Anda di halaman 1dari 19

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

NYERI SENDI

Topik : Nyeri sendi


Sasaran : Lansia RW 03
Tempat :
Hari/tanggal : Sabtu, 25 Januari 2020
Waktu : 08.00 – 08.40 WIB

I. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah dilakukan penyuluhan selama 40 menit diharapkan lansia RW 03 mampu
memahami dan mengaplikasikan materi penyuluhan dalam kehidupan sehari-
hari.

II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah dilakukan penyuluhan selama 40 menit diharapkan lansia RW 03 mampu
:
1. Menjelaskan pengertian Nyeri sendi
2. Menguraikan penyebab Nyeri sendi
3. Menyebutkan tanda dan gejala Nyeri sendi
4. Menjelaskan cara pencegahan Nyeri sendi
5. Mendemonstrasikan cara pembuatan obat alami Nyeri sendi

III. Materi Penyuluhan


Lampiran
1. Pengertian Nyeri sendi
2. Penyebab Nyeri sendi
3. Tanda dan gejala Nyeri sendi
4. Penatalaksanaan Nyeri sendi
IV. Metode
1. Ceramah dan Tanya jawab
2. Demonstrasi

V. Media
1. LED + PPT
2. Laptop

VI. Proses Kegiatan Penyuluhan


Waktu Tahap Kegiatan Penyuluh Kegiatan Sasaran
5 menit Pembukaan 1. Member salam 1. Menjawab salam

2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan perkenalan


3. Menyampaikan apersepsi 3. Mendengarkan penyampaian
dan prainteraksional apersepsi prainteraksional
20 menit Isi 1. Menjelaskan pengertian 1. Mendengarkan penjelasan
Nyeri sendi pengertian Nyeri sendi
2. Menjelaskan penyebab 2. Mendengarkan penjelasan
Nyeri sendi penyebab Nyeri sendi
3. Tanda dan gejala Nyeri 3. Memahami tanda dan gejala
Hipertensi
sendi
4. Pencegahan Nyeri sendi 4. Mengerti cara pencegahan
Nyeri sendi
5. Mendemontrasikan cara diet 5. Mengetahui cara diet rendah
rendah purin Nyeri sendi purin Nyeri sendi
10 Menit Evaluasi 1. Menanyakan kembali materi 1. Menjawab pertanyaan
yang sudah disampaikan

5 menit Penutup 1. Merangkum materi 1. Mendengarkan rangkuman


2. Mengucapkan salam materi
2. Menjawab salam
VII. Evaluasi Hasil
1. Lansia dapat menjelaskan Pengertian Nyeri sendi.
2. Lansia dapat menguraikan penyebab Nyeri sendi.
3. Lansia dapat menyebutkani tanda dan gejala dari Nyeri sendi.
4. Lansia dapat menjelaskan cara pencegahan Nyeri sendi

VIII. Sumber Referensi


1. Wibowo. 2018. Manajemen Kesehatan. Jakarta. Penerbit: Rajagrafindo
Persada.
2. Mutia, Sari. 2010. Sehat dan Bugar Tanpa Asam Urat. Yogyakarta: Araska
Publisher
3. Wortmann, R. L., 2010. Gout dan Gangguan Metabolisme Purin Lain.
Dalam : Harrison : Prinsip-prinsip Ilmu Pentakit Dalam Volume 5. Edisi 13.
Jakarta : EGC, 2300-2311.
4. Arya, RK & Jain, V. 2013. Osteoarthritis of the Knee Joint. Journal Indian
Academy of Clinical Medicine. Vol 14. No 2. Page 154-162. Noviyanti.
2015. Hidup Sehat Tanpa Asam Urat.Yogyakarta, Notebook. Hal. 21-72
5. Khomsan, Ali dan Yuni Harlinawati.2018. Terapi Jus Untuk Rematik dan
Asam Urat. Depok:Puspaswara.
6. Price Sylvia A, Wilson Lorraine M.2009.Patofisiologi : Konsep Klinis.
Proses-proses Penyakit. Jakarta:EGC
7. Ahmad, N.2011.Cara Mencegah dan Mengobati Asam Urat dan
Hipertensi.Jakarta:Rineka Cipta.
8. Junaidi, I.2012.Rematik dan Asam Urat Edisi Revisi. Jakarta:PT Bhuana
Ilmu
Lampiran Materi
MATERI
PENYULUHAN KESEHATAN NYERI SENDI

