengklasifikasikan proses informasi yang dapat membantu manajer dalam
mengkoordinasi bagiannya untuk mengubah perilaku dalam pencapaian tujuan organisasi yang
diharapkan pada dasar yang berkesinambungan. Untuk membentuk suatu kerja sama yang baik
jelas perlu adanya komunikasi yang baik antara unsur-unsur yang ada di dalam organisasi
tersebut. Komunikasi yang baik akan menimbulkan saling pengertian dan kenyamanan dalam
bekerja.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari komunikasi ?
2. Apa saja proses dan unsur komunikasi ?
3. Apa saja yang yang termasuk komunikasi antar individu dalam kelompok ?
4. Apa saja yang termasuk komunikasi keorganisasian ?
5. Apa saja hambatan terhadap komunikasi ?
6. Bagaimana cara mengatasi hambatan dalam komunikasi ?
7. Apa saja isu-isu dalam komunikasi ?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah untuk memahami konsep komunikasi, proses dan unsurnya,
komunikasi antar individu dalam kelompok, isu-isu dalam komunikasi, dan solusi terhadap
hambatan dalam komunikasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN KOMUNIKASI
Istilah komunikasi sesungguhnya berpangkal dari perkataan latin Communis yang
artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih.
Komunikasi juga memiliki akar kata berbahasa latin Communico yang artinya membagi
(Stuart dalam Cangara, 2004: 18).
Ilmu komunikasi merupakan suatu upaya yang sistematis untuk merumuskan prinsip-
prinsip secara tegas, dan atas dasar prinsip-prinsip tersebut disampaikan informasi serta
dibentuk pendapat dan sikap (Hovland dalam Cangara, 2004: 17).
Kelompok sarjana komunikasi yang memfokuskan diri pada studi komunikasi antar
manusia menyatakan bahwa “Komunikasi adalah suatu pertukaran, proses simbolik yang
menghendaki orang-orang agar mengatur lingkungannya (1) dengan membangun
hubungan antar sesame manusia; (2) melalui pertukaran informasi; (3) untuk menguatkan
sikap dan tingkah laku orang lain; (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku
itu” (Book dalam Cangara, 2004: 18).
Everett M. Rogers, seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika, membuat definisi
“Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau
melakukan pertukaran informasi terhadap satu sama lain, yang pada giliranya akan tiba
kepada saling pengertian” (Rogers dan Kincaid dalam Cangara 2004: 19).
Ada pula yang mendefinisikan bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide
dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah
tingkah laku mereka. Dalam makna yang sederhana, komunikasi ada proses bertukar
pengertian (Sutrisna Dewi, 2007: 3).
Miller (1996) dalam Nimran (1999) mengatakan bahwa komunikasi adalah kegiatan
dengan nama seseorang (sumber) secara sungguh-sungguh memindahkan stimuli guna
mendapatkan tanggapan. Indriyo Gitosudarmo dan I nyoman Sudita (1997)
mendefinisikan komunikasi sebagai penyampaian atau pertukaran informasi dari pengirim
kepada penerima baik lisan, tertulis maupun menggunakan alat komunikasi.

3
Gibson (1996) mengatakan bahwa komunikasi out adalah pengiriman informasi
beserta pemahamannya dengan menggunakan simbol verbal atau non verbal. Sementara
itu Robbins dan Coulter (2004) mengatakan pengertian komunikasi itu adalah
penyampaian dan pemahaman suatu maksud. Yang perlu diperhatikan dalam definisi ini
adalah penekanannya pada penyampaian maksud dan pemahaman maksud. Tanpa
penyampaian maksud, komunikasi tak akan pernah terjadi. Tanpa pemahaman maksud
komunikasi jarang berhasil.
Umar Nimran (1999) akhirnya menyimpulkan bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian pesan dari satu sumber berita kepada penerima melalui saluran tertentu
dengan tujuan untuk mendapatkan tangapan dari penerima.

