Teratogen adalah suatu obat atau zat yang menyebabkan pertumbuhan janin yang
abnormal. Kata teratogen berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘teratos’, yang berarti monster,
dan ‘genesis’ yang berarti asal. Jadi teratogenesis didefinisikan sebagai asalterjadinya
monster atau proses gangguan proses pertumbuhan yangmenghasilkan monster.
Banyak kejadian yang dikehendaki untuk perkembangan dari organisme baru yang
memiliki kesempatan besar dalam tindakan tersebut untuk menjadi suatu kesalahan. Pada
kenyataannya, kira-kira satu dari tiga kali keguguran embrio pada manusia, sering tanpa
diketahui oleh si Ibu bahwa dia sedang hamil. Perkembangan abnormal yang lain tidak
mencelakakan embrio tetapi kelainan tersebut akan berakibat pada anak. Kelainanan
perkembangan ada dua macam, yaitu: kelainan genetik dan kelainan sejak lahir. Kelainan
genetik dikarenakan titik mutasi atau penyimpangan kromosom dan akibat dari tidak ada
atau tidak tepatnya produk genetik selama meiosis atau tahap perkembangan. Down
syndrome hanyalah salah satu dari banyak kelainan genetik. Kelainan sejak lahir tidak
diwariskan melainkan akibat dari faktor eksternal, disebut teratogen, yang mengganggu
proses perkembangan yang normal. Pada manusia, sebenarnya banyak zat yang dapat
dipindahkan dari sang ibu kepada keturunannya melalui plasenta, yaitu teratogen potensial.
Daftar dari teratogen yang diketahui dan dicurigai meliputi virus, termasuk tipe yang
menyebabkan kasus penyakit campak Jerman, alkohol, dan beberapa obat, termasuk aspirin
(Harris, 1992).
Teratogenesis adalah pembentukan cacat bawaan. Kelainan ini sudah diketahui selama
beberapa dasawarsa dan merupakan penyebab utama morbiditas serta mortilitas pada bayi
yang baru lahir. Setelah pembuahan, sel telur mengalami proliferasi sel, diferensiasi sel, dan
organogenesis. Embrio kemudian melewati suatu metamorfosis dan periode perkembangan
janin sebelum dilahirkan (Lu, 1995).
Ada sejumlah bahan yang/diduga bersifat teratogenik pada manusia dan hewan, antara
lain:
Infeksi cytomegalovirus, virus herpes, parvovirus B-19, virus rubella, syphilis dan
toksoplasmosis.
Ketidakseimbangan metabolisme, misalnya karena konsumsi alkohol selama kehamilan,
kretinisme endemic, diabetes, defisiensi asam folat, hipertermia, fenilketonuria,
reumatik dan penyakit jantung bawaan.
Cryptorchidisme 1 : 300
Sumbing 1: 1000
Albino 1 : 20.000
Hemophilia 1 : 50.000
(Yatim, 1994).
Kardiovaskuler 10%
Alat lain 5%
Cacat yang sering juga ditemukan adalah sirenomelus (anggota seperti ikan duyung),
phocomelia, jari buntung, ada ekor, cretinisme, dan gigantisme (Yatim, 1994).
Faktor Teratogen
Faktor yang menyebabkan cacat ada dua kelompok, yaitu faktor genetis dan lingkungan.
Faktor genetis terdiri dari :
1. Mutasi, yakni perubahan pada susunan nukleotida gen (ADN). Mutasi menimbulkan
alel cacat, yang mungkin dominan atau resesif.
2. Aberasi, yakni perubahan pada sususnan kromosom. Contoh cacat karena ini
adalah berbagai macam penyakit turunan sindroma.
1. Infeksi, cacat dapat terjadi jika induk yang kena penyakit infeksi, terutama oleh virus.
2. Obat, berbagai macam obat yang diminum ibu waktu hamil dapat menimbulkan
cacat pada janinnya.
3. Radiasi, ibu hamil yang diradiasi sinar-X , ada yang melahirkan bayi cacat pada
otak. Mineral radioaktif tanah sekeliling berhubungan erat dengan lahir cacat bayi di
daerah bersangkutan.
4. Defisiensi, ibu yang defisiensi vitamin atau hormon dapat menimbulkan cacat pada
janin yang sedang dikandung.
Defisiensi Cacat
Vitamin A Mata
Tiroxin Cretinisme
Somatrotopin Dwarfisme
5. Emosi, sumbing atau langit-langit celah, kalau terjadi pada minggu ke-7 sampai 10
kehamilan orang, dapat disebabkan emosi ibu.emosi itu mungkin lewat sistem hormon
(Yatim, 1994).
(Yatim, 1994).
Uji keteratogenikan merupakan salah satu jenis uji ketoksikan yang khas, karena
uji keteratogenikan ini meupakan uji ketoksikan sesuatu obat yang
diberikan atau digunakan selama masa organogenesis dari sesuatu jenis
hewan bunting. Pengujian ini dilakukan karena bertujuan untuk
menentukan apakah sesuatu obat dapat menyebabkan kelainan atau cacat
bawaan pada diri janinyang dikandung oleh hewan bunting.
Oleh karena itu, uji keteratogenikan sangat perlu untuk dilakukan, karena uji ini sangat
bermanfaat sekali sebagai landasan evaluasi terhadap batas aman dan resiko penggunaan
suatu obat oleh wanita yang hamil, terutama yang berkaitan dengan janin yang sedang
dikandungnya.
3. kelebihan pertumbuhan
4. salah arah differensiasi