Nyeri sendi adalah suatu akibat yang diberikan tubuh karena pengapuran atau akibat
lain. Nyeri sendi terdiri dari beberapa jenis yaitu:

A. OSTEOARTHRITIS
1. Pengertian
Osteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana
terjadi kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan
berhubungan dengan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan dan
sendi besar yang menanggung beban.
Secara klinis osteoartritis ditandai dengan nyeri, deformitas,
pembesaran sendi dan hambatan gerak pada sendi-sendi tangan dan sendi
besar. Seringkali berhubungan dengan trauma maupun mikrotrauma yang
berulang-ulang, obesitas, stress oleh beban tubuh dan penyakit-penyakit
sendi lainnya.
2. Penyebab (etiologi)
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada
beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini,
antara lain.
a. Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan
adalah yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan
akibat penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda
dengan perubahan pada osteoartritis.
b. Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-
laki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher.
Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi osteoartritis kurang
lebih sama antara pada laki-laki dan wanita, tetapi diatas usia 50 tahun
(setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita
daripada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada
patogenesis osteoartritis.
c. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku
bangsa. Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun
perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.
d. Genetik
e. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko
untuk timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria.
Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada
sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi juga dengan osteoartritis
sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu disamping faktor
mekanis yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga
terdapat faktor lain (metabolit) yang berperan pada timbulnya kaitan
tersebut.
f. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus
menerus berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu.
Olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi yang berkaitan dengan
resiko osteoartritis yang lebih tinggi.
g. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan
timbulnya osteoartritis paha pada usia muda.
h. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko
timbulnya osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih
padat (keras) tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima
oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih
mudah robek.

3. Manifestasi klinik
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang
terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan.
Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan
istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi,
pembesaran sendi dan perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat
pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul
belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri
tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan,
antara lain;
a. Nyeri
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa
gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih
dibandingkan gerakan yang lain.
b. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan
sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
c. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi,
seperti duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.
d. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
e. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau
tangan yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar.
f. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau
panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan
fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk
kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).

4. Pencegahan
Cara mencegah rematik dan mengurangi nyeri sendi ada beberapa
cara, yaitu :
a. Olahraga teratur
Olahraga teratur dapat meningkatkan fleksibilitas sendi
b. Makanan yang dianjurkan yaitu makanan yang kaya vitamin C dan E
serta Kalsium,seperti jahe, nenas, jeruk, minyak zaitun, apel, bwang
putih, ikan, mangga , pepaya,anggur. Makanan yang dihindari yaitu
1) Produk Kacang-kacangan seperti susu kacang, kacang buncis.
2) Organ Dalam Hewan seperti; usus, hati, limpa, paru, otak, jantung,
dll.
3) Makanan kaleng seperti, sarden, kornet sapi, dll
4) Makanan yang dimasak menggunakan santan kelapa.
5) Beberapa jenis buah-buahan seperti durian, air kelapa muda, alpokat,
dan produkolahan melinjo

5. Penatalaksanaan/ perawatan Osteoartritis, antara lain;


1. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat
simtomatik. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya
sebagai analgesik dan mengurangi peradangan, tidak mampu
menghentikan proses patologis
2. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada
sendi yang sakit.
3. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
4. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
5. Dukungan psikososial
6. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan
yang tepat
7. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya
keluhan