2. PROSES DAN UNSUR KOMUNIKASI


2.1 Proses Komunikasi
Sebelum dilakukan, komunikasi emmerlukan suatu tujuan, suatu pesan yang akan
disampaikan antara pengirim dan penerima. Pengirim akan mengodekan pesan
(mengubahnya menjadi bentuk simbolis) da meneruskannya melalui sebuah medium
(saluran) kepada penerima, yang akan menguraikan isi kode tersebut. Hasilnya adalah
perpindahan makna dari satu orang ke yang lainnya.
Bagian utama dari proses komunikasi adalah (1) pengirim, (2) mengodekan, (3) pesan,
(4) saluran, (5) menguraikan isi kode, (6) penerima, (7) kebisingan, dan (8) umpan balik.
Pengirim memulai suatu pesan dengan mengodekan pemikirannya. Pesan adalah
sebuah tindakan aktual produk fisik dari pengodean pengirim. Ketika berbicara, ucapan
adalah pesan. Ketika menulis, makan tulisan adalah pesannya. Ketika melakukan isyarat
gerakan, maka gerakan dari lengan dan ekspresi wajah merupakan pesan. Saluran adalah
medium melalui mana pesan-pesan akan berjalan. Pengirim memilihnya, kemudian
menentukan apakah menggunakan saluran yang formal atau informan. Saluran formal
ditetapkan oleh organisasi dan mengirimkan pesan yang terkait dengan aktivitas
profesional dari para anggotanya. Mereka secara tradisional mengikuti rantai wewenang
di dalam organisasi. Bentuk lainnya dari pesan, seperti misalnya pribadi atau sosial, yang
mengikuti saluran informal, yang mana berlangsung secara spontan dan berkembang
sebagai tanggapan atas pilihan-pilihan individu. Penerima adalah orang kepada siapa
pesan akan diarahkan, yang pertama-tama harus menerjemahkan symbol-simbol ke dalam
4
bentuk yang dapat dipahami. Tahap ini adalah menguraikan isi kode dari pesan.
Kebisingan mencerminkan hambatan dalam komunikasi yang memutarbalikkan kejelasan
dari pesan, seperti misalnya permasalahan persepsi, informasi yang berlebihan, kesulitan
semantik, atau perbedaan budaya. Kaitan terakhir dalam proses komunikasi ini adalah
lompatan umpan balik. Umpan balik dan pemeriksaan mengenai seberapa berhasilkah
dalam proses memindahkan pesan. Ini menentukan apakah pemahaman telah tercapai atau
belum.
2.2 Unsur Komunikasi
Laswell yang diikuti oleh Onong Uchjana Effendy (1996) menegaskan bahwa
komunikasi dalam prosesnya meliputi lima unsur yakni sebagai berikut:
1. Komunikator atau orang/pihak yang menyampaikan suatu pesan kepada
orang/pihak lain.
2. Pesan, yang bisa berbentuk informasi, ide, ataupun sikap.
3. Media, sebagai saluran untuk melangsungkan suatu pesan. Media disini ada yang
berupa Bahasa, isyarat dengan anggota tubuh, gambar dan warna, serta lain
lambing yang dapat digunakan untuk mengekspresikan pikiran atau perasaan.
4. Komunikan atau orang/pihak yang menerima pesan.
5. Efek yakni dampak yang muncul pada pihak komunikan yang bisa berupa dampak
kognitif misalnya dari yang tidak tahu menjadi tahu. Dampak yang lain adalah
dampak apektif dari yang sebelumnya tidak suka menjadi suka yang tidak setuju
menjadi setuju. Dampak yang berkait dengan sikap juga menjadi sasaran misalnya
dari yang malas menjadi rajin yang sering ingkar menjadi patuh.

3. KOMUNIKASI ANTAR INDIVIDU DALAM KELOMPOK


Nimran (1999) mengatakan bahwa ada bermacam-macam paradigma atau cara
pandang yang dapat dipakai untuk membedakan berbagai bentuk komunikasi, yaitu:

1. Aspek Lingkup Organisasi


a. Komunikasi intern, komunikasi yang terjadi antara pihak-pihak internal.
b. Komunikasi ekstern, komunikasi antara suatu organisasi dengan pihak
eksternal/pihak lain.