6. Jenis-jenis Range Of Motion (ROM)


ROM dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
1. ROM Aktif
ROM Aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien)
dengan menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan motivasi,
dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendiri secara
mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif).
Keuatan otot 75 %.
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi
dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif. Sendi yang
digerakkan pada ROM aktif adalah sendi di seluruh tubuh dari kepala
sampai ujung jari kaki oleh klien sendri secara aktif.
2. ROM Pasif
ROM Pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari
orang lain (perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan
persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal (klien pasif).
Kekuatan otot 50 %.
Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar,
pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan
beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah
baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total (suratun, dkk,
2008).
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot
dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif
misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien. Sendi
yang digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh persendian tubuh atau
hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu
melaksanakannya secara mandiri.

7. Macam-macam Gerakan ROM


Ada berbagai macam gerakan ROM, yaitu :
1. Leher
a. Fleksi 45⁰ gerakan dagu menempel ke dada
b. Ekstensi 45⁰ kembali ke posisi tegak (kepala tegak)
c. Hiperekstensi 10⁰ menggerakkan kepala kearah belakang
d. Rotasi 180⁰ memutar kepala sebanyak 4 kali putaran
e. Fleksi lateral kanan 40-45⁰ dan fleksi lateral kiri 40-45⁰
memiringkan kepala menuju kedua bahu kiri dan kanan.

2. Bahu
a. Fleksi 180⁰ menaikkan lengan ke atas sejajar dengan kepala
b. Ekstensi 180⁰ mengembalikan lengan ke posisi semula
c. Hiperekstensi 45-60⁰ menggerakkan lengan ke belakang
d. Abduksi 180⁰ lengan dalam keadaan lurus sejajar bahu lalu
gerakkan kearah kepala
e. Adduksi 360⁰ lengan kembali ke posisi tubuh
f. Rotasi internal 90⁰ tangan lurus sejajar bahu lalu gerakkan dari
bagian siku kearah kepala secara berulang
g. Rotasi eksternal 90⁰ dan kearah bawah secara berulang.
3. Siku
a. Fleksi 150⁰ menggerakkan daerah siku mendekati lengan atas
b. Ekstensi 150⁰ dan luruskan kembali.

4. Lengan bawah
a. Supinasi 70-90⁰ menggerakkan tangan dengan telapak tangan
diatas
b. Pronasi 70-90⁰ menggerakkan tangan dengan telapak tangan
dibawah.

5. Pergelangan tangan
a. Fleksi 80-90⁰ menggerakkan pergelangan tangan kearah bawah
b. Ekstensi 80-90⁰ menggerakkan tangan kembali lurus
c. Hiperekstensi 89-90⁰ menggerakkan tangan kearah atas.

6. Jari-jari tangan
a. Fleksi 90⁰ tangan menggenggam
b. Ekstensi 90⁰ membuka genggaman
c. Hiperekstensi 30-60⁰ menggerakkan jari-jari kearah atas
d. Abduksi 30⁰ meregangkan jari-jari tangan
e. Adduksi 30⁰ merapatkan kembali jari-jari tangan.

7. Ibu jari
a. Fleksi 90⁰ menggenggam
b. Ekstensi 90⁰ membuka genggaman
c. Abduksi 30⁰ menjauhkan/meregangkan ibu jari
d. Adduksi 30⁰ mendekatkan kembali ibu jari
e. Oposisi mendekatkan ibu jari ke telapak tangan.
8. Pinggul
a. Fleksi 90-120⁰ menggerakkan tungkai keatas
b. Ekstensi 90-120⁰ meluruskan tungkai
c. Hiperekstensi 30-50⁰ menggerakkan tungkai kebelakang
d. Abduksi 30-50⁰ menggerakkan tungkai ke samping menjauhi
tubuh
e. Adduksi 30-50⁰ merapatkan tungkai kembali mendekat ke tubuh
f. Rotasi internal 90⁰ memutar tungkai kearah dalam
g. Rotasi eksternal 90⁰ memutar tungkai kearah luar.