5
2. Aspek Sudut Arah
a. Komunikasi searah, komunikasi yang ditandai oleh adanya satu pihak yang aktif
yaitu pengiriman/penyampai informasi sedangkan pihak lainnya pasif dan
menerima.
b. Komunikasi dua arah, komunikasi yang ditandai peran aktif kedua belah pihak baik
pemebri atau penerima informasi.
3. Aspek Tingkatan Organisasi
a. Komunikasi vertikal adalah komunikasi yang berlangsung antara bawahan dengan
atasan dalam hirarki organisasi.
b. Komunikasi horisontal adalah komunikasi yang terjadi di antara para pejabat yang
sederajat/selevel.
4. Aspek Aliran Komunikasi dalam Organisasi
a. Komunikasi dari atas ke bawah, komunikasi yang mengalir dari manajer ke bawah
atau ke para karyawan.
b. Komunikasi dari bawah ke atas, komunikasi yang mengalir ke atas yakni dari
karyawan ke manajer.
c. Komunikasi horizontal/lateral yang komunikasi yang terjadi di antara semua
karyawan ditingkatan organisasi yang sama.
d. Komunikasi diagonal, komunikasi antara orang-orang yang mempunyai hirarki
berbeda dan tidak memiliki hubungan wewenang secara langsung.
5. Aspek Media atau Alat yang Digunakan
a. Komunikasi visual, komunikasi yang memakai alat tertentu untuk mengiriam
pesan yang dapat ditangkap oleh mata. Contoh memo, poster, surat kabar dan
semacamnya.
b. Komunikasi audial, komunikasi yang menggunakan alat tertentu yang dapat
ditangkap oleh telinga. Contoh radio, telepon, radio.
c. Komunikasi audio-visual, komunikasi yang memakai alat tertentu yang pesannya
ditangkap oleh mata dan telinga secaraa bersamaan. Contoh: video, film, VCD,
LD, dan sebagainya.
6. Aspek Cara Penyampaian
a. Komunikasi verbal, komunikasi yang pesan-pesannya disampaikan dengan
memakai kata-kata yang dapat dimengerti baik lisan maupun tulisan.
6
b. Komunikasi nonverbal/komunikasi tanpa kata, komunikasi yang pesan-pesannya
disampaikan melalui symbol, isyarat atau perilaku tertentu. Seperti gerakan-
gerakan tubuh, intonasi suara, ekspresi wajah dan jarak antara pembicara dengan
pendengar.
7. Aspek Strategi atau Teknik
a. Komunikasi koersif, komunikasi yang dengan cara memaksa agar komunikasi mau
menerima pesan yang disampaikan. Misalnya dengan teror, boikot, ancaman
ataupun dengan menunjukkan kekuasaan.
b. Komunikasi persuasif, komunikan, sehingga ia tidak saja menerima, menyetujui
tetapi mau melaksanakannya dalam bentuk kegiatan atau tindakan sebagaimana
yang dikehendaki oleh sikomunikator.
8. Aspek Jaringan dimana Informasi Mengalir
a. Komunikasi informal, komunikasi yang tidak resmi sumber dan maksudnya.
Contohnya seperti pembicaraan desas-desus, gosip dan yang sejenisnya.
b. Komunikasi formal, komunikasi yang berkaitan dengan tugas dan mengikuti rantai
wewenang.
9. Aspek Manajerial
a. Komunikasi interpersonal, yakni komunikasi antara dua orang atau lebih.
b. Komunikasi organisasi, yakni semua pola, jaringan, dan sistem komunikasi dalam
suatu organisasi.

4. KOMUNIKASI KEORGANISASIAN
Jaringan organisasi yang formal dapat menjadi lebih rumit, meliputi ratusan orang dan
setengah lusin atau lebih banyak level hierarki. Rantai dengan ketat mengikuti rantai
perintah yang formal atau resmi; jaringan ini mendekati saluran komunikasi yang akan
anda temukan dalam ketiga level organisasi yang ketat. Roda bergantung pada sebuah
sosok sentral untuk bertindak sebagai saluran bagi seluruh komunikasi kelompok; ini
menstimulasi jaringan komunikasi yang akan anda temukan pada sebuah tim dengan
seorang pemimpin yang kuat. Jaringan seluruh saluran memperbolehkan para anggota
kelompok bebas untuk memberikan kontribusi dan tidak ada seorang pun yang mengambil
peran pemimpin.

7
4.1 Kabar Selentingan (Gosip)
Jaringan komunikasi informal dalam sebuah kelompok atau organisasi di sebut kabar
selentingan.Meskipun rumor dan gossip dikirimkan melalui kabar selentingan yang
informal, tetapi masih merupakan sumber informasi yang penting bagi para pekerja dan
para kandidat (yaitu para pekerja yang dicalonkan menerima promosi). Kabar selentingan
atau informasi melalui perkataan mulut dari para rekan mengenai sebuah perusahaan
memiliki pengaruh yang penting pada apakah para pelamar pekerjaan akan bergabung
dengan organisasi atau tidak.
Kabar selentingan merupakan bagian penting dari jaringan komunikasi dalam suatu
kelompok atau organisasi. Kabar selentingan juga memenuhi kebutuhan dari para pekerja;
pembicara kecil menciptakan rasa kedekatan dan persahabatan di antara mereka yang
berbagi informasi, meskipun riset menyarankan bahwa hal ini sering kali terjadi dengan
mengorbankan orang-orang yang berada di “luar” kelompok. Terdapat pula bukti bahwa
gossip sangat didorong oleh jaringan sosial dari pekerja yang mana para manajer dapat
belajar untuk mempelajari lebih banyak mengenaibagaimana informasi yang positif dan
negative mengalir ke seluruh organisasi. Dengan demikian, kabar selentingan tidak akan
dikenakan sanksi atau dikendalikan oleh organisasi.
4.2 Mode Komunikasi
1. Komunikasi Lisan
Sarana utama dalam menyampaikan pesan adalah komunikasi lisan. Pidato, diskusi
formal satu-satu dan diskusi kelompok, serta rumor secara informal atau kabar
selentingan merupakan bentuk-bentuk yang terkenal dari komunikasi lisan.
Keuntungan dari komunikasi lisan adalah kecepatan dan umpan balik. Jika penerima
belum yakin dengan pesannya, maka umpan balik yang cepat memungkinkan pengirim
untuk mendeteksi secara cepat dan memperbaikinya.Salah satu kelemahan utama pada
komunikasi lisan munculnya saat sebuah pesan harus melewati sejumlah orang;
semakin banyak orang, semakin besar resiko terjadi penyimpangan.
a. Rapat
Pertemuan dapat menjadi formal atau informal, meliputi dua atau lebih banyak
orang, dan terjadi dalam hampir setiap kesempatan. Bahkan penyusunan interaksi
bisnis biasa dengan orang lain sebagaimana pertemuan dapat membantu kita
menitikberatkan perhatian pada perkembangan. Setiap pertemuan adalah peluang
8
untuk “menyelesaikan segala sesuatu hal,”kata CEO Kris Duggan di Badgeville,
dan untuk “bersinar”.
b. Videoconferencing
Videoconferencing memungkinkan para pekerja dan para klien untuk
melaksanakan pertemuan secara real-time dengan orang-orang di lokasi-lokasi
berbeda. Live audio dan videoimage memungkinkan kita untuk melihat,
mendengar, dan berbicara dengan orang lain tanpa hadir secara fisik pada lokasi
yang sama.
c. Telepon
Telepon ada di sekitar kita sejak lama yang justru cenderung kita abaikan
efisiensinya sebagai model komunikasi. Komunikasi melalui telepon menawarkan
banyak manfaat seperti pertemuan, dan begitu telepon berbunyi maka kita akan
berusaha untuk segera memberikan tanggapan. Panggilan telepon dapat berupa
pertemuan secara formal atau pembicaraan secara informal, juga dijadwalkan atau
secara spontan. Komunikasi melalui telepon waktunya cepat, dan lebih sedikit
ambiguitas daripada e-mail. Namun, pesan melalui telepon lebih mudah
terabaikan.
2. Komunikasi Melalui Tulisan
Komunikasi secara tulisan meliputi surat, e-mail, pesan singkat organisasional
secara berkala, dan banyak metode lain yang menyampaikan tulisan dengan kata-kata
atau simbol.
a. Surat
Dari semua bentuk komunikasi secara tulisan, menulis surat adalah yang paling
kuno dan yang paling bertahan lama.
b. Power Point
Power point dan format slide lainnya seperti Prezi dapat menjadi mode komunikasi
yang sangat sempurna karena perangkat lunak untuk mengumpulkan slide
menggabunggkan kata-kata sengan elemen visual untuk melibatkan pembaca dan
membantu dalam menjelaskan gagasan-gagasan yang kompleks. Power Point
sering digunakan bersamaan dengan presentasi lisan, tetapi daya tariknya sangat
intuitif yang dapat berfungsi sebagai mode komunikasi utama.
c. Surat Elektrik (E-mail)
9
Pesan e-mail dapat ditulis, diedit, dan disimpan dengan cepat. E-mail dapat di
distribusikan kepada salah satu atau ribuan orang hanya menekan dengan satu
tombol, meskipun beberapa perusahaan (seperti perusaan data Nielson) telah
melarang fitur “balas ke semuanya”. Biaya untuk mengirimkan pesan e-mail secara
formal kapada para pekerja adalah penghematan dari biaya cetak, duplikasi, dan
distribusi surat yang setara dengan brosur.
d. Pesan Singkat
Seperti e-mail, pesan singkat (IM) biasanya dilakukan via computer. Ini
merupakan teknologi yang tersinkronisasi,artinya anda perlu berada disana untuk
menerima pesan. Dengan cara ini IM beroperasional seperti telepon tanpa mesin
penjawab.
e. Pesan Teks
Pesan teks (TM) (atau lebih dikenal SMS) mirip dengan pesan singkat yang mana
keduannya merupakan teknologi yang tersinkronisasi, tetapi pesan teks biasanya
dilakukan via telepon seluler dan sering kali sebagai alternative daripada panggilan
telepon.
f. Media Sosial
Tidak ada satupun tempat yang memiliki komunikasi yang lebih ditransformasika
daripada kenaikan jejaring sosial seperti misalnya Facebook dan Linkedln, dan
bisnis mengambil keuntungan dari peluang hadirnya media sosial ini.
g. Blog
Sebuah blog (singkatan dari web log) adalah sebuah situs Web mengenai seseorang
atau perusahaan.
h. Lainnya
Flickr, Pinterest, Google+, YouTube, Wikis, Jive, Socialtext, dan Sosial Cast
hanya beberapa dari sekian banyaknya platform sosial untuk public dan industry
tertentu, dengan meluncurkan hal baru setiap harinya. Beberapa hanya untuk satu
tipe posting semata.
3. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non-verbal meliputi gerakan tubuh, intonasi atau penekanan yang kita
berikan atas kata-kata, ekspresi wajah, serta jarak fisik antara pengirim dan penerima.