9. Lutut
a. Fleksi 120-130⁰ menggerakkan lutut kearah belakang
b. Ekstensi 120-130⁰ menggerakkan lutut kembali keposisi semula
lurus.
10. Mata kaki
a. Dorso fleksi 20-30⁰ menggerakkan telapak kaki kearah atas
b. Plantar fleksi 20-30⁰ menggerakkan telapak kaki kearah bawah.

11. Mata kaki


a. Dorso fleksi 20-30⁰ menggerakkan telapak kaki kearah atas
b. Plantar fleksi 20-30⁰ menggerakkan telapak kaki kearah bawah.

12. Jari-jari kaki


a. Fleksi 30-60⁰ menekuk jari-jari kaki kearah bawah
b. Ekstensi 30-60⁰ meluruskan kembali jari-jari kaki
c. Abduksi 15⁰ mereganggkan jari-jari kaki
d. Adduksi 15⁰ merapatkan kembali jari-jari kaki.
B. RHEUMATOID ARTHRITIS (RADANG SENDI REMATIK)
1. Definisi
Rhematoid artritis adalah peradangan yang kronis sistemik, progresif
dan lebih banyak terjadi pada wanita, pada usia 25-35 tahun.
2. Etiologi
Penyebab dari artritis rhematoid belum dapat ditentukan secara pasti,
tetapi dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu:
a. Mekanisme imunitas (antigen antibodi) seperti interaksi IgG dari
imunoglobulin dengan rhematoid faktor.
b. Faktor metabolic
c. Infeksi dengan kecenderungan virus.
3. Tanda Dan Gejala
a. Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning stiffness)
dan gerakan terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebih dari 30 menit dan
dapat berlanjut sampai berjam-jam dalam sehari. Kekakuan ini berbeda
dengan kekakuan osteoartritis yang biasanya tidak berlangsung lambat.
b. Lambat laun membengkak, panas merah, lemah,
c. Poli artritis simetris sendi perifer: Semua sendi bisa terserang, panggul,
lutut, pergelangan tangan, siku, rahang dan bahu. Paling sering mengenai
sendi kecil tangan, kaki, pergelangan tangan, meskipun sendi yang lebih
besar seringkali terkena juga
d. Artritis erosive: sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendi yang
kronik menyebabkan erosi pada pinggir tulang dan ini dapat dilihat pada
penyinaran sinar X
e. Deformitas: pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi
metakarpofalangea, deformitas boutonniere dan leher angsa. Sendi yang
lebih besar mungkin juga terserang yang disertai penurunan kemampuan
fleksi ataupun ekstensi. Sendi mungkin mengalami ankilosis disertai
kehilangan kemampuan bergerak yang total
f. Rematoid nodul:merupakan massa subkutan yang terjadi pada 1/3 pasien
dewasa, kasus ini sering menyerang bagian siku (bursa olekranon) atau
sepanjang permukaan ekstensor lengan bawah, bentuknya oval atau bulat
dan padat.
g. Kronik : Ciri khas rematoid artritis
4. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi adalah:
5. Meringankan rasa nyeri dan peradangan
6. Memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal
penderita.
7. Mencegah atau memperbaiki deformitas
Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang
merupakan sarana pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:
1) Istirahat
2) Latihan fisik
3) Panas
8. Pengobatan
1) Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat
serum yang diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml
2) Natrium kolin dan asetamenofen  meningkatkan toleransi saluran
cerna terhadap terapi obat
3) Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600
mg/hari  mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing
sehingga menurunkan kebutuhan steroid yang diperlukan.
4) Garam emas
5) Kortikosteroid
9. Nutrisi  diet untuk penurunan berat badan yang berlebih