10
5. HAMBATAN TERHADAP KOMUNIKASI
1. Penyaringan Informasi
Komunikator cenderung memanipulasi informasi supaya lebih dapat diterima
dengan baik oleh komunikan/penerima. Minat pribadi dan persepsi mengenai apa yang
menurut komunikator penting bagi penerima sangat mempengaruhi penyaringan dan
hasilnya. Semakinbanyak jumlah tingkatan struktur organisasi yang harus dilalui oleh
suatu informasi semakin besar kemungkinan untuk peyaringan. Namun, hal ini wajar
terjadikarena dala struktur organisasi semakin ke bawah semakin spesialis dibidang
maing-masing.
2. Persepsi Yang Selektif
Penerimaan dalam proses komunikasi menyeleksi apa yang mereka terima
berdasarkan kebutuhan, motivasi, latar belakang pengalaman dan karektiristik pribadi
lainnya. Penerima atau komunikan juga memproyeksikan minat dan harapan mereka
pada saat melakukan decoding (mengartikan simbol-simbol).
3. Emosional
Bagaimana perasaan komunikan/penerima pada saat ia menerima pesan akan
mempengaruhi interpretasinya mengenai pesan tersebut. Pesan yang sama akan
diinterpretasikanberbeda pada keadaan marah atau emosi netral. Emosi-emosi yang
ekstrim seperti gembira yang berlebihan atau sedih sangat mungkin menghalangi
komunikasi yang efektif.
4. Bahasa
Kata-kata yang sama dapat berarti berbeda untuk orang yang tidak sama. Usia,
pendidikan dan latar belakang budaya merupakan tiga variabel yang biasanya
mempengaruhi bahasa yang digunakan dan arti yang diberikan kepada kata-kata. Di
dalam suatu organisasi, pegawai berasal dari latar belakangyang tidak sama. Ditambah
lagi pengelompokan dalam unit kerja tertentu berdasarkan spesialisasi yang pada
akhirnya menciptakan/mengembangkan istilah-istilah teknis dan ungkapan-ungkapan
yang khas dan sering pegawai tidak tahu istilah-istilah khusus yang digunakan.
Komunikator cenderung berpendapat bahwa kata-kata atau istilah yang mereka
gunakan mempunyai arti yang sama bagi komunikan/penerima.
5. Kurang Perhatian

11
Kesalahpahaman terjadi karena orang tidak membaca dengan benar suatu pesan
atau informasi, baik dalam bentuk pengumuman, artikel, atau tidak mendengar
percakapan orang dengan baik.
6. Faktor Hello Effect
Terjadi jika komunikator adalah orang yang disenangi atau dihormati, maka
audiens atau penerima langsung akan mempercayai apa yang dikatakan walaupun
belum tentu benar atau sebaliknya.
7. Perilaku Defensif
Ketika seseorang merasa terancam, ia cenderung akan bereaksi dengan cara
mengurangi kemampuannya untuk mencapai saling pengertian. Yakni ia menjadi
defensif terlibat dalam perilaku seperti secara verbal menyerang orang lain,
memberikan jawaban kasar, berperilaku seperti penilai, dan mempertanyakan motif
orang lain. Ketika individu menafsirkan pesan yang datang sebagai sesuatu yang
mengancam, ia akan meresponnya dengan cara yang menghambat keefektifan
komunikasi.
8. Kebanjiran Informasi
Ketika informasi yang harus diterima melampaui kapasitas pemrosesan karena
membanjirnya informasi (e-mail, telepon, faxs, notla rapat, bacaan) akan ada
kecenderungan untuk membuang,mengabaikan, melewatkan atau dilupakan atau
menunda pemrosesannya sampai situasi kebanjiran informasi selesai.