C. GOUT (ASAM URAT)


Penyakit Pirai (gout) atau Arthritis Gout adalah penyakit yang di sebabkan
oleh tumpukan asam/kristal urat pada jaringan, terutama pada jaringan sendi. Gout
berhubungan erat dengan gangguan metabolisme purin yang memicu peningkatan
kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia), yaitu jika kadar asam urat dalam
darah lebih dari 7,5 mg/dl. Catatan: kadar normal asam urat dalam darah untuk pria
adalah 8 mg/dl, sedangkan untuk wanita adalah 7 mg/dl (Junaidi, 2013:80).
1. Faktor-faktor terjadinya gout arthritis
Berikut faktor-faktor terjadinya gout arthritis :
a. Penyakit ginjal kronis
Ginjal merupakan filter berbagai benda asing untuk diekskresi
keluar tubuh. Karena itu, gangguan yang timbul pada organ ini akan
memengaruhi metabolisme tubuh dan menimbulkan berbagai jenis
penyakit. Salah satunya penyakit yang bisa ditimbulkan adalah
hiperurisemia. Hiperurisemia dan penyakit ginjal memiliki hubungan
sebab akibat. Gangguan fungsi ginjal pada ginjal bisa mengganggu eskresi
asam urat. Namun, kadar asam urat yang terlalu tinggi juga bisa
mengganggu kinerja dan fungsi ginjal (Lingga, 2012:41).
b. Faktor usia
Gout umumnya dialami oleh pria dan wanita dewasa yang berusia
diatas 40 tahun. Setelah memasuki masa pubertas, pria memiliki resiko gout
lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Jumlah total penderita gout pada
pria lebih banyak dibandingkan dengan kaum wanita. Ketika memasuki usia
paruh baya, jumlahnya menjadi sebanding antara pria dan wanita. Dalam
sebuah kajian di Amerika, prevalensi berlipat ganda dalam populasi usia 40-
75 tahun. Dalam kajian kedua, prevalensi gout pada populasi dewasa di
Inggris diperkirakan sebesar 1.4%, dengan puncaknya lebih dari 7% pada
pria usia 40-75 (Beyond, 2013). Menurut survey yang diadakan oleh
National Health and Nutrition Examinition Survey (NHANES), rasio
penderita hiperurisemia sebagai berikut:
 Usia diatas 20 tahun : 24%
 Usia 50-60 tahun : 30%
 Usia lebih tua dari 60 tahun : 40%
 Rata-rata penduduk Asia : 5-6%
Resiko serangan gout mencapai puncaknya pada saat seseorang
berusia 75 tahun, setelah berusia di atas 75 tahun, resiko gout semakin
menurun, bahkan tidak ada resiko sama sekali. Kecuali, jika penyakit
tersebut merupakan perkembangan dari penyakit gout kronis yang
sebelumnya telah dialami (Lingga, 2012:24).
c. Dehidrasi
Kekurangan cairan didalam tubuh akan menghambat ekskresi asam
urat. Pada dasarnya semua cairan itu adalah pelarut. Namun, daya larut
setiap cairan berbeda-beda. Air yang memiliki daya larut paling tinggi
adalah air putih. Air putih dapat melarutkan semua zat yang larut di dalam
cairan, termasuk asam urat. Air diperlukan sebagai pelarut asam urat yang
dibuang atau diekskresi melalui ginjal bersama urine. Jika tubuh
kekurangan air, maka akan menghambat ekskresi asam urat sehingga
memicu peningkatan asam urat. Saat volume cairan tubuh kurang, maka
sampah sisa metabolisme pun akan menumpuk. Penumpukan asam urat dan
sisa metabolisme itulah yang menimbulkan nyeri di persendian (Lingga,
2012:166).
d. Makan berlebihan
Asupan purin dari makanan akan menambah jumlah purin yang
beredar di dalam tubuh. secara teknis, penambahan purin yang beredar di
dalam darah tergantung pada jumlah purin yang berasal dari makanan.
Artinya, semakin banyak mengkonsumsi purin, semakin tinggi kadar asam
urat (produk akhir metabolisme purin) dalam tubuh (Lingga, 2012:98).
e. Konsumsi alkohol
Sejumlah studi mengatakan konsumsi alkohol memiliki pengaruh
sangat besar dalam meningkatkan prevalensi gout pada penggemar alkohol.
Dampak buruk alkohol akan semakin nyata pada individu yang mengalami
obesitas. Sebuah studi yang dilakukan di Jepang oleh Shirusi H. (2009)
menemukan korelasi nyata antara konsumsi alkohol dan obesitas terhadap
hiperurisemia. Resiko konsumsi alkohol semakin tinggi jika dilakukan oleh
penderita obesitas. Dikatakan bahwa penderita obesitas yang gemar
mengkonsumsi akohol dipastikan mengalami gout (Lingga, 2012:47).
f. Pasca-operasi
Seseorang yang telah menjalani operasi beresiko mengalami
kenaikan kadar asam urat sesaat. Karena penurunan jumlah air yang mereka
konsumsi pasca-operasi menyebabkan ekskresi asam urat terhambat untuk
sementara waktu (Lingga, 2012:28).