6. MENGATASI HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI


Menurut Bovee dan Thill, 2003: 22 (Dalam Sutrisna Dewi, 2007: 18) terdapat
beberapa cara mengatasi hambatan dan memperbaiki komunikasi agar menjadi efektif ,
yaitu sebagai berikut:
1. Memelihara iklim komunikasi terbuka
Iklim komunikasi merupakan campuran dari nilai, tradisi, dan kebiasaan. Komunikasi
terbuka akan mendorong keteresterangan dan kejujuran serta mempermudah umpan
balik.
2. Bertekat memegang teguh etika berkomunkasi
Etika merupakan prinsip – prinsip yang mengatur seseorang untuk bersikap atau
membawa diri. Komunikasi etis termasuk semua informasi yang relevan, benar dalam
12
segala segi, dan tidak memberdayakan orang lain dengan cara apapun. Perbedaan nilai
– nilai yang dianut bisa menyebabkan terjadinya dilemma etika. Misalnya,
mengungkapkan atau merahasiakan kecurangan yang dilakukan organisasi
3. Memahami kesulitan komunikasi antarbudaya
Majunya perkembangan teknologi dan informasi telah menyebabkan terjadinya
interaksi antar budaya. Memahami latar belakang, pengetahuan, kepribadian, dan
persepsi antarbudaya akan membantu mengatasi hambatan komunikasi yang terjadi
karena perbedaan budaya.
4. Menggunakan pendekatan berkomunikasi yang berpusat pada penerima
Berarti tetap mengingat penerima ketika berkomunikasi. Sikap empati, peduli, atau
peka terhadap perasaan dan kepentingan orang lain bisa menjadi kunci keberhasilan
dalam berkomunikasi.
5. Menggunakan teknologi secara bijaksana dan bertanggung jawab untuk memperoleh
dan membagi informasi
Penggunaan teknologi secara bijaksana dan bertanggung jawab untuk menyusun,
merevisi, dan mendistribusikan pesan akan mendorong terciptanya komunikasi yang
efektif.
6. Menciptakan dan memproses pesan secara efektif dan efisien. Hal itu dapat dilakukan
dengan berbagai cara, seperti:
a. Memahami penerima pesan
b. Menyesuaikan pesan dengan penerima
c. Mengembangkan dan menghubungkan gagasan
d. Mengurangi jumlah pesan
e. Memilih saluran atau media yang tepat
f. Meningkatkan keterampilan berkomunikasi

Sedangkan menurut Komang Ardana, dkk (2013: 64) terdapat beberapa cara dalam
mengatasi atau mengurangi hambatan dalam komunikasi, yaitu sebagai berikut:

1. Mendengarkan dengan aktif


Mendengar adalah menangkap vibrasi suara, sedangkan mendengarkan adalah
memberi arti kepada yang didengar. Oleh sebab itu mendengarkan membutuhkan

13
atensi, interpretasi dan mengingat rangsangan suara. Empat syarat mendengarkan
dengan aktif, yaitu:
a. Intensitas
Berkonsentrasi penuh pada apa yang disampaikan oleh pembicara dan
menyampingkan pikiran – pikiran lain sehingga dapat menghubungkan informasi
yang diterima dengan topik pembicaraan.
b. Empati
Berusaha mengertikan apa yang diinginkan oleh pembicara dengan menyesuaikan
apa yang dilihat dan rasakan dalam pembicaraan sehinggan bisa meningkatkan
persamaan antara interpretasi kita dan maksud pembicaa.
c. Penerimaan
Pendengar yang aktif memiliki penerimaan yang obyektif atas apa yang didengar
dan dilihat. Pendengar yang aktif adalah menyerap informasi dari seseorang tanpa
menilai isinya sampai yang bersangkutan selesai berbicara.
d. Tanggung jawab untuk melengkapi infomasi
Komunikan harus melengkapi informasi yang diterima dan artinya. Bila perlu,
mengajuka pertanyaan untuk memperoleh pengertian yang sama dengan
komunikator.
2. Memberikan umpan balik (feedback)
Setiap orang yang berbicara memperhatikan umpan balik yang diberikan lawan
bicaranya baik bahasa verbal maupun non verbal, kemudian memberikan penafsiran
terhadap umpan balik itu secara benar. Misalnya dengan ekspresi wajah tertentu bila
si komunikan tidak mengajukan pertanyaan.

Adapun cara lain dalam mengatasi hambatan dalam komunikasi, antara lain:

1. Pahami perbedaan individu atau kompleksitas individu dengan baik


Setiap individu merupakan pribadi yang khas yang berbeda baik dari latar belakang
psikologis, sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan. Dengan memahami, seseorang
dapat menggunakan taktik yang tepat dalam berkomunikasi.
2. Gunakan komunikasi langsung (face to face)
Komunikasi langsung dapat mengatasi hambatan komunikasi karena sifatnya lebih
persuasif. Komunikator dapat memadukan bahasa verbal dan bahasa non verbal.
14
Disamping itu kata - kata yang selektif dapat pula digunakan kontak mata, mimik
wajah, dan bahasa tubuh lainnya yang membuat komunikasi lebih berdaya guna.
3. Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah
Kosa kata yang digunakan hendaknya dapat dimengerti dan dipahami, jangan
menggunakan istilah - istilah yang sulit untuk dimengerti pendengar. Gunakan pola
kalimat sederhana karena kalimat yang mengandung banyak anak kalimat membuat
pesan sulit dimengerti.

7. ISU-ISU DALAM KOMUNIKASI


Menurut Stephen P. Robbins (2006), ada empat isu terkini yang berhubungan dengan
komunikasi dlam sebuah organisasi, yaitu :
1. Penghalang komunikasi antara pria dan wanita
Adakalanya seorang pria merasa kesulitan untuk berkomunikasi dengan seorang
wanita atau dengan kata lain perbedaan gender seringkali menjadi penghalang dalam
melakukan komunikasi yang efektif. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Deborah
Tannen (Stephen P. Robbins : 2006), yang menjadi penyebab dari hal itu adalah
adanya perbedaan antara pria dan wanita dlam gaya pembicaraan mereka. Biasanya,
pria menggunakan pembicaraan untuk menekankan status sedangkan wanita
menggunakannya untuk mendapatkan koneksi.
Menurut Tannen (Stephen P. Robbins : 2006), komunikasi merupakan tindakan
penyeimbangan yang berkesinambungan, yang mengubah kebutuhan kebutuhan yang
berbenturan menjadi keakraban dan independensi. Keakraban menekankan kedekatan
dan kebersamaan. Independensi menekankan keterpisahan dan perbedaan.
Masalahnya adalah, wanita berbcara dan mendengar bahasa untuk menciptakan
hubungan dan keakraban sedangkan pria berbicara dan mendengar bahasa untuk
menekankan status kekuasaan dan independensi.
Jadi untuk banyak pria, pembicaraan merupakan cara untuk mempertahankan
independensi dan status dalam tertib social hierarkis. Sedangkan bagi banyak wanita,
pembicaraan merupakan negosiasi untuk menciptakan kedekatan dimana mereka
mencoba mencari dan memberikan informasi serta dukungan.

15
2. Diam sebagai komunikasi
Pengertian diam dalam konteks komunikasi adalah tidak adanya pembicaraan atau
suara, yang umumnya diabaikan sebagai bentuk komunikasi dalam perilaku organisasi
karena menggambarkan tiadanya tindakan atau perilaku. Tetapi diam kadang bukan
berarti tidak ada tindakan. Diam oleh banyak orang tidak dianggap sebagai gagal
komunikasi, sebaliknya diam dapat menjadi bentuk komunikasi yang sangat kuat.
Diam dapat berarti seseorang sedang memikirkan sesuatu, cemas, takut berbicara, serta
dapat mengisyaratkan kesepakatan, menolak, kecewa, atau marah.
Kegagalan dalam memberikan perhatianpada bagian diam dari percakapan dapat
berakibat kehilagan bagian penting dari pesan. Komunikasi yang cerdik
memperhatikan kesenjangan, jeda, dan keragu-raguan. Mereka mendengar dan
menginterpretasikan. Kadangkala pesan yang nyata dalam komunikasi terkubur dalam
diam (Stephen P. Robbins : 2006).
3. Komunikasi yang benar secara politis
Secara sederhana, komunikasi politik (political communication) adalah
komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau
berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Dengan
pengertian ini, sebagai sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah hal yang
baru. Komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi antara ”yang
memerintah” dan ”yang diperintah”.
Mengkomunikasikan politik tanpa aksi politik yang kongkretsebenarnya telah
dilakukan oleh siapa saja : mahasiswa, dosen, tukang ojek, penjagawarung, dan
seterusnya. Tak heran jika ada yang menjuluki Komunikasi Politik sebagai
neologisme, yakni ilmu yang sebenarnya tak lebih dari istilah belaka.
Dalam pergaulan sehari-hari seringkali kita memodifikasikata-kata yang kita
gunakan sehingga terkesan lebih halus dan lebih menjaga perasaan orang lain. Dan ini
akan menjadi suatu bekal bagi kita agar dapat melakukan komunikasi yang efektif.
Kita harus peka terhadap perasaan orang lain. Kata-kata tertentu dapat membuat
stereotype, mengancam, dan menghina individu. Begitupula dalam sebuah organisasi
yang memilik angkatan kerja yang beragam dan hierakri kepemimpinan yang berbeda
pula. Tetapi kadang kitapun mengalami kesulitan untuk memodifikasi suatu kata yang