2. Penatalaksanaan
a. Olahraga aerobik/senam
Manfaat kesehatan olahraga aerobik meliputi berkurangnya resiko
penyakit jantung atau penyakit kronis lainya, menormalkan tekanan darah,
mengontrol berat badan, mengurangi gula darah dan lemak, dan mengurangi
kekakuan dan nyeri karena arthritis. Olahraga aerobik berpengaruh rendah
tidak memperburuk nyeri arthritis. Digabungkan dengan penguatan dan
peregangan, olahraga aerobik menambah kebugaran, mengurangi depresi
dan nyeri dan (dalam jangka panjang) memperbaiki fungsi (Millar,
2013:51). Durasi suatu kelas biasanya 45-60 menit. Kelas 60 menit yang
baik meliputi kegiatan pemanasan minimum 10 menit, 15-20 menit gerak
inti, dan 10 menit pendinginan. Selama 2-4 minggu dalam jangka waktu 2-
3 kali dalam seminggu. Penelitian telah membuktikan bahwa dengan
mengikuti aerobik seseorang dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan
fungsi tangan dan kaki, kekuatan, kecepatan, atau jarak tempuh yang
merupakan perkiraan ketahanan aerobik pada aktivitas singkat (Millar,
2013:131)
b. Kompres panas atau dingin
Terapi es dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat
sensitivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan
menghambat proses inflamasi. Agar efektif, es dapat diletakkan pada tempat
cedera segera setelah cedera terjadi. Sementara terapi panas mempunyai
keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan
dapat menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan (Andarmoyo,
2013:85).
c. Medikamentosa
Preparat colchicin (oral atau parenteral) atau NSAID, seperti
indometasin, digunakan untuk meredakan serangan akut gout.
Penatalaksanaan medis hiperurisemia, tofus, penghancuran sendi dan
masalah renal biasanya dimulai setelah proses inflamasi akut mereda.
Preparat urikosurik seperti probenesid akan memperbaiki keadaan
hiperurisemia dan melarutkan endapan urat. Allopurinol juga merupakan
obat yang efektif tetapi penggunaannya terbatas karena terdapat resiko
toksisitas. Kalau diperlukan penurunan kadar asam urat dalam serum,
preparat urikosurik merupakan obat pilihan. Kalau pasiennya beresiko
untuk mengalami insufiensi renal atau batu ginjal (kalkuli renal), allopurinol
merupakan obat pilihan (Smeltzer, 2002:1811).
d. Relaksasi
Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan
fisik dari ketegangan dan stress sehingga dapat meningkatkan toleransi
nyeri. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan
frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan
bernafas dengan perlahan dan nyaman. Periode relaksasi yang teratur dapat
membantu untuk melawan keletihan dan ketegangan otot yang terjadi
dengan nyeri kronis dan yang meningkatkan nyeri (Andarmoyo,2013:89).

Anda mungkin juga menyukai