16
memiliki ketepatan tertentu sehingga kita sulit untuk memodofikasinya menjadi
sebuah kata yang lebih halus.
Kata-kata merupakan alat promer untuk melakukan komunikasi. Semakin banyak
perbendaharaan kata yang digunakan oleh pengirim dan penerima, makin besar
kesempatan untuk menyampaikan pesan secara akurat. Dengan menghilangkan kata-
kata tertentu dari perbendaharaan, kita akan lebih sulit untuk melakukan komunikasi
secara akurat. Sedangkan bila kita menggantikan kata-kata dengan istilah yang baru
yang maknaya tidak begitu dipahami, kita telah memperkecil kemungkinan pesan kita
akan diterima sesuai dengan maksud kita.
Kita harus peka dengan pemilihan kata karena terkadang itu bisa melukai perasaan
orang lain. Tetapi kitapun harus hati-hati dalam menghilangkan atau memodifikasi
kata-kata yang kita gunakan karena hal tersebut bisamenjadi penghalang komunikasi
yang efektif. Intinya adalah kita harus menyadari bahaya dan perlunya menemukan
keseimbangan yang tepat.
4. Komunikasi lintas budaya
Perbedaan kebiasaan dan kebudayaan kerap kali enjadipenghalang komunikasi
yang efektif. Menurut Stephen P. Robbins (2006), sedikitnya ada empat masalah yang
menjadikan factor budaya ini menjadi penghambat dalam komunikasi, yaitu:
a. Hambatan yang disebabkan oleh semantik
Makna kata bisa berlainan untuk orang yang berbeda. Hal ini dikarenakan
beberapa kata ada yang tidak bisa diterjemahkan kedalam bahasa atau budaya
lain.
b. Hambatan yang disebabkan oleh konotasi kata
Seringkali dalam bebrapa bahasa terdapat kata yang sama, baik dalam
penulisan meupun dalam pengucapannya, tetapi memiliki makna yang bebeda.
Tentu saja hal ini dapat menyebabkan kesalahpahaman dan menjadikan
komunikasi menjadi tidak efektif.
c. Habatan yang disebabkan oleh perbedaan nada
Setiap daerah atau suku biasanya mempunyai kebudayaan yang berbeda tidak
terkecuali dengan nada berbicara. Bagi orang batak misalnya, mereka sudah
terbiasa berbicara dengan nada yang tingi. Tetapi bagi orang sunda, biasanya

17
nada yang tingi ini sering diidentikan dengan keadaan marah atau tidak sopen
dalam pembicaraan sehari-hari.
d. Hambatan yang disebabkan oleh beda persepsi
Biasanya orang yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda
mempunyai pandangan yang berbeda dalam mempersepsikan sesuatu.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Istilah komunikasi sesungguhnya berpangkal dari perkataan latin Communis yang
artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau
lebih. Komunikasi juga memiliki akar kata berbahasa latin Communico yang artinya
membagi. Bagian utama dari proses komunikasi adalah (1) pengirim, (2) mengodekan, (3)
pesan, (4) saluran, (5) menguraikan isi kode, (6) penerima, (7) kebisingan, dan (8) umpan balik.

Ada beberapa hambatan yang berpotensi memperlambat atau menyimpangkan


komunikasi yang efektif yaitu Penyaringan Informasi yaitu persepsi yang selektif,
emosional, bahasa, kurang perhatian, faktor hello effect, perilaku defensif, kebanjiran
informasi

Dalam mengatasi hambatan dalam komunikasi ini terdapat cara yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan efektivitas komunikasi yaitu meningkatkan memelihara iklim
komunikasi terbuka, bertekat memegang teguh etika berkomunkasi, memahami
kesulitan komunikasi antarbudaya, menggunakan pendekatan berkomunikasi yang
berpusat pada penerima, menggunakan teknologi secara bijaksana dan bertanggung
jawab untuk memperoleh dan membagi informasi, menciptakan dan memproses pesan
secara efektif dan efisien, dll.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ardana, Komang., Mujiati, Ni Wayan., dan Ayu Sriathi Anak Agung. 2009. Perilaku
Keorganisasian. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Dewi, Sutrisna. 2007. Komunikasi Bisnis. Yogyakarta: Penerbit ANDI

Robbin, Stephen P., dan Timothy A. Judge. 2015. Perilaku Organisasi, Edisi 16. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai